Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37 dokumen yang sesuai dengan query
cover
A. Soekijat
Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti , 1993
334.959 8 SOE p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
H.A. Prayitno
Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti, 2004
170 PRA e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Sofyan Syafri
Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, 1992
658.4013 HAR a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eriyantouw Wahid
"Restorative justice and conventional courts in Indonesian criminal law"
Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti, 2009
340.11 ERI k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Hamzah
Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti, 2010
323.42 AND p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada tulisan ini dilaporkan hasil penelitian tentang pengaruh penskalaan pada arah lateral dan vertikal terhadap frekuensi cutoff (ft) dan frekuensi osilasi maksimum (fmax) HBT SiGe. Penelitian
dilakukan dengan cara simulasi menggunakan perangkat lunak komersial Bipole3 v5.3.1G. Metode penelitian yang dilakukan diuraikan berikut ini. Pertama, menentukan suatu struktur divais acuan dan parameter-parameter fisika yang akan digunakan sebagai masukan simulator. Kedua, melakukan penskalaan pada arah lateral dengan cara memperkecil lebar emiter, lebar divais dan luas divais. Lebar
emiter disesuaikan dengan teknologi litografi yang ada saat ini yaitu 0,25  m, 0,18m, 0,12m dan 0.09m. Ketiga, melakukan penskalaan pada arah vertikal. Pada penelitian ini penskalaan pada arah vertikal dibatasi pada penskalaan basis. Dari hasil penelitian diketahui bahwa penskalaan lebar emiter pada arah lateral dapat meningkatkan fmax secara nyata sedangkan pengaruhnya terhadap ft
sangat kecil. Penskalaan pada arah lateral tidak mempengaruhi besarnya tegangan breakdown kolektor-emiter BVceo. Penskalaan pada arah vertikal lebih berpengaruh pada HBT SiGe dengan dimensi lateral lebih luas dibandingkan pada HBT SiGe yang mempunyai dimensi lateral lebih kecil.

Abstract
The effects of lateral and vertical scaling to the SiGe HBT cutoff frequency (ft) and maximum frequency of oscillation (fmax) performances are reported. Device simulation software for bipolar devices Bipole3 v5.3.1G is used to help us in this work. The research methodology is as follows. First, we determined the reference device structureand the physical model parameters. The second was lateral
scaling. In this step, the emitter finger width, device width and device area were shrink. The emitter finger width was scaled consistent to the lithography technology developments from 0.25m to 0.18m,0.12mand 0.09m. The third was vertical scaling. In this step the base width of SiGe HBTs with different lateral dimension was reduced from 39nm to 32nm. The effect of increasing Ge mol fraction to the SiGe HBT frequency performance were also observed. The results show that emitter width scaling in lateral direction has strong effects to the fmax and only has weak effects to ft. Lateral scaling has no effect to the collector-emitter breakdown voltage BV ceo. Vertical scaling has stronger effect to the SiGe HBT with larger lateral dimension than devices with smaller lateral dimension."
[Fakultas Teknik UI, Universitas Trisakti. Fakultas Teknologi Industri], 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Efek pergerakan gigi pada perawatan ortodonti pada aktivitas aspartat aminotransferase saliva. Aspartat aminotransferase merupakan salah satu indikator biologis yang dilepaskan ke dalam cairan celah gusi. Aplikasi gaya ortodonti pada gigi dapat meningkatkan aktivitas aspartat aminotransferase dalam cairan celah gusi. namun peningkatan aktivitas aspartat aminotransferase dalam cairan saliva akibat gaya ortodonti belum diketahui. Tujuan: (1) mengevaluasi durasi pemberian gaya ortodonti terhadap aktivitas aspartat aminotransferase di dalam saliva berdasarkan durasi pemberian gaya. (2) mengevaluasi korelasi jarak pergerakan gigi dengan aktivitas aspartat aminotransferase. Metode: Pengumpulan 20 sampel saliva subjek dilakukan sebelum pencabutan gigi premolar pertama, sebelum dan sesudah pemberian gaya untuk penarikan kaninus ke distal. Penarikan kaninus menggunakan gaya interrupted (module chain) sebesar 100g selama 30 hari. Pengambilan saliva dan pengukuran jarak pergerakan gigi kaninus dilakukan 1 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari setelah pemberian gaya. Pengukuran aktivitas aspartat aminotransferase dalam saliva menggunakan alat spektrofotometer. Hasil: hasil penelitian menunjukkan pemberian gaya ortodonti dapat mempengaruhi aktivitas aspartat aminotransferase dalam saliva (F=25,290, p=0,000). Jarak pergerakan gigi berkorelasi dengan aktivitas aspartat aminotransferase (F=0,429, p=0,000). Simpulan: Aktivitas aspartat aminotransferase dapat digunakan sebagai indikator jarak pergerakan gigi berdasarkan durasi pemberian gaya.

