Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5803 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Houghteling, James L.
New York : Harcourt, Brace & Word, 1968
340 HOU d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hole, Judith
New York: Quadrangle Books, 1971
301.412 HOL r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dominick, Joseph R.
New York: McGraw-Hill, 2012
384.097 3 DOM b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rose, John David
Bloomington: Authorhouse, 2005
338.9 ROS r (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mitchell, W. O.
Toronto: Macmillan of Canada, 1982
812.54 MIT d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Epps, Garrett
Oxford: Oxford Univesity Press, 2013
342.73 EPP a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Sulistiawan
"Tesis ini berusaha menunjukkan bahwa orang Irlandia Katolik di Kota New York pada pertengahan abad ke-19 mengaktifkan keyakinan keagamaan mereka sebagai satu-satunya jalan untuk memenangkan konflik melawan diskriminasi orang WASP (White Anglo-Saxon Protestant), dan kemenangan ini lalu mengantar orang Irlandia Katolik masuk ke dalam golongan dominan di New York.
Bab Pendahuluan tesis ini mendefinisikan dan menguraikan masalah penelitian tersebut dan memberikan kerangka teori yang dipakai, yakni teori-teori atau konsep-konsep yang mendefinisikan tentang kesukubangsaan dan keyakinan keagamaan dan hubungan antara keduanya, terutama dalam hubungannya dengan konflik antar-sukubangsa. Teori atau konsep-konsep yang digunakan antara lain adalah konsep-konsep dari Parsudi Suparlan, Fredrik Barth, dan Milton Yinger.
Bab-bab selanjutnya menguraikan sejarah imigrasi ke Amerika secara umum dan secara bertahap pembahasan dipersempit ruang lingkupnya menjadi imigrasi orang Irlandia Katolik di New York yang menumbuhkan gerakan nativisme orang WASP yang merasa terancam dengan kehadiran mereka sehingga melakukan serangkaian tindakan diskriminatif terhadap orang Irlandia Katolik. Bab-bab selanjutnya menguraikan konflik simbolik dan konflik fisik antara orang Irlandia Katolik dan orang WASP di mana orang Irlandia Katolik mengaktifkan keyakinan keagamaan mereka termasuk memakai simbol-simboI dan ritual untuk memenangkan konflik.
Tesis ini juga lalu menunjukkan bahwa dalam konflik tersebut terserap pula keinginan orang Irlandia Katolik untuk naik kelas atau masuk ke dalam golongan dominan dengan cara menjadikan orang Kulit Hitam sebagai sasaran dalam penyerangan mereka dalam konflik yang dipicu oleh kemarahan kepada orang WASP.

This thesis is trying to show that the Irish Catholics in New York City in the middle of the 19 century activated their religious belief as the one and only way to gain victory in their conflict against the WASP (White Anglo-Saxon Protestants). This victory made their way to enter the dominant ethnic groups in New York City.
The Introductory Chapter of this thesis defines and explains the subject matter of this thesis and gives the theoretical framework, namely the theories or concepts of ethnicity and religious belief and the relation of the former and the latter, especially in relation to inter-ethnic conflict. The concepts being used are among others those of Parsudi Suparlan, Fredrik Barth, and Milton Yinger.
The following chapters describe the history of immigration to America, narrowing the focus down to the immigration of the Irish Catholics to New York City which aroused nativism and nativist movement of the threatened WASP people. The continuing chapters discuss the symbolic and then physical conflicts of the Irish catholics and the WASPs where the Irish Catholics activated their religious belief that included the use of religious symbols and rituals to gain victory.
This thesis finally also shows that there was also the intention of the Irish Catholics to enter the dominant groups by attacking the Blacks during the physical conflict which was triggered by their anger towards the WASPs.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15072
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifudin
"Sejak 2001, Amerika Serikat telah memulai program war on terrorism. Dengan program tersebut, Amerika Serikat berusaha untuk memburu Al Qaeda dan jaringannya. Pada perkembangannya, Amerika Serikat mendapat tantangan baru dengan adanya serangan cyberterrorism. Cyberterrorism hal penting yang harus diantisipasi mengingat Amerika Serikat memiliki ketergantungan tinggi terhadap sistem jaringan dan komputer. Serangan Cyberterrorism kepada Amerika Serikat dilakukan dengan mencuri data penting pemerintah seperti militer dan ekonomi. Dari hasil penelurusan, diketahui bahwa China sebagai aktor di balik serangan tersebut. Dengan menggunakan konsep cyber power dan netwar, penelitian ini dimaksudkan untuk menjelaskan respon Amerika Serikat untuk merespon serangan cyberterrorism tersebut. Berdasarkan landasan teoritik yang digunakan, diketahui bahwa Amerika Serikat menggunakan perpaduan antara hard dan soft power dalam merespon tindakan cyberterrorism dari China tersebut.

