Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 41 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pepen Nazaruddin
"Perkawinan dan perceraian di usia muda dipandang sebagai suatu masalah sosial yang perlu dihindari oleh pemuda. Fenomena kehidupan modern lebih mengharapkan pemuda untuk menekuni dunia pendidikan dan menekuni kegiatan lain yang bertujuan untuk pengembangan masa remaja. Kawin muda dan perceraian yang dilakukan oleh pemuda dianggap sebagai suatu hal yang janggal dan perlu dihindari karena akan menimbulkan berbagai macam akibat seperti munculnya masalah sosial keluarga retak, anak terlantar, anak nakal, wanita rawan sosial dan berlajutnya kemiskinan. Dengan melihat dampak negatif kawin muda dan perceraian dimaksud maka wajar saja bila perkawinan usia muda dan perceraian dipandang sebagai masalah sosial. Akan tetapi peristiwa ini selalu terjadi di Indramayu, bahkan Indramayu diidentikan dengan daerah kawin cerai dengan segala eksesnya seperti dikenalnya Indramayu sebagai daerah pemasok pekerja seksual Untuk mengetahui sampai sejauh mana peristiwa kawin muda dan perceraian terjadi di Indramayu serta mengapa daerah Indramayu kerapkali diidentikkan dengan daerah kawin cerai, serta untuk mengetahui apakah perkawinan usia muda dan perceraian menurut masyarakat Indramayu adalah merupakan masalah sosial atau bukan masalah, terlebih dahulu perlu diketahui secara lebih mendalam sikap penduduk Indramayu terhadap peristiwa kawin muda dan perceraian. Untuk itu perlu dipahami penafsiran penduduk terhadap makna kawin muda dan perceraian berdasarkan perspektif/pandangan mereka sendiri. Upaya untuk memahami makna kawin muda dan perceraian dari sudut pandang mereka itu dilakukan dengan serangkaian kegiatan penelitian deskriptif.
Penelitian ini lebih ditekankan pada upaya pemahaman makna dengan menggunakan beberapa konsep dari teori Interaksi Simbolis. Penggunaan konsep-konsep dari teori Interaksionsime Simbolik dianggap sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui makna kawin muda dan perceraian karena pada dasarnya teori Interaksionisme Simbolis mengandung beberapa konsep seperti konsep sudut pandang (point of view), konsep interpretasi/penafsiran makna dan simbol (meaning and symbols), konsep saling memahami makna (interaksi simbolis) dan konsep lainnya. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa masalah sosial kawin muda dan perceraian ditafsirkan oleh informan sebagai suatu masalah sosial yang perlu dihindari. Akan tetapi terdapat informan yang menafsirkan makna kawin dan bercerai di usia muda sebagai suatu solusi/alternatif pemecahan masalah. Konsekuensinya di antara mereka ada yang melaksanakan perkawinan dan perceraian di usia muda. Walaupun demikian perkawinan usia muda dan perceraian itu sendiri bukanlah kebiasaan atau bahkan budaya mereka karena peristiwa itu hanyalah hasil kompromi anggauta masyarakat yang menjadi informan dengan masalah yang dihadapi pada saat itu. Oleh karena itu makna kawin muda dan perceraian itu sendiri terus menerus disempurnakan. sesuai dengan dinamika kemampuan berpikir mereka."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfi Syafei
"ABSTRAK
Di Indonesia angka kematian bayi (AKB) cukup tinggi bahkan paling tinggi di Asia Tenggara. Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator yang penting untuk menilai tingkat kesejahteraan suatu bangsa.
Kematian bayi neonatal (0-30 hari) di Indonesia memberikan proporsi terbesar dibanding dengan proporsi segmen kematian bayi lain dalam angka kematian bayi 0-1 tahun. Secara nasional proporsinya ± 40% (Depkes RI, 1991). Di Kabupaten lndramayu 1990 proporsi kematian bayi neonatal itu ± 47% dari kematian bayi 0-1 tahun.
Salah satu kemungkinan penyebab yang berhubungan dengan kematian neonatal adalah anemia ibu hamil.
Masalah anemia pada ibu hamil sudah menjadi masalah nasional dan prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia antara 50 - 70% (SKRT,I992).
