Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 956 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reny Pranofiani
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan melihat peta model peran strategis sumber daya manusia (SDM) dengan menggunakan pendekatan model Dave Ulrich pada beberapa perusahaan di Jakarta. Populasi pada penelitian ini adalah para profesional SDM dan praktisi di bidang lain yang mempunyai perhatian terhadap peran stategis SDM sejumlah 110 orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 83 orang.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup yang terdiri dari 5 bagian. Bagian pertama berisi pertanyaan yang berkaitan dengan karakteristik responden sebanyak 6 butir pertanyaan. Bagian kedua, pertanyaan yang berkaitan dengan peran manajemen sumber daya manusai sebagai mitra strategis sebanyak 10 butir pertanyaan. Bagian ketiga, pertanyaan yang berkaitan dengan peran manajemen sumber daya manusia sebagai ahli administratif berjumlah 10 butir pertanyaan. Bagian keempat, pertanyaan yang berkaitan dengan peran manajemen sumber daya manusia sebagai karyawan juara berjumlah 10 butir pertanyaan. Bagian kelima adalah pertanyaan yang berkaitan dengan peran manajemen sumber daya manusia sebagai agen perubahan berjumlah 10 butir pertanyaan.
Pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan setiap variabel peran SDM sebagai mitra strategis, ahli administratif, karyawan juara, dan agen perubahan dilakukan analisis deskriptif dan analisis korelasional dengan mengunakan metode Pearson. Dan untuk mengetahui peta model peran SDM pada perusahaan-perusahaan di Jakarta digunakan analisis faktor.
Hasil perhitungan korelasi hubungan antara Hubungan Antara Peran SDM Sebagai Mitra Strategis dengan Peran SDM Sebagai Ahli Administratif diperoleh nilai koefisien = 0.671 dengan tingkat signifikansi 0.000. Hubungan antara Hubungan Antara Peran SDM Sebgai Mitra Strategis dengan Peran SDM Sebagai Karyawan Juara diperoleh nilai koefisien = 0.455 dengan tingkat signifikansi 0.000. Hubungan Antara Peran SDM Sebagai Mitra Strategis dengan Peran SDM Sebagai Agen Perubahan diperoleh nilai koefisien = 0.744 dengan tingkat signifikansi 0.000. Hubungan Antara Peran SDM Sebagai Ahli Administratif dengan Peran SDM Sebagai Karyawan Juara diperoleh nilai koefisien = 0.730 dengan tingkat signifikansi 0.000. Hubungan Antara Peran SDM Sebagai Ahli Administratif dengan Peran SDM Sebagai Agen Perubahan diperoleh nilai koefisien = 0.671 dengan tingkat signifikansi 0.000. Hubungan Antara Peran SDM Sebagai Karyawan Juara dengan Peran SDM Sebagai Agen Perubahan diperoleh nilai koefisien = 0.706 dengan tingkat signifikansi 0.000.
Hasil perhitungan analisis faktor ini menunjukkan bahwa terbentuk satu model baru dari model yang dibuat oleh Dave Ulrich, dimana model ini menghasilkan 3 faktor sebagai suatu solusi. Adapun ketiga faktor ini terdiri dari peran SDM sebagai Mitra Strategis terdiri dari 13 item pernyataan, peran SDM sebagai Karyawan Juara dan Agen Perubahan terdiri dari 17 item pernyataan, dan peran SDM sebagai Ahli Administratif terdiri dari 6 butir pernyataan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10908
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuanita Sunatrio
"Arus globalisasi dunia menyebabkan semakin banyaknya perusahaan asuransi multinasional beroperasi di Indonesia, sehingga menyebabkan pasar asuransi semakin kompetitif. Mengingat pasar asuransi di Indonesia sebagian besar bersifat captive market, industri asuransi Indonesia haws mampu meningkatkan keunggulan kompetitifnya. Salah satu cara menghadapi persaingan adalah meningkatkan kualitas SDM. Sistem SDM di PT. Asuransi XYZ masih diwarnai dengan adanya nepotisme, adanya kecenderungan santai dan kurangnya komitmen terhadap pekerjaannya berpengaruh terhadap kinerja organisasi, baik produktivitas maupun kualitas pelayanan terhadap nasabahnya. Dalam rangka bersaing dengan perusahaan asuransi asing maupun lokal lainnya PT. Asuransi XYZ harus mengadakan perubahan dari segi kualitas SDM.