Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 440 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muliawaty H. Widodo
"Letak geografis wilayah kerja TOTAL E&P INDONESIE yang tersebar di wilayah kontrak kerja Mahakam mendorong implementasi suatu teknologi komunikasi yang dapat meningkatkan komunikasi internal di dalam perusahaan tersebut. Perkembangan teknologi yang ada menciptakan banyak inovasi-inovasi di segala bidang. Inovasi teknologi yang berbasis Internet, yaitu intranet dianggap dapat menjawab permasalahan tersebut. Penelitian mengenai bagaimana teknologi intranet tersebut digunakan dilihat dari difokuskan pada bagaimana dan kebiasaan serta kegunaan intranet bagi karyawan dalam bekerja.
Penelitian menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan mewawancarai 9 orang narasumber yang yang terdiri dari satu orang mewakili manajemen senior sekaligus sebagai pemilik dari media komunikasi tersebut, satu orang berasal dari divisi komunikasi dan tujuh orang lainnya berasal dari divisi yang beraneka ragam. Selain melakukan wawancara, peneliti juga meneliti dari sumber lain seperti dokumen-dokumen, diskusi bebas dan grapevine.
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan intranet sebagai media komunikasi yang dapat membantu tercapainya tujuan perusahaan, meningkatkan kinerja karyawan dan perusahaan masih rendah. Dukungan dari manajemen yang masih rendah serta sosialisasi mengenai pengguanaan teknologi intranet tidak banyak dilakukan sehingga penggunaan intranet menjadi tidak efektif. Namun banyak upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki keadaan tersebut sehingga tujuan dari penggunaan intranet sebagai media komunikasi internal di dalam organisasi TOTAL E&P INDONESIE dapat tercapai. Upaya yang dilakukan juga harus didukung dengan action plan yang matang, realistis serta sosialisasi yang semua pihak di dalam organisasi TOTAL E&P INDONESIE.
Akhirnya, dari penelitian yang telah dilakukan, penulis merekomendasikan agar TOTAL E&P INDONESIE melakukan proses adopsi intranet dengan tepat dan menyeluruh kepada karyawannya serta didukung dengan perangkat peraturan mengenai penggunaannya. Adapun rekomendasi dari segi akademis agar penelitian selanjutnya dapat lebih memfokuskan analisa pada implementasi proses adopsi teknologi komunikasi sesuai dengan teori adaptasi teknologi dan teori komunikasi yang ada."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13336
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung-Samosir, Anar Tiur
"ABSTRAK
Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui sejauhmana peranan kegiatan PKK melalui program-programnya dalam meningkatkan peranan wanita baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat, khususnya di desa transmigrasi Sungai Bahar XVI Jambi. Kaum wanita di daerah transmigrasi menghadapi banyak masalah terutama dalam menghadapi lingkungan barunya yang berbeda secara fisik maupun budaya, sementara mereka dituntut untuk. berperan aktif dalam kegiatan pembangunan di tempat mereka yang baru. Untuk membantu wanita memperingan permasalahan yang mereka hadapi, Departemen Transmigrasi mengadakan pembinaan kegiatan PKK di daerah transmigrasi. Pelaksanaan pembinaan kegiatan PKK di lokasi transmigrasi ini juga dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan peran wanita, sehingga keberhasilan gerakan PKK adalah juga keberhasilan peningkatan peran wanita.
Penelitian ini dilaksanakan di desa Sungai Bahar XVI yang dipilih secara purposif dari kawasan transmigrasi Sungai Bahar di Kecamatan Mestong. Yang dijadikan sampel penelitian adalah ibu rumah tangga yang tinggal menetap di lokasi tersebut, yang dipilih secara acak, sebesar 10% yaitu sebanyak 50 sampel. Setelah itu dipilih empat orang ibu yang dijadikan sebagai contoh kasus: dua orang ibu yang aktif dalam kegiatan PKK dan dua orang ibu yang tidak aktif. Selain itu ditambah dengan Kepala Unit Pemukiman beserta stafnya dan Kepala Desa juga beserta stafnya sebagai informan pangkal.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif dimana data dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara. Disamping itu digunakan juga pengumpulan data yang bersifat kuantitatif dengan kuesioner. Data kuantitatif ini dipakai sebagai data dasar untuk mendukung data yang bersifat kualitatif.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa dengan adanya kegiatan PKK, wanita juga mulai berkiprah di sektor publik dan semakin mantap dalam peran domestik mereka. Bagi sebagian besar responden (S60), PKK tidaklah menjadi beban, bahkan bisa memperingan beban psikologis dalam menghadapi permasalahan dan kesulitan di lokasi yang serba baru.