Penelitian ini bertujuan ingin mendapatkan gambaran tentang seberapa besar hubungan anemia ibu hamil dengan kematian bayi neonatal di Kecamatan Sliyeg dan Gabus Wotan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Penelitian ini dilakukan dengan disain kohort retrospektif dengan data sekunder yang diambil dari data hasil penelitian Study Prospektif KB-Kes oleh PUSKA III di Kecamatan Sliyeg dan Gabus Wotan, Kabupaten lndramayu, Jawa Barat tahun 1991-1992.
Penelitian ini menemukan bahwa bayi yang dilahirkan oleh :
- Ibu hamil dengan anemia berat mempunyai resiko kematian bayi neonatal lebih tinggi 3,36 kali dibanding dengan bayi yang dilahirkan oleh ibu hamil dengan anemia ringan. Hubungan ini bermakna secara statistik dengan p=0,O2.
- Ibu hamil dengan anemia berat mempunyai resiko kematian bayi neonatal lebiih tinggi 1,88 kali dibanding dengan bayi yang dilahirkan oleh ibu hamil tidak anemia.
Dari hasil analisis stratifikasi didapatkan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang merupakan faktor resiko dan dapat mempengaruhi hubungan ibu hamil dengan anemia berat dan ibu hamil tidak anemia yaitu antara lain : jarak kelahiran, berat bayi lahir, pelayanan antenatal , umur ibu.

ABSTRACT
Infant mortality is still high in Indonesia and even the highest in Southeast Asia. Infant mortality rate constitute one of significance factors to find out a prosperous rank of a nation.
Proportion of neonatal mortality (0-30 days) in Indonesia is the highest among other mortality within the first year of life. The proportional is 40% at national wide (Department of Health of the Republic of Indonesia, 1991). Meanwhile, by 1990, neonatal mortality proportion at district Indramayu was 47% of the infant mortality. One factor that is contributory to neonatal mortality is anemia in pregnant mother. The anemia of pregnant mother is a national problem with prevalence between 50% - 70% (SKRT, 1992).
The objective of this research is to find out relationship between pregnant mother with anemia and neonatal death at both sub-district Sliyeg and Gabus Wetan, District of Indramayu - West Java.
This research is conducted through a cohort retrospective design with secondary data taken from the result of Study Prospective of Family Planning and Health conducted by PUSKA UI at the two sub-districts in 1991-1992.
Research findings are babies delivered by:
- Pregnant mother who is suffering severe anemia has neonatal death risk about 3,36 times higher than those born by mother suffering from mild-anemia, and this correlation is statistically significant with p=0,02.
- Pregnant mother who is suffering severe anemia has neonatal death risk about 1,88 times higher then those born by mother without suffering from anemia.
Other factors which are considered as other risk factors and influencing the correlation of pregnant mother with severe anemia and those without anemia and neonatal mortality are: birth distance period, weight of delivery baby, antenatal care, mothers age of delivery.;Infant mortality is still high in Indonesia and even the highest in Southeast Asia. Infant mortality rate constitute one of significance factors to find out a prosperous rank of a nation.
Proportion of neonatal mortality (0-30 days) in Indonesia is the highest among other mortality within the first year of life. The proportional is 40% at national wide (Department of Health of the Republic of Indonesia, 1991). Meanwhile, by 1990, neonatal mortality proportion at district Indramayu was 47% of the infant mortality. One factor that is contributory to neonatal mortality is anemia in pregnant mother. The anemia of pregnant mother is a national problem with prevalence between 50% - 70% (SKRT, 1992).
The objective of this research is to find out relationship between pregnant mother with anemia and neonatal death at both sub-district Sliyeg and Gabus Wetan, District of Indramayu - West Java.
This research is conducted through a cohort retrospective design with secondary data taken from the result of Study Prospective of Family Planning and Health conducted by PUSKA UI at the two sub-districts in 1991-1992.
Research findings are babies delivered by:
- Pregnant mother who is suffering severe anemia has neonatal death risk about 3,36 times higher than those born by mother suffering from mild-anemia, and this correlation is statistically significant with p=0,02.
- Pregnant mother who is suffering severe anemia has neonatal death risk about
1,88 times higher then those born by mother without suffering from anemia.
