Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14375 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rida Depriani
"Penelitian ini membahas tentang bagaimana siswa yang akan menyelesaikan studi di Sekolah Menengah Atas bersiap untuk menghadapi tantangan melanjutkan pendidikan ke PTN dengan melihat seberapa besar pengaruh dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga maupun peer group; kemudian akan dilihat pula bagaimana pengaruhnya jika variabel kontrol yaitu jenis sekolah diikutsertakan.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data survei yang dilakukan di SMAN 3 Cibinong dan SMA Dwiwarna Boarding School. Total sampel dalam penelitian ini sebesar 130 dengan masing-masing jumlah sampel di SMAN 3 Cibinong berjumlah 100 sedangkan jumlah sampel di SMA Dwiwarna berjumlah 30. Teknik penarikan sampel menggunakan stratified random sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel dukungan sosial keluarga dan dukungan sosial peer group berpengaruh terhadap minat melanjutkan pendidikan ke PTN dengan kekuatan hubungan cukup kuat. Berdasarkan penghitungan analisa multivariat, menunjukkan bahwa variabel dukungan sosial keluarga dengan minat melanjutkan pendidikan ke PTN yang dikontrol dengan variabel jenis sekolah mengalami model elaborasi spesifikasi. Begitu pula dengan variabel dukungan sosial peer group dengan minat melanjutkan pendidikan ke PTN yang dikontrol dengan variabel jenis sekolah, juga mengalami model elaborasi spesifikasi.

This study discusses how students who will completed their study on Senior High School were prepared to face the challenges of continuing education to Higher Institution and for seeing how the big influences of social support were given from their family and their peer group; and also for seeing how they affect if control variable such as type of school was involved.
This study uses quantitative methods with survey techniques in grade XI classes at SMAN 3 Cibinong and SMA Dwiwarna Boarding School. The number of sample in this study is 130 which consists of number sample in SMAN 3 Cibinong is 100 and number of sample in SMA Dwiwarna is 30. Technique sampling using a stratified random sampling.
The result of this study indicate that the variable social support family and social support peer group influence the interest of continuing education in public college with the strength of strong enough ties. In addition, based on the results of the multivariate analysis calculation, indicate that the variable of social support family with the interest of continuing education in public college which is controlled by origin school variable, experienced in elaboration models specifications. Likewise with variable of social support peer group with the interest of continuing education in public college which is controlled by orgin school variable, experienced also in elaboration models specifications.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S62627
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hariyanto
"Priyayi dalam masyarakat Jawa menduduki status yang tinggi dan sangat dihormati, oleh karenanya bagi wong cilik ingin menjadikan salah satu anak- anaknya atau bahkan kalau bisa semua anak-anaknya menjadi priyayi. Priyayiisme bagi wong cilik dapat diartikan sebagai proses menjadi priyayi, sedangkan bagi priyayi, priyayiisme dapal diartikan sebagai bentuk atau upaya mempertahankan status kepriyayiannya. Dalam status priyayi melekat atribut kekuasaan, kekayaan, dan kehormatan. Untuk mempertahankan statusnya sebagai priyayi, seorang priyayi tidak bisa melepaskan diri dari perilaku Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Penelitian mengenai Priyayi-Priyayiisme dan KKN di Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan studi stratifikasi sosial dari sudut sosial budaya melalui nilai-nilai kepriyayian, yang akan melihat bagaimana proses di atas berlangsung dari periode waktu sebelum tahun 1945, tahun 1946-1975 dan 1976- 2005, sehingga akan secara nyata akan terlihat bentuk-bentuk perubahan dan hasil pembahan yang terkait dengan proses-proses sosial tersebut.
Penelitian ini mempergunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan Studi dokumentasi. Informan kunci yang dijadikan sumber informasi dalam penelilian ini adalah para priyayi terutama tokoh-tokoh masyarakat, guru dengan penekanan pada Iurah dan camat. Penekanan ini untuk mempermudah dalam mengkaitkan hubungan kekuasaan, kejayaan dan kehormatan dengan KKN. Sedangkan yang dijadikan rujukan sebagai sumber informasi utama adalah informasi dari Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Harsadiningrat, sebagai orang yang ditunjuk oleh Keraton Kasultanan "Ngayogyakarta Hadiningrat" untuk mewakili keraton memberikan informasi mengenai priyayi. Penunjukan beliau didasarkan atas penguasaan substansi dan pengalaman beliau sebagai mantan bupati yang mengetahui secara mendalam lurah dan camat melaksanakan pemerintahannya.
