Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta : Kementerian Agama RI, 2010
297.07 IND s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Ramly
"ABSTRAK
Sebagian besar penduduk Indonesia menganut agama Islam. Menurut data resmi
yang diterbitkan oleh Biro Riset Statistik. di antara 183.457.000 jiwa penduduk Indonesia
pada tahun 1990, terdapat 87.1 % pemeluk agama Islam. Hukum Islam merupakan
hukum yang hidup dalam masyarakat yang mayoritas Islam itu. Tesis ini ingin
memperbincangkan kedudukan hukum Islam dalam berbagai konstitusi yang pernah dan
sedang berlaku di Indonesia. Oleh karenanya pula dengan sendirinya, tidak mungkin
dipisahkan dari pembahasan peranan hukum Islam terutama dalam pembinaan hukum
nasional Indonesia. Penelitian ini mengandung unsur kajian perbandingan untuk
memmahami apakah ada perbedaan kedudukan hukum Islam di dalam tiga konstitusi,
yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Konstitusi Republik Indonesia Serikat 1949, dan
Undang-Undang Dasar Sementara 1950. Kajian dimulai dengan sebuah rangka teori yang
dipergunakan untuk menganalisis data secara kualitatif. Data yang dihimpun dalam
penelitian ini digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu data primer dan data sekunder.
Metode analisis yang digunakan bercorak deduktif. Meskipun menyadari bahwa
penelitian ini adalah penelitian hukum, namun mengingat hukum adalah gejala sosial,
sedangkan perumusan kaidah-kaidah hukum positif adalah sebuah proses politik, maka
pendekatan berbagai disiplin ilmu sosial - selain ilmu hukum - seperti sejarah, sosiologi
dan praktek serta pengkajian Islam dipergunakan juga.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hukum Islam adalah hukum yang hidup
dalam masyarakat Indonesia yang mayoritas menganut agama Islam. Hal ini diakui oleh
penguasa V.O.C., sebelum terbentuknya Hindia Belanda pada akhir abad ke-18.
Pemerintah Hindia Belanda sendiri, ternyata tidaklah konsisten dalam memandang
kedudukan hukum Islam dalam masyarakat pribumi. Snouck Hurgronje misalnya
berperan besar dalam meligitimasi kehendak pemerintah Kolonial Belanda dengan
mengemukakan teori Resepsi. Menurut teori ini, hukum Islam baru berlaku jika ia telah
diterima oleh hukum Adat.
Menjelang Indonesia merdeka, ada usaha-usaha dari pemimpin politik "golongan
Islam" untuk memperjuangkan kedudukan hukum Islam secara lebih tegas dalam
penyusunan konstitusi Indonesia merdeka. Dirumuskanlah Piagam Jakarta pada tanggal
22 Juni 1945. Dengan terjadinya pencoretan kata-kata yang berhubungan dengan syari'at
Islam di dalam Piagam Jakarta pada tanggal 18 Agustus 1945, maka kedudukan hukum
Islam di dalam konstitusi menjadi samar-samar. Hampir sama keadaannya dengan UUD
1945 yang berlaku antara tahun 1945 - 1949, kedudukan hukum Islam juga tidak tersurat
dikemukakan di dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS). Sampai Konstitusi
RIS dinyatakan tidak berlaku pada bulan Agustus 1950, polilik hukum itu belum pernah
dikemukakan secara tegas oleh pemerintah. Kedudukan hukum Islam di dalam UUD
Sementara 1950 juga tetap samar-samar.
Kedudukan hukum Islam nampak lebih jelas di dalam UUD 1945 dalam periode
berlakunya yang kedua, sejak ia didekritkan berlakunya oleh Soekarno pada tanggal 5 Juli
1959. UUD 1945 yang didekritkan "dijiwai", oleh Piagam Jakarta yang mengandung
rumusan syari'at Islam.
Perkembangan terakhir dalam dasawarsa terakhir ini memperlihatkan arah yang
semakin jelas dari kedudukan dan peranan hukum Islam dalam pembinaan hukum Islam.
