Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3233 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Kaswanti Purwo
"Penelitian yang saya lakukan semenjak bulan Juli 1976 ini merupakan usaha saya untuk mendalami dan memahami bahasa Indonesia; apa yang saya lihat dalam bahasa Indonesia itu kemudian saya tuangkan dalam karya tulis yang terdiri dari tujuh bab. Ada berbagai alat yang dapat dipergunakan untuk melihat atau mengamati sesuatu. Dalam mengamati bahasa Indonesia ini saya memilih memakai kerangka teori deiksis. Namun, kecondongan penelitian ini tidak saya tujukan pada usaha untuk mengembangkan teori deiksis itu sendiri (dengan memakai bahan-bahan yang ada dalam bahasa Indonesia) melainkan lebih saya arahkan pada pemergunaan teori deiksis sebagai alat untuk menyingkapkan seluk-beluk yang ada dalam bahasa Indonesia. Untuk tujuan penyingkapan itu saya perbandingkan pula beberapa fenomena dalam bahasa Indonesia dengan yang ada dalam bahasa-bahasa tak serumpun (seperti bahasa Inggris, Prancis, Belanda, Latin, Rusia) dan bahasa-bahasa serumpun (seperti bahasa Tagalog, Batak Toba, Sunda, Jawa, Aceh).
Saya memulai penelitian dengan mengkhasanahkan leksem-leksem persona, ruang, dan waktu dalam kaitannya dengan deiksis. Kata-kata yang berhubungan dengan persona, ruang, dan waktu itu saya daftar dan saya perikan aspek semantis leksikalnya dalam Bab II. Uraian dalam Bab II membatasi diri pada bidang semantis leksikal karena yang dibahas dalam bab ini adalah masalah deiksis luar-tuturan (eksofora). Pembatasan bidang yang dianalisis ini membawa akibat adanya beberapa persoalan-antara lain hubungan antara bentuk verbal di- dengan kata ganti persona--yang tidak dapat diuraikan lebih lanjut dalam Bab II; persoalan-persoalan itu kemudian dipaparkan secara terpisah dalam bab lain.
Kalau dalam Bab II yang dibicarakan adalah deiksis luar-tuturan (eksofora), dalam Bab III yang dibahas adalah deiksis dalam-tuturan (endofora). Uraian dalam Bab III menyangkut salah satu aspek sintaksis, yaitu perihal koreferensi. Salah satu akibat dari penyusunan konstituen﷓konstituen bahasa secara linear adalah kemungkinan adanya konstituen tertentu yang sudah disebutkan sebelumnya.mengalami penyebutan ulang, Kedua konstituen tersebut karena kesamaannya lazim dinyatakan sebagai dua konstituen yang berkoreferensi (memiliki referee yang sama). Ada tiga macam strategi dalam peristiwa koreferensi ini: {i) mempronominalkan salah satu konstituennya (masalah anafora termasuk ke dalam jenis pertama ini), (ii) melesapkan (menghilangkan) salah satu konstituennya, dan (iii) menyebut ulang konstituen yang telah disebutkan sebelumnya. Bahasa Indonesia menempuh strategi yang berbeda dengan strategi yang ditempuh oleh bahasa lain yang tak serumpun (misalnya bahasa Inggris). Bahasa seperti bahasa Inggris lebih banyak menempuh strategi daripada bahasa Indonesia; bentuk-bentuk pronominal dalam bahasa Indonesia tidak sebanyak yang ada dalam bahasa seperti bahasa Inggris. Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sama-sama dapat menempuh strategi tetapi kendala (constraint) yang mendasari struktur ini berbeda. Strategi lazim ditemukan dalam bahasa Indonesia tetapi tidak dalam bahasa seperti bahasa Inggris. Masalah seperti ini-karena menyangkut bidang sintaksis yang lebih luas-tidak diuraikan lebih lanjut pada Bab III melainkan pada Bab VII.
Percampuran antara deiksis luar-tuturan dan deiksis dalam-tuturan diuraikan dalam Bab IV; peristiwa percampuran ini dalam penelitian ini termasuk dalam apa yang disebut pembalikan deiksis (deictic reversal). Pembalikan deiksis dalam hal persona dapat dijumpai misalnya dalam kalimat kutipan tidak langsung bahasa Rusia (Brecht 1974:513 ff.). Pembalikan deiksis dalam hal waktu dapat ditemukan misalnya dalam fenomenon yang lazim disebut epistolary tense (misalnya dalam bahasa Latin Klasik) dan historical present (misalnya dalam bahasa Inggris). Bahasa Indonesia selain menunjukkan adanya fenomenon pembalikan deiksis dahal persona dan waktu, juga memperlihatkan adanya fenomenon pembalikan deiksis dalam hal ruang, seperti yang dapat dijumpai dalam pembicaraan dengan telepon dan dalam penulisan surat.
