Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saragih, Ardi Timbul Hartadon
"Tesis ini membahas face negotiation yang terjadi antara generasi muda Batak sebagai keturunan perantau dengan generasi tua dalam usaha mempertahankan identitas budaya asal. Penelitian ini menggunakan teori face negotiation untuk membahas bagaimana konsep muka menyertai dua budaya berbeda dalam mengendalikan terjadinya konflik. Penelitian dilakukan dengan menggunakan paradigma konstruktivis, pendekatan kualitatif, menggunakan metode etnografi. Subjek penelitian dipilih melalui strategi purposive. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan pembagian cluster dalam teori face negotiation dapat digambarkan face orientation generasi muda Batak adalah both/mutual face, face movement yang diterapkan adalah jenis mutual face protection moves, face interaction strategis adalah mengedepankan high context, gaya konflik komunikasi yang sering terjadi adalah compromising, dan face content domain adalah reliability face yang mengedepankan kepercayaan.

This thesis studies about face negotiation between Bataknese young generation which are part of migrant generation in Jakarta and their parents to maintain ethnic identity of host culture. This studies used face negotiation theory to explain about face concept between two different culture in maintain conflict. This studies used constructivism paradigm, qualitative approach, and ethnography method. Subject in this studies are choosen by purposive sampling by criteria. The result of this studies shows that based on cluster of face negotiation theory, face orientation of bataknese young generation is both/mutual face, and also used other face upgrading moves of face movement criteria. The face interaction strategies is prior to high context, compromising is conflict communication style prefered, and face content domain is reliability face.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T44576
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Irwasyah
"The Toba Batak, the followers of Parmalim (a local religion), have tried their best to preserve this local religion throughout the long oppression years by the Dutch and Christian missionary. The Parmalim practitioners did this up to recent times, in the midst of current ideas and assumptions about the civil-state religion based on 'monotheistic' belief. In this article, the author discusses the use of the concept 'religious rationalization' to refer to what the Parmalim followers have done in reconstructing their beliefs and religious practices. The author first examines the concept of 'religious rationalization' among anthropologists. He examines further the recent phenomenon of the civil-state religion, the Indonesian government's policies, its implications on the socio-religious-political situation among the Toba Batak, in particular among the Parmalim community, and the various existing interpretations."
2000
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Izhatullaili
"ABSTRAK
Adanya interferensi bahasa ibu menyebabkan tuturan bahasa Indonesia memiliki intonasi yang beragam. Karena itu, penelitian ini bertujuan menemukan intonasi Bahasa Indonesia yang dihasilkan penutur Batak Toba yang berada di lingkungan masyarakat berbahasa Batak Toba BTM dan penutur Batak Toba di lingkungan masyarakat berbahasa Indonesia BTJ . Penelitian fonetik eksperimental dengan pendekatan IPO digunakan untuk menganalisis data tuturan bahasa Indonesia yang dihasilkan penutur BTM dan BTJ. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat penyimpangan intonasi Bahasa Indonesia yang dihasilkan penutur BTM dan BTJ dari karakteristik Intonasi Bahasa Indonesia. Berdasarkan analisis aspek akustik, penutur BTM memiliki karakteristik akustik lebih mirip dengan karakteristik bahasa Batak Toba saat menuturkan kalimat deklaratif. Dalam tuturan interogatif, penutur BTJ memiliki karakteristik intonasi lebih mirip dengan karakteristik kalimat interogatif bahasa Batak Toba. Dalam hal durasi tuturan, saat menuturkan kalimat deklaratif, penutur BTM menghasilkan durasi yang konsisten lebih besar daripada durasi penutur BTJ dan BI. Karena itu, penutur BTM berbicara dengan tempo yang lebih lambat dibandingkan penutur BTJ dan BI dalam menuturkan kalimat deklaratif. Dalam hal kalimat interogatif, penutur Batak Toba baik BTM maupun BTJ, menghasilkan durasi yang konsisten lebih kecil daripada durasi penutur BI. Karena itu, penutur Batak Toba berbicara dengan tempo yang lebih cepat dibandingkan penutur Bahasa Indonesia saat menuturkan kalimat interogatif

ABSTRACT
