Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 244 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Imam Awaludin
"Krisis ekonomi yang melanda Indonesia bermula dari terpuruknya nilai tukar rupiah. Krisis ekonomi ini berkembang menjadi krisis yang bersifat multidimensional. Krisis ekonomi ini ditandai dengan meroketnya laju inflasi dari 6,47 persen di tahun 1996 menjadi 11,05 persen -tahun 1997 dan bahkan menjadi 77,63 persen di tahun 1998. Pertumbuhan ekonomi di tahun 1996 yang mencapai 7,8 persen melambat di tahun 1997 menjadi 4,9 persen dan bahkan mengalami pertumbuhan negatif sebesar -I3,7 persen di tahun 1998.
Gejolak nilai tukar merupakan suatu pertanda adanya akumulasi dari permasalahan ekonomi yang terpendam selama ini, baik permasalahan di sektor perbankan, sektor moneter maupun sektor Untuk mencapai kestabilan nilai tukar, diperlukan adanya usaha yang menyeluruh dan terpadu dalam pembenahan dari permasalahan yang melanda sektor perekonomian.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T20449
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damayanti
"Fokus dari penelitian ini adalah meneliti dan menganalisis bagaimana perkembangan nilai tukar dapat dijelaskan oleh faktor-faktor fundamental ekonomi, dan bagaimana deviasi nilai tukar dari faktor-faktor fundamental tersebut dapat dijelaskan oleh "berita"("news") yang diterima oleh para pelaku pasar. Pengaruh faktor-faktor fundamental diteliti dengan memasukkan sejumlah variabel ekonomi yang dirujuk dalam teori penentuan nilai tukar dalam pengujian "Efficient Market Hypothesis", sementara pengaruh "berita" diuji dengan menyusun informasi ekonomi yang tidak dapat diduga (unexpected information) oleh para pelaku pasar dalam menjelaskan deviasi nilai tukar dari nilai fundamentalnya. Dalam kaitan ini "berita"("news") didefinisikan sebagai perbedaan antara informasi fundamental ekonomi yang terjadi dengan ekspektasi oleh para pelaku pasar.
Analisa reaksi nilai tukar terhadap informasi fundamental dan berita news) ini mengunakan WLS(Weighted Least Squares) berdasarkan suatu model ekonomi makro. Model ekonomi makro dalam penelitian ini model yang dikembangkan oleh Ehrmann dan Fratzscher (2004). Data yang dipergunakan untuk analisis dalam tesis ini adalah data sekunder, yang merupakan data time series bulanan dari Januari 2003 sampai dengan Desember 2005.
Pengujian model menghasilkan signifikansi pengaruh informasi fundamental ekonomi makro terlihat pada nilai tukar satu periode sebelumnya, perbedaan pertumbuhan uang beredar M2 dalam negeri dengan pertumbuhan uang beredar M2 luar negeri. Dari sisi news yaitu perbedaan tingkat bunga dalam negeri dengan prediksi tingkat bunga dalam negeri dan perbedaan pertumbuhan uang beredar dalam negeri M2 dengan prediksi pertumbuhan uang beredar dalam negeri M2 juga rnenunjukkan signifikansi pengaruh berita terhadap nilai tukar. Dari keempat variabel-variabel nilai tukar satu periode sebelumnya yang paling kuat pengaruhnya terhadap nilai tukar yaitu sebesar 0,57%.
Implikasi kebijakan dari hasil penelitian ini adalah pentingnya perumusan kebijakan secara prudent, untuk pengelolaan nilai tukar karena persepsi pasar menunjukkan nilai tukar satu periode sebelumnya yang paling kuat mempengaruhi nilai tukar. Selain itu pengelolaan berita agar lebih dipahami pasar sehingga tidak timbul gejolak serta diperlukan kehati-hatian dalam mencermati variabel fundamental ekonomi dan news. Untuk itu, otoritas moneter perlu mengkomunikasikan kebijakan dan perkembangan variabel ekonomi secara hati-hati dan terbuka sehingga pasar dan masyarakat dapat memahami dan memprediksikan secara tepat pergerakan nilai tukar."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20409
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Soekarni
"Penelitian ini bertujuan untuk: (a) membuktikan manakah diantara dinar emas, dirham perak dan Dolar AS yang mempunyai nilai tukar paling stabil dalam denominasi yen, pound sterling dan euro; (b) menentukan arah dan bentuk hubungan volatilitas antara nilai tukar dinar emas, dirham perak dan Dolar AS dalam denominasi yen, pound sterling dan euro. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien variasi (coefficient of variation) dapat dinyatakan bahwa secara rata-rata nilai tukar dinar emas lebih stabil dibandingkan dengan nilai tukar dirham perak dan dolar AS terhadap yen, pound sterling dan euro.