Other factors which are considered as other risk factors and influencing the correlation of pregnant mother with severe anemia and those without anemia and neonatal mortality are: birth distance period, weight of delivery baby, antenatal care, mothers age of delivery.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susana Indriyati Caturiani
"Aktivitas migrasi tenaga kerja membawa peningkatan penghasilan, pendidikan pun sosial pada Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan keluarganya. Bagi negara, migrasi tenaga kerja menyumbang devisa dan menyediakan peluang kerja. Aktivitas ini juga meninggalkan persoalan yang berulang, pada masa pra-penempatan, penempatan maupun purna penempatan. Pemerintah, organisasi non pemerintah dan swasta menyatakan bahwa sumber persoalannya berada pada masa pra-penempatan. Penempatan TKI diselenggarakan oleh pemerintah pusat, daerah termasuk desa serta pihak swasta, diantaranya perusahaan jasa penempatan.
Penelitian ini dilaksanakan pada lingkup daerah asal yaitu Kabupaten Indramayu dan Cianjur, Provinsi Jawa Barat, bertujuan menelaah tata kelola pra-penempatan TKI yang berlangsung dan dalam inspirasi good enough governance meneroka tata kelola di kemudian hari. Informan dalam penelitian kualitatif ini meliputi pemerintah kabupaten, pemerintah desa, kelompok masyarakat yang peduli pada isu TKI, asosiasi perusahaan jasa penempatan dan Kantor Imigrasi. Selain itu, wawancara juga dilakukan dengan sponsor/calo dan budayawan setempat. Data diperoleh dari wawancara, diskusi kelompok terarah (FGD) dan sumber sekunder.
Pra-penempatan TKI diurus oleh dinas tenaga kerja sebagai bagian tugasnya. Pada aspek peraturan, peraturan yang telah terbit ditingkat kabupaten maupun desa dan prinsip kehati-hatian, belum sepenuhnya dapat melindungi CTKI. Ketegasan yang diberlakukan dapat menyebakan mereka menempuh jalan yang tidak sesuai prosedur. Sponsor/calo yang biasanya amat dikenal oleh CTKI dan keluarganya berperan besar dalam kegiatan rekrutmen dan penyiapan dokumen CTKI.
Namun demikian, ada praktik-praktik baik yang telah berlangsung di lingkup desa maupun kabupaten meskipun belum sempurna. Praktik baik tersebut dapat menjadi titik awal memperbaiki tata kelola prapenempatan secara bertahap. Dengan demikian, pilihan prioritas perlu dilakukan yaitu sosialisasi, pengembangan komunitas serta pendidikan dan pelatihan. Perluasan pemangku kepentingan merupakan salah satu jalan agar upaya perbaikan berkesinambungan. Dengan demikian, prapenempatan bukan melulu pada urusan administrasi dokumen melainkan juga sosialisasi migrasi tenaga kerja yang aman hingga tumbuh masyarakat yang melek migrasi di daerah kantong TKI.
Good enough governance perlu menegaskan unsur kesinambungan dan daya tahan didalamnya.
Worker migration activities increase incomes, education and social status to Indonesian Migrant Workers (TKI) and their families. For the country, worker migration contributes to foreign exchange and provides employment opportunities. This activity also left problems that were repeated, in the pre-placement, placement and after-placement. The government, non-governmental organization and private placement company association state that the source of the problem is in the pre-placement period. The placement of migrant workers is carried out by the central government, regions and private parties.
This research was conducted in the area of origin, namely Indramayu and Cianjur Regencies, West Java Province, aimed at examining the pre-placement governance of migrant workers that took place and in inspiring good enough governance to explore governance in the future. Informants in this qualitative study included district governments, village governments, community groups concerned with the issue of migrant workers, associations of placement companies and the Immigration Office. In addition, interviews were also conducted with brokers and local cultural figures. Data obtained from interviews, focus group discussions (FGD) and secondary sources.
Pre-placement of migrant workers is managed by the labor department as part of their duties. In terms of regulations, regulations that have been issued at the district and village levels and the precautionary principle, have not been able to fully protect prospective migrant workers. Assertiveness can cause them to take ways that are not in accordance with procedures. Sponsors brokers who are usually well known by prospective migrant workers and their families play a major role in the recruitment and preparation of their documents.
However, there are good practices that have taken place in both the village and district spheres, although not yet perfect. These good practices can be a starting point for gradually improving pre-placement governance. Thus, priority choices need to be made, namely socialization, community development and education and training. The expansion of stakeholders is one way for continuous improvement efforts. Thus, pre-placement is not only about the administration of documents but also the socialization of safe worker migration to the growth of people who are literate of migration in migrant worker enclaves.
