Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Nurlina
"Perkembangan infeksi Human Imunodeficiency Virus (HIV) di dunia sangat progresif. Sejak ditemukan di dunia tahun 1981 sampai dengan tahun 2016 jumlah penderitanya telah mencapai puluhan juta jiwa. Jumlah penderita baru infeksi HIV di Kabupaten Cirebon memiliki kecenderungan yang sama dengan kondisi dunia. Pada tahun 2017 jumlah penderita baru meningkat 50% dibanding tahun 2009. Penyebaran Infeksi HIV masih terkonsentrasi pada populasi kunci dengan pola transmisi utama melalui hubungan seks tidak aman. Upaya pencegahan primer yang dilakukan adalah deteksi dini status HIV seseorang dan konseling terhadap faktor risiko yang dimiliki melalui kegiatan Voluntary Counselling And Testing (VCT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya hubungan antara perilaku seks berisiko dengan infeksi HIV pada Klien VCT Di Kabupaten Cirebon.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional menggunakan data sekunder kegiatan VCT tahun 2017. Populasi penelitian ini adalah klien yang berkunjung pada kegiatan VCT, melakukan konseling pra test, tes HIV dan konseling pasca menerima hasil tes. Klien yang berkunjung terdiri dari terdiri dari populasi kunci (gay/LSL, penasun, penjaja seks (PS), pelanggan PS, waria, dan WBP) serta pasien TB dan pasangan risti. Dilakukan analisis regresi logistik untuk mendapatkan estimasi besar hubungan antara perilaku seks berisiko dengan infeksi HIV setelah dikendalikan variabel kovariat.
Proporsi infeksi hiv pada klien VCT di Kabupaten Cirebon tahun 2017 sebesar 3,0%, sedangkan proporsi perilaku seks berisiko sebesar 80,4%. Didapatkan besar hubungan (POR) antara perilaku seks berisiko dengan infeksi HIV pada klien VCT di Kabupaten Cirebon sebesar 2,23 (95% CI ; 1,019-4,899) setelah dikendalikan jenis kelamin. Proporsi perilaku seks berisiko pada klien VCT sangat tinggi, klien VCT yang melakukan perilaku seks berisiko berpeluang terinfeksi HIV sebesar 2,23 kali dibandingkan dengan klien VCT yang tidak melakukan perilaku seks berisiko.
Direkomendasikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon agar dapat meningkatkan kegiatan promotif dan preventif yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan pencegahan infeksi HIV kepada masyarakat, melakukan pelatihan petugas lapangan dalam hal tehnik advokasi dan regulasi, meningkatkan frekuensi kegiatan VCT pada populasi kunci dan meningkatkan durasi serta kualitas konseling dalam kegiatan VCT.

The progression of Human Immunodeficiency Virus (HIV) infection in the world is very progressive. Since found in 1981 until 2016 the number of cases has reached tens of millions of lives. The number of new HIV infections in Cirebon Regency has the same as the condition of the world. In 2017 the number of new cases increased by 50% compared to 2009. The spread of HIV infection is still concentrated in the key population with the main transmission pattern through unsafe sex. Primary prevention undertaken are early detection of a HIV status and counselling of risk factors through Voluntary Counseling and Testing (VCT) activities. This study aims to determine the magnitude of the association between risky sexual behavior with HIV infection on VCT Clients in Cirebon Regency.
This was cross sectional study using secondary data of VCT in 2017. The population is clients who visit VCT clinic, doing pre-test counselling, HIV test and post-test counselling. Clients are key populations (gay / MSM, customer sex workers, IDUs, sex workers, transgender, and prisoners), TB patients and legaly sex partner. Logistic regression analysis was used to estimate association between risky sex behavior and HIV infection after controlled covariate variables.
Nearly 3.0%. (85/2,858) of tested clients were positif HIV and 80.4% (2,299/2.858) client had risky sexual behavior. There was a significant association between risky sex behavior and HIV infection on VCT clients in Cirebon Regency (Adjusted POR=2.23 (1.019-4.899) after controlling to gender. The proportion of risky sex behaviors in VCT clients is very high, VCT clients who engage in sex-risk behaviors had a risk of 2.23 times for HIV infection compared to VCT clients who do not engage in risky sexual behavior.
