Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 272 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Prabowo Damanik
"Jika berbicara tentang gelandangan maka yang akan terlintas dalam pikiran adalah orang orang dengan kesejahteraan di bawah standar sosial dan kelompok masyarakat yang hidupdi jalan. Selain itu gelandangan juga digambarkan sebagai orang orang pemalas serta perusak tatanan kota sehingga keberadaannya selalu dikaitkan dengan hal hal negatif. Pandangan negatife ini dapat terlihat dari penggusuran atau pengusiran terhadap gelandangan berupa kebijakan dan peraturan yang diberlakukan oleh pemerintah atau pengusiran yang dilakukan secara pribadi oleh individu terhadap gelandangan. Namun demikian gelandangan kerap kembali ke lokasi mereka meskipun sudah mendapatkan pengusiran baik dari pemerintah atau individu. Dengan melihat gelandangan dari sudut pandang yang mereka miliki maka kembalinya mereka ke lokasi kita akan melihat perbedaan dari dalam melihat gelandangan dari sudut pandang kita selama ini. Kembalinya gelandangan ke lokasi yang mereka tempati dapat berupa upaya mereka mempertahankan lokasi pencarian rongsokan yang dilakukan oleh mereka serta kemudahan kemudahan yang mereka dapatkan selama di lokasi tersebut yang tidak dapat kita pahami jika tidak menggunakan sudut pandang yang mereka miliki. Dengan keberadaan gelandangan di suatu lokasi akan melahirkan ruang ruang sosial bagi gelandangan di lokasi tersebut. Dalam penelitian ini, saya berusaha melihat bagaimana gelandangan selalu bertahan pada suatu tempat walaupun sudah digusur berkali kali, apa yang menjadi alasan mereka dan bagaimana mereka bertahan dalam kehidupan yang berada di bawah standar sosial tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara terhadap lima orang informan yang berada di Tanah Abang. Penelitian ini menemukan bahwa keberadaan gelandangan di suatu lokasi kemudian melahir ruang sosial mereka dimana dalam ruang ini gelandangan kemudian menemukan kenyaman dan keamanan sehingga mereka berupaya mempertahankan lokasi ruang mereka kendati mendapatkan perlakuan penggusuran.

When talking about homeless people, what comes to mind is people with substandard social welfare and community groups living on the streets. In addition, homeless people are also described as lazy people and destroyers of urban order, so their presence is always associated with negative things. This negative view can be seen in the eviction or expulsion of homeless people in the form of policies and regulations imposed by the government or evictions carried out personally by an individual against homeless people. However, homeless people often return to their locations despite being evicted from either the government or individuals. By looking at the homeless from their point of view, when they return to their location, we will see a difference in seeing the homeless from our perspective. The return of homeless people to the location where they live can be in the form of their efforts to defend the location of the search for junk that they carried out and the facilities they get while at that location which we cannot understand if we do not use their point of view. The existence of homeless people in a location will create social spaces for homeless people in that location. This study tries to see how homeless people always stay in a place even though they have been evicted many times, their reasons, and how they survive below social standards. This research was conducted using qualitative research by conducting interviews with five informants in Tanah Abang. This study found that the presence of homeless people in a location produces their own social space. In this space, the homeless found comfort and security, so they tried to maintain their spatial location despite eviction treatment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yaumi Rahmah Maulidiah
"Satu dari empat orang Indonesia atau 24,1% dari populasi di Indonesia terlibat dalam perilaku tidak sehat selama lebih dari 6 jam / hari. Perilaku menetap Penyakit tidak sehat (PMTS) merupakan salah satu faktor risiko terjadinya masalah warisan kesehatan seperti kelebihan berat badan. PMTS adalah perilaku yang terjadi di saat duduk atau berbaring dan membutuhkan pengeluaran energi yang minimal. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara PMTS dengan manfaatnya berat tenaga kerja di Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU), Cengkareng. Desain studi cross sectional ini melibatkan 78 pekerja kantor di DKPPU. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner mengenai karakteristik responden, Baecke Physical Activity Scale menilai aktivitas
fisik ideal dan Survei Perilaku Menetap Dewasa untuk menilai PMTS. Uji statistik dilakukan dengan menggunakan software SPSS dan menggunakan uji chi square untuk analisis bivariat. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 53,8% mengalami PMTS ringan dan 52,6% memiliki BMI abnormal. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara PMTS dan kelebihan berat badan (nilai p = 0,000). Pekerja dengan PMTS ringan memiliki 10,35 kali lebih besar memiliki BMI normal dibandingkan dengan pekerja dengan PMTS berat (OR: 10,35). Saran penelitian ini diharapkan oleh para pekerja memiliki aktivitas fisik yang seimbang, memperbaiki kebiasaan olahraga, dan
kurangi PMTS di waktu senggang.

