Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 644 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erica Arindasari
"Bahasa Jawa di Wonosobo dipengaruhi oleh bahasa Jawa dialek Banyumas di bagian barat dan bahasa Jawa dialek Jogja Solo di sebelah timur (Assifa, 2017). Pengaruhnya dapat dilihat melalui variasi bunyi vokal. Bahasa Jawa yang digunakan di wilayah timur Wonosobo mendapatkan pengaruh dari dialek Jogja-Solo. Akan tetapi ditemukan data bunyi vokal bahasa Jawa yang berbeda di Desa Gondang dan Desa Dalangan, yaitu fonem /a/ yang direalisasikan dengan [o] dan [a]. Padahal jika dilihat berdasarkan wilayahnya, kedua desa tersebut berada di wilayah timur Wonosobo yang mendapat pengaruh dialek Jogja Solo. Penelitian mengenai variasi bunyi vokal dan bunyi konsonan bahasa Jawa berdasarkan dialeknya sudah dilakukan oleh Tatu (2022), Ika (2018), dan Dimas (2022). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perbedaan bunyi vokal Bahasa Jawa di Desa Gondang dan Dalangan, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data berasal dari dua orang penutur jati bahasa Jawa di Desa Gondang dan Dalangan. Data pada penelitian ini adalah tuturan yang diujarkan oleh penutur jati berupa 200 kosakata Swadesh. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan teknik simak, catat, dan rekam. Analisis dilakukan terhadap bunyi yang hadir pada suku ultima dan penultima baik terbuka maupun tertutup. Penelitian ini menghasilkan temuan yaitu variasi bunyi vokal pada bahasa Jawa yang digunakan di Desa Gondang dan Desa Dalangan tidak sama dengan variasi bunyi vokal bahasa Jawa yang digunakan di wilayah timur Wonosobo. Meskipun Desa Gondang dan Desa Dalangan letaknya dekat dengan wilayah Jogja Solo, dialek yang digunakan kedua desa tersebut tidak sama dengan dialek Jogja Solo. Hal ini menunjukkan bahwa dialek di Wonosobo tidak hanya terdiri atas dialek Jogja Solo dan dialek Banyumas.

The Javanese language in Wonosobo is influenced by the Javanese dialect of Banyumas in the west and the Javanese dialect of Jogja Solo in the east (Assifa, 2017). Its influence can be seen through variations in vowel sounds. The Javanese language used in the eastern region of Wonosobo is influenced by the Jogja-Solo dialect. However, data on Javanese vowel sounds were found to be different in Gondang Village and Dalangan Village, namely the phoneme /a/ which is realized by [o] and [a]. In fact, if seen by region, the two villages are in the eastern region of Wonosobo which is influenced by the Jogja Solo dialect. Research on variations in Javanese vowel and consonant sounds based on the dialect has been carried out by Tatu (2022), Ika (2018), and Dimas (2022). This study aims to explain the differences in Javanese vowel sounds in Gondang and Dalangan Villages, Kertek District, Wonosobo Regency. This study used descriptive qualitative method. The data source comes from two native Javanese speakers in the villages of Gondang and Dalangan. The data in this study are utterances uttered by native speakers in the form of 200 Swadesh vocabularies. Data collection was carried out through interviews with listening, note-taking and recording techniques. The analysis was carried out on sounds that are present in both open and closed ultima and penultimate terms. This research resulted in findings that the variations of vowel sounds in the Javanese language used in Gondang Village and Dalangan Village are not the same as the variations of Javanese vowel sounds used in the eastern region of Wonosobo. Even though Gondang Village and Dalangan Village are located close to the Jogja Solo area, the dialect used by the two villages is not the same as the Jogja Solo dialect. This shows that the dialect in Wonosobo does not only consist of the Jogja Solo dialect and the Banyumas dialect."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Herpinus
"Tata bahasa adalah jenis kaidah bahasa yang mengatur kriteria penggunaan kata dan kalimat. Kedudukan kajian tata bahasa merupakan yang utama dalam pembelajaran bahasa, khususnya pada pendekatan struktural. Tata bahasa merupakan bahan kajian bagi para pengajar dan pembelajar bahasa. Tata bahasa penggunaan kata ini disebut juga dengan Grammar. Grammar juga dapat diartikan sebagai himpunan dari aturan-aturan yang terstruktur yang mengatur susunan kalimat, frase, dan kata dalam bahasa apapun. Sama seperti halnya tata bahasa dalam bahasa lainnya, tata bahasa dalam bahasa Jepang​ ini juga penting untuk dipelajari sehingga dapat memaksimalkan penggunaan kata dalam bahasa Jepang​. Buku Japanese Grammar And Conversation Handbook ini hadir untuk membantu para pembaca agar dapat memahami grammar dan menguasai bahasa Jepang​ dengan mudah."
