Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Leonardus Aditya Krisnadi
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pendidikan multikulturalisme Charles Taylor dapat menjadi strategi untuk melampaui narasi sinophobia di Indonesia. Narasi sinophobia di Indonesia telah lama hadir bahkan sejak era kolonial Belanda. Meskipun konstitusi Indonesia menekankan pentingnya penghargaan pada keberagaman, narasi sinophobia masih tumbuh subur di akar rumput. Untuk dapat melampaui narasi sinophobia maka penelitian ini menawarkan pendekatan pendidikan multikulturalisme yang dibahas oleh Charles Taylor. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan model penelitian filsafat mengenai masalah aktual. Penelitian ini menggunakan metode analisis historis dan refleksi kritis untuk membedah persoalan sinophobia di Indonesia secara mendalam. Dengan menggunakan metode analisis historis dan refleksi kritis, penelitian ini menyimpulkan bahwa narasi sinophobia adalah peninggalan dari kebijakan segregasi rasial yang terus melestarikan kecurigaan antar etnis dan merusak persatuan bangsa. Untuk menanggulangi dampak dari sinophobia maka dibutuhkan pendidikan multikulturalisme sebagai upaya menciptakan generasi muda yang menghargai keberagaman bangsa Indonesia tanpa terjebak pada stigma tertentu. Dalam pendidikan multikulturalisme terdapat dua aspek penting yaitu kurikulum yang berdasar pada pengakuan dan perwujudan penghargaan yang ideal sehingga kecurigaan antar masyarakat dapat digantikan dengan penghargaan pada keberagaman sebagaimana yang ditawarkan Charles Taylor.

This research aims to explain how Charles Taylor’s multiculturalism can be used as a strategy to overcome sinophobia narrative in Indonesia. Sinophobia in Indonesia has been present since the Dutch East Indies era. After Indonesia gained independence, the Indonesian constitution emphasizes the importance of tolerance and respecting diversity. Nevertheless, sinophobia still thrive in grassroots level. In order to overcome sinophobia, this research offers Charles Taylor’s multiculturalism education approach. This research is a philosophical research on actual problems. This research uses historical analysys and critical reflection as research method to deep dive on sinophobia problem in Indonesia. With historical analysys and critical reflection, this research conclude that sinophobia narrative is a legacy from racial segregation policy that preserved the interracial suspicion. To overcome the impact of sinophobia, multiculturalism education is needed to create a new generation that respect the diversity of Indonesia. In multiculturalism education, there are two important aspects: a curriculum based on recognition and the realization of ideal recognition, thus making the interracial suspicion can be replace with appreciation for diversity as envisioned by Charles Taylor."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rudyanto Soesilo
"Arsitektur Postmodern yang mulai berkembang pada tahun 1970an, merupakan bagian yang penting dan tak terpisahkan dari Fenomena Postmodern sebagai pergerakan budaya pada akhir abad XX. Setelah Postmodernisme berkembang di dunia sastra, maka perkembangan ini menjalar ke sektor-sektor lain terutama ke sektor postmodern 'par-excellence", yaitu arsitektur. Pada tahun 1975, seorang sejarawan dan teoritikus Amerika. Charles Jencks dalam bukunya The Language of Post Modern Architecture telah mengalihkan istilah Postmodern dari sastra ke arsitektur. Sampai sekarang arsitektur merupakan bidang yang menonjol dalam wacana mengenai modernitas dan postmodernitas, sehingga tak dapat dipungkiri, bahwa arsitektur mempunyai peran yang penting dalam pergerakan Postmodern sebagai fenomena abad XX.
Di antara tahun 1960-an dan 70-an Postmodernism menyebarkan pengaruhnya pada seni dan arsitektur. Hal itu telah dimulai sejak tahun 1961 oleh buku yang spektakuler yang ditulis oleh Jane Jacobs The Death and Life of American Cities yang menjelaskan tentang pengaruh modernisme dan politik welfare state yang menciptakan kantong-kantong perumahan untuk kaum miskin, kebijaksanaan yang anti urban dan anti human yang pola-pola gridnya telah memotong mekanisme sosial dari pola urban neighbourhood yang telah secara tradisional hidup dalarn masyarakat.
Tahun 1966 Robert Venturi, seorang arsitek, kritikus dan teoritikus arsitektur meluncurkan buku Complexity and Contradiction in Architecture yang menekankan bahwa komunikasi arsitektural membutuhkan kompleksitas bukan simplisitas dan bahkan membutuhkan kontradiksi. Slogan dari kaum modernis "less is more" akan menjurus pada "less is a bore". Pendekatan gaya modernis dan pendekatan sosial yang uniform, teknokratik, dan solusi top down telah ditinggalkan.
Istilah postmodern kemudian dipakai secara menyebar sejak tahun 1970-an. Pada tahun 1975 Charles Jencks menggunakannya dalam arsitektur. Pada akhir tahun 1970-an tiga buah buku menegaskan Postmodernisme sebagai sebuah pergerakan : The Language of Post-Modern Architecture (1977) oleh Charles Jencks, La Condition Postinoderne : rapport sur le savoir (1979) oleh Jean-Francois Lyotard dan Philosophy and the Mirror of Nature (1979) oleh Richard Rorty.
Walaupun sulit untuk merumuskan arti postmodemisme, bukan saja banyaknya hal-hal yang dilabeli postmodernisme tetapi karena para postmodemis sendiri menyangkal bahwa mereka mempunyai doktrin dan teori tertentu. Tetapi walau bagaimanapun harus dilakukan suatu pemahaman yang kurang lebih dapat dicatat, sbb : Adanya tema-tema besar ataupun ide yang muncul dalam karya-karya post-modernisme, adanya berbagai klaim para postmodemis dan adanya isu-isu yang membagi postmodernisme.