Aspek semantis situasional dari kata ganti persona dalam bahasa Indonesia yang belum dibahas dalam Bab II (karena dalam bab itu kerangka pembicaraannya terbatas pada aspek semantis leksikal saja) dipaparkan dalam Bab V. Aspek semantis situasional yang disoroti dalam Bab V ini dikritkan dengan masalah kepekaan-konteks (context-sensitivity) yang dapat dijumpai dalam struktur yang bermodus imperatif, adhortatif, dan dubitatif.
Beberapa leksem ruang dan waktu ada yang belum dapat dibahas secara tuntas dalam Bab II karena leksem-leksem yang bersangkutan memiliki permasalahan yang menyangkut salah satu aspek dalam bidang sintaksis, yaitu susunan beruntun (sequential order). Perihal pemetaan kronologis (chronological mapping), struktur beku (freezes), dan struktur korelatif ikut dibahas dalam Bab VI sehubungan dengan kaitannya pada susunan beruntun. Hal ini dilakukan demi pemahaman beberapa leksem ruang dan waktu yang perlu ditelusuri lebih lanjut.
Sebetulnya penulisan hasil penelitian saya dapat ditutup atau diakhiri pada Bab VI. Akan tetapi, karena ada beberapa masalah yang belum terselesaikan penguraiannya dalam bab-bab sebelumnya, dan. masalah tersebut hanya disinggung sepintas lalu saja, padahal masing-masing masalah tidak terkumpul menjadi satu karena pemaparannya tersebar ke dalam kelima bab terdahulu secara terpisah-pisah, maka kesemuanya itu saya kumpulkan menjadi satu dalam Bab VII. Beberapa masalah tersebut dikumpulkan menjadi satu dalam Bab VII karena mempunyai suatu kerangka kesatuan tersendiri, kerangka yang menyangkut bidang sintaksis yang lebih luas (daripada yang ditelaah dalam bab-bab sebelumnya). Penelusuran permasalahan bidang sintaksis yang lebih luas ini ternyata menyeret saya lebih jauh ke salah satu aspek sintaksis yang penting dalam linguistik, yaitu tipologi bahasa. Akan tetapi, persoalan ini tidak ditelaah untuk dipecahkan dalam Bab VII karena, apabila ditelusuri lebih lanjut, hasilnya dapat menjadi suatu disertasi tersendiri. Oleh karena itu, apa yang dipaparkan dalam Bab VII hanyalah pemerian permasalahannya saja. Persoalan ini perlu dipecahkan bukan hanya demi pemahaman dari sudut pandang deiksis (karena hanya sedikit sekali kaitannya dengan deiksis) tetapi terlebih-lebih demi penyingkapan "misteri" dalam bidang sintaksis (terutama dalam bahasa Indonesia), suatu bidang studi linguistik yang hingga kini masih merupakan daerah yang "rawan". "
Depok: Universitas Indonesia, 1982
D264
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Notosusanto
"Pada sore hari ini, Selasa tanggal 26 Juli 1983, kita menyaksikan suatu peristiwa yang penting di dalam kehidupan kampus. Mulai hari ini sampai dengan tanggal 9 Agustus yang akan datang, atas permintaan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Pimpinan Universitas Indonesia akan menyelenggarakan Penataran P-4 dalam rangka Introduksi Mahasiswa Baru yang selanjutnya masih berlangsung terus sampai tanggal 12 Agustus 1983. Adapun Introduksi Mahasiswa Baru itu pada Universitas Indonesia disebut "Orientasi Program Studi dan Pengenalan Kamus" disingkat "Opspek".
Penyelenggaraan Penataran P-4 dalam rangka Introduksi Mahasiswa Baru bukanlah sesuatu yang baru. Sudah ada beberapa Universitas yang melakukannya. Yang baru dalam acara Universitas Indonesia adalah polanya. Pola yang telah pernah dilakukan oleh Universitas Indonesia lain adalah pola 25 dan 45 jam; sedangkan yang di-tryout oleh Universitas Indonesia adalah Penataran P- dengan pola 100 jam.
Dengan pola 100 jam ini, Para mahasiswa dapat dibebaskan dari kuliah Pancasila dalam rangka Matakuliah Dasar Umum (M K D U), karena dianggap telah mengikuti perkuliahan yang setara dengan 2 (dua) satuan kredit semester (SKS). Dengan demikian mereka tidak perlu "dua kali kerja".
Tryout ini dimaksudkan untuk mengetahui secara jelas, sarana apa saja yang harus disediakan untuk menyelenggarakan Penataran P-4 dengan ruang-lingkup yang demikian luasnya. Sekarang baru saja diketahui, bahwa untuk menatar ± 2000 mahasiswa diperlukan ± 700 penatar, suatu jumlah yang tidak kecil. Untuk mengerahkan penatar yang sekian banyak, Universitas Indonesia memerlukan bantuan dari BP-7 Pusat maupun BP-7 DKI."