Jakarta: Kesaint Blanc, 2017
496.65 SIM j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ginasty Pujinengtyas
"Partikel pragmatik dalam bahasa Jawa penggunaannya turut berkembang seiring bertambahnya media komunikasi akibat perkembangan teknologi. Penggunaan partikel pragmatik tidak lagi hanya mengacu kepada bahasa Jawa baku seperti yang disebutkan pada penelitian Purwo (1976) atau hanya menjadi milik bahasa Jawa dialek tertentu seperti yang disebutkan Susanti (2023). Hal tersebut menjadi pemicu topik penelitian ini untuk memperlihatkan penggunaan partikel bahasa Jawa pada masa kini yang telah cair dan tidak terikat dengan batas-batas wilayah. Sosial media twitter dari akun autobase digunakan sebagai sumber data penelitian ini. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui teknik crawling. Aplikasi Antconc digunakan untuk memudahkan proses penyediaan data. Hasil analisis menunjukkan bahwa partikel mbok tidak dapat disebut mutlak milik bahasa Jawa dialek tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan penggunaan partikel berdasarkan pola distribusi dan makna penggunaan dari partikel pragmatik. Penggunaan partikel pragmatik ditemukan memiliki makna penggunaan sebagai penanda kontradiktif keheranan, penanda penekanan kesesuaian, penghalus perintah, penanda keheranan dan pengonfirmasi keraguan.

Pragmatic particles in the Javanese language have evolved with the increasing number of communication media due to technological advancements. The use of pragmatic particles no longer refers solely to standard Javanese as mentioned in Purwo's (1976) research or belongs exclusively to certain Javanese dialects as stated by Susanti (2023). This phenomenon has inspired the topic of this research, which aims to show the current usage of Javanese particles that has become fluid and is not confined to regional boundaries. The Twitter social media platform from autobase accounts was used as the data source for this research. This research employs a qualitative descriptive method with data collection techniques through crawling. The Antconc application was used to facilitate the data provision process. The analysis results indicate that the particle mbok cannot be considered the absolute property of a particular Javanese dialect. This research aims to demonstrate the usage of particles based on the distribution patterns and meanings of pragmatic particles. The use of pragmatic particles was found to have meanings such as markers of contradictory amazement, markers of emphasis on conformity, softeners of commands, markers of amazement, and confirmers of doubt."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawati
"ABSTRAK
Morfem -e dalam bahasa Jawa yang mempunyai dua alomorf [-e] dan [-ne] mempunyai dua fungsi, diantaranya adalah sebagai pronomina posesif, penanda posesif, penentu, dan pembentuk nomina. Akan tetapi, belum banyak ditemukan penelitian yang membahas fungsi-fungsi lain -e dalam teks. Oleh sebab itu penelitian tentang fungsi morfem -e dalam bahasa Jawa dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi fungsi morfem -e dalam bahasa Jawa khususnya dalam teks naratif pada majalah Panjebar Semangat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Data pada penelitian ini adalah kata, dan frasa yang dilekati oleh morfem -e. Program aplikasi AntConc digunakan untuk mengumpulkan data. Data tersebut kemudian dianalisis dengan mengidentifikasi fungsinya. Dari analisis data, morfem -e dalam teks naratif bahasa Jawa mempunyai empat fungsi yaitu pronomina posesif, penanda posesif, penentu, dan pembentuk nomina. Fungsi yang paling banyak ditemukan adalah fungsi penanda posesif, diikuti fungsi pronomina posesif, penentu, pembentuk nomina dan penanda posesif, dan pembentuk nomina dan pronomina posesif.