It is recommended to the Cirebon Health Office to improve promotive and preventive programs to enhancing community knowledge and skills in preventing HIV infection, conducting outreach training in terms of regulatory and advocacy techniques, increasing the frequency of VCT and improving the duration and quality of counselling in VCT.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50831
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sarah
"Regalia Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman adalah benda-benda yang dianggap mempunyai kekuatan gaib dan merupakan benda-benda yang pada umumnya selalu dikenakan oleh raja untuk menunjukkan kebesaran dan kekuasaannya. Regalia Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman ini terdapat pada bangunan Museum benda_benda Pusaka yang berada pada masing-masing keraton tersebut. Penelitian sebelum ini hanya membahas mengenai fisik bangunan keraton dan beberapa pusaka tertentu dan kedua keraton tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi regalia yang dimiliki oleh Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman dari segi jenis, jumlah, penggunaan bahan, pemilihan wrna, dan penggunaan motif hias. Dan jika terdapat persamaan dan atau pun perbedaan, maka hal tersebut merupakan kesimpulan dari penelitian ini. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, dilakukan langkah kerja yang dilakukan secara bertahap. Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan studi pustaka dan studi lapangan. Tahap selanjutnya adalah pengolahan data (pembahasan) yang dilakukan dengan jalan melakukan tabulasi dan perbandingan terhadap jenis, jumlah, penggunaan bahan, pemilihan warna, dan penggunaan motif hias pada regalia yang dimiliki oleh Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Langkah terakhir adalah menafsirkan hasil pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah penelitian dilakukan, maka dapat diketahui bahwa regalia yang dimiliki oleh Keraton Kasepuhan mempunyai jenis dan jumlah yang lebih banyak. Begitu pula pada penggunaan bahan, pemilihan warna, dan penggunaan motif hias, regalia yang dimiliki oleh Keraton Kasepuhan menggunakan bahan, warna, dan motif bias yang lebih bervariasi dibandingkan regalia yang dimiliki oleh Keraton Kanoman. Berdasarkan pembahasan tersebut, maka dapat diketahui bahwa sebuah pusat pemerintahan yang lebih tua (besar) dalarn hal ini Keraton Kasepuhan memiliki jenis dan jumlah regalia yang lebih banyak, begitu pula pada penggunaan bahan, pemilihan warna, dan penggunaan motif hias, dibandingkan regalia yang dimiliki oleh sebuah pusat pemerintahan yang lebih muda (kecil), dalam hal ini Keraton Kanoman. Dan hal ini secara implisit menunjukkan bahwa Keraton Kasepuhan mempunyai tingkat kekuasaan yang lebih tinggi dari Keraton Kanoman."
2000
S12020
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eyo Karmulya
"Kartu Sehat adalah kartu jaminan pemeliharaan kesehatan bagi keluarga miskin yang dapat digunakan untuk mendapatkan paket pelayanan kesehatan secara cuma-cuma di sarana pelayanan kesehatan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran pemanfaatan kartu sehat dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatannya, serta mencari faktor yang paling signifikan terhadap pernanfaatan kartu sehat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan studi " Cross Sectional ". Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang mendapatkan kartu sehat di wilayah kerja Puskesmas Kejaksan. Jumlah responden terpilih sebesar 204 orang. Faktor-faktor yang diteliti meliputi faktor predisposisi (pendidikan, pengetahuan, sikap, persepsi sakit dan jumlah anggota keluarga), faktor memungkinkan (ketersediaan pelayanan, jarak, sarana transportasi, dan biaya transportasi), faktor menguatkan (sikap petugas kesehatan dan kader kesehatan) dan faktor kebutuhan pelayanan kesehatan. Pengolahan data dengan menggunakan program SPSS for windows versi 10.01.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan kartu sehat di wilayah kerja Puskesmas Kejaksan sebesar 42 % dan yang tidak memanfaatkan kartu sehat sebesar 58 %. Hasil analisis dengan menggunakan chi-square diperoleh faktor-faktor yang berhubungan secara bermakna dengan pemanfaatan kartu sehat adalah pengetahuan, persepsi sakit, ketersediaan pelayanan kesehatan, kader kesehatan dan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Analisis multivariat pada penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang sangat berhubungan dengan pemanfaatan kartu sehat. Dari analisis multivariat ini bahwa faktor pengetahuan, sikap responden, persepsi sakit, ketersediaan pelayanan kesehatan dan jarak mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan kartu sehat. Variabel yang paling signifikan terhadap pemanfaatan kartu sehat adalah ketersediaan pelayanan kesehatan.
Disarankan dalam era desentralisasi, Pemerintah Daerah bersama DPRD melalui Dinas Kesehatan perlu mengupayakan bentuk konkrit untuk mensubsidi pelayanan kesehatan bagi golongan miskin dalam menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan. Mampu membuat perencanaan program JPS-BK yang dapat disatukan dengan program sosial lainnya (integrated) dengan memperhatikan sumberdaya yang tersedia. Disarankan juga adanya peninjauan kembali penetapan wilayah berlakunya kartu sehat dengan mempertimbangkan kemudahan pencapaian tempat pelayanan, selain itu perlu adanya peningkatan pengetahuan bagi kader kesehatan tentang tujuan dan manfaat kartu sehat serta meningkatkan persepsi sakit masyarakat. Penelitian lanjutan diperlukan dengan rancangan penelitian gabungan antara kuantitatif dengan kualitatif.

Health card is a guarantee health care card for the poverty. which can use to get a free health service package at the public health service centre as the local government already maintain. The aim from this research is to have a view of the utilization health card and the relation factors by the usage, and to look the most significant factor for utilization health card. This research is a quantitative method using a " crops sectional " study design. In this research population are the head of family who got a health card at the Kejaksan health service centre district . The choosen respondence quantity were 204 people. The factors which had been researched , predisposition factors involved education, knowledge, act, sick perception and a quantity of family member. Enabling factors involved health service facility, distance, transportation media and transportation fee, reinforcing factors involved provider behaviour and health cadre and health service needs factors. The data processing by using SPSS program for window 10.01 version.