USA started war on terrorism program on 2001. USA tried to hunt Al Qaeda and its network using that program. On its development, USA was challenged with cyberterrorism attack. Cyberterrorism is an important issue and must be anticipated due to USA highly dependent on its computer network system. Cyberterrorism is done by stealing important government?s data such as military and economic data. Investigation revealed that China is responsible from such attack. Using cyber power and netwar concept, this research will explain USA?s response to cyber terrorism attack. Based on the theory, USA is known to use combination of hard and soft power to response cyberterrorism attack from China."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T35672
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakinatuzzahra
"Tesis ini membahas representasi media bagi kelompok minoritas Amerika Serikat dengan menganalisis fenomena kemunculan gerakan LGBT Fans Deserve Better pasca kematian tokoh Lexa dalam serial televisi The 100. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis konten berbasis resepsi untuk melihat faktor yang menyebabkan tokoh Lexa sangat berpengaruh bagi kelompok LGBT dan pentingnya representasi media bagi kelompok minoritas Amerika Serikat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pengaruh Lexa merupakan hasil dari keberhasilan serial televisi The 100 merepresentasikan kelompok LGBT melalui penokohan Lexa. Keberhasilan ini ditunjukkan oleh kemampuan Lexa menunjukkan visibilitas kelompok LGBT yang membantu upaya mencari pengakuan dan membenarkan misrecognition seperti yang terlihat dari pemaknaan Lexa oleh kelompok LGBT melalui lsquo;bahasa rsquo; yang beredar. Gerakan LGBT Fans Deserve Better merupakan imbas dari kekecewaan dan kemarahaan akan terenggutnya representasi yang dianggap terbaik dan ekspektasi besar yang digantungkan kepada tokoh Lexa.
......This study examines the importance of media representation for minority groups in The United States of America based on a character in the TV series, The 100. The death of the character, Lexa, initated a movement called LGBT Fans Deserve Better, which demands for positive LGBT representations on television. This study uses qualitative approach and a reception based content analysis method to examine the reasons why the LGBT community is strongly affected by the character and her death. The data collected include tweets, tumblr posts, and website content.
The findings show that Lexa rsquo s powerful influence is the result of The 100 rsquo s success in representing LGBT community through her character. This success is demonstrated by her ability to show LGBT community visibility, which in turns helps them find a recognition and rectify the misrepresentaion of their community. LGBT Fans Deserve Better movement is a result of the disappointment and the outrage of the community brought by Lexa rsquo s death, for Lexa is perceived as the best representation for the community."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Puspita Windiantari
"Wilayah Amerika Serikat bagian Selatan pada masa sebelum Perang Saudara dikenal sebagai daerah perkebunan yang sangat luas dengan para budak sebagai pekerjanya dan perindustrian di wilayah ini berkembang sangat lamban. Namun, setelah dua puluh tahun perang berakhir dan perbudakan telah dihapuskan dari seluruh wilayah Amerika Serikat, wilayah Selatan telah berkembang menjadi wilayah yang maju dalam bidang industri, pertanian, politik, pendidikan dan lain sebagainya. Wilayah Selatan pun memasuki suatu masa baru yang penuh dengan perubahan di berbagai bidang kehidupan, yaitu masa New South yang pada awalnya berupa konsep yang dipopulerkan oleh Henry W. Grady pada pertemuan New England Society, New York, tahun 1886. Perkembangan satu bidang kehidupan di Selatan telah memberikan pengaruh kepada bidang lainnya. Kemajuan dalam teknik pertanian di Selatan telah membuat produksi pertanian mengalami peningkatan mencapai dua kali lipat dari masa sebelum perang seperti kapas, tembakau, sayur serta buah-buahan. Peningkatan produksi ini menyebabkan melimpahnya bahan baku utama untuk bidang industri, seperti produksi kapas yang mengalami peningkatan menyebabkan industri tekstil pun berkembang di Selatan. Selain industri tekstil, industri besi dan baja juga berkembang sangat pesat dengan Birmingham, Alabama, sebagai kota penghasil besi terbesar di Selatan yang memberikan ancaman bagi industri besi di wilayah Amerika Serikat bagian Utara. Berkembangnya bidang industri di Selatan telah rnemberikan dampak kepada kota-kota di Selatan, yang tumbuh dan berkembang sangat cepat. Puluhan kota baru muncul dan tumbuh di Selatan seiring dengan bertambahnya jumlah populasi penduduk di Selatan karena banyaknya pendatang baru untuk mencari peruntungan di Selatan. Dampaknya kemudian juga terjadi dalam bidang perdagangan dengan banyaknya toko-toko yang dibangun di kota-kota yang baru tumbuh tersebut. Sebagai wilayah yang sedang berkembang maka Selatan memerlukan sarana transportasi untuk menunjang kelancaran hubungan antara satu wilayah dengan wilayah lainnya di Selatan. Oleh karena itu, banyak dibangun lintasan-lintasan kereta api yang menyebabkan pernintaan terhadap besi meningkat sehingga industri besi meningkat di Selatan. Peningkatan dari bidang industri, pertanian, lintasan-lintasan kereta api, kota-_kota baru yang tumbuh telah mengakibatkan perekonomian wilayah Selatan berkembang dengan pesat dibandingkan dengan masa Perang Saudara maupun masa Rekonstruksi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S12128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>