Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eggy Gustaman
"Tentang penggambaran tokoh bersorban berdasarkan relief cerita pada candi Jago, Induk Penataran, Pendopo Teras Pertama Penataran, Tegalwangi, Surawana dan Jawi. Untuk memisahkan tokoh bersrban itu ke dalam golongnnya masing-masing, maka ciri ikonografisnya harus benar-benar diperhatikan yang ditandai dengan kode variasi. Setelah tokoh-tokoh bersorban itu dipisahkan berdasrakan kombinasi variasi yang ternyata berjumlah 17, diketahui tokoh bersorban lebih banyak kesamaan ciri ikonografis terutama pada bentuk badan, bentuk sorban dan jenis bakaian yang dikenakan. Untuk ciri dengan adanya kumis dan jenggot hanya digunakan untuk ciri tambahan, kerena pada tokoh bersorban ini terdapat karakter tokoh wanita yang sudah pasti tidak berkumis dan berjenggot. Dari hasil penggolongan dan perbandingan dominasi penggambaran tokoh bersorban pada relief di candi-candi masa Singhari dan Majapahit ini, dapat terlihat bahwa tokoh bersorban yang diidenfikasi sebagai pertapa wanita merupakan tokoh yang paling banyak digambarkan dalam panil relief pada candi-candi masa Singhasari dan Majapahit dibandingkan tokoh-tokoh bersorban lainnya yang diidenfikasi sebagai rsi, pertapa pria dari suatu pertapaan dan pertapa pria di luar pertapaan..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Etik Mahareni
"Sisa Macaca sp. yang ditemukan berasosiasi dengan artefak dalam lapisan hunian mengindikasikan adanya keterkaitan erat antara manusia dengan hewan tersebut. Keduanya menjadi indikator kuat adanya kegiatan perolehan makanan hewani. Spesimen Macaca sp. yang ditemukan pada lapisan berumur Holosen di Situs Song Terus dalam jumlah melimpah dan berasal dari berbagai bagian tubuh. Artefak yang ditemukan pada lapisan yang sama terdiri dari artefak batuan berbentuk serpih, artefak dari cangkang moluska berupa serut dan lancipan, dan artefak dari tulang hewan vertebrata berupa spatula, lancipan dan jarum. Sisa fauna dan artefak yang ditemukan di Song Terus tersebut dapat dianggap sebagai satu himpunan yang dapat menunjukkan adanya kegiatan subsistensi manusia masa lalu, yang salah satu kemungkinannya adalah aktivitas perburuan Macaca. Kegiatan perolehan makanan yang mencakup kegiatan mencari, membagi dan mengolah makanan dapat ditunjukkan oleh temuan sisa Macaca dan artefak yang ditemukan. Kegiatan mencari makanan salah satunya ditunjukkan dengan keberadaan artefak, kegiatan membagi makanan ditunjukkan oleh banyaknya fragmen sisa Macaca yang berasal dari berbagai bagian tubuh yang merupakan basil dari pelepasan bagian tubuh hewan, sedangkan kegiatan mengolah makanan salah satunya ditunjukkan dengan kehadiran tulang terbakar. Manusia penghuni Song Terus kemungkinan membawa hewan Macaca dan tempat perburuan ke dalam gua. Peran manusia dalam proses terakumulasinya sisa Macaca di Song Terus didasarkan pada adanya jejak kultural pada tulang yang bisa diamati, dan mengingat hewan Macaca mempunyai tipe habitat di luar gua. Berdasarkan penghitungan Jumlah Minimal Individu, hewan Macaca yang ditemukan di Song terus berjumlah 48 ekor. Dan pengamatan dan pengukuran terhadap gigi Macaca dapat diketahui bahwa populasi Macaca di Song Terus terdiri dari sekurang_kurangnya dua jenis Macaca yang berbeda. Macaca berasal dari berbagai kelas umur yaitu bayi, remaja, dewasa dan tua, balk jantan maupun betina. Dijumpainya spesimen Macaca diantara spesimen dari spesies lainnya mengindikasikan bahwa pemanfaatan hewan Macaca hanya merupakan salah satu alternatif bahan makanan yang dikonsumsi. Pemanfaat hewan Macaca untuk bahan makanan sampai sekarangpun masih dilakukan oleh beberapa masyarakat _sederhana_ yang ada di Indonesia. Hewan tersebut kebanyakan diperoleh dengan Cara menjerat atau membuat perangkap."