Good enough governance needs to emphasize the element of sustainability and endurance in it."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asma Zuhro
"Kabupaten Indramayu merupakan salah satu sentra padi Jawa Barat dengan 56 % wilayahnya berupa sawah. Namun beberapa tahun terakhir produktivitas padi berkurang karena terjadinya bencana kekeringan akibat musim kemarau panjang. Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu mencatat bahwa pada tahun 2012, 2015 dan 2018 lahan sawah mengalami gagal panen yang disebabkan kekeringan sangat berat.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persebaran wilayah kekeringan pertanian lahan sawah tahun 2012, 2015 dan 2018 serta hubungannya dengan curah hujan, kemiringan lereng dan ketinggian di Kabupaten Indramayu. Indeks kekeringan VHI Vegetation Health Index digunakan untuk mengetahui persebaran wilayah kekeringan lahan pertanian. VHI merupakan kombinasi indeks VCI Vegetation Condition Index dan TCI Temperature Condition Index yang diperoleh dari pengolahan data NDVI Normalized Difference Vegetation Index dan LST Land Surface Temperature Citra Landsat 7 dan 8.
Hasil pengolahan indeks VHI menunjukkan persebaran wilayah yang tidak mengalami kekeringan hingga kekeringan sangat berat pada wilayah pesisir pantai Kabupaten Indramayu. Sedangkan kategori tingkat kekeringan ringan berada pada wilayah barat bagian utara dan tengah Kabupaten Indramayu. Berdasarkan hasil uji statistik, terdapat hubungan yang signifikan antara curah hujan dengan kekeringan pada tahun pengamatan 2012, 2015 dan 2018. Sedangkan ketinggian dan lereng tidak ada hubungan signifikan dengan kekeringan.

Indramayu Regency is one of the rice centers in West Java with 56 % of its area is rice fields. But in recent years rice productivity has been reduced due to drought that occurred in Indramayu Regency that caused by a shift of the beginning season and a long dry season. The Indramayu District Agriculture Office noted that in 2012, 2015 and 2018 paddy fields experienced crop failures due to very heavy drought.
The purpose of this study was to determine the distribution of 2012, 2015 and 2018 wetland agricultural drought areas and their relationship with rainfall in Indramayu Regency. The VHI drought index Vegetation Health Index is used to determine the pattern of distribution of the drought area of agricultural land. VHI is a combination of VCI Vegetation Condition Index and TCI Temperature Condition Index derived from NDVI data processing Normalized Difference Vegetation Index, LST Land Surface Temperature of Landsat 7 and 8 images.
The processing results of the VHI index show the distribution of drought levels no drought to extreme drought, where in 2012, 2015 and 2018 the distribution of drought in agricultural land has the same pattern, which is dominated by the coastal areas of Indramayu Regency due to the influence of less rainfall. While the level of mild drought is in the western and center regions of Indramayu Regency. Based on the results of statistical tests, there is a significant relationship between rainfall and drought in 2012, 2015 and 2018. Whereas altitude and slope dont have relationship with drought.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adita Priscilla Sekar Rini Penda
"

Penelitian ini berfokus pada konstruksi pengetahuan dan praktik pengasuhan anak pada ibu yang menikah dini. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan metode observasi partisipan dan wawancara mendalam terhadap tiga informan ibu muda di Desa Mekarwaru, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat dua sosok yang berperan dalam mengkonstruksi pengetahuan ibu muda tentang pengasuhan anak, yaitu ibunya serta bidan. Namun, tidak seluruh pengetahuan tentang pengasuhan anak yang dimiliki ibu muda diwujudkan dalam praktik. Pada umumnya praktik pengasuhan anak yang dilakukan ibu muda lebih mengacu pada pengetahuan yang dikonstuksi oleh ibunya, meskipun hal tersebut bertentangan dengan perilaku sehat yang dianjurkan oleh bidan.