Konsep-konsep utama yang dipergunakan untuk menganalisa temuan penelitian ini adalah konsep-konsep Weber dan Lenski (1978) tentang stratifikasi sosial (Kekuasaan, Previlese dan Prestise) dan kosep "Verstehen" dari Weber ; konsep "Kapital Kultural" dari Bourdieu, 1966. Dalam studi weber ketiga dimensi itu pada dasarnya berdiri sendiri namun dimensi previlese lebih mendominasi dibandingkan dengan dimensi Iainnya, sebaliknya Lenski lebih melihat kekuasaan lebih dominan dibandingkan dengan yang Iainnya. Dalam studi RMZ Lawang, tentang manggarai ketiga dimensi itu harus dilihat secara terpisah. Dalam kaitannya dengan studi priyayi tentang priyayi pada awalnya benar apa yang disampaikan oleh Weber dan Lenski namun kemudian berubah arah menjadi prestise yang Iebih dominan. Sedangkan konsep-konsep priyayi penulis rujuk dari Clifford Geertz (1980), Umar Kayam (2003), Ong Hok Ham (2002), Supariadi (2001), Serat Wulang Reh Karya Paku Buwana IV (1788-1811), Serat Tripama dan Wedhatama karya Mangkunegara IV (1853) dan sumber-sumber lain seperti terdapat dalam babad, wewaler maupun cerita fiksi modern.
Penelilian lapangan ini menemukan, bahwa terdapat pergeseran atau perkembangan dari definisi priyayi, yang semula priyayi berkonotasi sebagai "kata benda" yang merukuk pada keturunan, kini berkonotasi sebagai "kata sifat" yang merujuk pada perilaku. Dalam priyayiisme juga mengalami pergeseran atau perkembangan magna. Bagi priyayi priyayiisme bergeser dari upaya meniru gaya hidup keraton kepada upaya mempertahankan "status quo" yang dilakukan dengan sesuatu upaya yang terimplementasi dalam kehidupan modern seperti investasi dalam bidang pendidikan, berwira usaha, berdagang dan lain-lain. Upaya-upaya itu juga dibarengi dengan upaya "panyuwunan sebagai abdi dalem punakawan" dalam birokarasi kraton untuk melengkapi keunggulannya sebagai priyayi terutama terkait dengan atribut kehormatan. Fenomena ini sama dengan fenomena "Umrah" dan "Haji". Sementara itu priyayiisme bagi wong cilik yang semula diartikan sebagai proses menjadi priyayi dengan penekanan menjadi pegawai negeri, tujuan itu bergeser menjadi lebih luas, ingin menjadi pegawai dengan tetap berusaha meniru priyayi. Sebagai konsekuensi perkembangan dan pergeseran definisi tersebut, sebuah temuan lapangan menunjukkan bahwa struktur sosial priyayi berkembang secara kuntitas, makin meluas dan mengakar kebawah dan nilai-nilai priyayi makin tersosialisasikan lebih banyak kepada wong cilik. Yang menyemangati perubahan ini adalah HB DC (1940-1988) dengan konsepnya "Tahta Untuk Rakyat" yang kemudian diikuti "Nama Untuk Rakyat" meskipun yang disebut terakhir tidak melalui statement secara resmi dan HB X (1989-sekarang), dengan konsepnya "Tahta Untuk Kesejahteraan Rakyat" dan anjurannya agar selalu "Berlaku Prasaja".
Temuan perkembangan definisi dan meluasnya struktur sosial priyayi sebagaimana tersebut di atas, penulis juga menemukan tentang rumusan klarifikasi yang didasarkan pada kajian lieteratur maupun temuan-lapangan. Klasifikasi priyayi itu ialah "Priyayi Luhur", "Priyayi Menengah", "Priyayi Biasa" dan "Priyayi Rendah" dengan menggunakan para meter "°Pendidikan", "Keturunan dan Gelar- Gelar Bagsawan dan Tatanan Priyayi" yang meliputi aspek "Penguasaan Bahasa Jawa dan Bahasa Asing", "Kepemimpinan", "Keteladanan", "Kesetiaan dan LoyaIitas", "Keihklasan dan Kejujuran", "Kedermawanan dan Kerelaan Berkorban". Aspek-aspek ini ditujuan untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, pemerintah dan negara.
