Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 362 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Liyah Giovana
"ABSTRAK
Latar Belakang : Penggunaan shisha saat ini telah banyak di Indonesia dikarenakan anggapan bahwa shisha aman dan tidak berbahaya dibanding rokok. Kotinin urin dan CO udara ekspiaasi merupakan indikator pajanan asap rokok. Penlitian ini untuk mengetahui kadar kotinin urin dan CO udara ekspirasi setelah menggunakan shisha..Metode : Penelitian potong lintang pada pengguna shisha setelah menggunakan shisha. Responden dikelompokkan menjadi kelompok pengguna shisha dan bukan perokok berdasarkan status merokok dan status penggunaan shisha. Data yang diperoleh dari kuesioner, sampel urin dan CO udara ekspirasi sebelum dan 30 menit setelah menggunakan shisha yang diukur dengan metode ELISA dan alat smokelyzer.Hasil : Total responden 96 yang terdiri dari 48 pengguna shisha dan 48 bukan perokok. Kadar kotinin urin dan kadar CO udara ekspirasi setelah menggunakan shisha pada pengguna shisha lebih tinggi dibandingkan bukan perokok median 162,7 vs 6,5 ng/ml; p

ABSTRACT
Background and aim Shisha smoking has been prevalent in Indonesia due to the assumption that shisha is safe and harmless compared to cigarettes. Urinary cotinine and exhaled air CO are an indicator of cigarette smoke exposure. The aim of this study were to measure the level of urinary cotinine and exhaled air CO levels after shisha smoking.Methods We performed cross sectional study on shisha smokers after using shisha. Respondents were grouped into groups of shisha smokers and non smokers based on smoking status and shisha use status. Data obtained from questionnaires, urine samples and exhaled air CO before and 30 minute after using shisha, urinary cotinine levels were measured by ELISA and exhaled air CO levels were measured by smokelyzer test.Results Ninety six respondents were enrolled in sthis study, consist of 48 shisha smokers and 48 non smokers. The level of urinary cotinine and exhaled air CO level after shisha smoking in shisha smokers were higher than nonsmokers median 162.7 vs 6.5 ng ml p "
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Olla Varalintya Yochanan
"Generasi milenial Indonesia (usia antara 21 hingga 35 tahun) memiliki karakter yang berbeda dengan generasi lainnya. Oleh karena itu, pengembang memandang perlu adanya sebuah konsep penawaran produk hunian terbaru dan dapat menjawab segala kebutuhan mereka, yang sebelumnya belum mampu terpenuhi. Hal ini dipandang sebagai sebuah kesempatan menguntungkan bagi para pengembang untuk menciptakan sebuah tipe properti baru yang sesuai dengan karakter milenial. Konsep hunian co-living merupakan penawaran tepat yang bertujuan untuk memenuhi keinginan milenial. Akan tetapi, isu ketidakseimbangan antara harga unit co-living dengan daya beli milenial Indonesia menjadi sebuah permasalahan. Sehingga pengembang perlu menciptakan beberapa strategi untuk mewujudkan co-living yang menguntungkan dan dapat memfasilitasi kebutuhan milenial Indonesia.
Tantangan bagi para developer adalah bagaimana cara menciptakan dan menjual sebuah proyek co-living yang layak dan berkualitas kepada mereka yang membutuhkan fasilitas hunian yang lebih baik lagi, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi finansial yang tidak stabil. Hasil riset menunjukan bahwa disamping price (harga) sebagai purchasing determinant factor, milenial Indonesia juga mementingkan experience (pengalaman) dan utility (ketersediaan fasilitas yang fungsional). Mereka juga lebih tertarik dengan tipe hunian exciting yang sesuai dengan lifestyle milenial. Oleh karena itu, pengembang dapat mengurangi resiko kerugian atau kegagalan dalam mengembagkan proyek co-living dengan strategi branding kuat sebagai transformative co-living space, tidak memfokuskan pemasukan hanya dari penjualan unit saja, namun juga melalui penjualan co-working space, virtual office, dan area komersil. Sedangkan strategi terakhir adalah dengan pengembangan diberbagai area (urban, suburban, rural).

