Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1165 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nasution, Zulfikar
"Titik kritis dalam menjaga kontinuitas sistem pasokan dan distribusi industri hilir bahan bakar minyak (BBM) terletak pada efisiensi distribusi depot-depot BBM. Dengan pemberlakuan persaingan usaha pada industri hilir, kebebasan penentuan harga BBM dan gas bumi, dan berakhirnya tugas pelayanan publik (public service obligation) PT Pertamina (Persero) berdasarkan ketentuan Undang-Undang nomor 22 tahun 2001, maka pertimbangan aspek ekonomi, diantaranya dari aspek keuangan dan potensi bisnis terhadap suatu depot BBM menjadi penting. Depot Solo di Kota Surakarta direkomendasikan oleh Tim Evaluasi Pertamina untuk ditutup dan dipindahkan ke Depot Rewulu di Kota Yogyakarta. Depot Solo merupakan langkah awal serangkaian kebijakan reformasi pada Depot-Depot PT Pertamina (Persero).
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengevaluasi Depot Solo dan mengevaluasi rencana relokasi Depot Solo ke Depot Rewulu berdasarkan pertimbangan aspek keuangan dan potensi bisnis. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah: (1) Menganalisis manfaat Depot Solo dan rencana relokasi Depot Solo ke Depot Rewulu ditinjau dan aspek keuangan dan potensi pasar bisnis, (2) Menganalisis biaya Depot Solo dan rencana relokasi Depot Solo ke Depot Rewulu ditinjau dari aspek keuangan dan potensi pasar bisnis, dan (3) Menganalisis rasio biaya dibandingkan terhadap manfaat yang diperoleh dari Depot Solo dan rencana relokasi pasokan BBM dari Depot Solo ke Depot Rewulu ditinjau dari aspek keuangan dan potensi pasar bisnis.
Lokasi penelitian adalah Depot Solo yang berada di kota Surakarta, propinsi Jawa Tengah dan Depot Rewulu yang berada di propinsi Daerah Istimewa (D.L) Yogyakarta. Periode analisis biaya manfaat dilakukan selama 21-27 tahun dengan tingkat depresiasi asset sebesar 5% per tahun menggunakan metode garis lurus (straight line). Data diolah menggunakan Excell 2003. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis sensitivitas dari perhitungan rasio-rasio keuangan gross benefit cost ratio (gross BIC ratio), net benefit cost ratio (net BIC ratio), net present value (NPV) dan internal rate of return (MR). Analisis potensi pasar bisnis BBM dilakukan dengan menggunakan pendekatan parameter pola pasokan dan distribusi BBM, penyaluran BBM (thruput), tujuan lhruput BBM, biaya per liter lokasi, sarana dan fasilitas, dan sumberdaya manusia.
Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa Depot Solo dan Depot Rewulu sensitif terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh peningkatan biaya total, terutama peningkatan landed cost. Depot Solo dan Depot Rewulu juga sensitif terhadap dampak positif dari peningkatan harga jual output. Depot Rewulu memperoleh manfaat keuangan yang lebih besar dibandingkan Depot Solo, tetapi Depot Solo layak pada perhitungan skenario normal, skenario harga jual output meningkat sebesar 10%, skenario produksi menurun sebesar 10%, dan skenario kondisi present worth factor sebesar 20%. Relokasi Depot Solo ke Depot Rewulu tidak layak pada empat dari enam skenario, kecuali pads skenario peningkatan harga jual output sebesar 10% dan penggunaan present worth factor sebesar 20%. Ditinjau dari aspek bisnis, potensi bisnis Depot Solo teridentifikasi besar. Depot Rewulu yang direncanakan akan menjadi lokasi relokasi Depot Solo, teridentifikasi mempunyai kemampuan daya dukung jaringan yang tinggi. Depot Rewulu juga dianggap berpotensi bisnis yang besar. Depot Madiun dan Depot Cepu yang menjadi penampung relokasi Depot Solo ternyata mempunyai potensi bisnis yang rendah, meskipun Depot Madiun dan Depot Cepu mempunyai kemampuan daya dukung jaringan yang sama-sama normal sebagaimana kelompok kemampuan Jaya dukung jaringan dari Depot Solo.
Rekomendasi untuk PT Pertamina (Persero) adalah Depot Solo tidak perlu ditutup atau riskan direlokasikan ke Depot Rewulu, efisiensi produksi untuk mengurangi biaya pokok produksi perlu senantiasa dijaga, terutama faktor penyusutan akibat masalah teknis dan penyusutan akibat masalah tenaga kerja, dan perlu upaya untuk mencari BBM impor yang murah dan berkualitas baik untuk mengurangi biaya distribusi Depot, terutama untuk menekan landed cost.