ABSTRACT
Morpheme -e in Javanese has two allomorphs, they are [-e] and [-ne]. This morpheme has more than one functions, they are possessive pronoun, possessive marker, definite marker, and nominalizer. Therefore, this research is conducted in order to identify the functions of -e in Javanese, especially in narrative text in Panjebar Semangat magazine. The qualitative method is applied in this research. The data of this reserch are words, and phrases which are attached by morpheme -e . AntConc program applications is used in order to collected the data. The data then analyzed by identified the functions. From the analyzed data, morpheme -e in narrative text in Javanese has four functions, they are possessive pronoun, possessive marker, definite marker, and nominalizer. The functions that mostly found is possessive marker followed by possessive pronoun, definite marker, nominalizer and possessive marker, and nominalizer and possessive pronoun."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aenun Khafidah
"Pada bahasa Jawa standar, pronomina persona pertama aku selalu berbentuk terikat -ku ketika digunakan secara posesif, contohnya tanggaku ‘tetanggaku’. Pronomina aku tidak pernah menjadi unsur atribut pada frasa nominal yang menyatakan kepemilikan. Namun data penelitian ini menemukan aku yang menjadi atribut pada frasa nominal kepemilikan, contoh tanggane aku. Perilaku sintaksis semacam itu merupakan ciri pronomina persona yang berasal dari kelas kata nomina (tidak asli). Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan perilaku sintaksis pronomina persona bahasa Jawa Brebes. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah ragam lisan. Pengumpulan data ragam lisan dalam bentuk lisan diperoleh dengan teknik wawancara, sedangkan ragam lisan dalam bentuk tulisan diperoleh dari export chat WhatsApp. Hasil pengumpulan data tersebut diproses pada penyediaan data menggunakan aplikasi AntConc. Data penelitian ini berupa kata, frasa, dan kalimat yang memuat pronomina persona bahasa Jawa Brebes. Analisis dilakukan berdasarkan teori pragmatik dan sintaksis pronomina persona menurut Wedhawati (2006). Hasil analisis pragmatik menunjukkan pronomina persona bahasa Jawa Brebes terdiri atas pronomina persona pertama, kedua, dan ketiga. Berdasarkan jumlahnya, pronomina persona pertama dan kedua memiliki bentuk tunggal dan jamak, sedangkan pronomina persona ketiga hanya berbentuk tunggal. Berdasarkan bentuknya, pronomina persona ini terdiri atas bentuk bebas dan terikat. Analisis sintaksis menunjukkan pronomina persona bahasa Jawa Brebes hadir dalam bentuk bebas dalam membentuk konstruksi posesif. Dalam konstruksi pasif, prefiks di- digunakan sebagai penanda pasif dengan argumen agen persona pertama, kedua, dan ketiga. Prefiks tak- kehilangan fungsi pragmatiknya karena memiliki fungsi yang sama dengan di- dalam konstruksi pasif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumber data ragam lisan dalam penelitian dialek telah memperlihatkan banyak variasi, sehingga penting dalam pemilihan sumber data.

In standard Javanese, the first-person pronoun aku always takes the bound form -ku when used possessively, e.g. tanggaku 'my neighbor'. The pronoun aku is never an attribute element in nominal phrases expressing ownership. However, the data in this study found aku as an attribute in possessive nominal phrases, for example, tanggane aku. Such syntactic behavior is characteristic of personal pronouns derived from the noun word class. Based on this background, the purpose of this study is to describe the syntactic behavior of Javanese personal pronouns in Brebes. This research method uses qualitative method. The data source used is oral variety. Data collection of oral variety in oral form is obtained by interview technique, while oral variety in written form is obtained from export WhatsApp chat. The results of the data collection were processed on data provision using the AntConc application. The data of this research are words, phrases, and sentences containing personal pronouns of Brebes Javanese language. The analysis was conducted based on the theory of pragmatics and syntax of personal pronouns according to Wedhawati (2006). The results of the pragmatic analysis show that Brebes Javanese personal pronouns consist of first, second, and third person pronouns. Based on the number, the first and second personal pronouns have singular and plural forms, while the third personal pronoun is only singular. Based on their form, these personal pronouns consist of free and bound forms. Syntactic analysis shows that Brebes Javanese personal pronouns are present in free form in forming possessive constructions. In passive constructions, the prefix di- is used as a passive marker with first, second, and third person agent arguments. The tak- prefix loses its pragmatic function because it has the same function as di- in passive constructions. The results of this study show that the source of oral variety data in dialect research has shown many variations, so it is important in the selection of data sources."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Retno Nur Kumalasari