Hasil uji kausalitas Granger menunjukkan bahwa volatilitas nilai tukar dinar emas dengan dolar AS, dan dirham perak dengan dolar AS saling mempengaruhi. Sedangkan volatilitas nilai tukar dinar emas dengan dirham perak tidak saling mempengaruhi. Sementara itu, estimasi model VAR menunjukkan: (a) volatilitas nilai tukar dinar emas terhadap yen dan pound sterling dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar dinar emas itu sendiri sebulan yang lalu, serta perubahan nilai tukar dolar sebulan dan dua bulan sebelumnya dengan koefisien regresi yang jauh lebih besar. Namun, nilai tukar dinar emas terhadap euro tidak dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar dolar terhadap euro; (b) volatilitas nilai tukar dirham pada umumnya hanya dipengaruhi oleh volatilitas nilai tukar dirham itu sendiri sebulan sebelumnya dengan koefisien regresi 0.9 dalam ketiga denominasi yang digunakan; (c) volatilitas nilai tukar dolar AS lebih banyak dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukarnya sendiri sebulan dan dua bulan sebelumnya.

This research has objectives to: (a) prove which exchange rate is more stable between gold dirham; silver dirham and US dollar in yen, pound sterling and euro denomination; (b) ascertain direction and volatility relationship form between gold dinar, silver dirham and US dollar to yen, pound sterling and euro. By calculating coefficient of variation, it was proven that in average, exchange rate of gold dinar more stable than US dollar and silver dirham in yen, pound sterling and euro denomination.
The result of Granger Causality Test demonstrated that exchange rate volatility of gold dinar to US dollar and silver dirham to US dollar has influences reciprocally. Meanwhile, gold dinar and silver dirham volatilities have no reciprocal influences. Moreover; VAR model estimation showed that (a) gold dinar exchange rate to yen and pound sterling is influenced by gold dinar exchange rate itself in one and two previous periods; and US dollar exchange rate in previous one and two periods; (b) exchange rate volatility of silver dirham in general is influenced by silver Dirham exchange rate itself in one previous period (regression coefficient around 0.9) in the three denomination,- and (c) US dollar exchange rate is more it influenced by US dollar exchange rate itself in one and two previous periods than the other variables."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T20513
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Putranto
"ABSTRAK
Untuk menutup risiko kurs atas kewajiban dalam valas, pengusaha dapat melakukan lindung nilai (hedging) dengan menggunakan instrument-instrumen lindung nilai. Namun instrumen lindung nilai yang ada sekarang tidak dapat digunakan oleh pengusaha muslim dikarenakan mengandung unsur bunga, oleh karena itu diperlukan instrumen lindung nilai yang tidak menggunakan unsur bunga.
Menurut fatwa DSN-MUI jenis transaksi valas yang sesuai syariah adalah transaksi spot dan forward agreement. Transaksi valas dengan skim forward agreement adalah sarah satu skim transaksi yang juga digunakan sebagai instrumen lindung nilai, yaitu forward exchange contract (FEC). Selisih antara delivery rate dengan spot rate pada FEC merupakan representasi dari kenaikan kurs maksimum yang dapat terjadi selama jangka waktu perjanjian. Oleh karena itu, perhitungan delivery rate dapat pula dilakukan dengan menggunakan nilai dari risiko kurs itu sendiri. Dengan menggunakan nilai risiko yang dihitung dengan pendekatan Extreme Value Theory (EVT), selanjutnya dilakukan perhitungan delivery rate dan hasilnya dibandingkan dengan perhitungan pada instrumen lindung nilai yang ada sekarang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perhitungan delivery rate dengan menggunakan nilai risiko valas, dapat memberikan manfaat yang setara dengan yang menggunakan unsur bunga. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan pengusaha muslim dalam menutup risiko kurs, dapat menggunakan instrumen FEC yang ada sekarang dengan mengganti unsur bunga dalam perhitungan delivery rate dengan nilai risiko kurs.