Result of research showed utilization health card at the Kejaksan health service centre district are 42 % and who didn't utilization of health card are 58 %. The analysis result by using chi-square have factors are correlated with the utilization of health card are knowledge, disease perception, and health service facility, health cadre and health service needs.
Multivariate analysis was use in this research are aim to find most related factors with utilization health card. From this mukivariale analysis that knowledge factors, respondence attitude, disease perception, health service facility and distance, were found significantly related to the utilization health card. The most significant variable for utilization health card is health service facilities.
In desentralization era suggested, the local government together with DPRD through Health Departement needs to work out the concrete shape to afford health service for poverty in order to guarantee the availability of health service. Able to make The Sosial Safety Net plan program which can be unified by another Social Program ( integrated ) concern by the resources. Also suggested to reorganization of the geographical coverage of the health card by considering the case of service location achievrnent, besides that it's very important there's a knowledge increasing for the health cadre about the purpose and aim of health card and increasing perception about disease. The advanced research needed by researched combination design between quantitative and qualitative.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T 10711
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Josephat Suwanta Sinarya
"Pengobatan rasional di Puskesmas telah diupayakan sejak dikeluarkannya buku pedoman pengobatan dasar di Puskesmas dan buku pedoman pembinaan pengobatan rasional di Puskesmas. Tetapi pada pelaksanaannya di lapangan tidak dapat dilaksanakan dengan baik sesuai prosedur yang telah ditentukan yang ditandai dengan sedikitnya informasi tentang tingkat rasionalitas pengobatan di Puskesmas. Hal ini disebabkan Dinas Kesehatan Kabupaten belum lengkap memperoleh data tentarig rasionalitas pengobatan di Puskesmas, karena data tentang rasionalitas pengobatan di Puskesmas yang perlu diumpan balikkan kepada Puskesmas belum dapat diperoleh secara berkala dan tepat waktu karena keterbatasan kemampuan petugas pembina di Dinas Kesehatan Kabupaten, banyaknya form yang harus diisi, pengolahan data secara manual dan belum adanya koordinasi lintas program yang memadai.
Studi ini merancang suatu model pengembangan Sistem Informasi Kesehatan tentang Pengobatan Rasional di Puskesmas (SIKPRP) dengan analisis kesesuaian dengan menggunakan program aplikasi Epi Info dan Epi Map di Kabupaten Cirebon. Program aplikasi yang telah siap pakai akan memudahkan petugas dalam pemasukan data, pengolahan dan penyajian hasil analisis data yang dibuat dengan tampilan peta wilayah.
Tahapan pengembangan sistem SIKPRP di Kabupaten Cirebon terdiri dari penelitian awal, analisis sistem, desain sistem dan pengembangan sistem. Tahap selanjutnya adalah uji coba sistem, tetapi tidak dilakukan dalam penelitian ini karena keterbatasan waktu. Uji coba direncanakan di beberapa DT II agar diperoleh gambaran tentang penerapan sistem yang barn ini dan kemudian diharapkan sistem ini dapat diterapkan di semua DT II.

Since the base therapy and the creative rational manual have been published, the therapy in a local government clinic has been strove for good therapy. But the field implementation cannot be brought about well in accordance to the determined procedure that is lack of information about rational degree of therapy in a local government clinic (PUSKESMAS). It is because, the Regional Health Department has no such complete data on rational therapy (rational use of drugs) done in a PUSKESMAS in where the rational use-of drugs data must be feed back to the PUSKESMAS has not been got regularly and punctually.
The reasons are the field officer's incapability, many kinds of forms to be filled in, manual data processing and the coordination of crossed program are not satisfactory.
This study creates a model of a developed Health Information System about rational use of drugs in a PUSKESMAS (SIKPRP) using appropriate analysis application EPI INFO and EPI MAP program in Cirebon Regency. This ready for use application program will help officers enter and process the data easily and present the analyzed data in a regional map display.
The developing phase SIKPRP System in Cirebon Regency consists of a beginning research, analyzed system, and developing system. The next phase is a try-out system, but it has not been done in this research because of lack of time. The trial will be done in some regency in order to get a picture of applying this new system and then, this system is hopefully to be able to be applied in all regency in Indonesia.
Development in Health Information System on Rational Therapy in a Local Government Clinic In Cirebon RegencySince the base therapy and the creative rational manual have been published, the therapy in a local government clinic has been strove for good therapy. But the field implementation cannot be brought about well in accordance to the determined procedure that is lack of information about rational degree of therapy in a local government clinic (PUSKESMAS). It is because, the Regional Health Department has no such complete data on rational therapy (rational use of drugs) done in a PUSKESMAS in where the rational use-of drugs data must be feed back to the PUSKESMAS has not been got regularly and punctually. The reasons are the field officer's incapability, many kinds of forms to be filled in, manual data processing and the coordination of crossed program are not satisfactory.
