Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sartika
"ABSTRAK
Permasalahan kesenjangan sosial di dunia, pada esensinya disebabkan oleh kapitalisme yang tidak adil dalam mendistribusikan nilai hasil produksi. Kapitalisme mempunyai kecenderungan memperlebar kesenjangan antara yang kaya dan miskin. Pemikir ekonomi institusionalis telah mengungkapkan berbagai pendekatan untuk memfasilitasi mekanisme pasar, sayangnya belum berhasil dalam mengatasi kesenjangan. Di sisi lain, varian kapitalisme menunjukkan bahwa sistem kapitalis yang lebih terkoordinasi secara umum berhasil mengurangi kesenjangan sosial. Terbukti dari komparasi dua negara yang menggunakan sistem kapitalis yang berbeda seperti Amerika Serikat dan Jerman.
Hasil temuan memperlihatkan sistem kapitalis seyogyannya mendukung terjadinya transparansi pengetahuan dan peningkatan kemampuan. Selain itu, kapitalisme sebaiknya mengkoordinasikan pihak-pihak yang bertransaksi dalam perekonomian secara seimbang.

ABSTRACT
Inequality in the world in general is caused by unjust capitalism in distributing the value of production. Capitalism tends to widen the societal gap between the rich and the poor. Scholars of economic institutionalism have introduced several approaches to facilitate market mechanism, but it is not yet fully effective in solving inequality. On the other hand, varieties of capitalism pointed out that coordinated capitalism generally is able to reduce inequality. This is evident from the comparison of the way capitalism works in the United States and Germany.
The findings show that a capitalist system should support knowledge transparency and skill development. In addition, capitalism needs to coordinate economic stakeholders in a balanced manner.
"
2015
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Capitalism has not only produced an oppressive economic system, but also various forms of manipulative cultural system such as popular or mass culture, consumerism as well as patriarchy. The system dominates life of society. Furthermore, The individuals and the society unconsciously reproduce the system through day to day life. In other words, we keep and reproduce the oppression in the name of social values and life style. This paper tried to analize how the culture is constructed as an ideological tool in late capitalism and then reproduced day to day by the society. The first part of the paper is introduction, then followed by the discussion on the meaning of culture. The third part discusses on the dominant culture and the role of mass media and then continued by the forms of oppression in the cultural level. The implication of the analysis on social work practice is discussed in the last part of the paper"
MIPKS 36:4 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Misbahul Munir
Malang: Intelegensia Media, 2015
297.569 7 MIS s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Utari Pandutami
"ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk melihat kekerasan terhadap perempuan penari streaptease. Metode yang digunakan adalah studi kasus feminis, yang bertujuan untuk melihat operasi jender dan distribusi kekuasaan yang terjadi di dalam masyarakat. Ditemukan bahwa perempuan penari striptis dalam kasus ini menerima berbagai macam bentuk kekerasan terhadap perempuan karena adanya sistem budaya patriarki, dan diperparah karena mekanisme pasar kapitalis. Temuan ini kemudian di analisis menggunakan perspektif feminis sosialis sebagai teori utama dalam menjelaskan fenomena yang ditemukan.

ABSTRACT
This research is to see violence against women dancers streaptease. The method used in this research was study of feminist, that was used to see the gender operation and the distribution of power happened in the society. In female of streaptease dancer found that in this case accept various forms of violence against women because of the patriacrchy system, and worsen by the capitalistic market. This findings then in analysis uses socialist feminist perspective as the main theory in explaining the phenomenon found.
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S61683
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Armando
"Studi ini pada dasarnya upaya untuk memahami hubungan antara media dengan sistem kapitalisme global dengan merujuk pada teori-teori yang dikembangkan para ilmuwan beraliran kritis yang memandang internasionalisasi sistem penyiaran komersial adalah bagian dari upaya terencana negara-negara maju dalam rangka melanggengkan penjajahan ekonomi dan politik. Teori-teori ini percaya bahwa privatisasi pertelevisian adalah kondisi yang dibutuhkan bagi ekspansi modal transnasional yang merupakan keniscayaan dalam sistem kapitalisme global. Dalam kaitan itu, teori-teori ini mengasumsikan adanya upaya sengaja yang dirancang di negara-negara pusat kapitalisme global untuk mengarahkan -atau bahkan menekan-- agar para pengambil kebijakan di banyak negara menerapkan privatisasi pertelevisian. Lebih jauh lagi, teori-teori ini percaya bahwa begitu sistem pertelevisian komersial dijalankan oleh sebuah negara berkembang, sebuah bentuk penjajahan media akan berlangsung dengan sendirinya yang antara Iain diindikasikan oleh ketergantungan akan program impor, teknologi, kecakapan dan modal asing.
