Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Abdurrachman
Jakarta: Pusa Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DepDikNas RI, 1985
499.25 ABD s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Titik Pudjiastuti
"ABSTRAK
Sebagai salah satu pusat sastra pesisir dan pusat penyebaran agama Islam di Jawa Barat, Cirebon menyimpan banyak bukti sejarah. Bukan saja bangunan fisik seperti keraton dan mesjid-mesjid tua, melainkan juga pesantren-pesantren tradisional, tradisi tradisi unik hasil persenyawaan Jawa-Islam yang masih diyakini masyarakatnya hingga kini, dan keseniannya yang khas merupakan bukti eksistensinya. Selain itu melalui peninggalan-peninggalan tertulis kita dapat melihat peran dan fungsi Cirebon di masa lalu.
Peninggalan tertulis mengenai Cirebon cukup banyak ragamnya, di antaranya adalah sumber tekstual berbentuk prasasti, arsip, dan naskah kuna. Dalam penelitian ini, sumber tekstual yang akan dibahas hanyalah peninggalan tertulis yang berupa naskah kuna. khususnya naskah kuna yang berisi tentang sejarah Cirebon.
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Pudjiastuti et al (1994), diketahui bahwa naskah kuna Cirebon cukup banyak jumlahnya dan tersimpan di dua lingkungan, yaitu lingkungan keraton dan masyarakat. Dari sekitar dua ratus naskah yang berhasil di data, diketahui naskah-naskah yang berisi tentang sejarah ada sekitar tiga puluh satu naskah. ke-31 naskah sejarah ini mempunyai judul yang bermacam-macam, di antaranya adalah: Babad Cirebon, Bodo Cabar, Serat Kidungan Kawedar, Kidung Chandini, dan Carub Khanda Carang Seket, Carub Khanda Carang Satus dan lain sebagainya.
Dalam penelitian ini, dua buah naskah berisi sejarah Cirebon digunakan sebagai sarana analisa, melalui ringkasan isinya dikaji unsur-unsur sejarah yang terkandung di dalam jalinan ceritanya.
Dari hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa unsur sejarah yang terkandung dalam cerita-cerita sejarah Cirebon, bukan hanya terlihat dari nama-nama tokoh, melainkan juga rangkaian peristiwa yang terjalin dalam kisahnya."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati Marwoto Johan
"Cirebon pada awalnya diduga merupakan wilayah kerajaan Sunda yang berpusat di Pajajaran. Dari sebuah naskah yaitu Purwaka Caruban Nagari diketahui Dahwa sebuah desa bernama Tegal Alang-alang yang kemudian disebut Lemah Wungkuk yang satelah dibangun oleh Raden Walangsungsang dirubah namanya Menjadi Caruban. Dari sebuah Prasasti yang bernama Huludayeuh yang ditemukan pada tahun 1991 di desa Cikahalang, Kabupaten Cirebon, kita memperoleh sebuah informasi bahwa pada awal abad ke 16, daerah tersebut termasuk ke dalam wilayah kekuasaan kerajaan Sunda. Mengenai peranan Cirebon sebagai Salah satu pelabuhan panting kita peroleh dari sumber-sumber asing seperti berita Portugis dan barita Cina Serta sumber~sumber Belanda. Pada' masa pengaruh Islam ke Jawa yaitu diduga sekitar abad ke 15, Cirebon merupakan salah satu pusat Islamisasi yang penting. Hingga sekarang ini di Cirebon, masih hanyak peninggalan budaya yang terjaga dengan baik. Antara lain tiga buah karaton, situ; pemakaman Gunung Jati, Baberapa bangunan Mesjid dan sebuah bangunan tempat peristirahatan Sunyaragi d11. Hingga sekarang ini, walaupun berbagai penelitian telah banyak dilakukan tetapi belum pernah dibuat suatu penelitian tentang kepustakaan yang lengkap dan khusus mengenai kebudayaan Cirabon.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan pengantar tentang studi bibliografi sajarah kebudayaan Cirebon dari abad ke XV hingga abad XIX. Dalam melakukan penelitian langkah-lamgkah yang dilakukan adalah pertama mengumpulkan berbagai data kepustakaan yang tarsebav pada barbagai sumber. Yaitu sumber naskah lokal, sumber-sumber asing seperti Sumber Portugis, Belanda dan Cina. Data ini kemudian dicatat dalam kartu-kartu dan kemudian dipilah-pilah dalam baberapa katagori. Dari hasil penelitian diperoleh data kepustakaan yang cukup banyak dan dibuat suatu klasifikasi dengan tujuh buah topik yaitu, pengenalan Bibliografi dan katalog; pengenalan peta; historiografi dan Sumber Belanda ; Historiografi dan Sumber Portugis; Histiografi dan tradisi Lokal; Historiografi umum Cirebon; lain~lain. Untuk pembahasan Lain-Lain dipilah lagi menjadi sub-bab kepurbakalaan dan seni; Hukum, peradilan, Undang-Undang dan perjanjian; Agama dan Masyarakat; Bahasa; Sejarah politik dan Gelar-galar Birokrasi; Sosial; SeJarah Ekonomi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Chusnul Chotimah