The presence of language interference leads to an overwhelming intonation of Indonesian language. Therefore, this thesis is aimed at finding Indonesian intonation produced by Batak Toba speakers in the environment of the Toba Batak community BTM and Batak Toba speakers in the Indonesian language community BTJ . Experimental Phonetic research with IPO approach is used to analyze Indonesian intonation produced by BTM and BTJ speakers. The results of this study indicate that there are deviation of Indonesian intonation pattern produced by BTM and BTJ speakers from Indonesian Intonation characteristic. Based on the acoustic aspect analysis in declarative sentencence, BTM speakers have acoustic characteristics more similar to the characteristics of Toba Batak. In interrogative sentence, BTJ speakers have intonation characteristics more similar to the interrogative sentence characteristics of Toba Batak. Based on the duration of declarative sentences, BTM speakers have the higher duration than the duration of BTJ and BI speakers. Therefore, BTM speakers speak faster than BTJ and BI speakers in declarative sentence. In interrogative sentences, Batak Toba speakers BTM and BTJ have the smaller duration than BI speakers rsquo . Therefore, Toba Batak speakers BTM and BTJ speak faster than BI speakers in the interrogative sentence. Keywords declarative, interrogative, intonation, Toba Batak speaker"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T51055
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sally Carolina,
"Self-esteem merupakan salah satu penentu dari perkembangan konsep diri seseorang yang dimulai pada masa anak-anak. Orang tua sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan self-esteem anak memiliki berbagai gagasan mengenai pola asuh yang salah satunya dipengaruhi oleh budaya. Tesis ini membahas bagaimana pengaruh dari parental beliefs orang tua dengan suku Batak Toba yang dilihat dari dimensi child-rearing beliefs, attributes of intelligence, dan educational objectives terhadap self-esteem anak. Jenis penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif dan noneksperimen. Alat ukur yang digunakan adalah Parental Belief Questionnaire dan Rosenberg Self-Esteem Scale. Jumlah partisipan yang diikutkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 80 partisipan yang terdiri atas orang tua dan anak yang berada pada kelas 3, 4, dan 5 SD. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda antara dimensi yang ada pada parental beliefs terhadap self-esteem. Hasil didapatkan terlihat tidak adanya pengaruh yang signifikan pada parental beliefs terhadap self-esteem. Akan tetapi, pada saat dilakukan analisis berdasarkan jenis kelamin anak, didapatkan adanya pengaruh yang signifikan.

Self-esteem is one factor that determine the self-concept development that began in childhood. Parents as one of the factors that can influence the development of children`s self-esteem have various ideas about parenting, one of which is influenced by culture. This research discusses the influence of parents parental beliefs with Toba Batak tribes to children`s self-esteem. The parental beliefs in this research consists of three dimensions, that is child rearing beliefs, attribution of intelligence, and educational objectives. The study was conducted in Toba-Samosir District, North Sumatra. The type of research conducted is quantitative and non-experimental. The instruments of this research are Parental Belief Questionnaire and Rosenberg Self-Esteem Scale. Number of participants are 80 participants, which is consist of parents with their children who are in grades 3, 4 and 5 of elementary school. The analysis used is multiple regression analysis between dimensions that exist in parental beliefs against self-esteem. The results show no significant effect on parental beliefs to self-esteem. However, at the time of analysis based on the sex of the child, there was a significant influence."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53422
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neumann, J.H. [Johann Heinrich], 1876-1949
Jakarta : Lembaga Kebudajaan Indonesia, 1951
499.203 NEU k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sartika Sari Dewi
"Dalam setiap perkawinan pada masyarakat, tak jarang pasangan suami istri tidak dapat memperoleh keturunan. Maka dari itu, mereka melakukan pengangkatan anak. Namun, hingga saat ini belum terdapat unifikasi peraturan terutama dalam bidang waris sebagai akibat hukumnya. Terdapat persamaan dan perbedaan dalam aturan dari Hukum waris perdata barat dan hukum waris adat yang dimana kedua hukum tersebut merupakan bagian dari hukum positif waris yang sama – sama mengikat dan berlaku di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang kedudukan dan hak anak angkat mengenai hal mewaris serta hak yang diperoleh anak angkat dalam pembagian waris keluarga ditinjau dari perspektif hukum perdata dan hukum adat, khususnya adat batak toba dengan metode penelitian yuridis normatif. Hasil penelitian ini menyimpulkan terhadap kedua aturan hukum waris yang berbeda ini menimbulkan masalah dalam pengangkatan anak di Indonesia, khususnya mengenai dampak terhadap hak waris anak angkat tersebut.