This research focuses on the construction of knowledge and practice of parenting by mothers who married in the young age. Research data were obtained using observation of participants methods and in-depth interviews with three informants of young mothers in Mekarwaru Village, Gantar sub district, Indramayu. The result of this research showed that there are two figures who contributed in constructing young mothers knowledge about parenting, there are their mothers and midwives. However, not all knowledge of child parenting owned by young mothers is transformed into a practice. In general, parenting practices carried out by young mothers are more referring to the knowledge constructed by their mothers, although it is contrary to the healthy behavior recommended by midviwes.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alinda Roihanna Fariesta
"Kekeringan menjelaskan suatu tahap kelangkaan air pada waktu tertentu di lokasi tertentu. Kekeringan berdampak dalam banyak hal. Gagal panen atau “puso” akan terjadi dari kekeringan jangka pendek, sementara gangguan ekonomi mungkin terjadi dalam periode kekeringan jangka panjang. Beberapa wilayah di Indonesia secara berkala terkena dampak kekeringan pada musim kemarau, termasuk Kabupaten Indramayu. Sebagai salah satu lumbung padi terbesar di Jawa Barat, 63% wilayah Indramayu ditutupi oleh sawah. Oleh karena itu, pemantauan kekeringan pertanian di lokasi tersebut menjadi tantangan karena kerusakan luas yang disebabkan oleh peristiwa tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi spasial dan temporal kekeringan di persawahan Indramayu. Penelitian ini memanfaatkan Normalized Difference Drought Index (NDDI) yang dihasilkan dari Landsat 8 OLI-TIRS untuk mengidentifikasi lokasi kekeringan. Pengamatan dilakukan pada bulan kering Juli, Agustus, September, dan Oktober. Daerah kekeringan paling parah terjadi pada bulan Oktober, terutama di tiga kecamatan, yaitu Gantar, Kroya, dan Haurgeulis. Analisis korelasi berbasis statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara NDDI dan jarak dari jaringan irigasi, meskipun korelasi yang relatif lebih kuat ditemukan antara NDDI dan produktivitas tanaman. Secara konklusif, NDDI berhasil diterapkan untuk mengidentifikasi daerah kekeringan di Kabupaten Indramayu"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samsul Maarif
"Skripsi ini memaparkan proses-proses pembentukan dan penguatan identitas di kalangan petani-petani yang tergabung dalam organisasi IPPHTI (Ikatan Petani Pengendali Hama Terpadu Indonesia), Indramayu. Proses ini berlangsung melalui serangkaian peristiwa dan kegiatan kolaboratif antara organisasi IPPHTI Indramayu dengan Departemen Antropologi FISIP UI yang berlangsung dalam kurun 2006-2007. Dalam proses tersebut, program sosialisasi nilai kemandirian melalui pembuatan dan penayangan film Bisa Dèwèk tersebut merupakan salah satu titik balik dalam proses pembentukan dan penguatan identitas petani IPPHTI yang menerapkan nilai-nilai kemandirian (Bisa Dèwèk). Melalui serangkaian strategi untuk menyosialisasikan nilai-nilai tersebut, sebagai kolektif dan individual, muncul konsekuensi/efek yang membentuk kembali dan menguatkan identitas petani IPPHTI melalui nilai-nilai Bisa Dèwèk.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dan pengamatan terlibat melalui keikutsertaan peneliti dalam program tersebut dan mengikuti perkembangan aktivitas dan pandangan petani. Pembentukan dan penguatan identitas ini berkonsekuensi terhadap munculnya kemampuan petani untuk mendapatakan posisi dan daya tawar baru terhadap pihak-pihak yang selama ini cenderung menempatkan petani sebagai pihak yang sub-ordinat. Pembentukan dan penguatan identitas tersebut kini menempatkan petani dalam sebuah hubungan yang sejajar dengan pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal. Hal tersebut terlihat dalam otonomi petani dalam berbagai pelaksanaan program dan kegiatan Sekolah Lapang Pemuliaan Tanaman (SLPT) dan pengelolaan konservasi benih.

This thesis explains the construction and strengthening process of identity among IPPHTI Farmers (Ikatan Petani Pengandalian Hama Terpadu Indonesia, Indonesian Integrated Pest management Farmers? Alliance) in Indramayu Regency, West Java. The processes of identities making and empowerment took place in many farmers events and activities between 2006-2007. The significant turning point was the farmers? collaborations with Anthropology Department University of Indonesia in Bisa Dèwèk: Farmers empowerment through film productions and disseminations program. This program was planed to disseminate knowledge and farmers? self-help values in their everyday activity. Through a series of programs? activities the process of identity construction and empowerment occur as the consequences of farmers? strategy. Both have influenced the construction of the re-empowerment of IPPHTI identity and Bisa Dèwèk (?Do it ourselves?) values among farmers that spread in 14 districts in Indramayu Regency.