Disarankan agar para ibu anggota PKK dimotivasi untuk memikirkan aktivitas atau keterampilan yang mereka sukai dan ingin kuasai, kemudian mempelajari bagaimana mencari bahan-bahannya dan orang yang bisa mengajar mereka. Dengan inisiatif sendiri diharapkan mereka akan lebih cepat mandiri dan bisa lebih berperan baik di sektor domestik maupun public.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Nurhayati
"PT Rajawali Nusantara Indonesia merupakan salah satu BUMN yang memiliki berbagai macam bidang usaha, Selain pengembangan industri gula sebagai core businessnya. PT RNI terus mengkonsolidasikan usahanya dengan mengembangkan SDM dan memperbesar usahanya di bidang farmasi, perdagangan, industri kulit, pakan ternak dan agrobisnis dengan diversifikasi pertanian, kehutanan yang meliputi industri teh dan kelapa sawit. Pesatnya perkembangan perusahaan salah satunya ditandai dengan perkembangan aset yang pada tahun 1991 hanya berjumlah Rp. 496 milyar menjadi Rp. 1,1 trilyun di tahun 1996. Hal ini tentu saja membawa konsekuensi logis semakin kompleksnya struktur organisasi dan iklim komunikasi atau aktivitas komunikasi yang terjadi dalam organisasi. Sebagai sebuah perusahaan yang tengah berkembang maka PT RNI tentu tidak bisa begitu saja mengabaikan persoalan tersebut mengingat pengaruhnya yang begitu besar terhadap keberhasilan perusahaan.
Konsep iklim komunikasi mencakup persepsi pesan dan kesan yang berhubungan dengan kejadian yang berlangsung dalam organisasi. Berdasarkan penelitian secara empirik, para pakar ilmu komunikasi terutama Redding dan Dennis berpendapat adanya lima faktor ideal yang melekat dalam iklim komunikasi yaitu supportiveness; participation decision making; trust, confidence and credibility; openness and candor; high performance goals.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap key informants di PT RNI maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa iklim komunikasi yang selama ini berlangsung di PT RNI relatif baik. Mayoritas pimpinan menyadari pentingnya dukungan atasan kepada bawahan dalam melaksanakan tugas dan mengembangkan ide-ide yang inovatif. Demikian juga halnya dengan komunikasi lisan atau komunikasi dua arah, dipandang sebagai jenis atau bentuk komunikasi yang lebih memungkinkan terbentuknya iklim komunikasi yang relatif terbuka dan dialogis antara atasan dan bawahan. Dalam proses pengambilan keputusanpun, pimpinan biasanya terlebih dahulu berupaya untuk mendapatkan informasi, usulan dan saran dari bawahan sebagai pengembangan ide demi mendapatkan berbagai alternatif yang mungkin dapat membantu dalam pemecahan masalah. Sedangkan berkaitan dengan sosialisasi dan akses informasi tentang kebijakan atau keputusan perusahaan, mayoritas mengaku selama ini berjalan tanpa ada persoalan yang cukup berarti. Mayoritas informan mengakui bahwa iklim komunikasi di lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang besar implikasinya bagi peningkatan motivasi kerja dan kesadaran karyawan akan makna perannya.
