Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Septriana Pratiwi
"Analisis terhadap tiga buah cerita anak karya Miyazawa Kenji dengan menggunakan teori tokoh dan penokohan yang dikemukakan oleh Panuti Sudjiman dan Atar Semi, serta konsep fungsi sastra oleh Horace. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan karakter-karakter tokoh binatang dalam cerita Tse Nezumi, Kai no Hi, dan Horaguma Gakko o Sotsugyoshita Sannin karya Miyazawa Kenji.
Dari tiga cerita yang dianalisis, terdapat lima tokoh utama yaitu tikus, kelinci, laba-laba, lintah, dan cerpelai. Empat di antaranya berkarakter jahat, dan satu berkarakter baik. Tikus, laba-laba, lintah, dan cerpelai adalah tokoh-tokoh berkarakter jahat. Sedangkan kelinci adalah satu-satunya tokoh berkarakter baik.
Melalui tokoh-tokoh binatang dalam karya-karyanya itu, Miyazawa Kenji berharap agar para pembaca, khususnya anak-anak, dapat meniru sikap-sikap yang ditampilkan oleh tokoh-tokoh berkarakter baik, dan menjauhi sikap-sikap pada tokoh-tokoh berkarakter jahat.
Karya-karya Miyazawa Kenji sarat dengan ajaran-ajaran moral yang sangat baik untuk dipelajari oleh pembacanya. Miyazawa Kenji berharap agar para pembacanya dapat memetik pesan-pesan moral dan ajaran Budha yang terdapat dalam karya-karyanya itu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S13971
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aminuddin Kasdi, 1948-
"Islamic archaeological remains on graveyard of Sunan Giri regarding propagation of Islam and acculturation of Islamic values in Java, Indonesia."
Surabaya : Unesa University Press, 2017
297.095 98 AMI k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ambalu, Shulamit
London: Dorling Kindersley, 2013
R 200 AMB r
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Kania Nadhilah Prinari
"Pada awal masuknya agama Kristen di Jepang tidak serta merta langsung dapat diterima dengan baik oleh pemerintah dan masyarakat Jepang. Perbedaan paham antara penganut agama Budha dan Shinto (politheisme) dengan agama Kristen (monotheisme) menjadi pemicu banyak terjadinya gesekan-gesekan yang akhirnya menyebabkan kerusakan di beberapa daerah. Hal ini dilihat pemerintah Bakufu bahwa agama Kristen adalah suatu ancaman bagi keberlangsungan kesatuan Jepang. Maka pemerintah Bakufu yang saat itu dipimpin oleh Tokugawa mengeluarkan dekrit-dekrit yang melarang dan mengatur dengan ketat agama Kristen, salah satunya dekrit mengenai sistem Danka pada tahun 1614 yang merupakan sistem keanggotaan kuil Budha dan bersifat memaksa masyarakat Jepang penganut Kristen untuk meninggalkan agama barunya dan berpindah kembali ke agama lamanya yaitu Budha demi dapat menjaga kuil Budha. Sistem Danka ini jugalah yang pada akhirnya menjadi pemicu pemberontakan di Shimabara tahun 1637-1638.

At the beginning of the entry of Christianity in Japan, it was not directly accepted by the Japanese and the Government. The difference of thought and way of life between those who are Buddhist and Shinto (polytheism) with those who are Christian (monotheism) made some clash and destruction in some areas. These made the Bakufu government see Christianity as a threat to the unity of the country. Then the Bakufu government which at that time was led by Tokugawa issued some decrees to forbid and regulate the Christianity. One of the decrees was the Danka system in early 1614 that ruled for Buddhist temple membership that force Japanese-Christian to convert back to Buddhist and for maintain Buddhist temple sakes. This Danka system eventually became one of triggers of the Shimabara revolt 1637-1638."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Honami Mulan Andadari Wicaksono
"Dugaan keberadaan 400 candi berdasarkan catatan Thomas Stamford Raffles dan banyaknya penemuan fragmen-fragmen dari zaman Hindu-Buddha, memberi kesan misterius pada Dataran Tinggi Dieng. Penelitian ini merupakan upaya dalam merangkai kembali narasi sejarah Dieng melalui salah satu tinggalan arkeologisnya yaitu Situs Ondho Budha. Sebagai situs yang sudah ditetapkan oleh BPCB pada tahun 2019, Situs Ondho Budha memiliki makna penting. Pemaknaan tersebut dapat dilihat melalui sisi religius kehinduan yang meliputi kawasan Dataran Tinggi Dieng dan menemukan korelasi antara karakteristik Situs Ondho Budha dengan konsep-konsep dalam ajaran agama Hindu seperti konsep axis mundi dan Gunung Mahameru, konsep Triloka, dan konsep Catur Purusa Artha. Penelitian ini menemukan bahwa Situs Ondho Budha berfungsi sebagai simbol perjalanan spiritual menuju moksha, yang hanya dilalui oleh individu dengan kesadaran spiritual tinggi, seperti kerabat kerajaan pada masa Hindu-Buddha. Temuan di sekitar Situs Ondho Budha juga menunjukkan adanya persebaran situs kepurbakalaan yang saling berasosiasi, mendukung teori bahwa Dataran Tinggi Dieng adalah kawasan sakral pada masa itu. Hasil penelitian ini menawarkan kebaruan dalam memahami fungsi dan makna religius Situs Ondho Budha dalam konteks religiusitas Hindu.