ABSTRACT
The problem of foreign exchange's (forex) risk is the problem of all companies having debt in foreign currency. Most companies use hedging instruments to manage the risk on forex, except for the sharia company since the available instruments are not free from interest. Therefore, the sharia company shall look for an alternative hedging instrument which in the light of Islamic norms of financial ethics.
According to the fatwa issued by the National Sharia Board (DSN-MUI), transactions on forex should be carried out in the form of spot or forward agreement type of transactions. Transactions under the forward agreement scheme, is commonly used for hedging purposes i.e. forward exchange contract (FEC). In the FEC two parties undertake a complete transaction at a future date but at a price/rate determined today. The determined price/rate or delivery rate can be interpreted as the highest increment of the foreign exchange rate within a specific time period or risk on forex rate. Furthermore, the delivery rate can be calculated using the value of the risk itself. Extreme Value Theory (EVT) is a calculation approach that can be used to estimate the risk solely based on the increments of the forex rate. The delivery rate calculated using the risk's figure is compared to the rate under the available hedging instruments. Our empirical result showed that the use of interest in the available hedging instruments can be replaced by the risk's figure and gained an equal financial benefit. Therefore, the sharia company can use the current FEC as a hedging instrument by replacing the interest with risk's figure in the calculation of delivery rate.
"
2007
T20735
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dalizanolo Hulu
"Dari studi Langoni (1987) diketahui bahwa bagi negara-negara yang tergolong memiliki utang luar negeri yang relatif besar dan ketergantungan ekonomi dalam negcrinya terhadap ekonomi dunia relatif tinggi, upaya pengendalian nilai tukar mata uang negara agar temp stabil sangat penting dalam menunjang kestabilan ekonomi negara secara keseluruhan menurun. Menurut World Bank (1996), lima negara yang memiliki utang luar negeri melebihi 100 miliar US dollar pada tahun 1995. adalah Meksiko. Brazil. Cina, India. dan Indonesia.
Untuk kasus Indonesia, pada tahun 1995, persentase ekspor ditambah impor dalam PUB (produk domestik bruto) relatif mencapai sekitar 62 pcrsen. Memperhatikan keadaan perekonomian Indonesia serta mengacu pada studi Langoni. maka pengendalian nilai tukar rupiah sangat penting dalam nienciptakan kestabilan perekonomian negara secara keseluruhan."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T20586
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Telisa Aulia Falianty
"Sejak 14 Agustus 1997 terjadi perubahan mendasar dalam kebijakan nilai tukar di Indonesia, yaitu digunakannya sistem nilai tukar mengambang. Dalam sistem ini, nilai tukar rupiah ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar. Nilai tukar rupiah berfluktuasi tajam sejak tahun 1997, yaitu sejak terkena krisis ekonomi dan pada rejim floating exchange rate. Nilai tukar rupiah dalam bulan Juni 1998 sempat mencapai Rp 14,900/US$. Setelah mencapai tingkat puncak tersebut, nilai tukar kembali menguat pada bulan Juli 1998, yaitu pada level Rp 13,000/US$. Sejak bulan Oktober 1999, rupiah mulai stabil pada nilai sekitar Rp 8,000/US$. Dari fenomena di atas, penulis tertarik untuk meneliti fluktuasi dalam nilai tukar rupiah, dan menjawab pertanyaan apakah nilai tukar rupiah di Indonesia pada rejim free floating memarig mengalami overshooting seperti yang.diekspektasikan oleh Dombusch (1976).
Overshooting dalam nilai tukar menurut Dornbusch (1976) dapat terjadi ketika nilai tukar menyesuaikan lebih cepat daripada harga barang dan jasa. Dombusch memperlakukan nilai tukar sebagai jump variable. Variabel lainnya, seperti output dan harga penyesuaiannya relatif lebih bersifat sluggish dibandingkan variabel nilai tukar.