The critical point of supply and distribution system of fuel is how to distribute fuel efficiently in context of `Depot' role. As we know well Depot is a supply point of fuel distribution into fuel station (SPBU). Before deregulation period, most of a Pertarnina's Depot were building with non economic factors consideration, not feasible as a supply point and became inefficient sources. Referred to the new regulation known with Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 of fuel business that stressing to free competitive business in down stream, economic market price of fuel and gasoline as well as to terminate of PT Pertamina's (Persero) role as an entity of public service obligation doer, so that economic factors like finance aspecs and business potential of a Depot very important to be considered. Depot Solo located in Surakarta has been recommended by 'Tim Evaluasi Pertamina' to be terminated and relocate its operation to Depot Rewulu in Yogyakarta. This decision is first priority to do in PT Pertamina (Persero) reformation policies that will follow with suitable treatment to another Depot.
This study generally focus on evaluating existing condition of Depot Solo in context with relocation program of its operation to Depot Rewulu base on financial and business potential as two of important factors. The objective of this study especially to: (1) Benefit analysis of relocation program of its operation from Depot Solo to Depot Rewulu base on financial and marketplace potential, (2) Cost analysis of relocation program of its operation from Depot Solo to Depot Rewulu base on financial and marketplace potential, and (3) Cost benefit ratio analysis that acquired of relocation program of its operation from Depot Solo to Depot Rewulu based on financial and marketplace potential.
Study is conducted in Depot Solo located in Surakarta, Central of Java province and Depot Rewulu located in Daerah Istimewa (D.I.) Yogyakarta province. Cost benefit analysis period of time as long as 21 years with asset depreciation level is 5% per annum using straight line method. Data analyzed using descriptive analysis and sensitivity analysis of financial factors like gross benefit cost ratio (gross BC ratio), net benefit cost ratio (net BC ratio), net present value (NPV) and internal rate of return (IRR). Analysis of market potential is using with supply and distribution parameters, fuel thruput, objective thruput of fuel, cost per litre location, means and facilities of Depot, and human resource factors.
The result has described from sensitivity analysis show up that both Depot Solo and Depot Rewulu were sensitive with negative impact by increasing of total cost, and landed cost. Depot Solo and Depot Rewulu were also sensitive with positive impact by increasing of output price. Depot Rewulu has a bigger benefit compare with Depot Solo, but in the other hand Depot Solo is feasible to operate base on scenario 1 (normal situation), scenario 2 (price of output increase 10%), scenario 4 (production decrease 10%, and scenario 6 (present worth factors 20%). This fact is incompatible with Pertamina's plan which will terminate Depot Solo operation, because it is feasible to continue its operation. So that, there is no any reasons to continue analysis related with relocation processes of Depot Solo operation to Depot Rewulu. This rejection is strengthened with result of cost benefit analysis, where both Depot Solo and Depot Rewulu are not feasible base on financial aspect as per scenario 3 (total cost increase 10%), and scenario 6 (landed cost increase 10%). Again, if we refer to business aspect, market potential of Depot Solo is identified big. Preparation of Depot Rewulu as area of relocation of Depot Solo_is jdefltified has a high distribution_system of fuel and very potential in fuel business in the future. It is different with Depot Madiun and Depot Cepu that also choose as an another alternative for relocation area that has low business potential of fuel, even if Depot Madiun and Depot Cepu has a good distribution system of fuel like system distribution of Depot Solo it self.
Some suggestions for management of PT Pertamina (Persero) are relocation of Depot Solo to Depot Rewulu area is not significant, production efficiency to reduce cost is a better choice than relocation operation of Depot Solo, and it is important to consider another alternative like import of fuel product if import price is lower than domestic price to reduce distribution cost significantly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22225
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini ditunjukan untuk mengetahui variabel-variabel yang diprediski mempunyai pengaruh terhadap pemahaman makna cost. Penelitian ini menggunakan teknik ANOVA untuk menguji hipotesis."