This research used qualitative approach with in-depth interview and participant observation. The author involved as participant in many farmers? events and activities. This thesis reveals the significance of identity construction and re-empowerment in the repositioning of farmers? role and political position vis-a-vis state apparatus and other institutions."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Silaban, Tigor
"Salah satu masalah gizi utama di Indonesia adalah anemia gizi, termasuk didalamnya adalah anemia ibu hamil. SKRT 1992 mendapatkan proporsi anemia ibu hamil sebesar 63,5% sedangkan sasaran yang akan dicapai adalah menurunkan persentase anemia ibu hamil menjadi 40% pada akhir Repelita VI. Banyak faktor ibu yang mempengaruhi terjadinya anemia ibu hamil.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proporsi anemia ibu hamil trimester III dan hubungannya dengan beberapa faktor ibu.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Studi Prospektif Keluarga Berencana dan Kesehatan di kecamatan Sliyeg dan Kecamatan Gabus Wetan modul rather dare. Jumlah sampel penelitian adalah 788 ibu hamil trimester III dengan disain cross-sectional. Faktor ibu yang diteliti adalah umur ibu, paritas, jarak kelahiran, tinggi badan, lingkar lengan atas, penyakit ibu, kadar Hb sebelum trimester III, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status kekayaan, jumlah anak hidup, peneriksaan kehamilan, makanan ibu, konsumsi tablet besi, dan kebiasaan minum teh.
Proporsi anemia ibu hamil trimester III adalah sebesar 58,1%, proporsi anemia ringan sebesar 53% dan proporsi anemia berat sebesar 5,1% . Terdapat hubungan antara anemia ibu hamil trimester III dengan faktor kadar Hb sebelum trimester III, kebiasaan minum teh, jumlah anak hidup, pendidikan ibu, konsumsi tablet besi, dan status kekayaan. Resiko terjadinya anemia pada ibu hamil trimester III dengan keadaan tidak minum tablet besi, minum teh teratur, jumlah anak hidup lebih dari dua, dan status kekayaan kurang adalah 3,1 kali.
Disarankan agar tablet besi harus tetap diberikan kepada ibu hamil sejak seawal mungkin kehamilannya dan pemantauan agar tablet besi benar-benar diminum oleh ibu hamil."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T8432
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mieke Savitri
"Anemia semasa hamil dan perdarahan masa nifas yang merupakan masalah kesehatan maternal di Indonesia karena prevalensinya yang masih cukup tinggi menarik minat peneliti untuk melihat hubungan antara keduanya. Penelitian dilakukan dengan menganalisa data sekunder dari Puska UI dengan metode Case Control. Ternyata hipotesis peneliti yang menyatakan bahwa ada hubungan antara anemia semasa hamil dengan perdarahan masa nifas setelah dikontrol oleh variabel-variabel umur ibu, paritas, jarak kelahiran, pelayanan antenatal, penolong persalinan dan lama partus tidak terbukti. Walaupun demikian, dari perhitungan Atributable Risk % dan Population Atributable Risk % didapatkan angka yang cukup tinggi, kecuali untuk variabel pelayanan antenatal, sehingga hipotesis peneliti tersebut perlu diperhatilcan untuk kepentingan program. Selain itu ditemukan bahwa partus lama memperbesar resiko untuk terjadinya perdarahan masa nifas dan secara statistik hal tersebut bermakna. Dari hasil yang didapat tersebut penulis berharap agar pada masa mendatang pengumpulan data Modul Keharnilan yang dilakukan di wilayah tersebut diperlengkap dan dibuat lebih baik lagi agar dapat dilakukan analisa data yang juga lebih baik. Penulis juga menyarankan agar program Kesehatan Ibu dan Anak di wilayah penelitian tersebut ditingkatkan agar prevalensi anemia dan kejadian perdarahan masa nifas dapat diturunkan. Salah satu cara adalah dengan pelatihan dukun bayi agar lebih trampil dalam menolong persalinan dan peningkatan kemampuan bidan desa dalam menangani persalinan dan mendeteksi kelainan komplikasi yang terjadi sedini mungkin untuk segera merujuk pasien ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.