Hukum Islam menjadi salah salu komponen baku penyusunan hukum nasional di samping
hukum Adat dan hukum eks Barat. Dengan timbulmya kesadaran beragama di kalangan
pejabat negara, pejabat pemerintah dan politikus, hasrat untuk menempatkan peranan
hukum Islam dalam pembinaan hukum nasional semakin besar.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Sejarah mengungkapan bahwa proses Islamisasi di Pulau Jawa berjalan aman dan damai. Para waliyullah atau walisongo punya peranan besar disni. salah satunya sangat terkenal adalah Sunan Kalijaga. Selain seorang ulama sakti dan politikus yang cerdas, Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai budayawan yang santun dan seniman wayang yang hebat. Caranyab berdakwah diangggap berbeda dengan metode para wali yang lain."
384 WACA 7:26 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Tahir Hamid
Jakarta: Sinar Grafika, 1996
347.01 AND b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Mudlofir
Jakarta: Rajawali, 2011
375.006 ALI a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Saripuspita
"Berbagai krisis yang terjadi di masyarakat kita yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari menimbulkan pertanyaan akan efelctivitas pendidikan agama di sekolah. Pendidikan ini seharusnya menjadi dasar bagi tumbuhnya perilaku yang baik pada anak bangsa. Namun sayangnya, pendidikan agama nampaknya kurang dirasakan manfaatnya oleh sebagian alumni SMU. Mereka merasa cukup mendapat bekal pengetahuan, namun tidak menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh l-:arena itu, menarik untuk mengevaluasi efektivitas pendidikan agama, khususnya pendidikan Agama Islam, dari segi afektif Walaupun pendidikan agama pentlng untuk mulai diberikan sejak dini, namun bam pada masa remaja inclividu mendapatkan makna yang berbeda mengenai pendidikan agama. Dengan perkembangan kognitifnya yang berada pada tahap formal operasional dari Piaget, remaja sudah mampu berpikir secara abstrak (Turner & Helms, 1995), sehingga memungkinkan remaja untuk memahami konsep-konsep agama dengan baik. Pada masa ini pula remaja berusaha menemukan identitas diri mereka (Erikson, 1970 dalam Santrock, 2001). Dalam menyelesaikan krisis ini, remaja membutuhkan suatu ideologi yang dapat mereka anut, dimana salah satu ideologi ini adalah agama. Paloutzian dan Santrock (2001) menyatakan bahwa isu agama adalah isu yang panting bagi remaja. Berdasarkan teori tentang perkembangan remaja dan pentingnya peranan agama pada masa ini, maka kegiatan evaluasi akan membatasi diri pada siswa kelas III SMU, yang diasumsikan berada pada tahap perkembangan remaja dan telah mengenyam hampir tiga tahun masa pendidikan Agama Islam di SMU, selain juga ketika duduk di jenjang pendidikan sebelumnya Tujuannya adalah untuk melihat hasil belajar dari pelajaran tersebut dari segi afektif. Hasil helajar pelajaran Agama Islam berorientasi pada aspek afektif dan psilcomotor. Sementara Ruang lingkup pendidikan Agama Islam sendiri terdiri dari lima aspek, yakni: A] Qur'an, keimanan, ibadah, akhlak, dan tarik. Kegiatan evaluasi ini membatasi pada aspek materi keimanan akidah, karena keimanan adalah hal yang sangat penting bagi seorang muslim. Mengacu pada Surat Al-Furqan ayat 23, Shihab (1996) menyatakan bahwa amal baik yang dikerjakan tanpa dilandasi oleh iman adalah amal yang sia-sia. Keimanan yang merupakan karakteristik afelctif ini alcan dilihat perkembangan intemalisasinya pada siswa kelas Ill SMU dengan taksonomi hasil belajar domain afektif dari Krathwoh (1964, dalam Anderson & Bourke, 2000)l. Urutan taksonomi ini dari jenjang internalisasi yang paling rendah adalah: Receiving Responding Valuing Organization, dan Characrerizarion by value or value complex. Standar kompetensi pelajaran Agama Islam akan digunakan sebagai pembanding atau kriteria tercapai atau tidaknya tujuan belajar pelajaran Agama Islam di sekolah. Lfntuk ilu, Fathia