657 MANDIRI 9:1 (2206)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Clarissa Asteria
"Peranan transportasi dan distribusi sangat penting bagi perusahaan karena melalui kegiatan ini perusahaan dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Kontribusi biaya transportasi dalam sistem distribusi perusahaan mencapai 1/3 hingga 2/3 dari total biaya distribusi. Karena itu, efisiensi sangat diperlukan untuk mengurangi biaya operasional distribusi perusahaan. Salah satu solusi untuk melakukan efisiensi tersebut adalah dengan menyusun jadwal pengiriman dan rute pengiriman yang lebih optimal sehingga dapat meminimalkan waktu, jarak dan biaya. Vehicle Routing Problem (VRP) dikenal sebagai konsep yang dapat digunakan untuk mendapatkan rute terbaik bagi kendaraan.
Tujuan dari VRP adalah mengatur urutan rute pemberhentian dalam pengiriman sehingga menghasilkan jarak tempuh total seminimal mungkin. Ada 3 jenis penyelesaian VRP; solusi eksak, heuristik dan metaheuristik. Tabu Search (TS) adalah salah satu solusi metaheuristik yang berbasis pada pencarian lokal.
Masalah ini juga yang dihadapi PT.X, sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai jenis cat. Selama ini pertimbangan perusahaan dalam mengatur rute hanyalah keterbatasan kapasitas, berat barang yang diangkut dan lokasi, tidak mempertimbangkan apakah jarak tempuh rute tersebut sudah minimal atau belum sehingga biaya bahan bakar yang dikeluarkan juga belum tentu minimal.
Guna menyelesaikan masalah pengiriman tersebut, maka dikembangkan model penyelesaian VRP dengan metode Tabu Search (TS). Penerapan metode TS memerlukan adanya solusi awal. Dalam penelitian ini, metode sweep yang digunakan untuk membuat solusi awal. Selanjutnya solusi awal tersebut dioptimalkan dengan menggunakan algoritma TS yang disusun dalam suatu program menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic. Selanjutnya, dilakukan pengolahan data dengan TS dengan menggunakan data pengiriman satu hari di PT.X. Hasil pengolahan data dengan TS menghasilkan penurunan jarak sebesar 77.7 km atau 18%, waktu tempuh 1.8 jam atau 17.1% dan biaya sebesar 181.087,66 atau 18.5%.

Transportation and distribution are two important activities for company because by doing these activities, producer will be able to fulfill customer?s requirements. The transportation cost contribution on distribution system in company typically range between one-third and two-third of total logistic costs. Therefore, efficiency is needed to decrease company?s operational cost on distribution. One of solutions for doing such efficiency is by setting optimal distribution schedule and delivering routes so time, distance and cost can be minimized.. Vehicle Routing Problem (VRP) is known as a concept that can be used to seek the best routes for vehicle.
The objective of VRP is to set delivering routes order so that its total distance can be minimized. Basically, there are 3 kinds of VRP solution; exact solution, heuristics and metaheuristics. Tabu Search (TS) is one of metaheuristics that possess local search basic.
PT.X, a manufacture company producing various kind of paints, has the routing problems. So far, the company?s consideration in setting routes is merely based on capacity limitation, weight of products carried and location. The distance of route is never been assessed whether it has minimal distance so the delivery cost has been minimized optimally or not.
In order to solve the delivery problems, VRP was developed with Tabu Search (TS) method. Implementation of TS method needs initial solution. Sweep method was used to create initial solution. The initial solution was then optimized using TS algorithm in a visual basic programe. The data produced was then proccessed with TS using one day delivery data in PT.X. The result is 77,7 km or 18% eficiency in distance, 1.8 hours or 17.1% in time and 181.087,66 or 18,5% in cost."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24624
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Putrianti
"Di Indonesia, proyek konstruksi jalan merupakan salah satu proyek vital yang besar peranannya dalam meningkatkan perekonomian negara. Data Statistik menyebutkan bahwa dana yang dikeluarkan pemerintah Indonesia untuk pembangunan jalan masih merupakan yang terbesar dibandingkan dengan sektor lainnya. Sehingga bagi kontraktor di Indonesia, infrastruktur jalan merupakan salah satu proyek yang menjadi sasaran utama untuk mendapatkan keuntungan (profit) mengingat pemilik (owner) seluruh proyek konstruksi jalan di Indonesia adalah Pemerintah. Mengingat hal tersebut, perlu dilakukan pengendalian yang efektif terhadap biaya pembangunan proyek jalan di Indonesia dengan tujuan meningkatkan keuntungan kontraktor.