Dengan menggunakan metode wawancara mendalam terhadap sejumlah narasumber kunci, Studi sumber-sumber sekunder (pemberitaan di media, analisis, laporan, surat peijanjian, peraturan-perundangan, data-data industri yang dipublikasikan), Serta analisis isi (terhadap kecenderungan isi siaran dalam kurun waktu 1991 - 2003), penelitian ini menunjukkan bahwa tesis imperalisme media mengandung sejumlah kelemahan untuk menjelaskan proses privatisasi pertelevisian di Indonesia.
Tesis impenalisme media terlalu berlebihan dalam memandang kekuatan modal transnasional dalam mengarahkan proses pengambilan pilihan dalam sebuah negara yang sangat mungkin bersifat otonom dan lebih mencerminkan dinamika pertarungan kepentingan kelompok-kelompok dalam negeri itu sendiri. Penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan privatisasi pertelevisian di Indonesia pada dasarnya adalah langkah pragmatis untuk merespons kepentingan bisnis kapitalis domestik yang berada dalam lingkar terdalam pusat kekuasaan, dan tidak lahir sebagai hasil darl tekanan kepentingan pemodal transnasional.
Studi ini menunjukkan bahwa faktor yang paling menentukan kelahiran dan perkembangan privatisasi pertelevisian adalah kelompok kecil pengusaha domestik yang berada sedemikian dekat dengan pusat kekuasaan sehingga memiliki jalur pengaruh secara berkelanjutan yang sangat besar terhadap rangkaian kebijakan pemerintah. Kebijakan privatisasi pertelevisian tidak memiliki orientasi etisiensi ekonomi ataupun peningkatan daya Saing Sebagaimana yang berusaha dicapai rangkaian de-regulasi ekonomi yang dijalankan pemerintah dalam kumn waktu yang sama.
Studi ini menunjukkan bahwa kekuatan pemodal nasional dalam menentukan lahirnya privatisasi pertelevisian juga dimungkinkan karena kerangka kebijakan pertelevisian nasional di indonesia sendiri sebenarnya tidak terarah dan tidak memiliki pola yang terencana sejak awal.
Privatisasi pertelevisian Indonesia pada dasarnya tidak dapat dijelaskan sebagai bagian dari liberalisasi politik atau bahkan Iiberalisasi ekonomi. Para kapitalis yang merambah masuk ke dalam bisnis pertelevisian tersebut adalah kaum pedagang yang tidak saja tidak menaruh perhatian pada keterbukaan politik meiainkan juga tidak menginginkan sebuah ekonomi pasar terbuka, yang memungkinkan terjadinya kompetisi objektif antara para pemodai.
Namun demikian, Studi ini juga menunjukkan bahwa peningkatan kompetisi dalam sistem penyiaran komersial yang berlangsung tanpa intervensi pemerintah, menyebabkan lahirnya sejumlah eksternalitas yang canderung mendukung ekspansi kepentingan transnasional.
Dalam hal isi siaran, privatisasi pertelevisian memang tidak dengan sendirinya menciptakan dominasi program impor. Tapi kompetisi bebas antar stasiun menyebabkan timbulnya masalah pasokan program. lndustri program dalam negeri tidak mampu melayani kebutuhan untuk mengisi jam siaran stasiun-stasiun televisi yang berjumlah semakin banyak, sementara harga program yang yang ditetapkan produsen lokal pun melonjak mengikuti kompetisi pembeli. Sebagai akibat, stasiun televisi komersiai memilih untuk Iebih banyak mengimpor program dari industri televisi asing yang memang memiliki pasokan dan perpustakaan program yang dibutuhkan. Kecenderungan ini, pada gilirannya, akan mendorong kenaikan harga program impor.