2000
S11848
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Purnaeni
"ABSTRAK
Penelitian mengenai ragam hias kain dilakukan berdasarkan ragam hias kain pada arca-arca batu di Museum Nasional Jakarta ( MNJ ). Tidak seluruh dari arca batu koleksi museum ini yang mempunyai ragam hias pada kainnya, hanya beberapa kain arca batu yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang mempunyai ragam hias. Hal inilah yang menjadi satuan pengamatan pokok.
Dari hasil pengamatan terhadap ragam hias yang terdapat, diketahui ada beberapa tipe dan variasinya. Meskipun demikian masih dapat terlihat persamaan pada bentuk dasarnya. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada kaitan antara ragam hias pada kain arca dengan ragam hias batik, untuk mengetahui ragam hias apa saja yang digambarkan atau dipahatkan pada arca dan juga untuk mengetahui simbol atau lambang apa yang terkandung pada ragam hias dan kaitannya dengan status seseorang.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan klasifikasi taksonomi, yang bertujuan untuk membentuk tipe dan kemudian menggunakan data kepustakaan hal ini disesuaikan dengan apa yang terdapat pada kain batik.
Hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa ragam hias yang terdapat pada kain arca setelah disesuaikan dengan ragam hias pada kain batik ternyata mempunyai persamaan dalam penggambaran bentuk pola dasarnya.
Dari bentuknya, ragam hias ini mempunyai persamaan dengan ragam hias jenis kawung, ceplokan, swastika (banji), ragam hias pinggiran tumpal dan udan liris pada kain batik. Ragam-ragam hias ini mengandung suatu arti perlambang (simbol) yang penting, sehingga kain dengan ragam hias ini khusus dipahatkan pada arca yang merupakan perwujudan seseorang. Pemakaian kain dengan ragam hias tertentu ini disebut ragam hias larangan pada kain batik. Di mana hanya kaum ningrat saja yang boleh memakainya, karena perkembangan zaman tirnbul hal yang menyebabkan teriadinya pergeseran di mana arti perlambang tidak lagi dianggap penting sehingga siapa saja baleh memakai ragam hias tertentu tanpa ada peraturan yang melarangnya.

"
1990
S11915
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Purnomo
"Skripsi ini mengkaji Pemanfaatan Hewan Sebagai Sumber Makanan dan Dan Alat Tulang di Situs Song Keplek Jawa Timur. Melalui temuan hasil penggaliannya yang berupa tulang-tulang hewan. Tujuan penelitian ini adalah mencoba mengetahui seberapa jauh pemanfaatan hewan yang dilakukan oleh penghuni situs Song Keplek, terutama untuk sumber makanan dan bahan pembuat alat tulang, dimana dari hasil penggalian yang pernah dilakukan banyak ditemukan temuan tulang hewan dan temuan alat tulang.
Proses pengumpulan data dilakukan dengan melakukan survei pustaka dan survey lapangan. Tujuan dari kegiatan tersebut untuk mengumpulkan seluruh data yang ada dan tercatatat. Data yang telah dikumpulkan dipisahkan menjadi dua, yaitu data pustaka dan data lapangan. Data Iapangan dibedakan lagi menjadi data penggalian dan data lingkungan. Data penggalian yang merupakan data utama dalam penelitian ini kemudian dipilah lagi untuk mendapatkan data yang layak diteliti lebih lanjut. Pengamatan secara khusus terhadap tulang-tulang hewan dan alat tulang dibantu dengan data kepustakaan menghasilkan beberapa hal yang berkenaan dengan proses pemanfaatan hewan yang ada di Situs Song Keplek, yaitu tentang jenis-jenis hewan yang dimanfaatkan dan bagian dari hewan yang kerap dimanfaatkan. Penelusuran data penggalian, kepustakaan mengenai habitat hewan dan lingkungan situs saat kini, menghasilkan kemungkinan gambaran lingkungan yang pernah berlangsung di lingkungan mikro Situs Song Keplek."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
S11510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inggita Adya Rari