This study creates a model of a developed Health Information System about rational use of drugs in a PUSKESMAS (SIKPRP) using appropriate analysis application EPI INFO and EPI MAP program in Cirebon Regency. This ready for use application program will help officers enter and process the data easily and present the analyzed data in a regional map display.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Suhardi Sarim
"Indonesia merupakan negara dengan keadaan geografi cenderung sering terjadi bencana alam. Demikian pula Jawa Barat yang mempunyai banyak gunung berapi yang masih aktif. Maka menjadi pertanyaan sudahkah Rumah Sakit Umum Daerah di wilayah Cirebon siap menghadapi bencana ?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah di Wilayah Cirebon dalam menghadapi bencana, dilakukan studi deskriptif dengan rancangan komparasi atas standar Baku terhadap keadaan 7 Rumah Sakit Umum daerah, melalui pendekatan kuantitatif data sekunder dan kualitatif.
Informan dalam penelitian ini seluruh Direktur RUD dan seluruh Kepala Instalasi Instalasi Rawat Darurat se-Wilayah Cirebon. Digunakan analisa univariat dari data kuesioner kemudian dilakukan pembobotan sehingga dihasilkan skor kesiapan IRD, selanjutnya dilakukan analisa kesenjangan melalui wawancara mendalam dengan memperhatikan apa, siapa, mengapa, dimana, kapan dan bagaimana ketidaksiapan IRD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh Rumah Sakit Umum Daerah di Wilayah Cirebon tidak siap menghadapi kegawat daruratan bencana/sehari-hari. Setelah dilakukan analisa kesenjangan maka yang menjadi alasan ketidak siapan adalah;
Pertama: kurangnya dukungan para Direktur Rumah Sakit Umum Daerah terhadap Sistem penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Bencana/Sehari-hari (SPGDT-B/S) yang disebabkan antara lain adalah kurangnya pemahaman akan SPGDT-B/S, kurangnya sosialisasi tentang standar klasifikasi IRD di Indonesia, standar kendaraan pelayanan medik dan yang penting juga adalah keterbatasan RSUD ermasuk Pemerintah Kota dan Kabupaten.
Kedua: kurangnya kepedulian Kepala IRD selaku manajer penanggulangan kegawat daruratan terpadu bencana dalam mengelola sumber daya akibat kurangnya dukungan manajemen. Ketiga: kurangnya sosialisasi SPGDT-BIS serta dukungan akan kelengkapan sumber daya IRD dari Departemen Kesehatan Khususnya Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.

Indonesia is a state that geographically tends to face with natural disasters. So the question is, are general hospitals ready to face disasters?
This research aimed at knowing the readiness of General Hospital at Cirebon Regions in facing with disasters. This research is a descriptive study using comparative design based on the standard to the conditions of 7 General Hospital through qualitative and quantitative data approaches.
The informers in this research are all Directors of General Hospitals and all Head of Emergency Units at Cirebon regions. A uni-variant analysis is used generated from questionnaire data then scoring it to make level of readiness of emergency unit. Then a gap analysis was done through in-depth interview with take into consideration what, who, why, where, and when, and how the un-readiness of emergency unit.
The result of research shows that all general hospitals in Cirebon regions are not ready to face with daily emergency/disaster. After it is analyzed, the reason for unreadiness is due to:
First: lack of support from all director-of hospital to the Integrated System of Daily Emergency/Disaster Management (SPGDT-BIS) that caused by lack understanding to SPGDT-BIS, lack of socialization of standard classification of Emergency Unit in Indonesia, standard of medical service vehicle, and the important thing is lack of budget of general hospital including District and City Government.
Second: lack of attention of l-lead of Emergency Unit as manager of integrated emergency management in managing resources due to lack of support from management. Third: lack of socialization of SPGDT-BIS and support to the completeness of resources of emergency unit from Department of Health particularly from Directorate of Medical Services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12753
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Desianti Pritasari
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya data mengenai pengiriman pasien oleh perusahaan-perusahaan yang menjalin perjanjian kerja sama dengan Rumah Sakit PERTAMINA Klayan. Data tersebut menunjukkan terdapat 3 dari 14 perusahaan yang menjalin PKS pada tahun 2002 tidak melakukan pengiriman pasien sedangkan 11 perusahaan lainnya yang melakukan pengiriman pasien ke RS PERTAMINA Mayan di tahun 2002 pada bulan - bulan tertentu tidak mengirimkan pasien.
Tujuan peneiitian ini adalah mengetahui faktor-faktor pada perusahaan dan faktor - faktor pada rumah sakit yang dapat menyebabkan perusahaan yang menjalin PKS melakukan dan tidak melakukan pengiriman ke RS PERTAMINA Klayan.
Disain penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan interaksi simbolik.
Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan mengambil data langsung ke sumber data. Informan dalam penelitian ini adalah pihak yang berwenang membawahi masalah kesehatan karyawan disetiap perusahaan dan karyawan perusahaan yang pernah merasakan pelayanan RS PERTAMINA Klayan. Dalam penelitian ini digunakan triangulasi dengan sumber untuk menjaga keabsahan data.
Pada penelitian ini diamati faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadi atau tidaknya pengiriman pasien, yaitu:
1. Faktor Perusahaan: Karakteristik Perusahaan, Angka Kesakitan, Kebijakan, Penilaian terhadap isi PKS dan Pengambilan Keputusan.