One in four Indonesians or 24.1% of the population in Indonesia engaging in unhealthy behavior for more than 6 hours / day. Permanent behavior Unhealthy disease (PMTS) is a risk factor for inherited health problems such as being overweight. PMTS is a behavior that occurs while sitting or lying down and requires minimal energy expenditure. The purpose of this study was to determine the relationship between PMTS and the benefits of labor weight in the Directorate of Airworthiness and Aircraft Operations (DKPPU), Cengkareng. This cross sectional study design involved 78 office workers in DKPPU. The questionnaire used in this study is a questionnaire regarding the characteristics of the respondent, the Baecke Physical Activity Scale assesses activity ideal physique and Adult Sedentary Behavior Survey to assess PMTS. Statistical tests were performed using SPSS software and using the chi square test for bivariate analysis. Based on the results of the study, it was found that 53.8% had mild PMTS and 52.6% had an abnormal BMI. The analysis showed that there was a relationship between PMTS and being overweight (p value = 0.000). Workers with mild PMTS had 10.35 times greater than normal BMI compared to workers with severe PMTS (OR: 10.35). This research suggestion is expected by workers to have balanced physical activity, improve exercise habits, and
reduce PMTS in spare time.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia., 1994
351.025 DAT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Victor M.
Jakarta: Sinar Grafika, 1996
346.012 SIT a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gilbert, Paul
London: Sage Publications, 2004
616.85 GIL c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Brebes Suhardi
"Salah satu produsen bawang merah di Kabupaten Brebes adalah Kelurahan Tanjungsari yang mempunyal penduduk ± 6.689 orang. 85,49% penduduk di Kelurahan ini adalah petani bawang merah. Dengan kondisi seperti itu, maka daerah ini adalah daerah yang sangat berpotensi sebagai produsen bawang merah, sekaligus juga menjadi daerah yang berpotensi untuk merusak lingkungan akibat praktek-praktek pemakaian pestisida yang biasa dilakukan oleh petani. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil produksi pertanian adalah melalui upaya pemberantasan hama dengan menggunakan pestisida. Mengingat pestisida adalah racun yang dapat menimbulkan dampak negatif pada lingkungan, maka perlu penanganan yang baik dari mulai tahap pemilihan, penyimpanan, aplikasi, dan tahap pembuangan wadah bekas pestisida.
Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan rancangan potong lintang (Cross sectional) pada 61 responden di - Kel.Tanjungsari, Wanasari, Brebes, tentang perilaku pemakaian pestisida, didapatkan bahwa 65,6/ memperlihatkan perilaku yang tidak baik dalam pemakaian pestisida. Perilaku tidak baik ditemui pada semua tahapan penanganan pestisida. Observasi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner dilakukan pada responden meliputi faktor-faktor pendidikan, pengetahuan, sikap, ketersediaan sarana aplikasi, harga pestisida, tempat penjualan pestisida, dan dukungan kawan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencegah terjadinya degradasi lingkungan akibat perilaku pemakaian insektisida oleh petani bawang merah, mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi perilaku pemakaian insektisida pada pertanaman bawang merah di Kabupaten Brebes. Manfaat dari penelitian ini sebagai acuan Pemerintah daerah dalam penyusunan kebijakan yang berkaitan dengan pembinaan pemakaian pestisida.
Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh signifikan pada perilaku pemakaian pestisida adalah pendidikan, pengetahuan, sikap, dan dukungan kawan. Hasil analisis regresi logistik ganda memperlihatkan bahwa faktor yang paling dominan berpengaruh dengan perilaku pemakaian pestisida adalah sikap dengan OR sebesar 10,483 yang berarti bahwa responder mempunyai sikap negatif pada pestisida cenderung untuk berperilaku tidak baik sebesar 10,483 kali dibandingkan dengan responden yang bersikap positif pada pestisida.
Mengingat begitu dominannya pengaruh sikap pada perilaku pemakaian pestisida, maka disarankan bahwa sikap masyarakat harus diperbaiki, terutama anggapan yang mengatakan bahwa pemakaian pestisida adalah satu-satunya cara yang efektif untuk memberantas hama. Untuk itu perlu dianjurkan untuk memberantas hama dengan alternatif lain, yaitu sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu sistim pengendalian populasi hama yang serasi sehingga tidak menimbulkan kerugian ekonomi dan aman pada lingkungan.
Daftar Kepustakaan : 29 (1973-2000)

The study on pesticide use behavior using cross sectional design of 61 respondents at Tanjungsari village, Wanasari, Brebes, revealed that 65,6% of respondents tends to handle pesticide badly. Respondents handle pesticide badly at all the stages of pesticide handling. Observation and interview using questionnaire were conducted through factors, among other things are: education, knowledge, attitude, availability of equipments, and the price of pesticides, pesticide outlet, and peer support.
The objective of this study is to prevent environmental degradation due to insecticide use behavior by shallot farmer, and to identify factors influencing insecticide behavior at shallot plantation in Brebes Regency. The benefit of this study is as guidance for local government in designing policy related to counseling of pesticide use.
The result of Chi-square test shows that factors influencing significantly on pesticide use behavior are: education, knowledge, attitude and peer support, Multiple logistic regression analysis result shows that the most dominant factor influencing on pesticide use behavior is attitude with OR 10,483. It means that respondents having negative attitude on pesticide tend to behave badly 10,483 more than respondents having positive attitude.
Because attitude is very dominant factor influencing pesticide use behavior, it is suggested that public attitude be changed, especially their opinion saying that pesticide use is the most effective way to control pest. Therefore the authority needs to introduce another alternative of pest control, such as integrated pest control, namely a compatible pest control that doesn't bring about economic loss and environmental degradation.
Number of references: 29 (1973-2000)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11404
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Viktor T.
"Tesis ini tentang proses pembantaran tersangka pengguna narkoba di Poires Metro Jakarta Pusat. Pembantaran di sini adalah penundaan penahanan sementara terhadap tersangka, karena alasan kesehatan (memerlukan rawat jalan / rawat inap) yang dikuatkan dengan keterangan dokter, sampai dengan yang bersangkutan dinyatakan sembuh kembali.