The hypothesis of the existence of 400 temples, based on records by Thomas Stamford Raffles and the numerous discoveries of fragments from the Hindu-Buddhist era, lends an air of mystery to the Dieng Plateau. This research endeavors to reconstruct the historical narrative of Dieng through one of its archaeological relics, the Ondho Budha Site. Officially recognized by the Cultural Heritage Preservation Agency (BPCB) in 2019, the Ondho Budha Site holds significant meaning. This significance is evident through the Hindu religious perspective encompassing the Dieng Plateau area, revealing correlations between the characteristics of the Ondho Budha Site and Hindu religious concepts such as the axis mundi and Mount Mahameru, the Triloka concept, and the Catur Purusa Artha concept. The study finds that the Ondho Budha Site serves as a symbol of spiritual ascent toward moksha, a path traversed only by individuals with heightened spiritual awareness, such as members of the royal family during the Hindu-Buddhist era. Findings around the Ondho Budha Site also indicate the dispersion of interrelated archaeological sites, supporting the theory that the Dieng Plateau was a sacred area in that period. This research provides new insights into the function and religious significance of the Ondho Budha Site within the context of Hindu religiosity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini berisi sejumlah tulisan, yaitu: 1. Babad Demak; 2. Dhaupipun Abumanyu lawan Utari (pejahipun Kalabendana) merupakan tuntunan bagi dalang, oleh Darmacarita; 3. Agama Buddha (Babadipun Sang Buddha); 4. Kagunaning wong wadon; 5. Pakem padhalangan (lampahan Irawan)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
BKL.1099-SJ 75
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Chaidir Ashari
"Penelitian ini membahas tentang inskripsi-inskripsi yang ada dalam kaki candi tertutup, Karmawibhangga di Candi Borobudur, dengan menghubungkan bagaimana kesesuaian gramatika bahasa dalam inskripsi serta hubungan keagamaan dengan relief Karmawibhangga dihubungkan secara keseluruhan. Pertandaan arkeologi dalam relief Karmawibhangga dilakukan dengan melibatkan banyak aspek dalam relief itu sendiri.

This study is about inscriptions in the hidden foot, Karmawibhangga in Borobudur temple, its interrelating to how langguage gramatical be suitable in inscriptions with religion in Karmawibhangga as awhole. Archaeology signs in Karmawibhangga relief by involving all the aspects of the relief.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S11877
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arwadi Dwija Atmaja
"Buku ini berisi tentang hal ihwal Resi Buddha: 1) Peristiwa sang Buddha di Tusitaloka; 2) Peristiwa Buddha menerima wangsit akan menjelma; 3) Turunnya sang Buddha dari surga; 4) Permaisuri Maya tiba di taman Sari Lumbini; 5) Meninggalnya Dewi; 6) Sang Buddha di kabuyutan; 7) Sang Buddha berada di tempat pengajaran; 8) Sang Buddha di bawah pohon jambu; 9) Sayembara memilih pasangan hidup; 10) Melihat berbagai jenis manusia; 11) Sang Buddha bertapa, penggodaan diwaktu bertapa; 12) Sang Buddha menerima keajaiban; 13) Menyebarluaskan darma ajarannya; 14) Buddha pergi ke Wanagaselah bertemu dengan muridnya."
Weltevreden: Bale pustaka, 1920
BKL.0909-AH 6
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Marsad
"Candi merupakan salah satu bangunan peninggalan purbakala masa Klasik yang banyak terdapat di Indonesia terutama di pulau Jawa, Bali dan Sumatera, baik candi yang berasal dari agama Hindu maupun Buddha. Pada Umumnya candi tersebut mempunyai banyak hiasan. Hal ini disebabkan candi tidak hanya berfungsi sebagai bangunan suci yang dipakai untuk tempat pemujaan para dewa, melainkan juga merupakan suatu bangunan dari hasil kesenian pada masa kebudayaan Hindu-Buddha yang bisa disebut sebagai masa Klasik. Salah satu ragam hias yang menarik untuk dikaji adalah ragam hias Kepala Kala terutama dari Candi yang berasal dari masa Klasik Muda (13-15 Masehi). Ragam Hias Kepala Kala pada Masa Klasik Muda mempunyai perbedaan dengan Kepala Kala Masa Klasik Tua terutama pada penggambaran Dagu dan cakar. Tujuan penelitian adalah untuk mencari. Mencari unsur-unsur atau komponen apa saja yang terdapat pada pengggambaran ragam hias Kepala Kala dan Mencari faktor-faktor yang mempengaruhi persamaan dan perbedaan dalam penggambaran ragam hias Kepala Kala tujuan dari penelitian ragam hias Kepala Kala ini adalah untuk mengetahui dan mengenali jenis serta bentuk ragam hias penyusun Kepala Kala beserta variasi-variasinya. Dari variasi-variasi bentuk ragam hias tersebut akan menghasilkan tipologi setiap komponen ragam hias Kepala Kala yang diteliti. Diharapkan dari hasil tipologi tersebut dapat dipahami faktor penyebab terjadinya variasi-variasi tersebut. Metode penelitian yang digunakan meliputi kegiatan pengumpulan data utama, yaitu pengamatan langsung pada Kepala Kala dengan cara pendeskripsian tertulis, gambar dan foto, sedangkan pengumpulan data tambahan diperoleh dari literatur-literatur pendukung dan laporan penelitian. Setelah itu, data diolah dan dianalisis serta diperbandingkan (metode analogi) baik dari data itu sendiri maupun hasil penelitian yang terdahulu. Hasil penelitian menunjukan pada umumnya ragam hias Kepala kala mempunyai Dagu, naga dan cakar, sesuatu yang jarang ditemui pada Kepala Kala masa Klasik Tua. Banyak variasi penggambaran bentuk rambut, hiasan rambut, hiasan telinga, bentuk alis dan lain. Penyebab perbedaan tersebut adalah dikarenakan kebebasan sang seniman dalam menciptakan ragam hias tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11954
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 >>