Today’s Indonesian millennials (age between 21 to 35 years) possess distinct characteristics which differ them from the other generations. Thus, the current offered housing in the market that fulfils the older generation does not fully satisfy the millennials. This was rather seen as a profitable opportunity by the developers to create a new type of living arrangement that is made to suit the millennials. Thus, living arrangements such as co-living begin to expand and target to fulfil millennials’ desires. However, with the imbalance between co-living space prices and millennials’ purchasing power, developers need to create strategies to create a profitable and facilitating co-living development for Indonesian millennials.
The challenge lies in how to create and sell a feasible and high quality co-living project to those who have extra needs but are rather financially unstable. The preliminary results show that Indonesian millennials put an importance on experience and utility (availability of the functional facilities) beside price as a purchasing determinant factor. They are also interested in a more exciting type of dwelling that is up to their lifestyle’s pace. Thus, developers can lessen the risks of their co-living project’s financial loss through strong branding as a transformative co-living space, de-emphasizing focus on unit sales through additional income sources from co-working space, virtual office, and commercial space, and developing in various areas (urban, suburban, rural).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T47670
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaka Sriyana
"Penelitian ini menganalisis faktor-faktor penemu tingkat inflasi dalam perekonomian lokal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kointegrasi dan model koreksi kesalahan untuk mengungkap hubungan jangka panjang dan jangka pendek antara tingkat inflasi dan variabel ekonomi lainnya. Penelitian ini menemukan bahwa faktor penentu tingkat inflasi di Yogyakarta adalah upah minimum, pertumbuhan ekonomi, dan variabel moneter yang ditunjukkan oleh BI rate. Temuan lainnya, nilai tukar juga berkontribusi terhadap perubahan harga. PEnelitian ini menemukan bukti adanya kausalitas jangka panjang antar upah minimum dan inflasi dan hubungan searah dari upah terhadap inflasi dalam jangka pendek. Temuan ini menegaskan proposi upah non-netral terhadap perubahan harga. Tingkat inflasi dalam perekonomia lokal tidak hany bergantung pada indikator regional tetapi juga bergantung pada perubahan internasional yang tercermin dalam nilai tukar. Variabel moneter yang ditunjukkan oleh BI rate juga berkontribusi secara parsial terhadap perubahan harga ditingkat lokal. Secara keseluruhan, Pemerintah daerah telah berhasil mengelola perubahan harga."
Jakarta: Faculty of Economics and Business State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah, 2018
330 JETIK 17: 1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Lutfiyah
"Skripsi ini bertujuan untuk meredefinisi konsep co-housing yang ada sesuai dengan konteks lokal di Jakarta. Kampung Muka sebagai salah satu komunitas secara tidak langsung telah menerapkan beberapa prinsip co-housing sesuai dengan konteks lokal. Nilai partisipatoris yang menjadi salah satu prinsip co-housing selanjutnya dijadikan pembelajaran akan bagaimana penerapannya di Kampung Muka. Nilai partisipatoris yang dipelajari berdampak pada negosiasi ruang yang diharapkan mampu mengeluarkan pemahaman baru kepada masyarakat terkait konsep co-housing yang sesuai dengan konteks lokal.

This thesis aims to redefine co housing concept adapted to local context in Jakarta. Kampung Muka as one of community based domestic space indirectly has applied some co housing principles according to the local context. Participatory, as one of that principle, furthermore being learned on how its used in Kampung Muka. The participatory that has been learned affects the negotiating of spaces which expected to suggest new understanding to the society about co housing concept according to the local context.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rm Agung Pranata Kusuma Atmaja
"Telah dilakukan suatu penelitian eksperimental untuk menilai peran sel T regulator pada pasien dengan ko-infeksi HIV-TB. Terhadap 18 subyek HIV positif dilakukan penilaian IGRA, isolasi dan kultur PBMC dengan stimulasi antigen MTB, serta sorting dan deplesi Treg CD4 CD25highCD127low dengan metode FACS. Produksi sitokin IFN- dan IL-10 dinilai secara kuantitatif dengan multiplex Luminex 200. Diperoleh sebanyak 10 55,6 subyek TB negatif, 6 33,3 subyek TB laten, dan 2 11,1 subyekTB aktif. Persentase Treg dari CD4 pada subyek HIV dengan status TB menunjukkan kenaikan signifikan dibanding nilai referensi batas atas persentase Treg dalam CD4 subyek normal 11,006 2,840 ; p=0,008 . Rerata persentase Treg dari sel PBMC total antara kelompok TB aktif dan TB negatif menunjukkan perbedaan yang signifikan 1,3 vs 0,8 ; p=0,036 . Tidak terdapat perbedaan rasio sitokin proinflamasi INF- terhadap sitokin anti inflamasi IL-10 pada kelompok dengan ko infeksi HIV- TB aktif dan laten sebelum dan sesudah deplesi Treg.