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa salah satu upaya meningkatkan kinerja organisasi adalah dengan menganalisis kualitas dan kinerja SDM-nya. Untuk mengukur kinerja SDM, Becker, Huselid dan Ulrich (2001) telah mengembangkan suatu sistem pengukuran yang dinamakan Human Resource Scorecard. Pengukuran ini merupakan pengembangan dari Balanced Scorecard yang dibuat oleh Norton & Kapplan, dimana pengukuran HR Scorecard lebih memfokuskan pada kegiatan SDM atau menilai kontribusi SDM dalam penciptaan value dalam perusahaan. Dasar peran SDM yang stratejik terdiri dari 3 dimensi rantai nilai yang diwakili oleh Arsitekur SDM, yaitu: Fungsi SDM, Sistem SDM dan Perilaku Karyawan yang stratejik. Selain itu ada Model 7 Langkah dalam merancang suatu system pengukuran HR Scorecard. Adapun dimensi pengukuran HR Scorecard, adalah: HR Competency, High Performance Work System (HPWS), HR System Alignment, HR Eficiency dan HR Deliverable. HRScorecard, merupakan salah satu mekanisme yang secara komprehensif mampu menggambarkan dan mengukur bagaimana sistem pengelolaan SDM (yang sifatnya intagibel) dapat menciptakan value atau kontribusi bagi organisasi. Sehubungan dengan hal di atas, penulis tertarik untuk menerapkan sistem pengukuran HR Scorecard untuk menilai kinerja SDM di PT. Asuransi XYZ. Mengingat kinerja SDM Brat kaitannya dengan kinerja Perusahaan, maka peneliti juga ingin melihat bagaimana kinerja organisasi di PT. Asuransi XYZ.
Penelitian dilakukan terhadap 58 orang karyawan dan 58 pelanggan PT. Asuransi XYZ. Data diolah dengan menggunakan teknik statistik deskriptif dan korelasi spearman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kompetensi Kepala Bagian SDM, cenderung dinilai sedang oleh karyawan, mengingat secara umum program yang dilakukan oleh Kepala Bagian SDM belum terlihat hasilnya secara nyata. Dan dimensi HPWS, aspek yang masih perlu ditingkatkan adalah proses rekrutmen yang sesuai prosedur dan kompetensi, sistem penggajian yang menunjang produktivitas dan kualitas pelayanan, sistem penilaian kinerja yang obyektif dan meningkatkan kinerja, penghargaan non moneter, merancang program pengembangan dan jenjang karir yang sesuai kebutuhan, dan berdasarkan kompetensi yang sesuai, serta memfasilitasi kebijaksanaan dan prosedur yang konsisten dan mendukung karyawan dalam memberikan pelayanan terhadap pelanggan. Untuk dimensi HR Alignment, diukur kepuasan karyawan dan kapabilitas pelayanan, dan hasilnya secara umum karyawan cukup puas dan merasa mampu memberikan pelayanan terhadap pelanggan. Dilihat dari dimensi HR Efficiency, perhitungan HR ROl tidak dapat dilakukan mengingat program SDM yang mengkontribusi sasaran belum terlaksana, biaya SDM per karyawan masih di bawah rata-rata biaya industri, laju turn over 16%, intensi turn over tergolong sedang, dan biaya absenteisme 1,5% dari total biaya SDM. Selanjutnya dilihat dari dimensi HR Deliverable, secara umum karyawan mempersepsi iklim organisasi yang mendukung kinerja dan motivasi kerja yang cukup baik, namun aspek komitmen dan tingkat kepercayaan organisasi dinilai rendah. Hal tersebut terjadi dimungkinkan karena perusahaan dalam tahap evaluasi dari pemegang saham, adanya perubahan kebijaksanaan dan prosedur serta komunikasi yang kurang transparan dari pihak manajemen. Mengenai kinerja perusahaan di tahun 2002, tampak produktivitas masih di bawah rata-rata produktivitas industri, dan tingkat kepuasan pelanggan mencapai 79%."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10800
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Charles
"Dalam menghadapi era globalisasi dalam waktu dekat ini peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah salah satu solusi yang paling tepat, sebab tanpa SDM yang mampu bersaing dengan SDM yang berasal dari manca negara Indonesia akan menghadapi masa suram di masa yang akan datang. Oleh karena itu pemerintah perlu memberikan prioritas utama dalam peningkatan kualitas SDM, karena dengan SDM yang berkualitas pelaksanaan pembangunan akan berhasil.