Arsitektur Post-Modern kemudian berkembang pesat dengan beberapa doktrin-doktrinnya, di antaranya dikenal : Historicism, Straight-revivalism, Neo-vernacular, Adhocism Urbanist, Metaphor Metaphysical, Post-modern space Masing-masing mempunyai ciri fisik arsitektural tersendiri dan secara keseluruhan mengandung makna pluralistis serta mengindahkan masa lalu.
Arsitektur sering disebut sebagai Applied Art salah satu cabang seni-guna. Sesuai perkembangannya sebagai applied-art, karena harus bisa digunakan, Arsitektur harus ditopang oleh teknologi (building-engineering) dan fisibilitas ekonomi. Dalam perkembangan terakhir, Arsitektur didekati dari berbagai cabang ilmu, misalnya: ilmu-ilmu perilaku (behavioural sciences) seperti: Psikologi, Sosiologi dan Antropologi, di?."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
D489
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krogh, David
San Francisco: Pearson, 2009
570 KRO b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Adityo
"Artikel ini bertujuan menjelaskan alasan penolakan Charles de Gaulle terhadap Inggris dalam Masyarakat Ekonomi Eropa. Prancis adalah salah satu anggota pendiri Masyarakat Ekonomi Eropa bersama dengan lima negara lainnya. Ide pembentukan Eropa Bersatu (Uni Eropa) berawal sejak 1945, dengan tujuan untuk mengikat negara-negara Eropa secara erat sehingga tidak akan lagi menimbulkan kerusakan seperti pada masa Perang Dunia II. Winston Churchill sepenuhnya mendukung gagasan ini, dan mengusulkan untuk menjadikan Eropa sebuah struktur di mana masyarakat Eropa dapat tinggal dalam kedamaian, keamanan dan kebebasan. Setelah pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa pada 1957, Inggris mengajukan diri untuk bergabung dalam organisasi tersebut sebanyak dua kali pada 1963 dan 1967. Pengajuan keanggotaan tersebut ditolak oleh de Gaulle, sebab Inggris dinilai belum siap untuk menjadi anggota organisasi supranasional itu. Faktor lain penyebab penolakan ini adalah hubungan yang terjalin antara Inggris dan Amerika Serikat. Artikel ini juga bertujuan menjelaskan berbagai faktor yang melatarbelakangi masuknya Inggris dalam MEE serta hambatan-hambatan yang dialami Inggris, terutama penolakan dari presiden Prancis Charles de Gaulle. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan pendekatan politikologis."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M.T. Zen
Jakarta: Gramedia, 1981
500 ZEN s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Adji W. Wardojo
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat sampai sejauh mana penyimpangan yang terjadi dalam lakon A Soldier's play dari ciri khusus cerita detektif the whodunit, dan sampai sejauh mana penggunaan gaya cerita detektif dapat mengungkapkan makna isi pekan lakon mengenai hubungan inter-rasial dalam masyarakat Amerika. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan tradisional, artinya suatu pendekatan kritik sastra yang tidak menutup kemungkinan masuknya disiplin ilmu lain, selain ilmu sastra itu sendiri. Ini juga berarti bahwa selain analisis tekstual, dimanfaatkan juga latar belakang sejarah dan sosial sebagai sarana untuk menciptakan interpretasi yang utuh mengenai lakon yang akan diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Fuller masih mempertahankan ciri khusus imunitas dalam the whodunit. Ciri khusus tersebut telah sengaja dimanipulir dengan memberikan latar, tokoh-tokoh, dan latar belakang sosial yang memberikan kemungkinan adanya penyimpangan dalam masalah imunitas ini. Selain itu, penggunaan gaya cerita detektif secara menarik dan otentik telah berhasil mengungkapkan dampak dari rasialisme dan masalah pencarian identitas orang kulit hitam di Amerika Serikat."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toby Israel
Chichester : John Wiley & Sons, 2003
720.47 ISR s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Correa, Charles
London : Thames & Hudson, 2000
728.092 COR h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Retina Regitasari
"Dalam kehidupan berkomunikasi tidak hanya dalam bentuk bahasa namun juga visual. Poster adalah gambar yang merupakan bagian dari komunikasi visual. Penelitian ini membahas tentang makna poster dalam kategori film Avant-garde Uni Soviet yang dikaji secara semiotika oleh Charles Sanders Peirce. Semua Poster yang digunakan sebagai data memperlihatkan objek yang terfragmentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna poster film Avant-garde dengan menguraikan tanda-tanda yang terdapat dalam poster film avant-garde. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis dengan semiotik Peirce yang meliputi ikon, indeks dan simbol. Simpulan menunjukan bahwa kesinambungan antara tanda-tanda ikon, indeks dan simbol yang menunjukan keterkaitan satu sama lain dan terdapat ikon manusia sebagai pusat yang ditampilkan sebagai alat propaganda.

In life communicate not only in the form of language but also visually. Posters are images that are part of visual communication. This study discusses the meaning of posters in the category of Avant-garde films of the Soviet Union which was studied semiotically by Charles Sanders Peirce. All posters used as data show fragmented object. This study aims to determine the meaning of Avant-garde film posters by deciphering the signs contained in avant-garde film posters. The method used in this study is descriptive analytical semiotic Peirce which includes icons, indices and symbols. the conclusion shows that the continuity between the signs of icons, indices and symbols that show the relationship to each other and there is a human icon as the center that is displayed as a propaganda tool."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Blake, Fanny
Bath: Charles Rennie, 2001
709.2 BLA e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>