Namun demikian ada beberapa hal yang juga harus diperhatikan. Pertama, perlu ditingkatkannya pengakuan dan penghargaan atasan terhadap prestasi atau keberhasilan bawahan dalam melaksanakan tugas. Persoalan kedua yang harus diperhatikan adalah menyangkut pernyataan beberapa informan yang secara eksplisit menyampaikan harapan diberlakukannya pertemuan rutin dan ditingkatkannya dialog atau diskusi internal. Hal ini perlu, selain sebagai media sosialisasi informasi secara jujur dan konkret juga sebagai salah satu bentuk media transfer of knowledge yang dapat meningkatkan self confident dan motivasi kerja bawahan karena perasaan dianggap penting oleh atasan. Ketiga, berkaitan dengan terdapatnya kekurangan menyangkut komunikasi atau sosialisasi informasi secara tertulis tentang beberapa persoalan. maka pimpinan perusahaan perlu lebih memperhatikan hal tersebut karena bagaimanapun juga komunikasi semacam ini tetap merupakan sesuatu yang penting sehingga karyawan memiliki pemahaman yang komprehensif tentang persoalan yang ada. Hal ini penting sebagai salah satu bentuk pengakuan atasan terhadap keberadaan bawahan sehingga semakin meningkatkan motivasi kerja dan membuka gairah kesadaran pribadinya untuk mendukung keberhasilan perusahaan mewujudkan misinya menjadi holding company dengan kinerja terbaik di bidangnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadiati
"Program Tansmigrasi, terutama di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, menjadi program unggulan penyebaran penduduk ke daerah-daerah terutama luar Pulau Jawa dan dalam melaksanakan program transmigrasi tersebut sangat tergantung kepada kinerja dan motivasi kerja karyawannya.
Menyadari pentingnya kinerja dan motivasi kerja karyawannya, Kantor Wilayah Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan Daerah Khusus Ibukota Jakarta berupaya memotivasi kerja karyawannya. Salah satu aspek organisasi yang berpengaruh terhadap peningkatan motivasi kerja adalah komunikasi kerja baik komunikasi ke bawah, ke atas, mapun horizontal yang dapat menciptakan suasana kerja yang kondusif diharapkan dapat memotivasi kerja karyawannya.
Dalam pelaksanaan komunikasi ke bawah di Kantor Wilayah Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan Daerah Khusus Ibukota Jakarta ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, antara lain : keterbukaan, kepercayaan pada pesan tulisan, pesan yang berlebihan, ketepatan waktu dan daya saing anggota organisasi terhadap pesan yang disampaikan. Kesemua faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap lancarnya proses komunikasi ke bawah.
Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau yang lebih tinggi dengan tujuan memberikan balikan (feedback), saran dan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek terhadap motivasi kerja dan sikap karyawan. Dengan komunikasi ke atas, tersebut diharapkan dapat memperoleh informasi-informasi yang berkaitan dengan : pekerjaan karyawan dan hasil yang telah dicapainya, masalah kerja yang dihadapi oleh karyawan berkaitan dengan upaya perbaikan unit kerjanya, dan mengetahui pikiran dan perasaan karyawan guna memotivasi kinerja dan produktivitas karyawan. Kombinasi dari perasaan-perasaan dan kepercayaan karyawan tersebut menjadi penghalang yang kuat bagi terlaksananya suatu proses komunikasi ke atas yang efektif.
Ada beberapa metode yang digunakan dalam melaksanakan komunikasi horizontal antara lain : rapat-rapat, komite, interaksi, informal, percakapan telepon, memo atau nota, aktivitas sosial dan lain-lain. Komunikasi horizontal di Kantor Wilayah Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan Daerah Khusus Ibukota Jakarta berperan rnengkoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai fungsi organisasi dalam level yang sama. Komunikasi ini mengalir melintasi berbagai fungsi dalam organisasi untuk memotivasi kerja serta gairah kerja karyawan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fuady Munir
"Tujuan dari penulisan tesis ini adalah (1) menggambarkan bauran promosi perpustakaan The British Council sebagai lembaga nonprofit (2) mengkaji bauran promosi perpustakaan The British Council menurut prinsip-prinsip organisasi nonprofit (3) memberikan rekomendasi bagaimana sebaiknya bauran promosi bagi sebuah perpustakaan dijalankan sebagai organisasi nonprofit.
Penelitian ini hanya mereanalisis data primer dari survai yang telah dilakukan oleh perpustakaan Sedangkan data kualitatif diperoleh dengan melakukan tanya jawab mendalam kepada informan yang berwenang pada instansi yang bersangkutan. Dengan demikian hasil telitian ini tidak dapat dilakukan generalisasi pada pelbagai institusi non-profit lainnya.