Salah satu unsur yang sangat penting dalam meningkatkan kecerdasan adalah apabila kebutuhan zat yodium dalam tubuh terpenuhi. Berbagai penelitian sudah membuktikan bahwa dengan terpenuhinya zat yodium dalam tubuh manusia intligence Quetion (IQ) akan meningkat dan dengan demikian tingkat kecerdasan juga akan meningkat pula. Tanpa memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi dalam era globalisasi nantinya akan menjadi penonton di negara sendiri.
Untuk mengatasi masalah GAKY pemerintah Indonesia telah membuat kebijakan untuk membuat kegiatan untuk mengatasi masalah GAKY secara intensif melalui suatu proyek yang disebut proyek IP-GAKY. Proyek ini dibiayai dari dua sumber yaitu dengan biaya pemerintah dan bantuan dari Bank Dunia. Agar proyek dapat berjalan dengan baik perlu didukung oleh tenaga pengelola yang berkualitas baik di pusat mapun di propinsi, terutama dalam menyusun perencanaan kegiatan, pelaksanaan, monitoring dan pelaporan.
Karena proyek ini masih baru dan agar kegiatan proyek dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dilakukan pelatihan kepada tenaga pengelola proyek IP-GAKY di propinsi. Sejak tahun 2001 proyek IP-GAKY sudah memfokuskan kegiatan di 9 propinsi dan 24 kabupaten. Para tenaga pengelola proyek relatif masih baru maka perlu dilakukan pelatihan kepada mereka agar kegiatan dapat berjalan dengan baik dalam upaya pencapaian tujuan.
Hubungan pelatihan dan motivasi terhadap peningkatan kemampuan tenaga pengelola proyek di 9 propinsi dan 24 kabupaten terpilih adalah merupakan topik utama dalam penulisan tesis ini. Penulis ingin melakukan penelitian terhadap hubungan tersebut dan menuangkannya dalam suatu karya tulis ilmiah, agar dengan penulisan ini dapat diambil kesimpulan tentang hubungan dan diberikan saran untuk perbaikannya dimasa yang akan datang.
Metodologi pengumpulan data dilakukan dengan dua cara. Cara pertama dilakukan dengan mengajukan kuesioner kepada seluruh popolasi untuk mendapatkan data tentang persepsi peserta terhadap pelaksanaan pelatihan. Jumlah populasi sebanyak 108 orang dan diambil dan diambil secara sensus. Cara kedua dilakukan dengan melakukan test. Test dilakukan dua kali. Test pertama sebelum pelatihan dilakukan dan test kedua setelah pelatihan selesai dilaksanakan. Bentuk test yang diajukan ada tiga bagian.
Bagian pertama test dengan pilihan ganda untuk mengetahui peningkatan kemampuan peserta secara teorits. Test kedua mengerjakan soal untuk mengetahui peningkatan pengetahuan peserta dalam penyusunan proposal. Tesis ketiga juga dengan mengerjakan soal untuk mengetahui peningkatan peserta dalam mengerjakan penyusunan rencana biaya.
Hasil pengujian dengan menggunakan korelasi tunggal pearson product moment membuktikan bahwa besarnya kekuatan hubungan antara pelatihan dengan peningkatan kemampuan kerja adalah sebesar +0.317 (31,7%). Hubungan tersebut tergolong lemah dan signifikan (+r hitung 0,317 +r tabel 0,237) dengan arah hubungan yang searah l sama antara pelatihan dengan peningkatan kemampuan kerja. Artinya variabel pelatihan akan meningkatkan variabel kemampuan kerja.