"Karya tulis ini berisi tenting penggambaran aktivitas keseharian masyarakat Jawa Kuna berdasarkan relief kehidupan sehari-hari di Candi Rimbi, Surawana dan Perwara Tegawangi. Penelitian ini dilakukan guna mengisi bagian kosong sejarah kebudayaan bangsa Indonesia tentang keadaaan keseharian masyarakat biasa di masa Jawa Kuna, masyarakat Majapahit pada khususnya. Dalarn penelitian ini dilakukan pengidentifikasian relief-relief kehidupan sehari-hari di Candi Rimbi, Surawana dan Perwara Tegawangi sehingga dapat dikenali _jenis-jenis aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Kuna masa itu. Untuk memperkuat hipotesa digunakan data-data pembanding berupa karya-karya tulis yang sejaman yaitu Kakawin Nagarakrtagama, Kitab Pararaton dan Berita Cina. Pada hasil akhir dibuatlah uraian tentang keadaan keseharian masyarakat Jawa Kuna terutama jenis-jenis kegiatan atau aktivitasnya. Pada tahap pengolahan data digunakan serangkaian metode arkeologi berupa pengumpulan data baik literatur maupun foto-foto, dilanjutkan dengan pengumpulan data kembali di lapangan, penomoron pada tiap candi, diikuti dengan langkah berikutnya berupa pendeskripsian. Setelah pendeskripsian dilakukan analisis terhadap data utama dan pendukung (berupa data tertulis yang sejaman dengan relief), dan langkah terakhir adalah penginterpretasian sernua hasil analisa terhadap data utama dan data pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat benang rnerah antara masyarakat Jawa Kuna dengan masyarakat Jawa saat ini. Hal ini terlihat dari adanya beberapa kegiatan yang berlangsung sampan saat ini ataupun berlanjut. Adapun kegiatan yang berlanjut adalah kegiatan memancing ikan, menggendong bayi dengan menggunakan kain, menggalah, dsb. Akan tetapi terdapat juga kegiatan yang sudah tidak kita jumpai lagi saat ini seperti kegiatan persambungan ayam dengan anjing, menggendong gajah kecil, dsb. Hal ini dimungkinkan terjadi karena adanya perubahan jaman dan perubahan keadaan (seperti keadaan politik, sistim kemasyarakatan, sistim ekonomi, dsb). Secara keseluruhan penelitian ini menyumbangkan sedikit keterangan tentang keadaan masyarakat biasa masa Jawa Kuna pada umumnya, masyarakat Majapahit pada khususnya."
2000
S11758
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Adham Aditianto Rifky
"ABSTRAK
Situs Gresik Kota yang terletak di Kabupaten Gresik, Propinsi Jawa Timur, merupakan sebuah situs kota pelabuhan yang telah diokupasi semenjak paruh kedua abad XIV Masehi. Tetapi struktur fisik yang masih tersisa hingga kini di situs tersebut, kebanyakan berupa bangunan-bangunan peninggalan masa kolonial Belanda. Diantara banyak jenis bangunan masa kolonial yang terdapat di situs ini, bangunan hunian tampak mendominasi persebaran jenis bangunannya. Padatnya persebaran bangunan hunian di situs ini, tentunya memiliki dampak terhadap pendaya gunaan lahan bangunan di situs tersebut, hal ini dapat terlihat dari banyaknya bangunan yang berukuran kecil dan bertingkat di situs tersebut. Persebaran dari bangunan-bangunan hunian tersebut yang terkonsentrasi pada wilayah-wilayah tertentu, dapat diasumsikan berorientasi pada suatu kebutuhan. Karakter dari Situs Gresik Kota sebagai sebuah situs kota perdagangan yang terletak di pesisir, menyebabkan timbulnya asumsi lebih lanjut bahwa persebaran tersebut dilatari oleh kebutuhan akan kedekatan dengan pusat perekonomian, dalam hal ini pelabuhan serta pasar. Dengan berlandaskan asumsi diatas, maka dilakukanlah penelitian terhadap tingkat efisiensi pemanfaatan lahan bangunan dan persebaran dari bangunan-bangunan hunian di situs ini. Kesulitan dalam mengungkapkan nilai kronologis dari data penelitian ini, menyebabkan dilakukan tahapan justifikasi data dengan melakukakan perbandingan gaya bangunan terhadap bangunan_bangunan yang memiliki data kronologi pendirian dan basil penelitian-penelitian terdahulu terhadap bangunan-bangunan kolonial di Indonesia. Landasan dari tahapan ini adalah UURI No: 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, terutama pasal 1 ayat la. Data-data dari penelitian ini lalu dianalisis dengan menggunakan metode analisis bentuk, metode analisis tingkat efisiensi penggunaan lahan bangunan dan metode analisis hubungan tetangga terdekat serta analisis visual terhadap persebaran fitur berdasarkan pada sebuah peta persebaran fitur di situs ini.Setelah melampaui tahapan analisis-analisis tersebut, didapat kesimpulan bahwa bangunan- bangunan hunian di situs ini memiliki tingkat efisiensi pemanfaatan lahan bangunan yang cukup baik, karena umumnya memiliki denah yang sederhana, serta telah melakukan pemanfaatan lahan secara vertikal. Persebaran bangunan-bangunan hunian di situs ini, pada umumnya berorientasi terhadap jaringan jalan baik jalan primer maupun jalan sekunder, hal ini dibuktikan dengan adanya pola persebaran bangunan yang teratur.