Survai tersebut dilakukan secara accidental sampling (Non Probability -.sampling). Sedangkan dari survai tersebut responden yang bisa diolah sebanyak 221 responden. Analisis SWOT terhadap faktor eksternal dan internal perpustakaan diambil dalam merancang program promosi perpustakaan dengan memperhatikan dana tersedia oleh kantor pusat.
Bauran promosi yang ditcrapkan berupa seminar, workshop, lokakarya, orientasi, pameran, publisitas, eksibisi, dan media interaktif (internet)."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
E. Mochamad Chamdan
"Permasalahan dalam tesis ini difokuskan pada faktor-faktor iklim komunikasi organisasi pada SD dan SMP di lingkungan Dinas Pendidikan Dasar Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta dalam menerapkan manajemen berbasis sekolah. Hal ini berkaitan dengan terjadinya pergeseran kebijakan dari pemerintahan berbasis. pusat menuju pemerintahan yang lebih otonom. Dalam bidang pendidikan, pemerintah berupaya menerapkan manajemen berbasis sekolah. Dalam konteks perubahan itulah terjadi ketidakpastian, termasuk iklim komunikasi yang terjadi: apakah iklimnya turut berubah atau tidak. Jikapun berubah, apakah ke arah yang lebih baik atau malah lebih buruk? Secara khusus, apakah terdapat perbedaan antara SD dengan SMP di lingkungan Dinas Pendidikan Dasar Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta dalam hal faktor-faktor iklim komunikasi organisasi?
Aspek yang ditelaah dalam kerangka teori adalah seputar iklim komunikasi organisasi dari perspektif teori-teori transisional. Karena itu, iklim komunikasi organisasi dipandang sebagai hasil oleh interaksi antar anggota, yaitu persepsi individu yang menyeluruh dari peristiwa komunikasi dalam berorganisasi. Persepsi tersebut mencakup persepsi kognitif dan afektif. Perspesi tersebut meliputi pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan dalam organisasi, seperti: perilaku manusia, tanggapan antara pegawai, pengharapan, konflik antar pribadi dan kesempatan berkembang dalam berorganisasi, khususnya dalam menerapkan kebijakan manajemen berbasis sekolah (MBS) di lingkungan SD dan SMP.
Secara metodologis, permasalah tersebut diteliti dengan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan adalah survey dan teknik pengumpulan datanya menggunakan kuesioner yang disebar kepada 157 responden; terdiri atas 75 responden dari 5 SD dan75 responden dari 5 SMP.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hal persepsi mengenai daya dukung, kepercayaan, dan tujuan berkinerja tinggi ada kesamaan antara SD dan SMP, yaitu sama-sama besar. Namun, dalam hal persepsi mengenai keterbukaan, antara SD dan SMP sama-sama mempersepsi sedang. Sedangkan berkaitan dengan persepsi mengenai partisipasi dan hubungan manusiawi, terdapat perbedaan antara SD dan SMP: Pertama, responden SD cenderung mempersepsi partisipasinya besar, sedangkan SMP cenderung mempersepsi partisipasinya sedang. Kedua, responden SD cenderung mempersepsi hubungannya dekat, sedangkan responden SMP cenderung mempersepsi hubungannya renggang. Namun, secara keseluruhan, kedua kelompok responden sama-sama mempersepsi iklim komunikasinya agak mendukung penerapan MBS. Dengan demikian dapat disimpulkan, dalam situasi perubahan kebijakan, iklim komunikasi yang semula berorientasi `pusat' mulai bergerak menuju iklim komunikasi yang berorientasi 'otonom'.
Data penelitian ini, mengacu pada Barnard, memperlihatkan institusi SD dan SMP tidak menunjukkan kekhasan kelompok dalam organisasi yang bernama Dinas Pendidikan Dasar DKI Jakarta. Sebaliknya, jika acuan kelompok itu adalah lokasi sekolah, gender, usia, dan pendidikan formal, maka terlihatlah perbedaan-perbedaan persepsi kelompok mengenai faktor-faktor iklim tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa kelompok-kelompok informal yang berbeda dalam suatu struktur birokrasi (dalam hal ini lokasi, gender, kelompok usia, dan pendidikan formal) ikut mempengaruhi perbedaan persepsi mengenai faktor faktor iklim komunikasi tertentu dalam suatu organisasi.