"Skripsi ini membahas mengenai bentuk dan ciri khas bangunan Mesjid Jami Pesantren Buntet Mesjid Jami Pesantren Buntet terletak di Desa Mertapada Kulon Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon Penelitian tentang arsitektur mesjid pesantren bertujuan untuk menggambarkan bentuk dan ciri khas yang terdapat pada mesjid sehingga dapat dilihat bagaimana bentuk kekhasan mesjid pesantren di Cirebon Metode penelitian yang dilaukan adalah analisis bentuk melalui perbandingan dengan mesjid pesantren lain yang terdapat di Cirebon Hasil penelitian menunjukkan bentuk dan ciri khas Mesjid Jami Pesantren Buntet adalah berdenah persegi panjang memiliki mimbar berbahan kayu mempunyai mihrab yang bermotif ragam hias garis tidak terdapat tiang di ruang utama dan memiliki mustaka.

The Focus consist is talk about form and characteristic of Mesjid Jami Pesantren Buntet Cirebon Mesjid Jami Pesantren Buntet located in Pesantren Buntet Astanajapura Cirebon This examination purpose to explain architectural mosque of old boarding school Besides special purpose is to understand the characteristics of mosque in the old boarding school Method that had been used is analyzing method and comparing The result is the characteristic from the mosque of Mesjid Jami Pesantren Buntet Cirebon is have a rectangular floor plan have a mihrab with line ornamentation mimbar made of the wood there is not the pole at the main room and have a mustaka. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Jurnal sains dan teknologi EMAS yang ada di tangan pembaca adalah terbitan pertama untuk tahun 2007. Masuk ke tahun 2007 berarti jurnal ini telah memasuki usianya yang ke tujuh belas. Tidak ada perubahan signifikan dari penampilannya dari beberapa tahun sebelumnya. Namun demikian itu bukan berarti kualitasnya statis, tetapi sebaliknya kualitas dari tulisan-tulisan di dalamnya terus mengalami peningkatan"
Jakarta : Fakultas Teknik UKI,
600 JST
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Irnawati
"Di berbagai negara, proporsi penduduk mencapai lanjut usia lansia meningkat dan menjadi perhatian seluruh dunia. Tahun 2010-2035 diproyeksikan Indonesia memasuki periode lanjut usia ageing population . Sehingga upaya perbaikan dan peningkatan kualitas hidup pada lansia memerlukan perhatian khusus. Populasi lansia yang potensial di Kota Cirebon adalah di Kecamatan Kejaksan, tahun 2013-2015 mencapai 3.785 sampai 3.831 orang. Diketahui jumlah kasus pada urutan pertama untuk ganguan status mental emosional ada di wilayah Kecamatan Kejaksan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kualitas hidup pada lanjut usia setelah dikontrol dengan variabel konfounding jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, merokok dan status gizi. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon bulan Mei 2017. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional, pengambilan sampel stratified random sampling, pengumpulan data dilakukan dengan melalui wawancara dengan kuesioner pada 110 responden. Hasil penelitian ini menemukan pada responden dengan kualitas hidup baik, 93,4 memiliki aktivitas fisik yang cukup. Hasil regresi logistik menunjukkan hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan kualitas hidup setelah dikontroldengan variabel status pernikahan p value = 0,0005, CI= 3,512 - 38,709 .Aktivitas fisik yang cukup merupakan faktor meningkatnya kualitas hidup,peningkatan kualitas hidup ini meningkat pada lansia yang memiliki pasangan hidup atau dengan status menikah.