Angka sebesar 0,514 (51,4%) yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan korelasi tunggal pearson product moment menunjukkan besamya kekuatan hubungan antara motivasi dengan peningkatan kemampuan kerja. Hubungan tersebut tergolong sedang dan signifikan (+r hitung 0,514 > +r label 0,237) dengan arah hubungan yang searah 1 sama antara motivasi dengan peningkatan kemampuan kerja. Artinya variabel motivasi meningkat maka diharapkan akan memperbesar variabel peningkatan kemampuan kerja.
Pengujian dengan menggunakan korelasi ganda pearson product moment membuktikan bahwa besamya kekuatan hubungan antara pelatihan dan motivasi secara bersama-sama dengan peningkatan kemampuan kerja adalah diperoleh hasil sebesar +0.773 (77,3%). Hubungan tersebut tergolong kuat dan signifikan (+r hitung 0, 773 > +r tabel 0,239) dengan arah hubungan yang searah/sama antara pelatihan dengan peningkatan kemampuan kerja. Artinya variabel pelatihan dan motivasi secara bersamaan mendapatkan perhatian yang besar maka diharapkan akan terjadi peningkatan kemampuan kerja."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T11506
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Priadi
"Pelatihan berperan dalam mempersiapkan SDM kepada suatu ketrampilan atau keahlian yang diperlukan untuk kelancaran pekerjaannya. Dilihat dari fungsi pelatihan dapat memberikan dampak berupa peningkatan produktifitas dan kualitas serta penghematan dalam biaya dan waktu. Pelaksanaan program pelatihan dapat dikatakan sebagai suatu investasi dalam bidang SDM.
Untuk mengetahui tingkat efisiensi (efektifitas dan biaya) dari suatu program pelatihan bagi organisasi salah satunya adalah dengan menghitung berapa besar tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan dari penyelenggaraan pelatihan dan berapa lama perkiraan waktu pengembalian. Hasil perhitungan itu kemudian akan menjadi dasar bagi sebuah organisasi untuk mengambil kebijakan di masa yang akan datang.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan yaitu PT Bursa Efek Jakarta. Cara mengumpulkan data penelitian ini yaitu melalui riset lapangan dengan cara wawancara terstruktur dan tidak terstruktur, review dokumentasi dan riset kepustakaan. Data yang dikumpulkan tersebut digunakan untuk menganalisa dan menghitung tingkat pengembalian investasi dan jangka waktu pengembalian pelatihan tersebut.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengembalian investasi pelatihan yang diselenggarakan pada tahun 1996 sebesar 34,63 °/° dan jangka waktu pengembalian 3 tahun. Besarnya tingkat pengembalian investasi dan lama pengembalian tersebut menunjukan pelatihan tersebut berdampak bagi finansial BEJ. Dimana nilai kapitalisasi pasar meningkat demikian pula halnya dengan perolehan profit."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T12475
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maswir
"Administrasi merupakan kegiatan yang tidak lepas dari kegiatan suatu organisasi, tanpa administrasi yang baik pencapaian tujuan organisasi dapat kurang efektif. Begitu juga pada Politeknik Universitas Indonesia, kegiatan administratif tidak lepas dari kegiatan sehari-harinya. Efektifnya pelaksanaan administrasi bukan saja tergantung pada sarana dan peralatan serta sistem yang ada, tetapi faktor manusia merupakan salah satu sumber daya yang paling besar menpunyai peranan penting, karena tanpa sumber daya manusia yang potensial, kegaiatan administrasi tidak akan berfungsi sebagai mana diharapkan untuk mendukung tujuan organisasi.
Dalam penelitian kesiapan personalia administrasi Politeknik ini, penulis mengharapkan hasilnya dapat bermanfaat dalama pengembangkan Politeknik di Indonesia. Dan merupakan pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana tingkat kesiapan personalia administrasi Politeknik dalam rangka kemandirian, dan apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kesiapan personalia administrasi tersebut.