"
1996
S11823
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tislinna Savitri Kurnianda
"Mendaratnya tentara Sekutu di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945 ternyata telah diboncengi oleh Belanda (Netherlands Indies Civil Administration atau NICA). Dalam menghadapi masalah tersebut, untuk mendukung kekuatan yang ada seperti Hadan Keamanan Rakyat ( BKR ), Polisi dan badan - badan perjuangan seperti Pemuda Republik Indonesia (PRI), Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) Soetomo berusaha menghimpun dan membangkitkan semangat rakyat Surabaya melalui radio yang lebih dikenal dengan sebutan Radio Pemberontakan, karena radio merupakan sarana yang paling efektif pada waktu itu meskipun masih terbatas jumlahnya. Melalui Radio Pemberontakan ini diharapkan dapat mempersatukan rakyat dan kekuatan yang ada untuk menghadapi usaha Belanda yang ingin menjajah kembali. Radio Pemberontakan ini merupakan sarana komunikasi antara rakyat dan pemerintah. Oleh karena itu, selain sebagai pembangkit semangat juga merupakan sarana untuk menyampaikan informasi mengenai keadaan politik (pemerintahan), keadaan logistik perang serta memberikan gambaran mengenai keadaan dalam medan pertempuran. Berdasarkan penelitian kepustakaan dan wawancara, Radio Pemberontakan ini mampu mempersatukan dan membangkitkan semangat juang rakyat Surabaya dan sekitarnya untuk bersama - sama dengan kekuatan yang ada seperti Badan Keamanan Rakyat, Polisi dan badan - badan perjuangan, berjuang melawan Belanda, yang kemudian meletus sebagai pertempuran 10"
1989
S12566
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lestari
"Tindakan militer yang dilakukan oleh sesuatu negara terhadap satu daerah tertentu seringkali dilakukan dalam rangka usaha mereka melemahkan kekuatan dari negara yang menjadi musuhnya. Dalam hal itu, penyerbuan Belanda atas kota Mojokerto tanggal 17 Maret 1947, merupakan suatu tindakan Belanda dalam rangka memperlemah kekuatan dari negara Republik Indonesia. Daerah Delta Brantas yang meliputi Kabupaten Sido_arjo dan sebagian Kabupaten Mojokerto, merupakan suatu wilayah yang terkenal akan kesuburan tanahnya, khusus_nya tanaman padi dan labu. Disamping itu, dam Lengkong dan Mlirip yang berada dekat kota Mojokerto memiliki fungsi yang sangat panting dalam mengatur pembagian air di daerah Surabaya serta Delta Brantas. Sehingga dengan berhasil dikuasainya daerah Mojokerto oleh Belanda, maka berarti Belanda telah memperoleh pancangan kaki dalam rangka usaha mereka menekan pihak Republik Indonesia."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irvan Sjafari
"Sejarah Palang Merah Indonesia berkaitan erat dengan sejarah kemerdekaan Indonesia. Peranan yang dimainkan oleh organisasi kemanusiaan ini sama pentingnya dengan peranan yang dimainkan oleh militer (badan-badan perjuangan), para diplomat dan politisi sipil dalam memperjuangkan terbentuknya negara-Indonesia. Hanya saja persoalannya PMI dituntut untuk memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh konvensi Jenewa sebagai organisasi palang merah. Dalam menerapkan standar ganda ini PMI Iebih menunjukan hasilnya untuk tingkat pusat, tetapi untuk tingkat lokal menghadapi berbagai masalah. Gerakan palang merah di keresidenan Malang menghadapi dilema standar ganda tersebut, apakah mereka harus menjadi badan perjuangan atau harus mematuhi konvensi Jenewa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S12265
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristina Dwihastanti
"Penelitian ini bertujan untuk mengetahui hubungan dan fungsi gua-gua yang terlatak di wilayah Gunung Klotok, kota Kediri. Terdapat tiga gua yang letaknya aberdekatan, gua-gua tersebut adalah Gua Selamangleng Kediri, Gua dedean, dan gua Selabale, ketiganya merupakan gua yang sepenuhnya buatan manusia, yaitu dengan melubangi bukit atau sebongkah batu besar untuk membentuk ruang..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11579
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   4 5 6 7 8 9 10 11 12 13   >>