1982
Makalah-1
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Notosusanto
"Bapak Ibu orangtua mahasiswa yang terhormat,
Pertama-tama saya mengucapkan selamat atas prestasi putra/putri anda yang telah lulus ujian seleksi masuk Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh Proyek Perintis I, Departemen Pendidikan .& Kebudayaan. Apa yang telah dicapai putra/putri Bapak-Ibu, benar-benar merupakan suatu prestasi, karena ujian seleksi telah ditempuh secara sungguh-sungguh tanpa, katrol-katrolan. Dan dari 44.113 lulusan SMA yang mengikuti ujian di Stadion Senayan hanya.1853 yang diterima di Universitas Indonesia.
Selanjutnya putra/putri. Bapak-Ibu telah mendaftarkan diri ke Universitas Indonesia dan telah pula kami terima sebagai mahasiswa. Kini ia-berdiri pada awal suatu-perjalanan yang cukup. lama dan berat untuk mencapai gelar sarjana, suatu hal yang Bapak-Ibu idam-idamkan dan memang menjadi pula cita-cita putra/putri-anda.
Tidaklah- berlebih-lebihan kiranya anggapan bahwa seorang mahasiswa. (baru) ; harus menempuh perjalanan yang cukup. lama dan ; cukup berat untuk, sampai kepada tujuan, yakni status. kesarjanaan. Untuk sampai kepada tujuan, selama-4-5.tahun ia harus dapat.melakukan konsentrasi penuh, bekerja secara teratur (tidak angin-anginan), dan-mampu membagi waktu. Sebabnya adalah karena scope daripada pendidikan universitas tidak hanya meliputi aspek kecakapan dan ketrampilan belaka, melainkan juga meliputi kegiatan-kegiatan kokurikuler dalam rangka meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan."
1982
Makalah-2
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Sekretariat Pembantu Rektorat Bidang Penelitian dan Perpustakaan UI, 1982
R 011.7 UNI j
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Komaruddin
Bandung: Angkasa, 1982
R 001.403 KOM k
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
I Ketut Surajaya
"ABSTRAK
Penelitian mengenai perkembangan demokrasi di Jepang menarik perhatian banyak peneliti, baik dari kalangan profesional maupun amatir, sejak Jepang tumbuh sebagai negara modern, setelah Restorasi Meiji pada tahun 1868. Kecenderungan ini muncul terutama sejak tahun 1950-an, dimana hal ini mungkin disebabkan sebagai usaha untuk menilai serta menggali kembali. "tradisi demokrasi" Jepang sejak Jiya Yinken Undo, di dalam rangka menegakkan nilai-nilai 'demokrasi. Baru" setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia IX. Juga mungkin tidak mustahil dimana adanya anggapan umum bahwa, Jepang yang bangkit kembali dari kehancurannya sebagai negara modern, makmur dan "super-power" dalam bidang ekonomi, adalah berkat masyarakat Jepang hidup di bawah "sistem demokrasi". Bertitik tolak dari. argumentasi ini kemudian ada pendapat umum yang didukung oleh banyak kalangan bahwa, demokrasi Jepang pada dewasa ini adalah demokrasi yang "dipaksakan" dan merupakan "hadiah" Amerika Serikat.
Tetapi, kalau diadakan penelitian dan pengusutan yang lebih mendalam, ' ternyata argumentasi ini mempunyai keabsahan lemah. Sebab, nampaknya argumentasi ini cenderung bersifat poitik dan didasarkan atas pengamatan sepihak bertolok Ukur hanya memandang momentum sejarah, dibandingkan proses sejarah, Memang dari segi pranata dan sistem, adalah Deklarasi Postdam pasal 10, yang diterima Jepang dalam bulan Agustus 1945, yang menyatakan bahwa, uUntuk melaksanakan demokrasi di Jepang, pemerintah Jepang hendaknya menghormati hak-hak dasar manusia seperti kebebasan berbicara, memeluk agama dan berfikir", yang pelaksanaannya berada di bawah pengawasan Markas Besar Tentara Sekutu dianggap merupakan sendi-sendi demokrasi Jepang setelah perang. Kemudian sebagai kelanjutan Deklarasi Postdam, disusul dengan revolusi lima besar" (godai kakumei)dalam bulan Oktober 1945, yang meliputi : persamaan hak laki-laki dan wanita, perlindungan terhadap hak berserikat daripada kaum buruh, pendemokrasian pendidikan sekolah, sistem administrai hukum dan pendemokrasian struktur ekonomi. Selanjutnya sebagai puncak daripada sistem pendemokrasian ini adalah ditetapkannya Undang-Undang Dasar Negara Jepang dalam bulan November 1945.1) Inilah antara lain momentum sejarah, atau pergantian sistem yang mengantarkan Jepang ke dalam kehidupan demokrasi seperti sekarang ini, di bawah sistem Undang-Undang Dasar Negaranya."
1982
D350
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Depdikbud, 1982
R 378.072 Ind
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Burton, Philip E.
New York: Garland STPM Press, 1982
R 004.103 BUR d
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
London: The British Library, 1982
R 016.78 BRI b
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Weixlmann, Joe
Chicago: Swallow Press, 1982
R 016.813 009 WEI a
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library