In every marriage in society, it is not uncommon for a married couple to be unable to obtain offspring. Therefore, they adopt a child. However, until now there has been no unification of regulations, especially in the field of inheritance as a legal consequence. There are similarities and differences in the rules of Western civil inheritance law and customary inheritance law, which are both part of positive inheritance law that are equally binding and applicable in Indonesia. This research aims to discuss the position and rights of adopted children regarding inheritance and the rights obtained by adopted children in the distribution of family inheritance from the perspective of civil law and customary law, especially Batak toba custom with normative juridical research methods. The results of this study conclude that these two different inheritance law rules cause problems in the appointment of children in Indonesia, especially regarding the impact on the inheritance rights of the adopted child."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Haikal Milleza
"Kenyamanan termal merupakan aspek yang krusial bagi manusia dan menjadi pertimbangan yang sangat penting bagi sebuah arsitektur. Yang mana sebagai arsitektur yang memanfaatkan ventilasi alami, semestinya arsitektur vernakular dapat menjadi rujukan bagi arsitektur modern dalam menghadirkan kenyamanan termal di dalam ruang. Sehingga tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengkaji bagaimana kondisi kenyamanan termal pada sebuah arsitektur vernakular dan bagaimana performanya jika dibandingkan dengan bangunan berkonstruksi modern. Metode yang dipilih pada pengkajian ini adalah simulasi menggunakan program Rhinoceros dan Grasshopper dengan plugin Ladybug Honeybee untuk dapat menghitung Adaptive Thermal Comfort pada arsitektur vernakular yang dipilih. Simulasi ini dilakukan dengan mengukur 5 kondisi pada Rumah Batak Toba dan Rumah Batak Karo yang masing masing kondisi memiliki parameter berupa pemilihan material, konstruksi yang diterapkan, serta rasio bukaan yang diaplikasikan. Secara umum, data yang dihasilkan menunjukkan bahwa baik Rumah Batak Toba dan Rumah Batak Karo yang menggunakan material, konstruksi, dan rasio bukaan aslinya memiliki tingkat kenyamanan termal terbaik. Hal ini terlihat setelah dibandingkan dengan kondisi lainnya yang menerapkan material, konstruksi, serta rasio bukaan pada arsitektur modern. 

Thermal comfort is a crucial aspect for humans and is a very important consideration for architecture. As an architecture that utilizes natural ventilation, vernacular architecture should be a reference for modern architecture in providing thermal comfort in an interior space. Thus, the purpose of this writing is to examine how the thermal comfort conditions in vernacular architecture and how its performance when compared to modern construction buildings. The method chosen in this study is a simulation using the Rhinoceros and Grasshopper programs with the Ladybug plugin and honeybee to be able to calculate the adaptive thermal comfort in the selected vernacular architecture. This simulation is carried out by measuring 5 conditions in the Toba Batak house and Karo Batak House, in which each condition has a parameter in the form of material selection, construction applied, and the ratio of the opening. In general, the resulting data shows that both Toba Batak Houses and Karo Batak Houses that use materials, construction, and original opening ratios have the best thermal comfort levels. This can be seen after being compared with other conditions that apply materials, construction, and opening ratios of modern architecture."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matondang, M.H.
"Terdapat beberapa dasar pemikiran yang melatar belakangi mengapa orang Batak meninggalkan kampung halamannya, merantau ke Pulau Jawa dan sebagian memilih lapangan kerja di bidang angkutan umum di kota Metropolitan Jakarta, cukup penting dan menarik dipelajari secara sistematik dan mendalam.