An experimental study has been conducted to assess the role of T regulatory cells in patients with HIV TB co infection. 18 HIV positive subjects undergo IGRA assessment, PBMC isolation and culture with ESAT 6 CFP 10 mycobacterial antigen stimulation, and Treg CD4 CD25highCD127low sorting and depletion by FACS method. The production of cytokines IFN and IL 10 were quantitatively assessed with Luminex 200 multiplex assay. Respectively, 10 55.6 were negative TB subjects, 6 33.3 were latent TB subjects, and 2 11.1 subjects were TB active. The percentage of Treg from CD4 cells in HIV subjects with TB status showed a significant increase over the reference value in normal subjects 11.006 2.840 p 0.008 . The mean percentage of Treg from total PBMC cells between active and negative TB groups showed a significant difference 1.3 vs. 0.8 p 0.036 . There was no difference in the ratio of proinflammatory cytokines INF to the anti inflammatory cytokine IL 10 in the group with active and latent HIV TB infection coinfection before and after Treg depletion. "
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendina Aprilia Larasari
"Analisis kualitas udara penting untuk pengetahuan bagi masyarakat Depok. Parameter udara ambien terbesar adalah Karbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Dioksida (NO2). Aktivitas transportasi darat adalah salah satu penyebab terbesar penurunan kualitas udara ambien di kota Depok. Penelitian ini dilakukan di jalan Margonda Raya. Dalam penelitian ini, komponen yang digunakan adalah Mikrokontroler Arduino Mega 2560, Sensor Suhu dan Kelembaban SHT11, Sensor Gas CO MQ-7, Sensor Gas NO2MQ-135, Modul Wifi ESP8266, Sensor Arah dan Kecepatan Angin JL-FS2. Hasil uji Sensor MQ-7 dan MQ-135 menunjukkan nilai hubungan yang sangat kuat dengan nilai R2 = 0,9906 untuk MQ-7 dan R2 = 0,9988 untuk MQ-135. nilai ini mendekati nilai R2 = 1, sehingga nilai ini dapat dianggap baik dan benar. Dapat disimpulkan bahwa dari hasil pengujian sensor layak untuk dioperasikan. Data dari alat yang dirancang kemudian akan ditampilkan di web. Kondisi udara konsentrasi polutan CO dan NO2 yang terukur di Jalan Margonda Raya Depok memiliki kisaran nilai yang masih memenuhi Baku Mutu Ambien Nasional. Hasil pengukurannya adalah hasil pengukurannya adalah Gedung Multidisiplin FMIPA UI: konsentrasi polutan CO sebesar 189 μg/Nm3, konsentrasi polutan NO2 sebesar 213 μg/Nm3. Lokasi I Margonda Raya: konsentrasi polutan CO sebesar 148 μg/Nm3, konsentrasi polutan NO2 sebesar 158 ug/Nm3. Lokasi II Margonda Raya: konsentrasi polutan CO sebesar 199 μg/Nm3, konsentrasi polutan NO2 sebesar 225 ug/Nm3.