Jika acuan kelompok itu adalah jabatan, maka persepsi yang baik mengenai iklim komunikasi umumnya muncul pada orang-orang yang memiliki tanggung jawab atas organisasi yang bersangkutan, yakni kepala sekolah dan ketua komite sekolah. Dengan kata lain, faktor kepemimpinanlah yang menonjol dalam iklim komunikasi pada Dinas Pendidikan Dasar DKI Jakarta. Mereka ini, mengacu pada Barnard, Pace & Faules, dan Goldhaber, para pimpinan/pengurus berfungsi sebagai kekuatan yang padu. Mereka bertugas mengembangkan dan memelihara suatu sistem komunikasi.
Berdasarkan uraian tersebut kemudian direkomendasikan agar para pimpinan/pengurus, yang berperan sebagai kekuatan yang padu, dapat lebih menggalang partisipasi anggotanya dengan lebih sering mengkomunikasikan dan mengkonsultasikan persoalan yang berkaitan dengan kedudukan masing-masing, khususnya di SMP. Para pimpinan diharapkan lebih mengenal dan menghargai bawahan, khususnya di SMP.
205 halaman + 15 buku + 8 artikel + 9 lampiran"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13880
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Srinursih
"Sempati Air merupakan salah satu maskapai penerbangan yang ada di Indonesia, yang secara berkesinambungan meluncurkan berbagai macam program pelayanan, dalam rangka memperbaiki kinerja perusahaan, sehingga dapat dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh konsumen. Perbaikan pola layanan ini dilaksanakan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat, dalam usaha memasuki era globalisasi. Dalam mensosialisasikan program kerja ataupun program pelayanan yang inovatif tersebut dibutuhkan suatu iklim komunikasi yang terbuka. Sehingga semua pihak mengerti dan memahami program kerja tersebut secara rinci. Dengan demikian dapat dicapai kualitas layanan yang lebih baik bagi penumpang Sempati Air. Dalam kenyataannya, Sempati Air mengalami berbagai kendala dalam mengimplementasikan program-programnya, hal ini karena tidak efektifnya program sosialisasi karena tidak adanya iklim komunikasi yang sesuai.Akibatnya pelaksana dilapangan tidak dapat melaksanakan program tersebut secara optimal. Konsep iklim komunikasi mencakup dua pengertian yakni persepsi dan reaksi para karyawan terhadap kualitas organisasi tempatnya bekerja. Dalam penelitian secara empiris konsep iklim komunikasi oleh para Ahli terutama Redding telah dijabarkan mejadi 5 komponen, yaitu : daya dukung, pengambilan keputusan yang partisipatif kepercayaan, percaya diri dan krediabilitas, keterbukaan dan keterusterangan, serta tujuan prestasi yang tinggi.
Dari penelitian yang dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap informan kunci dalam perusahaan PT. Sempati Air , yang dianggap mengetahui secara mendalam tentang organisasi dan konsep kerja maupun perilaku segenap karyawannya. Maka dapat disimpulkan komunikasi antara atasan dan bawahan dapat dikategorikan baik , karena bawahan tidak perlu takut-takut untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya kepada atasan. Tetapi hal yang ada kaitannya dengan program kerja inovatif masih banyak kurang dipahami oleh karyawan Sempati.Dalam hal ini dikarenakan Top down dilakukan secara lisan , yang sayangnya tidak didukung oleh adanya petunjuk teknis yang dapat digunakan sebagai pegangan dilapangan. Selain itu dalam perkembangnnya penyebaran informasi dari atas tidak dilakukan secara terpadu, sehingga ditemukan banyak masalah dilapangan. Oleh karena itu disarankan : 1. Agar diselenggarakan komunikasi timbal balik antara Top Down dan Button Up maupun komunikasi horizontal dalam pertemuan-pertemuan yang setingkat. 2. Dibuat buku pedoman sebagai petunjuk kerja. 3. Harus ada program khusus untuk pelaksanaan program inovatif tersebut, karena sistem komunikasi dan iklim komunikasi yang ada nampaknya hanya efektif untuk program yang rutin, bukan untuk program inovasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
B. Sigit Widiantoro
"Usaha untuk menempatkan komitmen terhadap ketepatan mutu dan ketepatan waktu dalam industri buku pelajaran masih menjadi persoalan yang sulit ditangani hingga kini. Banyak penerbit buku pelajaran belum mampu mewujudkan kedua komitmen itu secara simultan yang menjadikan konsumen buku pelajaran --dalam hal ini para guru dan siswa didik di sekolah-- terlayani dalam makna yang sebenarnya. Banyak persoalan yang faktanya mesti dihadapi oleh sebagian besar penerbit buku pelajaran di Indonesia, baik persoalan yang menyangkut aspek produksi maupun aspek organisasi.