Pengendalian atas penyimpangan biaya proyek dapat diukur dengan beberapa cara. Before-process variance merupakan bentuk pengendalian yang paling efektif karena risiko penyimpangan diukur sebelum terjadinya sehingga dapat direncanakan respon yang paling tepat untuk mengantisipasinya. Respon risiko dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu menghindari risiko, mengalihkan risiko, mengurangi dampak risiko, dan menyediakan dana seandainya risiko terjadi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor utama yang mempengaruhi perencanaan pengelolaan risiko kontraktor dalam pengendalian biaya proyek jalan perkerasan lentur di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan studi kasus terhadap PT. Hutama Karya dan PT. Waskita Karya selaku kontraktor BUMN yang telah menangani sejumlah proyek konstruksi jalan perkerasan lentur di Indonesia. Analisa data penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk mendapatkan prioritas faktor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kriteria risk attitude personil proyek merupakan faktor utama yang paling mempengaruhi. Kriteria identifikasi risiko dan faktor eksternal tingkat makro memiliki bobot yang sama pada urutan kedua diikuti dengan faktor eksternal tingkat proyek dengan bobot yang lebih kecil pada urutan ketiga. Sedangkan urutan prioritas faktor berdasarkan subkriteria adalah kepatuhan personil terhadap ketentuan yang berlaku sebagai faktor yang paling mempengaruhi, diikuti dengan tingkat kedisiplinan personil, kondisi politik, ketersediaan sumber daya, dan kondisi cuaca setempat.

In Indonesia, road infrastructure project is one of the most important project which have huge contribution in raising state?s economic matters. Statistic?s data shows that budget for road infrastructure project is still the largest compare to other sectors. For contractors in Indonesia, this situation makes road infrastructure project becoming prime target to obtain profit considering that owner?s of all road infrastructure project in Indonesia is the government. Mindful of those things, effectively cost control in Indonesia?s road infrastructure project need to be done in order to obtain profit.
Controlling cost overrun can be done with several ways. Before-process variance is the most effective way because cost overrun measured early in the beginning of project phase. This makes contractor can focus to develop option of responses planning to avoid such cost overrun. Risk response itself can be done with four ways, that is risk avoidance, risk transfer, risk reduction, and risk absorption.
This research is done to get knowledge about major factor that influence contractor?s risk response planning in controlling and monitoring cost of flexible pavement?s project in Indonesia. This research is done by case study in two contractors in Indonesia, PT. Hutama Karya and PT. Waskita Karya, that have complete amount of flexible pavement?s project in Indonesia. Data analysis is done by Analytic Hierarchy Process (AHP) method in order to obtain priority of factors.
Result of this research determine personnel?s Risk Attitude as the most influence factor. Risk Identification and Macro Level External Factor have the equal rank in second place, and Project Level External Factor follows with smaller rank in third place. Priority factor?s by subcriteria is defined as follows. Personnel?s submissive of rules in the first place, personnel?s discipline in second place, political condition in third place, resources stock and supply in fourth place, and wheather condition in fifth place."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T24800
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Kurniawati
"Biaya material memberikan kontribusi senilai 50% - 60% dari total biaya proyek, sehingga penyimpangan biaya material akan sangat mempengaruhi kinerja biaya total. Dalam pelaksanaan proyek gedung bertingkat pada PT. X seringkali terjadi penyimpangan biaya material, yang akhirnya mempengaruhi kinerja biaya proyek. Untuk memperbaiki kinerja biaya secara total, maka dilakukan identifikasi penyebab penyimpangan biaya material yang signifikan. Dari pelaksanaan proyek tahun 2003 s/d 2006 didapatkan bahwa penyimpangan biaya material terjadi sebesar 10% - 20% dari total rencana biaya proyek. Adapun penyebabnya adalah kesalahan estimasi perencanaan, inflasi, lemahnya sistem pengendalian material, dan rework. Dari data identifikasi yang diperoleh, dilakukan analisa data dengan menggunakan analisa statistik, sehingga diperoleh penyebab resiko yang signifikan, yang selanjutnya dilakukan tindakan koreksi untuk mencegah penyimpangan biaya lebih lanjut, sehingga dapat mengurangi kerugian perusahaan.