2. Faktor rumah sakit: Pelayanan, Fasilitas Pelayanan, Waktu, Tarif dan Informasi.
Hasil penelitian menunjukan terjadinya pengiriman dari 11 perusahaan di tahun 2002 ke RS PERTAMINA Klayan (RSPK) disebabkan oleh karakteristik perusahaan yang menimbulkan kebutuhan akan pelayanan kesehatan seperti yang dimiliki oleh RSPK, sebaran tempat tinggal karyawan perusahaan yang dekat dengan lokasi RSPK, pimpinan perusahaaan yang memutuskan menjadikan RSPK sebagai pusat rujukan, pelayanan dokter dan perawat RSPK yang dinilai baik oleh informan, tarif rawat inap dan rawat jalan RSPK yang dinilai sesuai dengan kualitas pelayanan, kecepatan pelayanan rawat inap RSPK dan pendekatan persuasif mengenai informasi pelayanan RSPK.
Faktor penyebab tidak terjadinya pengiriman pasien oleh 3 perusahaan dan faktor penyebab pengiriman pasien 11 perusahaan tidak optimal ke RSPK di tahun 2002 adalah 68,58% sebaran tempat tinggal seluruh karyawan di 14 perusahaan dikategorikan jauh dari lokasi RSPK, karyawan sebagai pengambil keputusan mempunyai banyak pilihan rumah sakit karena perusahaan memiliki perjanjian kerjasama (PKS) dengan rumah sakit lain selain RSPK, fasilitas kesehatan karyawan yang ditanggung perusahaan terbatas, isi PKS antara RSPK dengan perusahaan tidak mengikat perusahaan untuk mengirim pasien hanya kepada RSPK, image tarif RSPK yang mahal bagi karyawan 3 perusahaan yang tidak melakukan pengiriman pasien ke RSPK ditahun 2002, lamanya penagihan dari pihak rumah sakit kepada perusahaan membuat perusahaan merasa dirugikan baik secara waktu, ketepatan pelaksanaan pasal penagihan PKS dan materi khususnya yang terjadi pada PT Terminal Batubara Indah cabang Cirebon.
Literatur: 24 buku (1977 -- 2002)

The Analysis Causation Factor Member of Agreement Company Sent and Not Sent Their Patient to PERTAMINA Klayan Hospital in CirebonThis research have a background data about quantity patient from companies that have master of agreement (MOU) with PERTAMINA Klayan hospital. From 14 companies, 3 of them not sent their patient to PERTAMINA Klayan hospital in 2002. in the other side 11 companies which sent their patient, in a certain month doesn't sent their patient.
The aim of this research is to find out the causation factor at the company and hospital which is cause companies with MOU sent and not sent their patient to PERTAMINA Klayan hospital.
This approach is qualitative approach with symbolic interaction research has been carried out based on data from interview. Informant in this research who is a person with authorithy on official health care problem in every company and company's employee who are ex. patient PERTAMINA Klayan hospital. This research take triangulation data in order to preserve validity of data.
This research observe causaction factor companies with MOU sent or riot sent their patient, as follow as:
1. Company Factor: Company Characteristic, Figure of Illness, Policy, Proportion Section of MOU and Decision Making.
2. Hospital Factor: Service, Facility of service, Time, Price and Information.
In 2002, the result of this research show that sent from 11 companies to PERTAMINA Hospital Klayan was caused by company's character which was appeared the need of healthy service like PERTAMINA Hospital Klayan, employee's residence which is near from PERTAMINA Hospital Klayan as center referral, service PERTAMINA Hospital Klayan doctor and nurses who judged kind by informant, hospitalize fee which is according to service quality, speed of hospitalize service PERTAMINA Hospital Klayan and persuasive approximation about PERTAMINA Hospital Klayan service information.
The cause factor does not sent the patient by 3 companies and the cause factor sent patient from 11 companies were optimal to PERTAMINA Hospital Klayan in 2002 around 68,58% spread of residence whole of in 14 companies. Those categories are far from PERTANIINA Hospital Klayan location, the employee has many options because the company had MOU (member of understanding) with another hospital beside PERTAMINA Hospital Klayan, the facility of employee's health who guaranteed by company, the content of MOU between PERTAMINA Hospital Klayan with company is not to set the company to send the patient to hospital, the expensive fee in PERTAMINA Hospital Klayan for employee 3 companies which is not sent to hospital in 2002, the time limit of debt from hospital to company make they feel lost, in time, accuracy of debt chapter and especially in PT Terminal Batubara Indah Cab. Cirebon.
Literature: 24 books (1977-2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13037
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Astawa
"Di era globalisasi saat ini, Indonesia menghadapi era pasar bebas termasuk di dalamnya sektor industri kesehatan. Jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit akan berubah seiring bergulirnya globalisasi. Faktor-faktor di dalam dan di luar rumah sakit yang turut berubah meliputi country, cost, costumer, competitor dan company. Peningkatan peran swasta dan adanya deregulasi kebijakan serta pengembangan investasi asing khususnya dalam bidang perumahsakitan serta kebijakan pasar bebas akan mendorong perubahan konsep pelayanan kesehatan dari fee for service menjadi konsep kapitasi dan asuransi kesehatan.