Saripuspita, standar kompetensi ini diterjemahkan dan diklasifikasikan sebagai tahap Valuing dari Taksonomi Domain Afektif Krathwohl Berdasarkan Taksonomi Domain Afektif Krathwohl (1964, dalam Anderson & Bourke, 2000) dan cakupan materi keimanan dalam Agama Islam, evaluator mengembangkan alat ukur instrumen berupa kuesioner. Analisa hasil akan mendapatkan data mengenai tahapan setiap siswa, dan rata-rata tahapan siswa di sekolah tersebut. Siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah SMUN 8 Jakarta. Nilai rata-rata ini akan dibandingkan dengan kriteria yang dijadikan pembanding untuk menentukan apakah tujuan pendidikan Agama Islam di SMUN 8 Jakarta sudall tercapai atau belum. Analisa dari data yang didapat dari 198 orang siswa kelas [II SMUN 8 Jakarta yang mengambil jurusan IPA adalah bahwa tahapan yang mendapat persentase terbanyak adalah tahap Characterization by value or value complex, Responding dan Valuing dari domain afektif Krathwohl (1964, dalam Anderson & Bourke, 2000), Sementara itu, rata-rata siswa kelas III SMUN 8 Jakarta telah mengintemalisasi nilai keimanan Agarna Islam pada tahap Vahring, hal ini berarti bahwa tujuan pelajaran Agama Islam di SMUN 8 Jakarta telah dicapai oleh rata-rata siswa kelas III di sekolah Tersebut. Selain itu, penelitian ini juga memperlihatkan bahwa semua siswa mengakui penghayatan nilai keimanan Agama lslam mereka dipengaruhi oleh lebih dari satu agen. Oleh karena itu, tercapainya kompetensi dasar pelajaran Agama Islam dalam hal keimanan tidak hanya dipengaruhi oleh penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah tersebut. Banyaknya siswa yang mengintemalisasi nilai keimanan Agama Islam dengan baik, yakni pada tahap Characreriznrforr by valure dan Valuing, dapat dijelaskan oleh teori perkembangan remaja. Asumsi baiknya perkembangan kognitif siswa sekolah unggulan ini memungkinkan lebih memahami konsep ajaran Agama Islam dan memecahkan masalah yang mereka hadapi sehari-hari, termasuk masalah pencarian identitas diri. Kedekatan dengan teman yang penting pada masa ini membuat mereka memiliki teman berdiskusi yang bisa membantu mereka memeoahkan masalah krisis identitas mereka. Sementara itu, menurut teori perkembangan moral dari Kohlberg (1986, dalan Santrock, 2001) dan perkembangan perilaku religius dari Fowler (1996, dalan Santrock, 2001), remaja masih mengikuti aturan yang diberikan orang lain kepada mereka karena ingn memuaskan pihak lain atau menghindari pihak lain tidak menyulcai mereka. Penjelasan ini sejalan dengan tahapan sebagian besar siswa yang berada pada tahap Rexgporrdifrg. Sementara untuk mereka yang berada pada tahap Chraracretization dan Valuing, penjelasan mengenai karakteristik khusus siswa SMUN 8 Jakarta perlu ditambahkan. Sebagai sekolah unggulan siswa SMU ini juga dianggap lebih patuh kepada guru dan berdedikasi tinggi pada kegiatan akademis dibanding sekolah lain. Kecenderungan patuh dan dedikasi mereka ini bisa saja juga teljadi dalam hal mengikuti ajaran agama. Akibatnya diasumsikan siswa yang menginternalisasi nilai keimanan pada tahap Valuing dan Characterization, bisa saja mencapai tahap ini karena secara siap menerima nilai yang dikenakan pada mereka. Dengan kata lain mereka tidak melalui proses mempertanyakan ajaran ataupun ideologi. Kesimpulan yang dibuat dalam kegiatan evaluasi ini hanya didasarkan pada data kuesioner. Data tambahan masih dibutuhkan untuk mempertajam kesimpulan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38526
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilkinson, Philip
Yogyakarta: Kanisus, 2016
R 200.03 WIL e
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Anggito Abimanyu
Bandung: Mizan, 2014
297.415 ANG t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Galib Mattola
Depok: Rajawali Press, 2022
297.4 MUH p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
TIJUDIP
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>