Dari hasil analisa deskriptif, ditemui bahwa tingkat kesiapan personalia administrasi Politeknik Universitas Indonesia telah menggambarkan kesiapan yang cukup baik, begitu juga dari masing-masing kriteria yang dinilai hasil yang diperoleh sudah diatas 60 % siap untuk menghadapi kemandirian. Dan berdasarkan analisa asosiatif, telah ditemukan bahwa adanya hubungan antara tingkat pendidikkan dengan tingkat kesiapan personalia. Dengan arti kata bahwa untuk meningkatkan kesiapan personalia administrasi perlu diperhatikan pengembangan personalia dalam hal ini yaitu pendidikkan dan pelatihan yang mengarah kepada bidang tugas yang dilaksanakannya."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sormin, Jhonny
"Banyak sudah upaya-upaya pemerintah didalam pembangunan BLK - BLK di ingkungan Departemen Tenaga Kerja, mulai pembangunan BLK - BLK hingga pembinaan para nstrukturn, baik pembinaan terhadap pengetahuan dan keterampilan nya juga pembinaan terhadap kariernya. Apakah dengan pembinaan selama ini terutama setelah diberlakukannya KEP. 480/EN/990, Mutu para instruktur las menunjukkan hasil yang memuaskan.
Mutu instruktur perlu mendapat perhatian lebih serius karena keberhasilan suatu pelatihan sangat ditentukan oleh keberadaan instruktur. Untuk itu perlu dilakukan penelitian terhadap mutu instruktur di Balai Latihan Kerja Jakarta, Condet, BLIP CEVEST, Bekasi, dan Tangerang.
Mutu instruktur perlu mendapat perhatian lebih serius karena keberhasilan suatu pelatihan sangat ditentukan oleh keberadaan instruktur. Untuk itu perlu dilakukan penelitian terhadap mutu instruktur di Balai Latihan Kerja Jakarta, Condet, BLIP CEVEST, Bekasi, dan Tangerang.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara/teknik kuesioner dan wawancara mendalam (indepth interview). Ada dua kuesioner :
Kuesioner pilihan ganda, respondennya adalah instruktur guna mendapatkan data dasar yang berkaitan dengan instruktur seperti misalnya : Pendidikan, Pangkat, Jabatan (echelon), Lama Mengajar, Lama Pelatihan dan sebagainya. Rating Scale, respondennya ialah para peserta latihan guna mendapatkan data mutu instruktur yang meliputi : Ketepatan Waktu, Sistematika Pengajaran, Penggunaan Metoda dan Alat Bantu, Penampilan Mengajar, dan sebagainya.
Hasil penelitian ini dicari dan dianalisis dengan cara statistik deskriptip untuk mendapatkan nilai statistik deskriptip seperti Mean. Dari hasil analisis statistik deskriptip tersebut diperoleh mutu instruktur yang beragam sesuai dengan status dan fungsi dari BLK - BLK yang diteliti.
Dari score-score yang diperoleh BLK Las Condet terhadap Mutu Instruktur, Angka Kredit, Lama Mengajar, Lama Pelatihan dapat disimpulkan Instruktur Las di BLK Las Condet memenuhi syarat untuk dikatakan bermutu. Dengan demikian perlu suatu kebijakan untuk lebih meningkatkan mutu instruktur."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosniaty Syamsidar
"Sesuai Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 92 Tahun 1992, tugas Inspektorat Jenderal Departemen Dalam Negeri adalah menyelenggarakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas semua unsur dalam lingkungan Departemen Dalam Negeri dan jalannya Pemerintahan Daerah. Secara operasional penyelenggaraan pengawasan tersebut mencakup semua IPOLEKSOSBUD di Daerah Tingkat I dan II ditambah sepuluh komponen di lingkungan Kantor Pusat Departemen Dalam Negeri.
Secara umum ada dua faktor yang dapat mempengaruhi organisasi dalam mencapai sasaran atau tujuannya yaitu secara internal dan eksternal. Dalam tesis ini penelitiannya lebih difokuskan dari faktor internal, organisasi Itjen Depdagri, khususnya menyangkut koordinasi, sumberdaya manusia (Skills) dan kepemimpinan dengan tujuan agar lebih mudah menyusun instrumen penelitian dan pembatasan masalah yang relevan.