Aspartate aminotransferase is one of biological indicator in gingival crevicular fluid (CFG). Force orthodontic application could increase activity of aspartate aminotransferase in CFG. However, the increase activity of aspartate aminotransferase in saliva due to orthodontic force and its correlation between aspartate aminotransferase activity and tooth movement remains unclear. Objectives: To evaluate application orthodontic force on the aspartate aminotransferase activity in saliva based on the duration of force and finding correlation between tooth movement and aspartate aminotransferase activity. Methods: Twenty saliva samples collected before extraction of first premolar, at the time of force application for canine retraction and after force application. The canines retraction used 100grams of interrupted force (module chain) for thirty days. The collection of saliva and the measurement of tooth movement were carried out 1 day, 7 days, 14 days, 21 days, and 28 days after force application. The measurement of aspartate aminotransferase activity in saliva was done using spectrophotometer. Results: Application of orthodontic force influences the salivary aspartate aminotransferase activity (F=25.290, p=0.000). Furthermore, tooth movement correlated with aspartate aminotransferase activity (F=0.429, p=0.000). Conclusion: Aspartate aminotransferase activity could be used as tooth movement indicator that related to the duration of force application."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, 2013
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Aplikasi gaya ortodonti terhadap aktivitas laktat dehidrogenase dalam saliva. Pergerakan gigi secara ortodonti menghasilkan gaya-gaya mekanik pada jaringan periodontal dan tulang alveolar. Gaya-gaya mekanik ini berhubungan dengan respon awal pada jaringan periodontium and terjadi banyak perubahan-perubahan metabolik. Salah satu perubahan metabolik yang dapat terjadi adalah peningkatan aktivitas enzim laktat dehidrogenase yang dapat dideteksi dalam saliva. Tujuan: Mengetahui korelasi antara pemberian gaya ortodonti dan aktivitas laktat dehidrogenase dalam saliva serta jarak pergerakan gigi. Metode: Penelitian ini mengunakan 140 sampel saliva dari 20 subjek, yaitu saliva yang diambil sebelum pencabutan gigi premolar, sebelum penarikan gigi kaninus rahang atas, 1, 7, 14, 21, dan 28 hari setelah penarikan gigi kaninus dengan gaya ortodonti interrupted
sebesar 100g. Hasil: Analisis ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara aktivitas laktat dehidrogenase dengan durasi pemberian gaya (F=11,926; p=0,000). Perbedaan bermakna juga ditunjukkan pada waktu sebelum dilakukan penarikan gigi kaninus dengan kelompok waktu 14 dan 28 hari. Terdapat kemaknaan antara regio penarikan berpengaruh terhadap jarak pergerakan (F=7,377; p=0,007), dan terdapat pengaruh antara durasi pemberian gaya terhadap jarak pergerakan gigi (F=66,554; p=0,000). Perbedaan bermakna diperlihatkan antara kelompok sebelum penarikan gigi kaninus terhadap kelompok 1, 7, 14, 21, dan 28 hari setelah penarikan gigi kaninus. Simpulan: Aplikasi gaya ortodonti pada gigi kaninus dapat meningkatkan jarak pergerakan gigi dan aktivitas laktat dehidrogenase dalam saliva."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, 2012
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Radiotherapy has impact in oral health especially on the secretion capacity of the salivary glands. Another impact is the increase of Candida albicans colony. Objectives: To evaluate salivary flow rate in relation with Candida albicans colony in head and neck cancer patients during and after radiotherapy. Methods: Twenty-four head and neck cancer patients in Dharmais Cancer hospital, Jakarta who were undergoing radiotherapy or had undergone radiotherapy and 24 match healthy volunteers were included in the study. Clinical observation carried out by collecting unstimulated salivary flow rate and followed by culture of Candida in Saboraud agar medium. Data were analyzed statically by Chi-square. Results: Nasopharynx cancer was the most frequent type of head and neck cancers (87.5%) followed by tongue cancer (12.5%) and found in 41-50 years old patients and 51-60 years old patients, respectively with male predilection compare to female (17:7). Approximately 87.5% of subjects showed decreased salivary flow rate (0-1.5mL/10min) and 12.5% showed a normal salivary flow rate (1.01-1.50mL/10min) during and after radiotherapy. However, 91.7% of cancer patients has increased in C.albicans colony during and after radiotherapy compared to control (p=0.00). Conclusion: This study showed that radiotherapy induced hyposalivation and might increase the C.albicans colony."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, 2012
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Strategi biomekanika penutupan ruang pada tumpang gigit dalam. Penutupan ruang dalam perawatan ortodonti merupakan aspek yang menarik berkenaan dengan prinsip-prinsip biomekanika. Dibuat khusus secara individu berdasarkan diagnosis dan rencana perawatan. Pemahaman dasar-dasar biomekanika penutupan ruang akan meningkatkan kemampuan operator untuk mencapai tujuan perawatan yang diinginkan. Efek samping yang paling sering terjadi dalam penutupan ruang adalah bertambah dalamnya tumpang gigit dan hilangnya penjangkaran posterior. Umumnya tumpang gigit dikoreksi sebelum penutupan ruang, sehingga waktu perawatan menjadi lebih
lama. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, diperlukan penerapan strategi biomekanika penutupan ruang yang tepat untuk memperoleh hasil perawatan yang sesuai harapan. Tujuan laporan kasus-kasus ini adalah untuk menunjukkan penerapan strategi biomekanika yang efektif untuk mengontrol tumpang gigit dan penjangkaran posterior pada pasien dengan tumpang gigit dalam, tanpa memperpanjang waktu perawatan. Dilaporkan dua kasus maloklusi kelas II divisi 1 yang dilakukan perawatan alat ortodonti cekat. Strategi utama meliputi penutupan ruang pencabutan di lengkung segmental dalam dua tahapan yaitu retraksi kaninus secara individu dengan intrusi insisivus secara simultan, diikuti dengan retraksi empat insisivus dengan menggunakan konsep momen diferensial. Dengan strategi ini, dapat dilakukan penutupan ruang, perbaikan tumpang gigit dalam, dan pengendalian penjangkaran posterior dalam waktu bersamaan, sehingga diperlukan waktu perawatan yang lebih singkat. Strategi biomekanika yang digunakan pada kasus-kasus ini efektif mencapai hasil perawatan yang diharapkan.

Space closure is an interesting aspect of orthodontic treatment related to principles of biomechanics. It should be tailored individually based on patient’s diagnosis and treatment plan. Understanding the space closure biomechanics basis leads to achieve the desired treatment objective. Overbite deepening and losing posterior anchorage are the
two most common unwanted side effects in space closure. Conventionally, correction of overbite must be done before space closure resulted in longer treatment. Application of proper space closure biomechanics strategies is necessary to achieve the desired treatment outcome. This cases report aimed to show the space closure biomechanics strategies that effectively control the overbite as well as posterior anchorage in deep overbite patients without increasing treatment time. Two patients who presented with class II division 1 malocclusion were treated with fixed orthodontic appliance. The primary strategies included extraction space closure on segmented arch that employed two-step space closure, namely single canine retraction simultaneously with incisors intrusion followed by enmasse retraction of four incisors by using differential moment concept. These strategies successfully closed the space, corrected deep overbite and controlled posterior anchorage simultaneously so that the treatment time was shortened. Biomechanics strategies that utilized were effective to achieve the desired treatment outcome."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, 2012
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>