Sistem ini menuntut pula kelengkapan tatanan dan aturan yang pasti dalam populasi yang tetap, meliputi kurun waktu satu tahun, yang dapat diperbaharui kembali sesuai kesepakatan. Sistem kapitasi menuntut kelengkapan adanya unit cost, tingkat utilisasi, yang cenderung stabil dan terakhir bermuara pada besaran nilai kapitasi serta premi yang disepakati di antara penyelenggara kesehatan, pemberi layanan kesehatan dan peserta.
Penelitian mengenai analisa besaran premi bagi pensiunan pertamina beserta istri atau suami yang berobat di Rumah Sakit Pertamina Cirebon tahun 2003, dilakukan di lingkungan unit pelayanan kesehatan yang ada di RS Pertamina Klayan Cirebon selama kurun waktu 4 minggu.
Ditemukan sebanyak 3541 populasi pensiunan Pertamina beserta istri dan suami yang berobat di Rumah Sakit Pertamina Klayan Cirebon tahun 2003, didapatkan dari penelusuran data-data sekunder yang bersumber dari TI, Medical Record dan Bagian Keuangan, dan diolah dengan analisis deskriptif. Dengan berdasarkan formulasi, akhirnya diperoleh besaran nilai premi total untuk layanan yang dipertanggungkan adalah sebesar Rp. 7.488.609.612,07,- untuk 3541 orang per tahunnya.
Besaran nilai premi menjadi dasar kerja sama antara badan penyelenggara kesehatan dengan pemberi pelayanan kesehatan, sehingga dapat memberikan manfaat seperti kepastian, mutu layanan yang baik, sehingga diharapkan akan terjadi retensi dan loyalitas badan penyelenggara kesehatan atau peserta terhadap pemberi pelayanan kesehatan yaitu Rumah Sakit Pertamina Klayan Cirebon.
Pelaksanaan sistem kapitasi membutuhkan kesiapan di segala bidang baik pemberi layanan kesehatan, badan penyelenggara kesehatan serta peserta itu sendiri, sehingga tidak akan menimbulkan saling kecurigaan. Dengan demikian sangat diperlukan adanya sosialisasi dan pendidikan keterampilan dalam bidang kapitasi untuk seluruh SDM yang terkait.
Daftar Pustaka : 21 (1997 - 2003).

Analyse of Value at Premium to Retired Patient from Pertamina which Mediciness at Pertamina Klayan Hospital at District of Cirebon for the Year 2003Enclosure In globalization era in this time, Indonesia face free market era is including in it health industrial sector. Health service at hospital will change along him globalization. Factors in and is outdoors of Hospital which partake to change to cover country, cost, costumer, and competitor of company. Make-Up of role of private sector and existence of policy deregulations and also development of foreign investments especially in the field of Hospitalization and also policy of free market will push change of concept service of health of fee for service become concept of capitations and health insurance. With existence of customers orientation and effort upgrade health service and also the existence of competitor factor and expanding it service care ambulatory will make elementary change at health pattern of curative service form of rehabilitative to conservancy of health which have emphasis and promote of preventive.
System of Capitations expected can upgrade health service, high efficiency storey; level and certainty constituted by big responsibility by eliminating moral factor of hazards_ This system claim also equipment of definitive order and role in population which remain to, cover range of time one year, which can turned over a new leaf according to agreement System of Capitations claim equipment of is existence of unit cost, mount utilization, what tend to stabilize and last have estuary at Value of assess Capitations and also premium agreed on among organizer of health, giver of health service and participant Premium analyses represent related/relevant responsibility to be able to give professional service.
Pursuant to this situation to analyse premium value to retired patient of Pertamina along with husband or wife which medicines At Pertamina Klayan Hospital at District of Cirebon for the year 2003. analysis of Premium Value conducted to 3541 population retired of Pertamina along with husband and wife which medicines At Pertarnina Klayan Hospital at District of Cirebon for the year 2003 by tracing data of secondary steaming from TT, Medical Record and Monetary Shares, and processed with descriptive analysis. With pursuant to formulas, finally obtained by assess total value premium for service the underwritten equal to Rp. 7.488.609.612,07,- to 3541 people per its year.
With existence of assess value premium becoming same activity base among organizer of health with giver of service of health, hence can give benefit like certainty, quality of good service, so that expected will happened and retention of loyalties of organizer of participant or health to giver of service of health that is Hospital of Pertamina Klayan Cirebon. Execution of Capitations system expects the readiness of all area to giver of health service, The organizer of health and also participant of itself, so that will not generate each other suspicion. Thereby very needed the existence of socialization and education of skill in the field of capitations to entire/all related/relevant Human Resources Development.