Berdasarkan temuan lapangan maupun teoritik, penulis menyarankan untuk sebuah penelitian lanjutan tentang "Tatanan Priyayi", yang hasilnya dapat memperkuat temuan-temuan di atas, dengan mengoperasionalkan setiap aspek dengan parameter yang terukur."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
D787
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Sistem produksi yang berjalan dalam tatanan ekonomi masyarakat selalu melibatkan hubungan di antara pemodal, para pekerja serta negara. Hubungan ini sangat berarti bagi masyarakat
karena turut menentukan bagaimana institusi ekonomi dalam masyarakat berfungsi dan menyumbang pada keseluruhan kehidupan masyarakat itu sendiri. Sebaliknya, dinamika hubungan
di antara pemodal, pekerja dan negara juga tidak lepas dari pengaruh dinamika perkembangan institusi ekonomi yang lebih luas maupun dinamika masyarakat secara keseluruhan.
Semakin menguatnya industrialisasi dalam sistem ekonomi masyarakat kontemporer membuat semakin berartinya hubungan ini baik dalam konteks sistem produksi maupun tatanan rnasyarakat
yang lebih luas. Perkembangan industrialisasi yang berlangsung dalam tatanan ekonorni Indonesia juga diikuti oleh sejumlah perkembangan yang menarik, termasuk berbagai permasalahan
yang mengiringinya.
"
[UI-Press, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia], 2011
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Potential market (traditional and modern) can be an indicator or barometer of the dynamics of the economy.
Commodity potential is certainly will stimulate their productivity if the place of marketing representative, consumers in
other areas can easily access the products. The increasing productivity of people's economy will directly or not affect the
increase in the revenue of the region, and public economy sector should be driven and developed optimally, considering it
is big enough and great implication. This provides alternative and opportunities to the people of West Bandung Regency
to have shopping places with complete facility, but it needs considering the aspect of social economy"
JIA 9:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alifia Meidira
"Meningkatnya penggunaan aplikasi pada telepon genggam mengiringi perkembangan zaman yang serba digital. Hal ini merubah cara hidup orang-orang sekaligus mendorong perkembangan atas inovasi dari beragam aplikasi, yang kemudian menciptakan kompetisi bagi para developer aplikasi untuk melakukan inovasi atas teknologi baru. Snapchat merupakan salah satu bentuk inovasi yang muncul dengan konsep ephemeral social media, di mana konten yang dibagikan pada Snapchat akan menghilang dalam kurun waktu tertentu sesaat setelah penerima konten membukanya. Berbicara mengenai pengadopsian teknologi baru tidak terlepas dari konsep Technology Acceptance Model TAM dalam menentukan perilaku penggunaan behavioral intention seseorang atas teknologi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat variabel-variabel atas TAM, yakni perceived usefulness dan perceived ease of use serta privacy concern sebagai faktor moderasi berpengaruh terhadap behavioral intention seseorang atas aplikasi Snapchat. Sampel penelitian ini adalah pengguna aktif Snapchat minimal tiga bulan yang berusia 18 hingga 25 tahun. Data kemudian diolah menggunakan Structural Equation Modelling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived ease of use memiliki pengaruh positif terhadap perceived usefulness dan behavioral intention atas aplikasi Snapchat. Di sisi lain, perceived usefulness tidak berpengaruh terhadap behavioral intention seseorang atas Snapchat. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa adanya privacy concern sebagai faktor moderasi tidak meningkatkan pengaruh perceived ease of use dan perceived usefulness terhadap behavioral intention seseorang atas aplikasi Snapchat.