Fluktuasi nilai tukar yang tajam di Indonesia sejak penerapan sistem nilai tukar mengambang ternyata dapat diterangkan dengan modei "exchange iate overshooting" . Dengan menggunakan model Autoregressive Distributed Lag (ARDL), hipotesa overshooting dapat diterima di Indonesia untuk periode observasi dari bulan September 1997 sampai dengan bulan Desember tahun 2002."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20599
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Iskandarsyah
"Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah model moneter harga fleksibel di Indonesia dalam tahun 1997:8-2005:12 dalam jangka pendek dan jangka panjang. Terdapat tiga variabel fundamental dalam model moneter harga fleksibel yaitu jumlah uang beredar, pendapatan, dan suku bunga. Dengan melihat pengaruh masing-masing variabel tersebut balk dalam negeri (Indonesia) maupun luar negeri'(Amerika Serikat) dapat diketahui variabel mans yang paling berperan atau paling dominan terhadap perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Teknis analisis yang digunakan adalah uji kointegrasi prosedur Johansen untuk melihat hubungan jangka panjang dan Error Correction Model (ECM) untuk mengestimasi hubungan jangka pendek.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang semua variabel dalam model moneter harga fleksibel mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar rupiah, kecuali Fed Fund rate. Dapat juga disimpulkan bahwa dalam jangka panjang PDB Amerika Serikat memberikan pengaruh yang paling dominan terhadap perkembangan nilai tukar rupiah dalam periode free floating exchange rate di Indonesia. Oleh karena itu, dalam rangka penentuan kebijakan nilai tukar rupiah yang reiatif kuat dan stabil dalam jangka panjang, perkembangan variabel PDB Amerika Serikat harus menjadi salah satu bahan pertimbangan.
Sementara itu, dalam jangka pendek semua variabel yang digunakan dalam ECM memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar rupiah. Namun, jumlah uang beredar Amerika Serikat (M1) dua bulan sebelumnya menunjukan signifikansi yang paling besar terhadap variasi nilai tukar rupiah. Berkaitan dengan hal ini, pemerintah dan Bank Indonesia harus terus memantau perkembangan aliran dolar Amerika Serikat di dalam negeri dengan tetap melakukan intervensi dan sterilisasi serta mengurangi unsur spekulasi dalam transaksi valuta asing."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20378
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Melisa Leliawati
"Toyota Motor Corporation (TMC) adalah sebuah perusabaan mobil multinasional dan merupakan salah satu perusahaan yang terkemuka di Jepang. TMC dibagi dalam beberapa unit bisnis yang salah satunya adalah Toyota Tsusho Corporation (TTC). Operasional TTC dibagi menjadi 6 (enam) divisi, salah satunya adalah divisi Consumer Product, Services & Material. Divisi ini memiliki anak perusahaan yang beroperasi di Indonesia yang Tomenbo Indonesia (TMB). TMB merupakan perusabaan manufaktur yang memproduksi benang sintetik untuk permintaan dalam dan luar negeri.
TMB memiliki translation exposure yang timbul karena konsolidasi laporan keuangan TMB (dalam USD) ke dalam laporan keuangan TTC (JPY). Fluktuasi nilai tukar USD terhadap JPY yang terjadi menyebabkan adanya perbedaan nilai asset dan kewajiban TMB ketika dikonsolidasikan dalam laporan keuangan TTC sehingga menimbulkan kerugian atau keuntungan yang timbul ketika salah satu mata uang menguat atau melemah.
Selain itu, TMB juga memiliki operating exposure yang timbul karena arus kas masuk seluruhnya dalam USD sedangkan memiliki arus kas keluar tahun 2003-2007 berupa USD dan IDR. Karena proporsi arus kas keluar dalam IDR yang terekspos ini cukup besar, fluktuasi IDR terhadap USD ini akan mempengaruhi posisi kompetitif TMB di pasar domestik maupun internasional ketika salah satu mata uang tersebut melemah atau menguat. Fluktuasi IDR terhadap USD dan USD terhadap JPY dalam lima tahun terakhir cukup berfluktuasi, karena itu diperlukan strategi hedging yang tepat untuk meminimalkan operating exposure dan translation esposure Penelitian ini tidak membahas mengenai risiko fluktuasi nilai tukar yang timbul akibat transaksi (transaction exposure) karena perusahaan tidak memiliki transaction exposure. Tujuan karya akhir ini adalah untuk mengukur dan mengetahui pengelolaan exposure dan translation exposure TMB
Toyota Motor Corporation (TMC) is a multinational company and is one of the leading companies in Japan. TMC is divided into several business units, one of which is Toyota Tsusho Corporation (TTC). TTC's operations are divided into 6 (six) divisions, one of which is the Consumer Product, Services & Materials division. This division has a subsidiary operating in Indonesia which is Tomenbo Indonesia (TMB). TMB is a manufacturing company that produces synthetic yarn for domestic and foreign demand.