Analysis of air quality is important for knowledge for the people of Depok. The biggest ambient air parameters are Carbon Monoxide (CO) and Nitrogen Dioxide (NO2). Land transportation activities are one of the biggest causes of decreasing ambient air quality in the city of Depok. This research was conducted on the Margonda Raya road. In this research, the components used are Arduino Mega 2560 Microcontroller, SHT11 Temperature and Humidity Sensor, CO MQ-7 Gas Sensor, NO2 MQ-135 Gas Sensor, Wifi Module ESP8266, Direction and Wind Speed Sensor JL-FS2. The MQ-7 and MQ-135 Sensor test results produce a very strong value with a value of R2 = 0.9906 for MQ-7 and R2 = 0.9988 for MQ-135. This value returns the value R2 = 1, so this value can be considered good and right. It can be concluded from the results of testing the sensor is feasible to operate. Data from the designed tool will then be compiled on the web. Measured CO and NO2 pollutant air conditions on Jalan Margonda Raya Depok have a range of values that still meet the National Ambient Quality Standard. The measurement results are the results of measurements are the FMIPA UI Multidisciplinary Building: CO pollutant concentration of 189 μg/Nm3, NO2 pollutant concentration of 213 μg/Nm3. Location I Margonda Raya: CO pollutant concentration of 148 μg/Nm3, NO2 pollutant concentration of 158 μg/Nm3. Location II Margonda Raya: CO pollutant concentration of 199 μg/Nm3, NO2 pollutant concentration of 225 μg/Nm3."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T55068
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggraeni Yustina
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai penggunaan Logo Agro Inovasi sebagai merek. Logo agro inovasi adalah suatu logo yang dimiliki Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) salah satu Unit Kerja (UK) eselon 1 di Kementerian Pertanian (Kementan). Merek adalah salah satu unsur Hak Kekayaan Intelektual (HKI), dimana HKI merupakan instrumen hukum yang memberikan pelindungan hak bagi perorangan maupun organisasi atas hasil karya intelektualitasnya. Dari kepemilikan HKI tersebut, selain kepentingan hukum yang ingin diperoleh, yaitu melalui pelindungan hak, juga memiliki kepentingan ekonomi, yaitu dengan memberikan hak kepada pemilik untuk dapat menikmati keuntungan ekonomi dari hasil karya intelektualnya. Merek merupakan unsur penting yang melekat pada suatu produk sebagai tanda pembeda, sebagai identitas untuk membedakan produk yang kita miliki dengan produk barang atau jasa lainnya yang sejenis. Di Indonesia, hak merek diperoleh melalui pendaftaran, yang dinyatakan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, yaitu "Hak atas Merek diperoleh setelah Merek tersebut terdaftar". Penggunaan logo agro inovasi sebagai merek, merupakan salah satu bentuk dalam rangka mengoptimalisasikan penggunaan logo agro inovasi itu sendiri. Konsepnya adalah invensi yang dihasilkan oleh Balitbangtan, yang kemudian tidak bisa memproduksi sendiri produk hasil invensinya, dilisensikan kepada pihak ketiga untuk memproduksinya. Selanjutnya bahwa suatu produk meskipun diproduksi oleh pihak lain itu dihasilkan oleh suatu lembaga litbang, yaitu Balitbangtan. Diharapkan melalui merek agro inovasi, masyarakat mengetahui sekaligus menjadi sarana informasi kepada masyarakat maupun pengguna, bahwa produk tersebut merupakan bagian dari invensi yang dihasilkan oleh Balitbangtan sebagai lembaga penelitian dan pengembangan. Selain itu juga pencantuman merek agro inovasi adalah sebagai bentuk dari jaminan mutu atau kualitas terhadap produk tersebut, sehingga memberikan citra yang baik kepada pengguna maupun masyarakat luas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif, yaitu melalui pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konsep, metode penelitian lainnya adalah dengan metode pendekatan kualitatif.

ABSTRACT
This thesis discusses the use of the Agro Innovation Logo as a brand. Agro innovation logo is owned by the Indonesian Agency for Agricultural Research and Development (IAARD), one of the echelon 1 Work Units (UK) in the Ministry of Agriculture. Trademark is one of the elements of Intellectual Property Rights (IPR). IPR is a legal instrument that provides protection of rights for individuals and organizations for their intellectual work. From the ownership of IPR, in addition to the legal interests to be obtained, through protection of rights, it also has economic interests by giving rights to owners to be able to enjoy economic benefits from the results of their intellectual works. Mark is an important element attached to a product as a distinguishing sign, as an identity to distinguish the products we have from other similar goods or services. In Indonesia, the right to a mark is obtained through registration, which is stated in Article 3 of Law Number 20 of 2016 concerning Trademarks and Geographical Indications, says "Rights to Trademarks are obtained after the Mark is registered". The use of the agro innovation logo as a mark is one form in order to optimize the use of the agro innovation logo itself. The concept is that inventions produced by IAARD, which then cannot produce their own inventions, are licensed to third parties to produce them. Furthermore, even though a product is produced by another party, it is produced by an Research and Development Institution, namely IAARD. It is hoped that through the agro innovation mark, the public will know as well as become a means of information to the public and users, that the product is part of the invention produced by IAARD as a research and development institution. In addition, the inclusion of the agro innovation mark is a form of quality assurance of the product, so as to provide a good image to users and the wider community. The method used in this research is a normative juridical approach, through a statutory approach and a conceptual approach, another research method is a qualitative approach."