Dari beberapa sudut tinjauan, ternyata kedudukan dan peranan orang Batak dalam penyelenggaraan kegiatan angkutan umum di kota Metropolitan Jakarta, baik sebagai pengusaha, pemilik, pengelola, sopir,kondektur, dan sebagainya, cukup menonjol dan dianggap penting. Apalagi mengingat bahwa sektor transportasi sangat vital dan strategic dalam menunjang Pembangunan Nasional.
Ditinjau dari kedudukan kota Metropolitan Jakarta sebagai ibukota Negara R.I., pusat perekonomian dan pemerintahan mempunyai daya tarik yang kuat bagi pendatang baru. Jumlah penduduk Jakarta setiap tahunnya bertambah rata-rata 300.000 jiwa, umumnya berasal dari daerah-daerah dengan perlbagai suku bangsa. Mereka pindah ke Jakarta meninggalkan kampung asal dan menjadi urban dikota Metropolitan Jakarta. Ditinjau dari latar belakang perpindahan penduduk dari daerah asal ke Jakarta ternyata ada perbedaan antara suku Batak dengan suku bangsa lain.
Perpindahan etnis Batak dari tanah leluhurnya ke berbagai daerah di Indonesia khususnya ke kota Jakarta didorong oleh dua faktor utama yaitu: (1) keinginan melanjutkan pendidikan dan emansipasi bagi angkatan pertama (1915-1950) dan kedua (1950-1965), (2) keinginan untuk memperbaiki kondisi ekonomi bagi angkatan ketiga (1965-1980) dan keempat (1980-1995). Masing-masing mempunyai sikap, perilaku, dan strategi adaptif yang berbeda-beda dalam kehidupan kota Jakarta.
Mereka melihat dan memanfaatkan peluang pekerjaan didasarkan pada sikap, perilaku, dan pengetahuan budaya yang dimilikinya. Angkatan pertama faktor pendorongnya adalah pengaruh misi agama Kristen dan emansipasi, angkatan kedua faktor pendorongnya adalah kebutuhan melanjutkan sekolah dan mencari lapangan pekerjaan, dan tahap ketiga dan keempat faktor pendorongnya adalah tekanan ekonomi dan memanfaatkan peluang atas keberhasilan pembangunan secara materiil di Jakarta.
Etnis Batak di Jakarta dari angkatan pertama dan kedua membentuk asosiasi Klan dengan tujuan untuk melestarikan tradisi Batak ("Agama Adat"), memelihara identitas, membentuk sarana interaksi ekonomi dan social, dan bertujuan sebagai sarana pendidikan. Tetapi dari angkatan ketiga dan keempat pembentukan Klan bertujuan sebagai sarana interaksi ekonomi khususnya memperoleh kesempatan kerja. Klan-klan dari angkatan pertama berciri religi (rohaniawan) dan pendidikan (keilmuan); klan-klan angkatan kedua berciri kewiraswastaan, birokrasi, dan pendidikan (keilmuwan); klan-klan angkatan ketiga dan keempat berciri untuk mencari nafkah atau perbaikan kondisi ekonomi, misalnya klan sopir, kenek, pedagang kecil, dll.
Bagi angkatan ketiga dan keempat ada kecocokan antara watak, sikap, kemauan, dan perilaku keras suku Batak dari hasil penempaan lingkungann asal mereka (Tanah Batak) dengan kondisi obyektif kota Jakarta khususnya dalam peluang kerja bidang angkutan umum. Di samping itu bidang pekerjaan angkutan umum merupakan bidang kerja yang cepat mengahasilkan uang atau alat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bagi angkatan pertama dan kedua lebih fleksibel menyesuaikan diri dengan kondisi Jakarta khususnya dan daerah-daerah lainnya, karena mereka telah memiliki pengetahuan yang lebih luas.
Klan suku Batak di Jakarta secara evolusi berubah dan berkembang menjadi "Simbol" saja, karena pengaruh gerak masyarakat Jakarta yang semakin individualistis dan ekonomistik. Hubungan kesukuan yang awal mulanya merupakan hubungan adat yang penuh religius dan hubungan kekerabatan, berubah menjadi hubungan yang bersifat ekonomis, terutama pada angkatan ketiga dan keempat.