Untuk mengamati bagaimana efektivitas pengawasan Inspektorat Jenderal Departemen Dalam Negeri dilakukan, digunakaui metode penelitian korelasional (Corelational Research), yang penelitiannya dilakukan terhadap 60 responder terdiri dari empat strata : Strata I eselon II, Strata II eselon III, Strata 111 eselon IV Strata IV non eselon.
Berdasarkan hasil penelitian dengan perhitungan rumus Chi kuadrat (X2) disimpulkan, ketiga subvariabel bebas yaitu : Koordinasi, Sumberdaya manusia dan Kepemimpinan, secara faktual tidak mempunyai- korelasi (hubungan) dengan efektivitas pengawasan, atau sangat kurang signifikan.
Sesuai dengan identifikasi permasalahannya, maka disarankan ketiga sub variabel diatas dapat diperbaiki, yaitu :
1. Untuk aspek koordinasi perlu dilakukan :
a. Penyusunan jadwal pemeriksaan setelah PKPT ditentukan.
b. Mengkaji ulang sistem tindak lanjut. Melakukan konfirmasi atas obyek yang diperiksa.
c. Temuan disajikan dengan data yang faktual, sehingga mudah di tindak lanj uti sesuai rekomendasi.
2. Untuk aspek Sumberdaya Manusia perlu dilakukan :
a. Temu Wicara dengan Badan Diktat Depdagri, BPKP dan BPK guna pengikatanl kualitas Pengawasan,
b. Penugasan lebih difokuskan berdasarkan disiplin ilmu dan pengalaman.
3. Untuk aspek Kepemimpinan perlu dilakukan:
a. Evaluasi LHP, menerapkan standar audit.
b. Pemberian motivasi kepada pengawas meningkatkan daya saing (Competitiveness) serta menerapkan reward dan punishmen."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Windiyanto
"Penelitian ini dilakukan dengan latar belakang pemikiran bahwa kemampuan negara dalam menghadapi persaingan di era globalisasi dipengaruhi oleh kualitas aparatur penyelenggara negara, yaitu pegawai negeri sipil. Kualitas aparatur antara lain ditentukan oleh kinerja Badan Kepegawaian Negara (BKN) sebagai instansi yang bertugas menyelenggarakan manajemen kepegawaian negara. Pegawai Badan Kepegawaian Negara sebagian besar berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), yaitu sebanyak 73,79%. Dengan tingkat pendidikan seperti ini, maka peningkatan kualitas sumberdaya aparatur pegawai negeri sipil BKN mutlak dilakukan melalui program pendidikan dan pelatihan. Salah satu program pendidikan dan pelatihan pegawai negeri sipil adalah Pelatihan Manajemen Sumberdaya Aparatur (MSDA).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan Pelatihan Manajemen Sumberdaya Aparatur, kualitas kinerja aparatur peserta Pelatihan Manajemen Sumberdaya Aparatur, dan hubungan antara pelaksanaan Pelatihan Manajemen Sumberdaya Aparatur dengan kualitas kinerja aparatur Badan Kepegawaian Negara setelah mengikuti Pelatihan Manajemen Sumberdaya Aparatur.
Penelitian dilakukan di Badan Kepegawaian Negara Pusat Jakarta. Subyek penelitian adalah individu pegawai lulusan program Pelatihan Manajemen Sumberdaya Aparatur sebanyak 57 orang pegawai, dari keseluruhan populasi 113 orang pegawai. Sampel diambil secara acak (random sampling).
Instrumen penelitian sebagai sarana pengambilan data primer dari responden adalah angket tertutup. Data primer adalah data berskala ordinal. Analisa secara statistik menggunakan tabel distribusi frekuensi dan analisis korelasi rank Spearman. Pengolahan data menggunakan bantuan komputer software SPSS 11.0 for Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata terdapat korelasi yang cukup kuat dan signifikan antara variabel efektivitas pelaksanaan Pelatihan Manajemen Sumberdaya Aparatur dengan variabel kualitas kinerja aparatur Badan Kepegawaian Negara setelah mengikuti Pelatihan Manajemen Sumberdaya Aparatur.