Bibliography : 21 (1997 - 2003.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13183
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinny Rafiah Sechan
"Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu terus meningkat sejalan dengan keberhasilan pembangunan. Berdasarkan analisis organisasi Rumah Sakit Waled dengan SK Menkes 1 1150 / Men Kes /1993 tentang klasifikasi rumah sakit dari kelas B menjadi kelas C. Maka perlu adanya penataan kedudukan, fungsi susunan organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Waled. Rumah Sakit Waled sebagaimana rumah sakit lainnya melayani pasien dengan promotif, kuratif, preventif dan rehabilitatif, hanya pemanfaatan rumah sakit belum maksimal , terbukti dari BOR yang dinilai masih rendah dari angka Nasional, yang paling rendah dari semua ruangan rawat inap adalah bangsal bedah (31 % ), dan kenaikan BOR pertahunnya (1 %) dibandingkan dengan kenaikan bangsal dibagian lainnya.
Tujuan penelitian ini untuk membuat perencanaan strategik pengembangan hunian bangsal bedah di RSUD Waled, mengingat lokasi rumah sakit sebagai kekuatan karena terletak di daerah perbatasan dengan 3 kabupaten selain itu juga sebagai peluang karena disekitar rumah sakit Waled ada 3 pabrik gula yang masih aktif beroperasi. Dengan mengetahui kekuatan, kelemahan yang ada, peluang, ancaman dari luar rumah sakit dan membuat kuesioner pada pasien-pasien yang sedang dirawat di bangsal bedah juga wawancara mendalam dengan staf medik/para medik di bangsal bedah, akhirnya dapat diketahui harapan dari luar, dari dalam, penampilan rumah sakit, dan analisa SWOT.
Yang perlu diperhatikan yaitu peningkatan pendekatan pada personalia pabrik gula, koordinasi dengan Kepala Dinas Kesehatan supaya sistem rujukan dapat berjalan dengan balk, sesuai harapan dari pemerintah juga meningkatkan keterampilan tenaga perawat, menambah peralatan bedah dan membentuk bank darah.

Public Health Service demand has increased and it is related with government developing progress it is based 5K Menkes No. 1150 / MENKES /1993 about classification hospital change from D type to C type. Therefore it is necessary to have position system, organization function and hospital ordering system. Waled hospital as other hospitals serves patients with promotion, curration, prevention and rehabilitation, but the hospital has not yet used maximally. It is proved that BOR value is still under national standard. The lowest BOR is the surgery inner-patients. It is 31% and the incensement is only I% per year compare with others.
The purpose of the research is to make a strategic planning how to increase the surgery hospitalized on RSUD Waled Cirebon Regency. Since the hospital location is among the three Regencies The sugar-cane factories have lots of employees, it is very potential and three sugar-cane factories which are still in operation. By SWOT analyzes have been found many internal and external factors that influenced the hospital conditions. Besides SWOT it is also used questionnaires for inner patients and deep interview with the staff medic ( the surgeon, the chief of medics committee, the nurses ).
The important things of the result are increasing the personal approach to the sugar-cane factories, coordinating with the Dinas Kesehatan Cirebon Regency to make good consultation between the RSUD Waled and Primary Health Care increasing the skill nurses and completing the surgery equipments and also providing the blood bank."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anas Noor Firdaus
"Kabupaten Cirebon yang memiliki wilayah pesisir dan daerah pantai, tentu menjadikan sektor perikanan sebagai salah satu sektor unggulan. Rajungan merupakan salah satu komoditas yang sangat penting di Kabupaten tersebut, yang tercatat pada tahun 2010 menghasilkan 17% dari total hasil tangkapan yaitu 4756,3 ton. Akan tetapi pada akhir-akhir ini di daerah Cirebon, rajungan telah mengalami overfishing.
Tesis ini mempelajari tentang biologi, kualitas air dan perikanan rajungan Portunus pelagicus di Cirebon. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui aspek biologi rajungan di Cirebon, menganalisis potensi rajungan di Cirebon terkait isu overfishing, menganalisis parameter lingkungan dari perairan Cirebon, dan memahami aspek sosial nelayan rajungan di Cirebon.
Penelitian menunjukkan bahwa secara umum rajungan jantan lebih banyak tertangkap dengan rasio jenis kelamin 1,6:1, rajungan jantan juga memiliki ukuran tubuh relatif lebih besar dibandingkan dengan rajungan betina. Fekunditas rajungan betina bertelur berkisar antara 1,69 juta sampai dengan 1,95 juta butir telur dengan tingkat kematangan gonad (TKG) ada direntang antara TKG II sampai dengan TKG V. Panjang rajungan pertama kali matang gonad (Lm) berada pada nilai 115,89 mm dan panjang rajungan pertama kali tertangkap (Lc) berada pada nilai 117,93 mm.
Di Cirebon, nilai maximum sustainable yield (MSY) rajungan sebesar 3190,5 ton/tahun, dan fMSY rajungan sebesar 341 unit armada penangkapan. Rajungan berada pada kondisi tangkap lebih. Lingkungan perairan sumberdaya rajungan, memiliki kisaran suhu antara 28°C dan 29°C, salinitas antara 25 ? dan 30 ?, derajat keasaman (pH) antara 7 dan 8, dan tingkat kecerahan antara 4 dan 5 meter.