"Bahasa Jawa (BJ) memiliki berbagai partikel pragmatik, yaitu partikel yang fungsinya ditentukan berdasarkan konteks pemakaiannya, termasuk BJ dialek Arekan. Pada masa kini pemakaian BJ dialek Arekan memperlihatkan digunakannya partikel pragmatik BJ dialek lain dan bahkan bahasa Indonesia oleh penutur BJ dialek Arekan. Hal tersebut melatarbelakangi penelitian ini yang bertujuan untuk memperlihatkan distribusi dan pemakaian partikel pragmatik bahasa Jawa di wilayah Arekan. Sumber data dari penelitian ini adalah film pendek berdialek Arekan. Metode yang digunakan adalah metode agih dengan teknik balik dan lesap. Pada penelitian ini ditemukan bahwa partikel sih dan kan dari partikel bahasa Indonesia, dipakai juga di wilayah Arekan. Selain itu partikel lha dan lho dari bahasa Jawa baku ditemukan juga di sumber data yang berasal dari wilayah berdialek Arekan. Temuan tersebut menunjukan bahwa pemakaian bahasa Jawa di wilayah Arekan tidak hanya menggunakan bahasa Jawa dialek Arekan, tapi menerima bahasa lain seperti bahasa Jawa baku dan bahasa Indonesia

Javanese has various pragmatic particles, which function is determined based on their context of use, including in the Arekan dialect. Presently, the use of the Arekan dialect demonstrates the incorporation of pragmatic particles from other Javanese dialects and even Indonesian language by its speakers. This phenomenon underpins the present study, aimed at illustrating the distribution and usage of Javanese pragmatic particles in the Arekan region. The source of the data from this study is the Arekan dialectical short film. The method used is the method of dividing with the technique of reversal and dividing. The study reveals that particles such as 'sih' and 'kan' from the Indonesian are also utilized in the Arekan region. Additionally, particles 'lha' and 'lho' from standard Javanese are also found in the data originating from the Arekan dialect region. These findings indicate that the usage of Javanese in the Arekan region not only employs the Arekan dialect but also incorporates other languages such as standard Javanese and Indonesian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990
499.221 5 SIS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Perkembangan linguistik Jawa pada saat ini cukup pesat, terbukti dengan banyaknya penelitian-penelitian yang telah dilakukan terhadap sejumlah aspek linguistik Jawa. Penelitian terhadap suatu aspek linguistik selalu relevan dan berguna, sepanjang penelitian tersebut menghasilkan suatu perkembangan atas penelitian sebelumnya. Demikian pula dengan masalah valensi yang cukup sering disinggung dalam buku-buku Tata Bahasa jawa.Pembahasan kembali mengenai hal tersebut dirasa masih sangat berguna karena merupakan perkembangan lebih lanjut dari penelitian-penelitian terdahulu. Valensi dalam Kamus Linguistik Harimurti Kridalaksana adalah gramatika dependensi. Hubungan sintaksis antara verba dan unsur-unsur di sekitarnya, mencakup ketransitan dan penguasaan verba atas argumen-argumen di sekitarnya. Verba adalah inti atau pusat kalimat. Makna verba menentukan pendamping kiri dan kanannya dalam sebuah kalimat. Selain makna leksikal, verba juga ditentukan oleh makna gramatikal, yang ditandai antara lain dengan wujud morfologi berupa afiks. Hal ini panting karena seperti contoh kata dasar lungguh jika diberi afiks N-i menjadi nglungguhi akan mengubah jenis pendamping dari agentif menjadi agentif dan lokatif."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11708
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutiman
"Negation as a modality has been interest scholars. At first, negation was described in the logical approach, but this description did not satisfie by linguists. As we know, Jespersen (1917) described it from a linguistic poini of view. I lis approach was developed by Klima (1964), Payne (1985), and Quirk el cri. (1985). In my thesis I try to describe the concept of negation in Javanese by referring to the concept which Payne has developed using a syntactic and semantic approach. The data collected for this thesis belong to the Ngoko variety of Javanese in magazines i.e. Jawa Anyar, Jaya Baya, Jaka Lot/hang, Alekar Seri, and l'wiyehar Semangal, further from the recording of a waywig kalif performance: Dewa Ruci. Being a Javanese native speaker. I have also included intuitive data. Negation in Javanese can De expressed syntactically by placing negative constituent in the sentence. The negative constituent can be a free or bounded form. The placement of the negative constiuent before the predicate, establishes standard negation. The negative constituent preceeding an adverbial forms a constituent- or special-negation. Negative constituents in Javanese can also form idiomatic expressions. Negation can be found in all types of sentence in the language. Syntactically, idiomatic expressions function as adverbials and semantically express modality. The negative marker ora 'not' underlies the derived affixed form, i.e. ngorakake 'say Not' which functions as a predicate and which semantically suggests the concept of denying ngiyakake 'say Yes'. Its derived form by reduplication, i.e. ora-ora functions as an adverbial and expresses the epistemic modality. Double negation causes the negative sentence to an affirmative one. Furthermore, double negative forms result in idiomatic expressions and syntactically function as adverbials. Semantically, it expresses the deontic modality."
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
T37253
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwadi
"Grammar of Javanese language."
Yogyakarta: Media Abadi, 2012
499.222 PUR t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>