Salah satu faktor yang menjadi penghalang dari upaya untuk mewujudkan elemen ketepatan waktu dan ketepatan mutu adalah persoalan konflik organisasi. Bagi banyak penerbit buku pelajaran, konflik di dalam organisasi seolah merupakan sebuah keharusan di tengah-tengah proses penerbitan buku yang berjalan. Namun, tidak banyak penerbit yang mampu mengelola konflik itu menjadi daya dorong yang menjadikan organisasi bergerak ke arah yang dituju. Ketidakpahaman terhadap peta konflik berakibat pada ketidakmampuan organisasi menerapkan strategi komunikasi yang tepat dan jitu.
Merujuk pada persoalan di atas, perhatian tesis ini adalah berusaha untuk mengungkapkan ragam konflik yang muncul beserta kecenderungan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya di dalam lingkungan penerbit-penerbit buku pelajaran. Selain itu, tesis ini juga berupaya untuk mengetahui strategi komunikasi yang diberlakukan oleh Penerbit Yudhistira (PT YGI) dalam mengelola kecenderungan beragam konflik yang muncul sehingga tesis ini lebih sebagai kerja evaluatif.
Untuk mengungkapkan ragam konflik yang hadir beserta strategi komunikasi yang diterapkan oleh organisasi penerbit buku pelajaran, tesis ini menggunakan penelitian kualitatif sebagai jalan untuk menjabarkannya. Data dalam penelitian kualitatif ini diperoleh dan dikumpulkan melalui proses pengamatan dan wawancara mendalam (depth interview). Sebaliknya, model yang digunakan sebagai dasar atau landasan untuk memahami persoalan konflik adalah model dari Louis R. Pondy. Pondy mengemukakan episode konflik yang terdiri atas latent conflict, perceived conflict, felt conflict, manifest conflict, dan conflict aftermath.
Dari tesis ini diperoleh hasil bahwa hampir semua penerbit buku pelajaran yang menjadi subjek penelitian mengalami konflik organisasi yang disebabkan oleh berbagai persoalan yang melilitnya. Konflik itu beragam, dari mulai latent conflict hingga conflict aftermath. Konflik itu terjadi dan selalu berulang-ulang seiring dengan pekerjaan yang terus diterima dan bergulir dari waktu ke waktu sehingga konflik itu niscaya menunjukkan kelemahan strategi komunikasi yang ada. Bahkan kebanyakan penerbit, termasuk penerbit Yudhistira sebenamya masih memperlakukan strategi komunikasi pengelolaan konflik secara temporal, belum secara sistematik. Implikasinya, strategi komunikasi yang selalu diterapkan terlihat kurang efektif karena tidak menjadi jawaban terhadap persoalan organisasi secara menyeluruh dan mendasar."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T14429
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriani
"Penelitian ini didasari akan pentingnya mengelola hubungan dengan publik internal dari perusahaan, khususnya antara executive atau top manajemen dengan para karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa peranan dan kedudukan publik internal sama pentingnya dengan publik eksternal dalam memberikan kontribusi yang besar pada kelangsungan dan profitabilitas perusahaan.