Indonesia bukan lagi Sebagai ternpat transit dalam perdagangan narkoba, tetapi sudah menjadi tempat pemasaran bahkan telah menjadi tempat produksi ilegal narkoba. Berdasarkan data jumlah kasus penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba yang terlaporkan terus rneningkat dari tahun ketahun. Sehingga, Pimpinan Polri telah menargetkan terhadap penanganan kasus narkoba yang dibebankan kepada setiap Polsek sebanyak 5 (lima) kasus dalam sebulan dan Satuan Narkoba Polres sebanyak 10 (sepuluh) kasus setiap bulannya, menjadi dasar untuk selalu konsisten dalam penanggulangan narkoba apalagi ada penekanan bahwa narkoba adalah kasus yang diprioritaskan penanganannya. Untuk memenuhi harapan masyarakat, maka Polda Metro Jaya mengeiuarkan kebijakan kembali berupa keputusan intern Polda Metro Jaya melalui Surat Telegram yang dikeluarkan oleh Kapolda Metro Jaya No. 168 tahun 2002 tentang petunjuk menangani tersangka pengguna narkoba. Dalam keputusan tersebut dijelaskan bahwa pengguna narkoba yang sifatnya baru pemula dan berstatus pelajar atau mahasiwa Serta memenuni syarat yang telah ditentukan dapat dilakukan pembantaran dalam rangka rehabilitasi terhadap dirinya.
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang menggunakan narkoba seperti faktor keluarga, faktor individu, faktor dunia kerja dan faktor X atau faktor Iainnya. Dari hasil penelitian yang saya Iakukan, terdapat suatu kepastian bahwa seseorang menggunakan narkoba disebabkan oleh adanya permasalahan dalam hidupnya. Ketika ada permasaiahan tersebutlah, pengaruh dari Iuar untuk menggunakan narkoba menjadi lebih mudah untuk mempengaruhinya.
Dalam proses pengungkapan narkoba, dapat dipastikan bahwa kasus tersebut hasil dari penyelidikan kepolisian. Dari hasil penelitian saya menunjukkan bahwa poiisi dalam mengungkap kasus narkoba selalu menggunakan cepu (istilah Kepolisian untuk informan).
Prosedur pembantaran telah diatur dalam Surat Telegram Kapolda Metro Jaya yang menyatakan bahwa sebelum dilaksanakan pembantaran, maka terlebih dahulu berkoordinasi dengan Tim penyalahgunaan narkoba sesuai "dengan Sprint Kapolda Metro Jaya. Dalam aturan atau prosedur pembantaran, dijelaskan bahwa pengamatan penyidik, dokter dan dari psikologi kepoiisian adaiah yang utama daIam menentukan seseorang merupakan pemakai pemula atau tidak. Tetapi dari hasil penelitian saya menunjukkan bahwa walaupun pengamatan-pengamatan tersebut, menunjukkan bahwa seseorang pengguna pemula, tanpa ada keputusan dari pimpinan yaitu Kapolres atau Tim, maka pembantaran tidak bisa dilaksanakan."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17752
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Trafficking in persons, aspecially in women and children, is one of the transnational crime, which is now concerned by the international community. It has been stipulated in the Supplementing Protocol to the UN Convention Against Transnational Organized Crime, 2000. Trafficking has hereby a wider sense, including recruitment, transportation, transfer, harboring, or receipt ofpersons, by means of the threat or use of the force, or other forms of coercion, of abduction, of fraud, for the purpose of exploitation. This become one of the problems in the efforts of law enforcement, due to lack of regulations. Another problem is the different perspective of some countries looking at trafficking as a transnational crime, that need an international cooperation to combat it."
340 JHPJ 24:1 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rumawas, Johanna Savitri Paramita
Jakarta: UI-Press, 1993
PGB 0238
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Desiana E. Pramesti
"Tesis ini mengangkat suatu fenomena berkenaan dengan praktik-praktik sosial yang dimunculkan oleh para model, supemodel dan model multi talenta dari 'agensi model' Look Inc. 'Agensi model' beserta model binaannya merupakan bagian dari produk kebudayaan dimana keberadaan mereka tidak terlepas dari interaksinya dengan persoalan-persoalan internal dan ekternal.
Memfokuskan pada sejumlah praktik-praktik sosial dari para pelaku model ini, dapat dikuak apa yang menjadi persoalan komplek dibalik pernak-pernik kelakuan atau perilaku mereka, keseluruhan kelakuan atau perilaku mereka ditampakkan pada munculnya reaksi ataupun respon para pelakunya terikat dengan situasi obyektif di sekeliling mereka yang terkoneksi dengan pengaruh globalisasi.