The number of mobile apps user is increasing as the digital age is developing as well. This phenomenon changes the way people live their life and also encourages the development of innovation in various mobile apps that further creates competition among apps developers. Snapchat is one of many forms of new technology innovation with its ephemeral social media concept, which its content will disappear within a certain time as soon as the receiver sees it. Speaking of new technology adoption cannot be separated from the concept of the Technology Acceptance Model TAM in determining people rsquo s behavioral intention towards the technology. This study aims to examine TAM rsquo s variables, perceived usefulness and perceived ease of use, and also privacy concern as the moderating factor that have significant effect towards people rsquo s behavioral intention in using Snapchat app. The data for this study was collected from Snapchat rsquo s active users who had been using Snapchat for the past three months or more with range of 18 to 25 years old. Data then were analyzed by using Structural Equation Modelling. The result of this study showed that perceived ease of use has positive effect on perceived usefulness and people rsquo s behavioral intention in using Snapchat. However, this study showed that perceived usefulness doesn 39 t have positive effect on people rsquo s behavioral intention in using Snapchat. This study also showed that privacy concern as moderating factor doesn 39 t increase the effect of perceived ease of use and perceived usefulness on people rsquo s behavioral intention in using Snapchat. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S66613
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Adhitya
"ABSTRAK
Manusia sebagai mahkluk sosial tidak pernah lepas dari masalah sosial. Salah satu masalah sosial yang menarik adalah tingkat kecelakaan yang tinggi di sekitar lintasan kereta api di Australia. Dumb Ways to Die merupakan kampanye pemasaran sosial yang dirancang untuk mengatasi masalah sosial tersebut. Kampanye Dumb Ways to Die menggunakan strategi yang memusatkan pada video sebagai konten utamanya, dan dengan didukung oleh media-media seperti permainan, lagu, aktivasi, dan sales promotion, kampanye tersebut berhasil mendapatkan khalayak yang besar dan dapat mencapai tujuan utamanya dengan baik. Kampanye ini dikaji menggunakan studi literatur mengenai pemasaran sosial, dengan produk, biaya, lokasi, dan promosi yang menjadi fokusnya.

ABSTRACT
Human as social creature cannot escape from social problems. One of the interesting social problems is high accident rate around Australian railroad. Dumb Ways to Die is a social marketing campaign designed to solve that social problem. Dumb Ways to Die rsquo s campaign was using a strategy that focuses on video as its main content, and supported by media such as games, songs, activation, and sales promotion, the campaign managed to get a large audience and can reacehd its main objectives well. This campaign assessed using literature on social marketing, and focused on product, price, place, and promotion."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Rosita Said
"ABSTRAK
Kasus kekerasan seksual di Indonesia meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Namun kondisi ini tidak diikuti oleh perlakuan yang sesuai baik dari pemerintah maupun masyarakat. Para penyintas masih memilih diam daripada melaporkan kasus mereka untuk ditangani lebih lanjut karena takut dianggap sebagai pembawa aib bagi keluarga. Lingkungan yang tidak bersahabat bagi penyintas kekerasan seksual mendorong organisasi nonprofit untuk meluncurkan kampanye sosial anti kekerasan seksual guna memberi dukungan terhadap penyintas kekerasan seksual. Artikel ini mengkaji kampanye anti kekerasan seksual di Indonesia, yaitu kampanye MulaiBicara yang dimulai oleh Lentera Sintas Indonesia dan kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan 16HAKTP yang diinisiasi oleh Komnas Perempuan sebagai perbandingan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat sedikit perbedaan antara kampanye MulaiBicara dan kampanye 16HAKTP, di mana kampanye MulaiBicara lebih berfokus pada aktivisme media sosial. Meskipun demikian, kedua kampanye dinilai penting sebagai upaya resistensi terhadap proses pembungkaman penyintas kekerasan seksual.

ABSTRACT
The number of sexual violence cases in Indonesia is increasing compared to the previous year. But the situation has not been handled well by the government nor the society. The survivors of sexual violence still choose to be silent about it rather than to report their case to the authority, mostly caused by the fear of being seen as a disgrace to their family. This unfriendly environment for sexual violence survivors encouraged nonprofit organizations to make a move and released anti sexual violence social campign in hope it will give some support to the survivors. This article examines anti sexual violence social campaign in Indonesia, MulaiBicara that was started by Lentera Sintas Indonesia and 16 Days of Activism Against Gender Violence 16HAKTP which was initiated by National Commission on Violence Against Women as comparison. The result shows that there are a few differences between two campaigns, where the former is more focused on their social media activism. However, both MulaiBicara and 16HAKTP are important as they show resistance attempt of the sexual violence survivor to the silencing process."