In many countries, the proportion of the population reaches the elderly elderly increases and is a worldwide concern. In 2010 2035, Indonesia is projected to enter a period of aging ageing population . So that efforts to improve and improve the quality of life in the elderly require special attention. The potential elderly population in Cirebon City is in the District of Kejaksan, 2013 2015 years reaching 3,785 to 3,831 people. It is known that the number of cases in the firs sequence for emotional mental status disorder is in the Kejaksan sub District. This study aims to determine physical activity related to quality of life among elderly after controlled by variables confounding sex, education level, marital status, occupation, smoking and nutritional status. This research was conducted in Kejaksan sub District, Cirebon in May 2017. The study used cross sectional study design, stratified random sampling, data collection was done through interview with questioner on 110 respondents. The results of this study found in respondents with good quality of life, 93.4 have adequate physical activity. Logistic regression results showed significant relationship between physical activity and quality of life after controlled with marital status variables p value 0,0005, CI 3,512 38,709 . Sufficient physical activity is a factor of increasing quality of life, improved quality of life is increased in elderly people who have a spouse or married status."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47811
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustaqim Asteja
Cirebon: Kendi Pertula, Komunitas Pusaka Cirebon, 2016
959.8 MUS p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Imas Emalia
"Artikel ini menjelaskan tentang derajat kesehatan masyarakat pribumi di Kota Cirebon pada masa kolonialisme Belanda antara 1906-1940. Fokus kajiannya adalah menganalisis derajat kesehatan pada masa modernisasi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Kota Cirebon yang semula sebagai kota tradisional/kota kesultanan diubah fungsinya menjadi kota kolonial (modern) oleh pemerintah Hindia Belanda bersamaan dengan pembentukan kota-kota lainnya di Jawa dan Madura pada 1906. Selama paruh pertama di awal abad ke-20, masyarakat pribumi di Kota Cirebon menghadapi proses modernisasi yang berbasis industrialisasi ekonomi. Namun karena seringkali proyek pembangunan tidak tuntas akibatnya lingkungan kota menjadi tidak sehat. Sisa material bangunan, genangan air, galian-galian tanah yang kotor, dan kurangnya jatah air bersih bagi masyarakat pribumi menjadi pangkal kemunculan berbagai bibit penyakit yang menyerang para pekerja dan menular secara luas. Kondisi ini yang menjadi derajat kesehatan masyarakat pribumi buruk dan tidak pernah meningkat. Dalam menangani wabah penyakit pun terdapat perbedaan persepsi antara masyarakat pribumi dengan pemerintah kolonial. Bagi masyarakat pribumi praktik pengobatan didasari oleh pengetahuan agamanya yang kemudian diekspresikan dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karenanya mereka seringkali menolak tawaran sistem pengobatan dan propaganda kesehatan modern yang ditawarkan oleh pemerintah karena khawatir aqidahnya terganggu. Sementara bagi pemerintah kolonial praktik pengobatan didasari oleh ilmu pengetahuan yang berkembang di Eropa. Hanya saja dalam praktiknya, aspek kesehatan modern ini dikaitkan dengan pengembangan perekonomian untuk mengumpulkan sebanyak-banyak keuntungan. Komersialisasi dan diskriminasi pelayanan kesehatan pada akhirnya membuat masyarakat pribumi tetap mempraktikkan pengobatan tradisional yang dipahaminya.