TMB has translation exposure arising from the consolidation of TMB's financial statements (in USD) into TTC's (JPY) financial statements. Fluctuations in the exchange rate of USD against JPY that occur cause differences in the value of TMB's assets and liabilities which are consolidated in TTC's financial statements, resulting in losses or gains that arise when one currency strengthens or weakens.
In addition, TMB also has operating exposure that arises because the cash inflows are entirely in USD, while the cash outflows for 2003-2007 are in USD and IDR. Because the proportion of cash flows in IDR exposed is quite large, fluctuations in IDR against USD will affect TMB's competitive position in the domestic and international markets when one of these currencies weakens or strengthens. The fluctuation of IDR against USD and USD against JPY in the last five years is quite fluctuating, therefore an appropriate hedging strategy is needed to carry out exposure and translation exposure. The purpose of this final paper is to measure and determine the management of exposure and translation of TMB exposure.
"
Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008
T24345
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
TB M. Abrar Kautsar
"Nilai transaksi perdagangan pada pasar valuta asing di seluruh dunia mencapai 3 Trilliun US Dollar setiap harinya. Dengan latar belakang seperti ini, wajar jika dibutuhkan sebuah sistem yang dapat memprediksi nilai kurs valuta asing dengan akurat. Dalam tugas akhir ini akan digunakan algoritma memetika untuk memprediksi kurs valuta asing. Algoritma memetika merupakan gabungan dari algoritma genetika dengan algoritma pencarian lokal. Model regresi yang digunakan yaitu model autoregressive, dimana untuk memprediksi nilai kurs pada hari ke n+1 digunakan data n hari sebelumnya.
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk melihat kemampuan dari algoritma memetika dalam memprediksi kurs valuta asing. Kemampuan dari algoritma memetika ini akan diukur berdasarkan persentase error yang relatif terhadap data kurs sebenarnya. Percobaan dilakukan menggunakan data kurs USD/IDR, USD/EUR, USD/GBP, USD/CHF, dan USD/JPY dari tahun 2000 sampai tahun 2007. Prediksi dilakukan dengan beberapa jenis data, yaitu data harian, mingguan, dan bulanan.
Dari hasil percobaan, disimpulkan bahwa kemampuan algoritma memetika dalam memprediksi kurs valuta asing cukup baik. Persentase error terkecil didapat dari data 5 harian dengan kurs USD/IDR sebesar 0,3852 %, sedangkan persentase error terbesar didapat dari data 6 bulanan dengan kurs USD/EUR sebesar 4,4766 %.
Kata kunci : algoritma genetika; prediksi; kurs valuta asing
x + 46 hlm.; lamp;
Bibliografi: 9 (1993 - 2007)"
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S27762
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Septiana Asarowati
"Skripsi ini membahas anomali pasar Day of the Week Effect yang terjadi pada pasar valuta asing Indonesia periode 2001-2007. Return harian terhadap Rupiah dari tujuh (7) nilai tukar mata uang asing yang paling likuid digunakan dalam penelitian, yaitu Australian Dollar (AUD), Canadian Dollar (CAD), Swiss Franc (CHF), Euro (EUR), British Pound (GBP), Japanese Yen (JPY) dan US Dollar (USD). Data dianalisis meng gunakan analisis regresi berganda variabe dummy dan hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa tidak ada Day of the Week Effect pada pasar valuta asing Indonesia di periode tersebut. Lebih spesifik, ter nyata Day of the Week Effect terjadi pada bulan tertentu. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya dari anomali ini baik pada pasar valuta asing maupun pasar saham. Dari hasil ini dapat ditarik kesimpulan dan beberapa implikasi manajerial.

This thesis examines market anomaly the Day of the Week Effect existed in Indonesia foreign exchange market for period 2001-2007. The daily return against Rupiah of the 7 most liquid foreign exchange rates are used in this research, those are Australian Dollar (AUD), Canadian Dollar (CAD), Swiss Franc (CHF), Euro (EUR), British Pound (GBP), Japanese Yen (JPY), and US Dollar (USD). The data collected was analyzed using multiple regression analysis of dummy variables and the results showed that no Day of the Week Effect in Inodnesia foreign exchange market on that period. Specifically, the Day of the Week Effect exist on certain months. This latter result is consistent with previous studies on anomalies either in the foreign exchange markets or the stock markets. Further discussions and managerial implications can be derived from these results."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
S6617
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>