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Haerdeswari
"ABSTRAK
Hasil-hasil studi sebelumnya mengenai gerakan sosial menunjukan bahwa kekuatan jaringan di dalam gerakan sosial merupakan suatu hal yang penting untuk mencapai tujuan gerakan. Namun, ada hal lain yang sama pentingnya tidak dibahas dalam studi sebelumnya dan studi ini bermaksud untuk melengkapi kekurangan tersebut. Argumen yang berusaha dibangun di dalam studi ini adalah bahwa di dalam mencapai tujuan gerakan, kekuatan jaringan perlu dimobilisasi agar jaringan yang dimiliki oleh gerakan menjadi lebih efektif. Studi ini bermaksud untuk mengamati bagaimana Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia GMNI memobilisasi kekuatan jaringan yang dimiliki untuk mencapai tujuan dari gerakan yaitu menolak eksplorasi panas bumi di Gunung Ciremai. Melalui perspektif sosiologi, penulis akan menggunakan konsep mobilisasi sumber daya untuk menjelaskan pembangunan kekuatan jaringan didalam gerakan sosial tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualititatif dengan metode studi kasus dan menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam.

ABSTRACT
The results of previous studies on social movements show that the power of networks in the social movement is an important thing to achieve goals of the movement. However, there is something equally important not addressed in previous studies and this study intends to completing the deficiency. The argument attempted to build on this study is that in achieving the goals of the movement, the power of the network needs to be mobilized so that networks owned by the movement become more effective. This study intends to observe how the Indonesian National Student Movement GMNI mobilizes the power of its network to achieve the objective of the movement to refuse geothermal exploration in Mount Ciremai. From the perspective of sociology, the author will use the concept of resource mobilization to explain the development of network power within the social movement. This research uses qualitative approach with case study method and using data collection technique through in depth interview."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Husmiati
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implementasi kebijakan dan program perlindungan sosial bagi PMB, peran dan fungsi RPTC dalam melakukan perlindungan sosial bagi PMB, peran dan fungsi RPTC dalam proses reintegrasi PMB daerah asal, kondisi kerentanan yang dialami PMB selama proses migrasi (transit, destinasi, daerah asal) dan faktor pendorong internal dan eksternal yang menyebabkan PMB ingin kembali bekerja diluar negeri. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan dilaksanakan di Tanjung Pinang (Kepri), DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Hasil penelitian menunjukkan,implementasi kebijakan dan program perlindungan sosial bagi PMB masih regulasi semata, peran dan fungsi RPTC dalam melakukan perlindungan sosial dan proses reintegrasi PMB adalah sebagai tempat penampungan sementara dan rehabilitasi (sementara) PMB yang mengalami gangguan jiwa dan kesehatan. PMB juga diberi bantuan usaha ekonomis produktif agar mereka bisa mendapat sumber penghasilan tanpa harus keluar negeri dan kerentanan yang dialami PMB bervariasi dari masalah hukum, sosial, ekonomi, fisik dan psikologis. PMB ingin kembali bekerja di luar negeri didorong faktor internal dan eksternal."
Yogyakarta: B2P3KS, 2017
300 JPKS 16:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lidia Nugrahaningsih Ayal
"Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menggambarkan program penanggulangan kemiskinan melalui Kube, beserta faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan usaha ekonomi produktif. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive di sepuluh kecamatan kota Banjarmasin, dengan pertimbangan di kecamatan tersebut terdapat Kube. Hasil penelitian menemukan bahwa Kube di kota Banjarmasin telah melaksanakan kegiatan usaha ekonomi produktif berkelanjutan dan dapat meningkatkan taraf kesejahteraan anggota, yang dibuktikan dengan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar (pangan, sandang, papan, kesehatan) serta mempunyai keterampilan memecahkan masalah, juga mampu menjalin kerjasama sesama anggota dan masyarakat sekitar. Direkomendasikan bagi Kementerian Sosial, melalui Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (Pusdiklat Kesos) dan Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (B2P2KS) dalam pelaksanaan persiapan pemberdayaan (diklat) terhadap sasaran Kube, perlu dialokasikan waktu yang cukup, materi dan kurikulum yang relevan, sarana dan prasarana yang memadai dan praktik lapangan yang cukup, sehingga Keluarga Binaan Sosial (KBS) dapat lebih mengelola Kube dengan baik. Dalam peningkatan SDM pendamping Kube, hendaknya menggunakan fasilitator, narasumber, praktisi yang memiliki kompetensi memadai dan memiliki pengalaman praktis dalam bidang pendampingan, shingga ilmu dan materi yang diberikan kepada sasaran lebih aplikatif, bukan teoritis."
Yogyakarta: Balai Besar dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta, 2016
360 MIPKS 40:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library