The background idea of this research is the strength of the state in facing emulation in globalization era was influence by the quality of government officers. The quality of government officers is managed by the National Civil Service Agency as the legal institution in managing the government officers. Most of the officers of the National Civil Service Agency are senior high school educated, about 73.79 percent. By this condition, quality improvement of the human resources should be done through education and training programs. One of these programs for government officers is Training on Government Officers Management.
The objectives of this research are to observe the effectiveness of the training, the performance quality of the trainee and the relation between training programs and the performance quality of officers from National Civil Service Agency after finishing the training.
The research has been done in headquarter of the National Civil Service Agency, Jakarta. The sample are 57 officers from the population of 113 officers, took by random sampling. The research instrument as medium for taking of primary data of responder is closed enquette. Primary data are the data that have ordinal scale_ The statistically analysis use the distribution frequency table and correlation analysis of rank Spearman, while for data-processing use SPSS 11.0 for Windows software.
The result of research indicates that the there are any significant correlation between effectiveness variable of training programs with quality of performance variable of the officers after finishing the training.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13759
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Suryo Adi Prayitno
"Kompetensi saat ini menjadi kebutuhan bagi pengelola Sumber Daya Manusia, apalagi akhir-akhir ini tuntutan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi sangat tinggi, sehingga menuntut manajemen menetapkan kompetensi sebagai dasar untuk pengelolaan sumber daya manusianya. Kompetensi merupakan karakteristik dasar seseorang yang mengidentifikasikan. cara bersikap, berpikir, menarik kesimpulan, bertindak yang dapat dilakukan dan dipertahankan dalam periode waktu yang panjang serta menuntut pengembangan SDM yang berkualitas.
Dengan pola pengembangan SDM yang berbasis kompetensi, kompetensi memegang peranan yang cukup panting sebagaimana yang dikemukakan oleh Drucker (dalam Walker, 1992), bahwa fungsi personalia dimasa datang akan mengalami perubahan secara dratis. Personalia akan menangani tugas-tugas baru yang berbeda dengan sebelumnya, dan fungsi departemen SAM akan mengelola hal-hal yang lebih strategis sehubungan dengan berkembangnya tuntutan terhadap peningkatan kompetensi yang diperlukan guna menjalankan fungsinya.
Peningkatan pengelolaan sumber daya manusia dengan penyempurnaan Human Resource Management dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia dikaitkan dengan talenta yang ada pada setiap individu SDM diyakini mempunyai dampak yang sangat besar bila dimanajemeni dengan tepat, mendorong perusahaan untuk mengembangkan pola penanganan SDM berbasis kompetensi dengan mengkaitkan talenta yang ada pada setiap diri SDM sebagai unsur pendorong dalam pencapaian sasarannya.
Dengan gambaran tersebut, penulis meneliti seberapa besar pengaruh dari kompetensi dan talenta mempengaruhi pengembangan SDM berbasis kompetensi, dan untuk itu penulis melakukan penelitian lapangan secara langsung pada karyawan WIKA. Pelaksanaan survei dlakukan terhadap 563 karyawan atau 76% dari 740 pegawai yang ada dalam perusahaan.
Dengan menggunakan pemikiran Spencer serta Gallup Organization (Bukingham, & Clifton), penulis mencoba untuk meneliti seberapa dalam atau seberapa tinggi kadar kompetensi dan talenta dinuliki oleh pegawai, serta seberapa besar dapat dikemukakan pengaruh dari pada pengelolaan SDM berbasis kompetensi melalui pengukuran kompetensi yang terdiri dari 6 dimensi dan 20 aspek kompetensi serta talenta yang terdiri dari 34 aspek talenta.
Berdasarkan analisis dapat disimpulkan, bahwa sangat erat hubungannya antara kopetensi dan talenta terhadap peningkatan pencapaian kinerja yang ekselen. Hubungan yang terjadi antara kompetensi dan talenta adalah sangat signifikan dan dapat menjadi leverage atau pengungkit bila kedua hal tersebut yaitu kompetensi dan talenta dimenejemeni dengan optimal.
Dui penelitian ini penulis merekomendasikan kepada perusahaan pada khususnya dan para pengelola SDM pada umumnya untuk dapat menerapkan pengelolaan serta pengembangan SDM dengan berbasiskan Kompetensi dan Talents.