Perbincangan tesis ini mengurai isu-isu berkenaan dengan terma globalisasi, gejala ini tengah menjadi kesadaran umum dan pada realitasnya ditampakkan pada sejumlah praktik sosial masyarakat kontemporer yang tengah mengalami proses transformasi. Dalam situasi demikian tersebutlah model, supermodel dan model multi talenta dalam seting kegiatannya dunia show bussines industry seperti apa praktik-praktik sosial pelaku model yang terikat dengan situasi globalisasi ini? Interpretivisme simbolik dipergunakan sebagai pisau analisis untuk membedah persoalan ini. Melalui pendekatan kualitalif dengan orientasi paradigmanya interpretivisme simbolik ajuan Gifford Geertz, dimungkinkan untuk menjelaskan persoalan ini hingga menjadi masuk akal.
Kehadiran pelaku berikut dengan kelakuannya mengisyaratkan 'sesuatu' dan 'suatu'-nya itu dapat dijelaskan dan dipahami melalui proses observasi yang mendalam, sensitif dan terlibat penuh dalam rangka mengurai jalinan simbol- simbol yang merefleksikan suatu isyarat-isyarat. Beragam isyarat-isyarat tersebut dapat dipahami melalui kegiatan pengamatan yang rinci dengan mengobservasi segenap tindakan pelaku, penggunaan bahasa dalam perbindangan mereka, penampilan berbusana berikut dengan aksesoriesnya, pengkonsumsian barang-barang konsumsi, jalinan pertemanan mereka, arena tempat bermainnya, dan paparan cerita mereka tentang 'apa saja', lalu pada tahapan selanjutnya keseluruhan penampakan-penampakan itu dikonfirmasikan kepada pelakunya melalui teknik wawancara mendalam untuk dapat menemukan native's point of view para pelakunya. Pada akhirnya ini dapat mengurai jalinan deskripsi menda Iam tentang proyek-proyek kehidupan pelaku, dan pada muaranya tertampaklah pengalaman 'eskotik' mereka berkenaan dengan pengimajinasiannya terhadap dunianya, dunia yang dibenakkannya sebagai kehidupan yang modern, glamours dan tampak 'wah'. Sekiranya dengan menggabungkan diri pada sebuah 'agensi model' memungkinkan bagl pelakunya untuk merealisasikan 'mimpi-mimpinya', melalui proses rekrutmen, seleksi clan pelatihan, 'agensi model' berkenan untuk menyodorkan kesempatan-kesempatan lebih luas bagi pelakunya untuk meraih 'mimpi-mimpi' tersebut.
Mengutip dari apa yang dikatakan oleh Giddens, "individu adalah sumber kunci perubahan politik, melalui individu proyek politik penentuan atas nasib pribadinya dilakukan", bahwa kehidupan politik kontras dengan politik emansipatoris memungkinkan individu membangun identitas pribadi dalam lingkungannya yang secara relieksif terorganisir dan hal ini dapat diartikan bahwa identitas pribadi terhubung dengan persoalan individu melakukan proyek adaptasi dalam rangka mengantisipasi perubahan lingkungan dalam konteks Iokal maupun global. Ketika seseorang 'memutuskan' dirinya untuk menjadi sosok model, supermodel dan model multi talenta sesungguhnya tindakannya 'harus dipahami' sebagai rasionalisasi pelaku terhadap situasi-situasi yang terbentang dihadapannya, terdapat produsen kebudayaan sebagai penyedia fasilitas-fasilitas yang memung kinkan bagi pelakunya untuk menyatakan keberadaan dirinya, menyatakan pilihan hidupnya,dan mengkabulkan impiannya menjadi sosok Cindrella abad -21."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21890
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>