This dissertation aims to describe the health level of the native people in Cirebon during the Dutch colonial era (1906-1940), focusing on the health level when the Dutch colonial government carried out modernization. The City of Cirebon which was originally a traditional city/sultanate city led by the sultans was changed into a colonial (modern) city by the Dutch East Indies government concurrently with the formation of other cities in Java and Madura in 1906. Through the first half of the 20th century, the native people of Cirebon overcame a process of modernization based on economic industrialization. Modernization was also carried out in the health sector which included policies and eradicating disease outbreaks. However, since there were many incomplete development projects, the city environment became unhealthy. They created leftover building materials, puddles, dirty soil excavations, and caused a lack of clean water for the native people. This condition then became the basis for the emergence of various germs that attack the workers and spread widely. There were different perception between the colonial government and the native people in dealing with the disease outbreaks. For the native people, the health knowledge was referred on their religious knowledge which was then expressed in their daily lives. While for the colonial government, the understanding of health referred to science development in Europe. In reality, this aspect of modern health is associated with economic development to collect as many benefits. The construction of hospitals, procurement of medical devices, and health services are also commercial in nature. The health perceptions of the native people also did not reduce the value of beliefs in their religious practices. Therefore the native people often rejected the offer of medical systems and other health propaganda from the government for they fear that their faith will be corrupted.  So in that condition, the spread of the epidemic of dissidents became widespread in Cirebon.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
D2605
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masruroh
"Ibadah haji merupakan ibadah fisik, sehingga jemaah haji dituntut untuk mampu secara jasmani dan rohani agar dapat melaksanakan seluruh rangkaian ibadah haji dengan baik dan lancar. Hasil pemeriksaan kesehatan pada calon Jemaah haji Kabupaten Cirebon tahun 2022 menunjukkan bahwa hipertensi merupakan diagnosa penyakit tertinggi. Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko hipertensi yang ditandai dengan kadar LDL yang tinggi, HDL yang rendah dan/atau trigliserida yang tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan dislipidemia dengan kejadian hipertensi derajat 1. Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional, menggunakan data sekunder hasil pemeriksaan kesehatan tahap kedua pada calon Jemaah haji yang diunggah pada Siskohatkes. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dan Cox Regression. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi hipertensi derajat 1 sebesar 24,28%, sedangkan prevalensi dislipidemia sebesar 43,9%. Calon Jemaah haji sebagian besar berusia kurang dari 60 tahun, berjenis kelamin perempuan, memiliki pendidikan tinggi dan bekerja, tidak merokok dan tidak minum alkohol, mengalami obesitas sentral dan tidak menderita DM. Hasil penelitian diperoleh bahwa calon Jemaah haji yang mengalami dislipidemia berisiko 1,5 kali (95%CI: 1,2-1,8) lebih tinggi untuk menderita hipertensi derajat 1 dibandingkan dengan calon Jemaah haji yang tidak mengalami dislipidemia setelah dikontrol obesitas sentral. Penelitian ini menyarankan kepada Jemaah haji untuk membatasi konsumsi makanan tinggi lemak jenuh dan lemak trans, melakukan senam aerobik, tidak merokok, dan menerapkan pola makan rendah karbohidrat untuk mencegah dislipidemia serta rutin cek kesehatan untuk deteksi dini PTM. Diharapkan Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan dapat memperbaharui Siskohatkes dan mewajibkan pemeriksaan kesehatan tahap pertama. Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon diharapkan melakukan sosialisasi terkait petunjuk teknis pemeriksaan kesehatan kepada petugas pengelola haji di Puskesmas.

Hajj is a physical worship, so pilgrims are required to be able physically and spiritually so that they can carry out the whole series of pilgrimage properly. The results of medical examinations for prospective haj pilgrims in Cirebon district in 2022 show that hypertension is the highest disease diagnosis. Dyslipidemia is a risk factor for hypertension which is characterized by high levels of LDL, low HDL and/or high triglycerides. The purpose of this study was to determine the assocaition between dyslipidemia and the incidence of grade 1 hypertension. The research design used was Cross Sectional, using secondary data from the results of the second stage of health examinations on prospective hajj pilgrims uploaded on Siskohatkes. Data analysis used the Chi-Square and Cox Regression tests. The results showed that the prevalence of grade 1 hypertension was 24.28%, while the prevalence of dyslipidemia was 43.9%. Prospective pilgrims are mostly aged less than 60 years, female, have higher education and work, do not smoke and do not drink alcohol, have central obesity and do not suffer from DM. The results of the study showed that pilgrims who had dyslipidemia had a risk of 1.5 times (95% CI: 1.2-1.8) to suffer from grade 1 hypertension compared to pilgrims who did not dyslipidemia after controlling for central obesity. This study advises pilgrims to limit their consumption of foods high in saturated fat and trans fat, do aerobic exercise, not smoke, and adopt a low-carbohydrate diet to prevent dyslipidemia and routine health checks for early detection of NCDs. It is hoped that the Hajj Health Center, Ministry of Health can renew Siskohatkes and mandatory first stage of health examination. The Cirebon District Health Office can inform technical guidelines for health examination to haj management staff at the Puskesmas."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>