Perkembangan ini menjadikan Indonesia nampak sebagai pasar yang banyak menyerap program-program impor dari pusat industri hiburan di negara-negara maju, tanpa sebaliknya menghasilkan program-program yang dapat diekspor ke pasar internasional.
Studi ini juga menunjukkan bahwa salah satu akibat paling signilikan dalam hal privatisasi pertelevisian adalah dalam hal dominasi modal transnasional dalam industri periklanan nasional. Privatisasi pertelevisian memang dengan segera mendorong pertumbuhan industri periklanan dalam negeri. Namun pada saat yang sama, terjadi dominasi modal transnasional dalam struktur industri periklanan tersebut, Seraya memarjinalkan perusahaan-perusahaan periklanan lokal.
Dengan demikian, studi ini menyajikan temuan yang sekaligus membantah dan membenarkan sebagian muatan teori-teori impenalisme media. Di satu sisi, studi ini akan menunjukkan argumen bahwa privatisasi partelevisian adaah kebijakan yang ditentukan oleh kepentingan modal transnasional tidak memiliki basis yang kuat. Keputusan privatisasi pertelevisian di Indonesia lahir sebagai akibat dinamika kepentingan di dalam negeri indonesia sendiri. Namun demikian, studi ini menunjukkan bahwa perkembangan sistem penyiaran komersiai di Indonesia memang dalam perkembangannya menghasilkan serangkaian ekstemalitas yang membuka ruang luas bagi ekspansi modal transnasional.
Studi ini menunjukkan bahwa kebijakan komunikasi di Indonesia tidak dapat dilihat sebagai bangunan yang sudah ditentukan sebelumnya oleh sebuah faktor tunggal, yakni kepentingan ekonomi kapitalisme global, melainkan sebuah medan yang turut ditentukan oleh beragam agen yang turut mempengaruhi proses pengambilan keputusan di Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
D792
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Zahrina
"ABSTRAK
The Intern 2015 adalah sebuah film tentang seorang pria berusia sekitar 70 tahun bernama Ben Whittaker yang bekerja sebagai pekerja magang senior di sebuah perusahaan start-up, About the Fit. Film ini mencapai kesuksesan karena menggambarkan dunia kerja seseorang yang mencari kebahagiaan melalui pekerjaannya walaupun dia sudah pensiun. Hal ini juga membawa kompleksitas film ketika ada banyak perbedaan yang ditemukan karena lingkungan kerja yang telah berubah. Berdasarkan teori Conelly 1999 tentang kapitalisme sebagai opresi, makalah ini bertujuan untuk memperdalam the way of life dari karakter Ben. Makalah ini membahas peran dan penggambaran kapitalisme dalam film ini. Hasil makalah ini menunjukkan bahwa kapitalisme berperan dalam pembentukkan way of life,yang direpresentasikan melalui karakter Ben Whittaker.

ABSTRACT
Nancy Meyer rsquo s The Intern 2015 is a movie about a 70 year old character named Ben Whittaker who works as a senior intern at a start up company, About The Fit. This movie actually is a successful movie because it portrays the working life of someone who keeps looking for his own happiness trough working even though he is now in his 70 rsquo s. It also brings us to the complexities of the movie when there are many differences found since the environment in the workplace is slightly different with Ben Whittaker rsquo s era. Based on Conelly rsquo s theory of capitalism as an opression 1999 , this paper aims to explore the way of life of the character. Particularly, this paper aims to make visible that the role and the depiction of capitalism in the movie The Intern 2015 by Nancy Meyers. The purpose of this paper is to present if capitalism can shape the way of life, which is articulated the character Ben Whittaker."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Aditya
"ABSTRAK
Di saat Amerika, dengan segala hal tentang sistem sosial, ekonomi, dan politik yang digunakan guna memperjuangkan apa yang warganya sebut ldquo;Mimpi Amerika, rdquo; isu kekerasan justru terus bergulir semkain deras setiap waktunya. The Purge: Election Year 2016 hadir dengan sebuah ide tentang memberikan satu hari untuk setiap warga negara untuk melakukan kekerasan, guna menangkal mereka untuk melakukan kekerasan di kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan teori tentang kekerasan yang Zizek 2008 jabarkan menjadi tiga:subjektif, objektif, dan juga sistemik, makalah ini ingin menganalisa hubungan antara kekerasan dan juga kapitalisme pada film ini. Tesis dari makalah ini adalah bahwa film ini menunjukan koneksi antara kekerasan dan kapitalisme, yang mana sulit terlihat pada kehidupan sehari-hari namun bisa terlihat jelas pada adegan dan dialog yang dibungkus dalam kerangka dystopia.

