Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

"Data diperoleh dari sumber primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan pengurus pusat Yayasan perjuangan Wahidiyah dan buku-buku terbitan Wahidiyah. Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber pustaka berupa buku-buku yang terdapat di perpustakaan pusat UI, perpustakaan FIB UI, perpustakaan STIS dan STIE Wahidiyah Kediri, dan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah. Hasil analisis adalah bentuk amalan dari salawat Wahidiyah yang disebut mujahadah merupakan sarana untuk memperkuat batin sehingga dapat menerapkan ajaran Wahidiyah dengan baik dan juga sebagai sarana untuk menanggulangi terputusnya hubungan manusia dengan Allah, Rasul, dan Ghaus. Cara pengamalannya menggunakan aturan yang telah ditetapkan oleh pencipta salawat, namun terdapat berbagai keringanan dan kemudahan di dalamnya, serta pengecualian dalam kondisi-kondisi tertentu. Amalan-amalan Wahidiyah mayoritas merupakan amalan yang bersifat praktis dan mudah untuk dilaksanakan oleh mereka yang memiliki pengetahuan agama yang cukup maupun yang kurang sehingga mempermudah penerimaan masyarakat. Selain itu, amalan Wahidiyah bisa beradaptasi dengan budaya masyarakat lokal, seperti adanya mujahadah untuk pertanian, peternakan, perdagangan, dan sebagainya. Jamaah atau kelompok pengamal salawat Wahidiyah umumnya dibentuk berdasarkan pembagian wilayah geografis, dan pelaksanaan mujahadah secara bersama-sama atau berjamaah dengan waktu yang teratur menyebabkan interaksi antar pengamal semakin sering yang memungkinkan terjalinnya hubungan yang erat sehingga diperoleh rasa kebersamaan dan persaudaraan. Dalam pelaksanaan mujahadah, nampak sekali bahwa Wahidiyah mengamalkan sufisme, yaitu dengan membaca zikir-zikir yang telah terangkum dalam lembaran salawat Wahidiyah. Hal ini membuktikan bahwa Wahidiyah lebih mengutamakan segi-segi batin daripada pelaksanaan ibadah lahir. Dengan kata lain, dapat pula disimpulkan bahwa Wahidiyah ikut memperbaiki masyarakat dengan jalan batiniah, yaitu dengan melaksanakan amalannya yang disebut mujahadah."

"My eyes have never seen anything better than you. No woman has ever given birth to anyone as beautiful as you. You were created free from all flaws. As if you were created exactly as you wished. Hassan Ibn Thabit (RA) Allah has never sent a Prophet except that Prophet had a beautiful face and a beautiful voice. In the case of the Prophet Muhammad (PBUH) as Ali (RA) said, "I've never seen anything like him, before him or after him". However, as stunning as the Prophet Muhammad (PBUH) appearance was, his character was even more strikingly beautiful. Do you ever wonder what it would be like to be in the presence of Prophet Muhammad , as his companions were? What would it be like to see him, to host him in your home, pray behind him, and have him as a teacher and friend? Through 30 beautifully detailed chapters with narrations from companions, take a journey from only knowing about him to knowing him and loving him and feel what it was like to be a companion of his in this life and strive to be companions of his in the next"--Publisher's description"