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Istiati Dyah Annastriana Sitorukmi
"Gedung Pewayangan Kautaman merupakan salah satu gedung pertemuan umum yang hingga kini masih menerapkan pemasaran secara konvensional dan belum menerapkan pemasaran secara digital. Hal itu membuat gedung cukup kesulitan untuk bertahan ditengah persaingan yang ada dengan pelaku bisnis serupa. Untuk mengatasinya pihak pengelola gedung menerapkan dua strategi yaitu word of mouth dan co-marketing agar dapat memperkuat citra mereknya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan strategi word of mouth dan co-marketing, untuk mengetahui tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan co-marketing, dan untuk mengetahui citra gedung. Penelitian ini menggunakan paradigma post-positivisme, dengan pendekatan kualitatif, dan jenis penelitian deskriptif. Terdapat 6 informan meliputi kepala bagian pemasaran sebagai informan kunci, satu informan staf pemasaran, dua informan mitra vendor, dan dua informan lainnya merupakan konsumen penyewa gedung. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi langsung, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi word of mouth diterapkan melalui beberapa event, memberikan penjualan khusus atau diskon kepada pelanggan spesial, membentuk jaringan kerjasama dengan vendor, dan melakukan pemberdayaan karyawan terutama dalam mengatasi keluhan pelanggan. Pihak pengelola gedung juga berusaha membangun hubungan yang baik dengan konsumen agar dapat direkomendasikan secara positif dengan senantiasa memberikan pelayanan yang memuaskan, merawat gedung, meningkatkan fasilitas, menjalin hubungan jangka panjang dengan konsumen, dan mempelajari minat konsumen. Strategi co-marketing diterapkan melalui tiga aspek yaitu koordinasi aliansi, komunikasi antar organisasi, dan manajemen pengetahuan. Koordinasi aliansi dilakukan dengan pembagian tugas dan tanggung jawab secara detail sejak awal kerjasama. Proses berbagi informasi antar organisasi dilakukan melalui beberapa hal seperti diskusi mengenai strategi, rapat bersama, membentuk grup komunikasi, bertukar database pelanggan, dan memperkuat hubungan interpersonal. Kemudian, proses manajemen pengetahuan dilakukan dengan bantuan brosur, katalog, dokumentasi pribadi, dan melaksanakan pameran bersama. Gedung Pewayangan Kautaman pada dasarnya memiliki kesempatan yang baik untuk membangun citra merek yang positif di benak konsumennya. Hasil analisis menunjukkan bahwa konsumen merasa puas atas fasilitas dan layanan yang disediakan oleh pengelola gedung sehingga terdorong untuk memberikan rekomendasi positif kepada orang lain, adapun konsumen juga merasa puas atas kerja sama dari berbagai vendor yang melakukan mekanisme co-marketing karena memberikan kemudahan bagi konsumen.

Gedung Pewayangan Kautaman is a public meeting building that, until now, still applies conventional marketing and has not implemented digital marketing. This makes it quite difficult for buildings to survive in the midst of existing competition with similar business actors. To overcome this, the building management applies two strategies, namely word of mouth and co-marketing, in order to strengthen its brand image. The purpose of this study is to determine the application of word-of-mouth and co-marketing strategies, the challenges faced in implementing co-marketing, and the image of the building. This study uses a post-positivism paradigm with a qualitative approach and is a descriptive research type. There were six informants, including the head of the marketing department as a key informant, one marketing staff informant, two vendor partner informants, and two other informants who were building tenant clients. Data collection techniques were carried out through in-depth interviews, direct observation, and documentation. Data analysis techniques were carried out in three stages: data reduction, data presentation, and data verification. The results showed that the word-of-mouth strategy was implemented through several events, including providing special sales or discounts to special customers, forming partnership networks with vendors, and empowering employees, especially in dealing with customer complaints. The building management also tries to build good relationships with consumers so that they can be positively recommended by always providing satisfactory service, maintaining the building, improving facilities, establishing long-term relationships with