Ada warisan budaya yang tidak dapat hilang dalam proses evolusi budaya Batak di Jakarta, yaitu "Dalihan Natolu", merupakan tiga pilar utama adat Batak sebagai kesatuan religi, kesatuan sosial, dan kesatuan kekerabatan. Dalihan Natolu sebagai "Ideologi" suku Batak tidak akan bisa dihancurkan oleh mekanisme masyarakat modern Jakarta, karena Dalihan Natolu merupakan inti atau hakekat dari interaksi orang Batak dengan lingkungan hidupnya yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Tetapi dari sudut perilaku upacara-upacara adat, sebagian dari Dalihan Notolu ada yang disesuaikan dengan perkembangan lingkungan masyarakat Jakarta, misalnya upacara-upacara kelahiran, perkawinan, dan kematian.
Dilihat dari sisi ekonomi, peranan Dalihan Natolu sangat besar bagi suku Batak di Jakarta, yaitu dalam hal penciptaan lapangan kerja dan pembinaan tenaga kerja, misalnya seperti yang dilakukan oleh M. Hutagalung pemilik perusahaan bus kota "Arian". Etnis Batak pendatang Baru yang belum memiliki pekerjaan ditampung, dibina, dan diberi pekerjaan sebagai sopir, kenek, montir, dan pekerjaan-pekerjaan lain sesuai dengan kemampuannya.
Dari segi angkutan penumpanng umum yang menjadi pilihan pekerjaan sebagian suku Batak di Jakarta dari angkatan ketiga dan keempat, sampai saat ini belum sempurna. Hal itu bukan disebabkan oleh kelemahan suku Batak yang bekerja dalam bidang tersebut, tetapi disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: (a) lemahnya disiplin masyarakat baik sebagai pemakai jasa angkutan umum, petugas lalu lintas, pengusaha, maupun para pekerja (sopir, kernet, dll.), (b) jumlah kendaraan penumpang umum yang tidak seimbang (lebih kecil) di-banding kebutuhan pemakai jasa, (c) kebijakan pemerintah dalam hal pemilikan kendaraan pribadi belum dibatasi, sehingga kendaraan pribadi lebih banyak daripada kendaraan penumpang umum, (d) sikap dan perilaku para petugas yang terkait dengan kepentingan angkutan umum yang kurang mendukung kepentingan umum.
Kekerabatan etnis Batak di Jakarta dari angkatan pertama dan kedua sangat akrab dan merasa berkepentingan pada pembangunan tanah leluhur di Tapanuli Berta masih setia mempertahankan adat, karena mereka pada umumnya memiliki status sosial-ekonomi yang mapan. Tetapi sebaliknya kekerabatan etnis Batak di Jakarta dari angkatan ketiga dan keempat kurang berkepentingan terhadap tanah leluhur dan sebagian tata cara adat telah disederhanakan khususnya dalam praktek upacara-upacara adat perkawinan dan kematian, karena mereka masih bergulat untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya.
Kehidupan di Jakarta mempunyai pengaruh besar terhadap sikap dan perilaku etnis Batak Jakarta. Hubungan kekerabatan dalam konsep "Dalihan Natolu" secara utuh sudah tidak dapat dipertahankan karena perubahan sikap , perilaku, dan pengetahuan mereka. Kondisi lingkungan fisik, sosial, ekonomi, politik, dan budaya kota Jakarta sangat mempengaruhi bahkan menentukan pola pikir, sikap dan perlaku etnis Batak Jakarta khususnya dan etnis-etnis lainnya yang hidup di Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T4524
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Siahaan, Rita Maria
"Indonesian society is multicultural and multilingual. Dialects in Indonesia have a lot of indigenous concepts, which are important for the nation building. In a multilingual society, language contact means that languages with small repertoire can be dominated by languages with larger repertoire (Romaine 2000). The Batak Toba language has concepts about egalitarianism, transparency and harmonizes relation between human being and environment. Most of young Batak Toba generation, who were born and who are living in Jakarta do not speak well Batak Toba language. There is a language shift among them, although they do not speak Batak Toba language, they still master the world views of Batak Toba culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
907 PJKB 7:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library