These days, competency - based human resources is a compulsory requirement for the human resources management. The trend occurs due to the increasing demand of using competency - based human resources development as a base for managing human resources. Competency is a personal basic characteristic identifying the way people act, think. summarize and behave which can be actualized and restrained (still) in a long period of time.
Competency held a significant role in development of competency - based human resources management model as mentioned by Drucker, Peter F (Walker, 1992) that in the future, the function of human resources would change significantly. Human resources will handle new jobs area different from the previous, and the function of human resources department will focus on managing strategic things/area in accordance with the increasing demand of competency development, (which is) required to run the function.
The development of human resources management with the flawlessness of human resources management and the development of human resources capability that are connected with the talent of each individual, are believed to have :in enormous impact if they are managed properly. It will encourage company to develop competency - based human resources management model, which used individual talent to support the goal achievement.
The analysis on how competency and talent influences competency- based human resources development is conducted in the purpose of writing this thesis. The survey is conducted directly to almost all of WIKA employees (563 employee) or about 76 % of total WIKA employees (740 employees).
This thesis analyzes and attempts to discover how high the competency and talent level had by each employee and how big is the influences of competency-based human resources management by measuring the competency which consist of 6 dimension and 20 competency aspects and talent which consist of 34 talent factors.
It can be summarized that the connection between competency and talent is really close and tight to the effort of achieving performance excellence. The connection occun-ed is really significant and can become a leverage if both competency and talent are managed optimally.
Finally., it is recommended to e11 human resources manager and PT. Wijaya Karya specifically to implement the competency and talent-based human resources management and development."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T 13899
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Albert
"ABSTRAK
Bank DKI merupakan salah satu perusahaan daerah yang cukup potensial untuk dikembangkan diantara perusahaan-perusahaan daerah Pemda DKI Jakarta. Ditengah kompetisi dunia perbankan saat ini, Bank DKI memerlukan strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerjanya dan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Tesis ini bertujuan untuk mengkaji pengelolaan sumber daya Bank DKI dalam meningkatkan kinerjanya serta merumuskan strategi, Bank DKI untuk meningkatkan kinerjanya.
Dalam menganalisis sumber daya Bank DKI diidentifikasi faktor-faktor utama dalam mempengaruhi kinerja Bank DKI, yaitu (1) Sumber Daya Manusia, (2) Permodalan, (3) Teknologi, (4) Produktivitas, dan (5) Efisiensi. Sedangkan dalam menganalisis kinerja Bank DKI digunakan kriteria CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity) sesuai dengan aturan dari Bank Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam menganalisis sumber daya Bank DKI adalah metode deskriptif, sedangkan dalam perumusan strategi peningkatan kinerjanya menggunakan metode PHA (Proses Hirarki Analitik).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi kinerja Bank DKI. Untuk meningkatkan kinerja Bank DKI, aktor yang paling memiliki peranan terpenting adalah Direksi Bank DKI. Tujuan yang perlu diprioritaskan Bank DKI adalah optimalisasi keuntungan dan peningkatan kemampuan untuk berkompetisi. Untuk itu prioritas komponen kinerja yang paling panting untuk diperhatikan adalah aspek manajemen.
Dalam aspek permodalan, strategi yang perlu diambil oleh Bank DKI adalah melalukan "go public". Sedangkan dalam pengelolaan aktiva produktif, Bank DKI perlu memprioritaskan peningkatan mutu analisis kredit. Desentralisasi wewenang cabang dan pembenahan budaya kerja merupakan strategi yang perlu diprioritaskan dalam aspek manajemen. Untuk meningkatkan profitabilitas, strategi yang perlu diprioritaskan adalah penyelesaian kredit bermasalah, peningkatan kolektabilitas, dan peningkatan fee-based income. Dalam aspek likuiditas, strategi yang perlu diprioritaskan adalah pemberian kredit secara selektif.
Untuk mengelola perubahan dalam organisasinya agar lebih baik, Bank DKI perlu melakukan transformasi organisasinya, melalu proses pembentukan kembali arah perusahaan, restrukturisasi, revitalisasi, dan pembaharuan sumber daya manusianya.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>