consumers, and studying consumer interests. The co-marketing strategy is implemented through three aspects: alliance coordination, inter-organizational communication, and knowledge management. Alliance coordination is carried out by dividing tasks and responsibilities in detail from the start of the collaboration. The process of sharing information between organizations is carried out through several things, such as discussing strategies, meeting together, forming communication groups, exchanging customer databases, and strengthening interpersonal relationships. Then, the knowledge management process is carried out with the help of brochures, catalogs, personal documentation, and joint exhibitions. Gedung Pewayangan Kautaman basically has a good opportunity to build a positive brand image in the minds of its consumers. The results of the analysis show that consumers are satisfied with the facilities and services provided by building managers so that they are encouraged to provide positive recommendations to others, while consumers are also satisfied with the cooperation of various vendors who carry out co-marketing mechanisms because they provide convenience for consumers."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
TB. Syarif Hidayatullah
"Transit Oriented Development (TOD) merupakan sebuah pola pembangunan tata kota yang terintegrasi dengan sistem transportasi sehingga menciptakan sebuah kota yang efisien. Konsep TOD memiliki sebuah tujuan yaitu untuk memberikan sebuah alternatif dan pemecahan masalah bagi pertumbuhan metropolitan yang cenderung memiliki pola pengembangan yang berorientasi. Konsep Kawasan TOD mengintegrasikan jaringan transit secara regional dan melengkapi strategi pengembangan lingkungan yang telah ada di sekitar simpul transit. TOD menggabungkan guna lahan residensial, perdagangan, jasa, perkantoran, ruang terbuka, dan ruang publik sehingga memudahkan masyarakat dan pengguna untuk melakukan perjalanan dengan berjalan kaki, sepeda, maupun moda transportasi umum. Kebutuhan akan lahan yang terus meningkat di kawasan kota menyebabkan kurangnya ketersedian hunian yang cukup dan semakin berkurangnya lahan hijau yang ada. Pada hasil perancangan ini menekankan kepada nilai keberlanjutan yang mana menghasilkan sebuah Green Village dari beberapa modul Co-Living yang bersifat modular, sehingga dapat mengurangi emisi karbon pada area tapak.

Transit Oriented Development (TOD) is a pattern of urban planning development that is integrated with the transportation system so as to create an efficient city. The TOD concept has a goal, namely to provide an alternative and problem solving for metropolitan growth which tends to have a development-oriented pattern. The TOD Region concept integrates the transit network regionally and complements the existing environmental development strategy around the transit nodes. TOD combines residential land uses, trade, services, offices, open spaces and public spaces to make it easier for the public and users to travel by foot, bicycle or other modes of public transportation. The need for land that continues to increase in urban areas causes a lack of adequate housing and the reduction of existing green land. The results of this design emphasize the value of sustainability which produces a Green Village from several Co-Living modules that are modular in nature, so as to reduce carbon emissions in the site area."
Depok: 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agatha Nuranggarini Sukma Putri
"Mengingat kondisi tapak eksisting merupakan kawasan padat penduduk dengan minimnya ruang publik, CO.MA LIVING dirancang sebagai sebuah hunian dengan fasilitas yang lebih memadai. CO.MA LIVING menghadirkan ruang terbuka hijau, ruang publik, dan berbagai fasilitas lainnya untuk mendukung aktivitas dan kenyamanan penghuni. Selain itu, CO.MA LIVING berada pada kawasan Green Village Transit yang menawarkan berbagai fasilitas penunjang seperti fasilitas pendidikan, komersial, kesehatan, hingga akses yang mudah menuju MRT. Di tengah kesibukan keseharian usia produktif, CO.MA LIVING menawarkan pengalaman slow living sebagai pembaharuan gaya hidup dengan melihat atau mengalami aspek kehidupan sehari-hari secara ‘lebih lambat’. Hal tersebut bertujuan agar penghuni dapat menghargai dan menikmati setiap momen dalam keseharian mereka dalam upaya perawatan diri.

Considering that the existing site is a densely populated area with minimal public space, CO.MA LIVING is designed as a residence with more adequate facilities. CO.MA LIVING presents green open spaces, public spaces, and various other facilities to support the activities and comfort of its residents. In addition, CO.MA LIVING is located in the Green Village Transit area which offers various supporting facilities such as educational, commercial, health facilities, and easy access to the MRT. In the midst of the daily bustle of productive age, CO.MA LIVING offers a slow living experience as a lifestyle renewal by seeing or experiencing aspects of daily life 'slower'. It is intended that residents can appreciate and enjoy every moment of their daily life in an effort to self-care."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>