Tesis ini menjelaskan sejauhmana aktivitas internal relations pada perusahaan minyak dan gas ConocoPhillips Indonesia, Inc. Ltd (COPI), yang juga tercakup di dalamnya mengenai komunikasi internal, hubungan antara publik internal khususnya top manajemen dengan para karyawan, dan kegiatan-kegiatan internal yang dilakukannya.
Sebagai perusahaan multinasional besar, dengan perbedaan culture yang ada, terutama hubungan antara pihak pimpinan atau top manajemen yang kebanyakan terdiri dari orang asing, dengan para karyawan nasional. Hal itu harus menjadi perhatian divisi Corporate Communications bagi terciptanya hubungan yang harmonis diantara publik internal tersebut dengan melalui pengelolaan yang strategic dari berbagai kegiatan internal yang terarah dan efektif.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini melalui kualitatif, dengan metode dalam bentuk studi kasus, dan dituangkan dalam bentuk naratif. Pengumpulan data dilakukan melalui in depth interview sebagai data primer, dan sebagai data penunjang tambahan diperoleh dari data sekunder.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya sikap proaktif dari divisi Communications dan dukungan dari pihak pimpinan COPI dalam berupaya melakukan langkah-langkah pembinaan, terutama pendekatan pada para karyawan dengan mengadakan kegiatan internal yang lebih efektif. Selain itu dengan melakukan penataan yang lebih baik pada komunikasi internalnya dengan menerapkan prinsip simetrilcal dua arah sehingga pesan dapat diterima dan dipahami dengan lebih baik.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas tentunya divisi Communications COPI harus lebih aktif dan inovatif dalam mewujudkan berbagai kegiatan internal yang melibatkan langsung kedua belah pihak tersebut. Kegiatan internal tersebut tentunya harus selalu disesuaikan dengan kemajuan bisnis perusahan dan perkembangan keadaaan, sehingga dapat menumbuhkan rasa saling mempercayai, dan rasa saling pengertian. Keadaan ini pada akhirnya dapat membawa pengaruh positif pada aktivitas perusahaan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T14425
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Said Credenda Arismunandar
"Iklim Komunikasi dalam Organisasi sangat tergantung dari Pimpinan Organisasi, demikian pula kondisi yang ada di Organisasi Kemasyarakatan seperti KOSGORO. KOSGORO berdiri sejak tahun 1957, menjadi Organisasi Kemasyarakatan yang besar dan terpandang, dikarenakan Iklim Komunikasi yang demokratis, dan berorientasi kepada Pengabdian kepada Bangsa & Rakyat Indonesia dengan pengembangan rasa Solidaritas, Regenerasi dan sistem Pengkaderan yang baru. Iklim Komunikasi dan Kepemimpinan yang ada harus saling menunjang. "The climate of organization is more crucial than are communication skills or Techniques (taken by themselves) in creating an effective Organization". Dan kepemimpinan adalah relational, process, kemampuan mempengaruhi.
Pada tahun 1964 KOSGORO bersama beberapa KINO lain membentuk Sekber GOLKAR, dengan kondisi yang berkembang, GOLKAR menjadi pemeran Politik yang dominan di Indonesia. Pada era Reformasi, KOSGORO mengambil keputusan strategis untuk menjadi Organisasi Independen dan menjaga jarak dengan semua Partai dan Kekuatan Politk. Sebagai Simbol Organisasi, maka Ketua Umum KOSGORO oleh sebagian anggota diharuskan Non Partisan, tetapi ada yang menganggap tidak perlu, terlebih anggota anggota yang aktif di Partai GOLKAR. Konflik timbul, karena perbedaan diantara kelompok internal, penanganan yang dilakukan oleh KOSGORO masih mengandalkan cara lama, yaitu yakin dengan Iklim Komunikasi dan kekuatan Pengaruh Pimpinan, ini bisa saja dilakukan, bila bentuk konflik adalah bersifat Interpersonal, sesaat dan dilingkup Intern.
Dengan adanya 2 organisasi KOSGORO (KOSGORO dan KOSGORO 1957), maka yang dihadapi adalah Konflik antar Organisasi, yang bersifat struktural, ini bukan sesuatu yang mudah untuk ditangani. Perlu porgram PR yang bersifat mediasi yang berfokus pada dialog, dan mencari terobosan penyelesaian.