Cirebon District has a huge coastal areas, due to this condition, the district become to have a great fisheries, especially for swimming crab Portunus pelagicus fisheries. For instants, in 2010, the product of blue crab was recorded about 17% or 4756,3 ton in year.
This research is aimed to study about the biology, water quality and swimming crab fisheries of Portunus pelagicus in Cirebon areas. The purpose of this study are to know the biology aspect of Portunus pelagicus in Cirebon, to analyze the potential of Portunus pelagicus in Cirebon due to overfishing issue, to analyze environmental parameter of waters in Cirebon, and to understand social aspects of swimming crab fisherman in Cirebon.
The research shows that in general, the sex ratio of male-female is 1,6 : 1, the male has relatively large body size compared with the female. The fecundity of the female has ranges between 1,69 million and 1,95 million eggs with mature level of gonads (TKG) between TKG II and TKG V. The length of its first ripe gonads (Lm) is 115,89 mm and the length of its first caught (Lc) is 117,93 mm.
In Cirebon, the value of maximum sustainable yield (MSY) are 3190,5 tons per year, and fMSY are 341 units capture fleet. This crab is on the overfishing condition. Waters environmental parameters have the temperature range between 28°C and 29°C, the salinity between 25 ? - 30 ?, the degrees of acidity (pH) between 7 and 8, and the level of brightness between 4 and 5 meters.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T44821
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Etik Sukesti
"Fenomena penurunan sumberdaya Rajungan di perairan Cirebon dan sekitarnya terjadi disebabkan peningkatan laju eksploitasi tanpa mempertimbangkan dinamika atau perubahan stok ikan dan aspek optimasi pemanfaatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dinamika populasi rajungan, tingkat pemanfaatan, dan optimasi pemanfaatannya di perairan Cirebon dan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan di Cirebon dan lokasi penelitian di perairan Cirebon dan sekitarnya dari bulan April ndash; Juni 2016. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan pengukuran rajungan yang tertangkap oleh alat tangkap bubu dan jaring insang. Analisis dinamika populasi digunakan program FiSAT II dan pengkajian potensi lestari dianalisis dengan model surplus produksi dalam menentukan Maximum Sustainable Yield MSY. Sementara optimasi pemanfaatan dilakukan dengan analisis Linier Programing terhadap aspek-aspek yang terkait dengan pemanfaatan rajungan.Kisaran lebar karapas rajungan berkisar antara 77,5 ndash; 157,5 mm. Pola pertumbuhan bersifat allometrik negatif, dengan nilai Lc > Lm yang menunjukkan sebagian besar rajungan yang tertangkap dengan alat tangkap yang digunakan di perairan selatan Cirebon sudah memijah/dewasa. Nilai parameter pertumbuhan adalah L infin; 170 mm, K = 1,15 per bulan untuk rajungan jantan sedangkan rajungan betina L infin;177,25 mm, K = 1,1 per bulan, Z = 1,92 per tahun, M = 1,23 per tahun, F = 0,69 per tahun, dan E = 0,36 rajungan jantan dan Z = 2,94 per tahun, M =1,18 per tahun, F= 1,76 per tahun dan E = 0,60 pertahun rajungan betina. Nilai menunjukkan tingkat pemanfaatan sudah fully exploited. Pendugaan MSY dan F-Opt sebesar 3.124 ton/tahun dan 433 unit dengan alat tangkap standar bubu. Skenario optimasi menghasilkan jenis alat tangkap yang direkomendasikan yaitu 433 unit alat tangkap bubu dengan keuntungan Rp. 6,9 milyar per tahun.

The phenomenon of Blue swimming crab decrease due to because of exploitation occurs in Cirebon water. It will change the dynamics stocks of fish and utilization optimization aspects. This study aimed to examine the dynamics of blue swimming crab populations utilization rates and utilization optimization in Cirebon area and the surrounding waters. Research was carried out in Cirebon and surrounding waters from April to June 2016. Methods used was a survey method by measuring Blue Swimming Crab caught using fishing gears gillnet and collapsible traps . Analysis of population dynamics used FiSAT II program and assessment of the potential sustainable surplus production models were analyzed using Maximum Sustainable Yield MSY . Optimization was done using Linear Programming analysis of aspects related to the use of fishing gears and blue swimming crab caught. Range carapace wide for all crabs was 77,5 mm to 157,5 mm. Condition Growth Blue Swimming Crab is negative allometric with parameter values for male were L infin 170 mm, K 1,15 per month and for female L infin 177,25 mm, K 1.1 per month, , with a value of Lc Lm, the indicate that Blue Swimming Crab caught with fishing gear used in Cirebon and surrounding waters was an spawn mature. Mortality value for male were Z 1,92 per year, M 1,23 per year, F 0,69 per year, and E 0,36 and for female Z 2,94 per year, M 1,18 per year, F 1,76 per year and E 0.60 per year. The level of utilization has been fully exploited. Estimation of MSY and f Opt was 3.124 tons year while 433 units with standard fishing gear is collapsible traps. Scenario optimization produces type of fishing gear that are recommended was 433 units of collapsible traps with a net profit Rp 6,9 billion per year."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T47459
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>