Material cost amount is 50% - 60% from overall project cost. The variance of material cost will influence the project cost performance. There are many material cost overruns at PT.?X? at high rise building project. The identification to the significant cause of material cost overrun is doing to increase the cost performance. The caused of material cost are under estimate in design phase, inflation, weakness in material control and rework. The number of material cost overrun from 2003 until 2006 is 10% - 20%. Statistic analysis is doing to find the significant causes of material cost overrun. Based on the result from statistic analysis, corrective action must be done to prevent more cost overrun and company loss."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T24766
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyadi
Yogyakarta: BPFE, 1990
657.42 MUL a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Budiarso
"Dalam pelaksanaan proses konstruksi, percepatan waktu penyelesaian proyek dari rencana awal sering ditemui untuk mengembalikan ke kondisi yang normal akibat keterlambatan atau membuat kondisi yang lebih baik untuk mempercepat penyelesaian proyek konstruksi tersebut. Metode least- cost scheduling merupakan cara yang sering digunakan dalam mengoptimalisasikan biaya dan penjadwalan dari sebuah proyek konstruksi.
Metode least-cost scheduling menurut Brian J Dregar(1992) pada dasarnya mengkaji hubungan antara waktu selesainya suatu bagian pekerjaan dengan biaya proyek yang bertujuan meyakinkan klien, meningkatkan cara pencapaian mutu, mencapai batas waktu yang telah ditentukan, mengendalikan pengeluaran biaya, dan mengembangkan minimum-cost schedule sesuai dengan permintaan klien dan komitmen proyek.
Namun menurut Stevens (1990), solusi least cost tidak dapat dibuktikan secara absolut karena durasi aktivitas maupun biaya tidak dapat diketahui secara pasti diawal. Diguakan pendekatan probalistik setelah tahapan deterministik dengan metode least-cost scheduling. Setelah melakukan pendekatan studi kasus pada Proyek Pembangunan Flyover Arif Rahman Hakim, Depok, yang mewakili kondisi diperlukannya percepatan, didapat biaya optimum sebesar Rp. Rp. 1,725,811,984.00 pada durasi normal pelaksanaan yaitu 67 hari.

During planning and execution of construction project, it often becomes necessary to escalate the duration of the project in order to adjust to the original schedule, due to time overrun or to simply finished the project ahead of schedule. A widely use technique for reducing the duration of a project in term of project schedule and cost optimalization is commonly referred to a least-cost scheduling.
According to Brian J Dregar (1992), least-cost scheduling method, basically is to examine relation between finishing time from certain activity duration with project cost to assure owner, increased the project quality, finished the project according to time schedule, control the cost project, and to gain minimum-cost schedule according to the owner?s demand and project goal.
But, According to Stevens (1990), there is no absolute, provable least-cost solution, because the activity durations and cost values cannot be precisely known in the beginning. The probabilistic approach were used after deterministic with least-cost scheduling technique.
After case study approach at Arif Rahman Hakim?s Flyover project, Depok, which represent the condition that need to be shorten, the result the optimum cost Rp. 1,715,811,984.00 in normal duration that is 67 days."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35753
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rendy Sesario
"Karya akhir ini bertujuan untuk mengkofirmasi bahwa strategi diferensiasi produk yang dilakukan oleh TSU lebih cocok dibandingkan dengan strategi penurunan harga. Strategi diferensiasi dilakukan dengan menghasilkan produk yang mempunyai nilai lebih sehingga dapat meningkatkan willingness to pay dari pada konsumen. Mengetahui segmen pasar yang tepat bagi produk diferensiasi TSU juga akan dibahas pada karya akhir ini. Metodologi yang digunakan dalam karya akhir ini adalah observasi dan eksplorasi. Dengan melakukan kedua hal tersebut maka dimungkinkan untuk mengetahui strategi yang tepat dilakukan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif.

This final work aims to confirm that product differentiation strategy that being done by TSU more suitable than price reduction strategy. Differentiation strategy is being done by providing a product that has more value, thereby enhancing the customer?s willingness to pay. Knowing the right market segment for the new product will also be discussed in this final paper. The methodology that used in this paper are observation and exploration. Those method used to know the most effective strategy that can be use to gain competitive advantage."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T28217
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Chris Bambang Herupermadi
"Untuk mengatasi alokasi biaya atas penggunaan fasilitas Santan dibuatlah JOA yauitu Santan Terminal Joint Operating Agreement dengan makasud untuk mengatur tentang penggunaan asset dan fasilitas di Santan Terminal. Terlepas dari metode apa saja yang digunakan, yang terpenting adalah bahwa metode alokasi biaya ini harus dapat dirasakan adil bagi semua pihak, transparan, dapat diaudit dan memberikan manfaat baik berupa peningkatan fungsi control serta efisiensi biaya atas pelaksanaannya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T23804
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Blocker, John G.
New York, NY: McGraw-Hill, 1948
657 BLO c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   4 5 6 7 8 9 10 11 12 13   >>