Tujuan Penelitian ini adalah peran dan fungsi PR di organisasi dapat membantu menangani konfik yang ada didalam organisasi kemasyarakatan yang mempunyai iklim komunikasi dan kepemimpinan yang khas, seperti yang diuraikan diatas.
Dari hal ini, dilakukan Penelitian dengan methode Kualitatif, memakai strategi penelitian Studi Kasus, yang berfokus pada suatu kejadian dengan waktu tertentu, berbentuk Single Case Design (R. K.Yin), banyak menggunakan data Primer, salah satunya wawancara mendalam dari nara sumber yang terlibat langsung.
Hasil dari penelitian, ditemukan bahwa dengan konflik yang berkembang di KOSGORO peran Iklim komunikasi dan kepemimpinan dalam Organisasi tidak akan mudah menyelesalkan konflik yang terlanjur menjadi konflik antar Organisasi, dan bersifat struktural walaupun segala program PR dijalankan, baik PR yang menempel kefungsi Pimpinan atau PR Profesional dalam bagian yang khusus, mulai dengan Penelitian Format ( Formative Research ), mengenai analisa situasi, penganalisaan Organisasi, analisa Public, selanjutnya tahapan Strategi, tahapan taktik termasuk media yang digunakan dan evaluasi.
Untuk itu diperlukan adanya tambahan strategi dari KOSGORO, dengan dimasukannya Departemen khusus Public Relations dengan jabatan setingkat Ketua. Ketua yang menangani PR bertanggung jawab langsung ke Ketua Umum PPK. KOSGORO.
Hasil penelitian ini tidak merupakan hal yang mutlak harus diikuti dan peran PR bukan harus menjadi sesuatu yang dominan dalam penyelesaian konflik, tetapi berperan sebagai mediator yang netral. Perlu diperhatikan bahwa konflik yang masih bersifat interpersonal harus segera diselesaikan dengan tuntas dan berbentuk solusi Win Win.
Masukan ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam pembentukan struktur organisasi dimasa yang akan datang, dimana profesionalisme suatu bidang harus benar diperhatikan.

Communication Climate in an Organization depends on organization leader, like KOSGORO. KOSGORO is established in year 1957. Become a big mass organization because they have a Democratic Communication Climate and Oriented to Indonesian Nation and People with Solidarity and a good regeneration system and cadre for a becoming leader. Communication and Leadership is to reciprocal support and subsidy each other. The Climate of organization is more crucial than communication skills or techniques (taken by themselves) in creating an effective Organization. Leadership is a relational, process and persuade.
In 1964 KOSGORO and some other KIND made SEKBER GOLKAR with condition that prosper GOLKAR, become a Dominant political institution in Indonesia. In Reformation era KOSGORO took a strategic decision to become an Independent Organization and took neutral position with all Political party.
To Symbolize organization, there some people want the Chairman must be non partisan, but the other its not ( mostly who an active in GOLKAR party). Conflict raise because of a difference perception in internal group. KOSGORO handle that conflict with the old fashioned way, that believe Communication Climate and Leader influence can be done when the conflict interpersonal, short term and internal.
With 2 (two ) KOSGORO organization (KOSGORO and KOSGORO 1957) therefore for facing an inter organizational conflict, this is not to easy to manage and need a PR program with the mediation program and to be focused on a Dialogue and find a new way.
The aim of the research is the Function of PR in Organization which is can be help to handle conflict in the mass Organization with a special climate Communication & special leader, as mention above.
This' Research used a Qualitative method, Case Study with focused in a Single Case Study, a Primary data such as depth interview with reliable sources.
Conclusion from the research found that conflict in KOSGORO can't easily manage by Organization, what ever the condition of Climate communication or leadership influence, if the conflict become an Inter organizational. Conflict and structural.
Although implement a Public Relations Program has been done, PR included in Chairman Function or hired a professional PR.
Therefore is needed to have more policy from KOSGORO, to develop a Special PR Department who handle all PR Function as professional and proper, directly responsible to Chairman.
This research its not absolute to be followed and PR's role is not dominant to manage a conflict in organization but only to be a neutral mediator.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14322
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>