Anemia during pregnancy and postpartum hemorrhage are maternal problems in Indonesia because the prevalence?s are still high, so the author was interested to study the relationship between that two variables. The study was done by using data from The Center for Child Survival, University of Indonesia with Case Control method. The author can not prove the hypothesis that said there is relationship between anemia during pregnancy and postpartum hemorrhage after controlled by the mother's age, parity, space of births , antenatal care, birth attendant and delivery time. However, from the Attributable Risk Percentage and Population Attributable Risk Percentage values, except for antenatal care, health providers should pay attention to the author's hypothesis for increasing the health program's quality. The study also find that if delivery time is more than 18 hours, the risk for having postpartum hemorrhage will increase, and it is significant statistically. From the results of the study, the author hopes that in the future, Mother Care data collection at the area should be done better. The author also suggests that Mother and Child Program at the area of the study should be increased to decrease the prevalence?s of anemia and postpartum hemorrhage. It can be done by training the traditional birth attendant to increase their skill in helping mothers during delivery. It can also be done by increasing the quality of the midwives ( their capability to help delivery and to detect complication during delivery as soon as possible and refers the patients immediately to a higher health services ).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T8431
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afri Fauzi
"Obyek penelitian yang dikaji dalam skripsi ini adalah pemukiman masyarakat Cina di Kota Indramayu, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan mengetahui kedudukan pemukiman masyarakat Cina di dalam tata ruang Kota Indramayu. Melalui observasi diketahui bahwa pada pemukiman masyarakat Cina di Kota Indramayu dapat dijumpai elemen-elemen pemukiman masyarakat Cina seperti: klenteng, bangunan-bangunan ruko/pasar, akses/orientasi bangunan-bangunan pada pemukiman, serta pelabuhan. Hasil analisis internal terhadap pemukiman masyarakat Cina di Kota Indramayu diketahui bahwa struktur pemukimannya membentuk pola grid dengan sumbu vertikal utara-selatan dan lintang horisontal barat-timur. Dari pola yang demikian, nampak adanya pembagian wilayah yang memperlihatkan fungsi komersial dan strata sosial yang berbeda. Perbedaan ini tergantung pada tingkat kemudahan aksesibilitasnya. Jalan-jalan primer membagi kawasan Pecinan yang memiliki tingkat komersial paling tinggi. Jalan-jalan tersebut juga dapat memperlihatkan batas-batas wilayah pemukiman. Sementara jalan-jalan sekunder merupakan jalan-jalan kecil di antara ruko_ruko yang lebih dikenal dengan gang-gang. Gang-gang ini menghubungkan daerah belakang dengan daerah depan dari pemukiman masyarakat Cina. Ukurannya relatif sempit sehingga gang-gang tersebut hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki dan kendaraan_kendaraan seperti motor, becak, dan sepeda. Bangunan-bangunan hunian yang besar dan berornamen mewah menempati daerah di kiri-kanan jalan-jalan primer komersial. Sementara kelompok masyarakat Cina biasa menempati rumah-rumah kecil yang jauh dari jalan-jalan primer. Disamping itu, keletakkan klenteng ternyata memperlihatkan penafsiran yang berbeda-beda di sejumlah kawasan. Hasil analisis ekstemal menunjukkan bahwa di dalam tata ruang Kota Indramayu, pemukiman masyarakat Cina terletak di antara pemukiman Eropa (di utara) dan pemukiman Pribumi-Arab (di selatan) (mediating position). Pemukiman yang dibentuk atas dasar pola grid ini merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung interaksi keruangan, sosial, ekonomik, dan nilai-nilai budaya. Di satu sisi pemukiman masyarakat Cina ini merupakan daerah tertutup, monorasial yang warganya bersandar pada nilai-nilai solidaritas internal dan kekeluargaan. Di sisi lain wilayah ini juga merupakan kawasan multirasial; yakni sebagai pusat kegiatan ekonomi kota yang masyarakatnya heterogen baik dari kebudayaannya (etnik) maupun status sosialnya. Melalui penafsiran peran perantara terhadap tata letak pemukiman masyarakat Cina di dalam tata ruang Kota Indramayu, diketahui bahwa daerah ini memiliki peran perantara (mediating role) baik dalam politik (struktural) maupun ekonomi (fungsional)"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>