ABSTRACT
While America, with all of its whole idea of politic, economic, and social system to pursue what they call as ldquo American Dream, rdquo the issue of violence goes wilder time by time. The Purge Election Year 2016 comes up with an idea of giving a day for people to use violence, to counter the use of violence in everyday life. By using the violence theory that Zizek divides into three subjective, objective, and systemic, this paper wants to analyze the connection between violence and capitalism in the movie. The thesis is that the movie conveys the connection between violence and capitalism, which we aren rsquo t be able to see in our real lives, yet it can be seen clearly in the scenes and dialogues wrapped in dystopian imagining."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Stiegler, Bernard
"Max Weber famously argued that the rise of capitalism in early modern Europe was premised on the emergence of a distinctive set of attitudes - including the pursuit of profit for its own sake - which he called 'the spirit of capitalism'. Today, when capitalism has spread across the globe, the spirit of capitalism would appear to reign supreme. In this important book Bernard Stiegler takes a very different view: what we are witnessing today is not the triumph of the spirit of capitalism but rather its demise, as our contemporary 'hyper-industrial' societies become increasingly uncontrollable, profoundly irrational and incapable of inspiring hope. Disenchantment and despair have become the everyday lived experiences of countless individuals. Far from being a moment of liberation, May '68 was just the first symptom of our increasing disenchantment and 'spiritual misery'. The libidinal energy that originally underpinned capitalism has become an unbound force, unleashing drives that can no longer be contained. Is there an alternative? Stiegler argues that the development of alternatives must begin with a new industrial policy, designed to recognize that technologies are what Plato called pharmaka, meaning both poison and cure. Industrial society has a future only if we can create technologies that foster relations of care (otium) for people whose spirit has been exhausted by contemporary consumerism. We must develop an ecology not only to protect the planet but also to renew the exploited energies of human desire. This volume - the third in a trilogy that includes The Decadence of Industrial Democracies and Uncontrollable Societies of Disaffected Individuals - will consolidate Stiegler's reputation as one of the most original philosophers and cultural theorists of our time."
Cambridge, UK : Polity Press, 2014
303.483 STI l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"This volume examines diverse meanings and practices of risk management ranging from austerity to climate change to housing and debt. The authors investigate the relationship between shifts in contemporary capitalism and the ways in which neoliberal forms of risk management have emerged, been reproduced and normalized, and, transformed historically. "
United Kingdom: Emerald, 2016
e20469370
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Bavel, Bas van
"The book offers a radical departure from the conventional wisdom of economists and economic historians by showing that factor markets and the economies dominated by them, the market economies, are not modern, but existed at various times in the past. They are not always rising, but after some time they stagnate and decline again. They are not uniform, but consist of very different combinations of institutions embedded in very different societies. They create flexibility and high mobility in the exchange of land, labour, and capital, and initially they generate economic growth, although they also build on the growth already generated by these societies in the previous period using other exchange and allocation systems. The dynamism that results from the rise of factor markets leads to the rise of new market elites who accumulate land and capital and use wage labour extensively to make their wealth profitable. In the long run this creates social polarization and a decline of average welfare. As these new elites gradually translate their economic wealth into political leverage, it also creates institutional sclerosis, and makes these markets stagnate or decline again. This process is analysed for the three major, pre-industrial examples of successful market economies in western Eurasia: Iraq in the early Middle Ages, Italy in the high Middle Ages, and the Low Countries in the late Middle Ages and the early modern period, and more succinctly for England and the United States in the modern period."
Oxford: Oxford University Press, 2016
e20470104
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   3 4 5 6 7 8 9 10 11 12   >>