Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jane Kezia
Abstrak :
Pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan memiliki kewajiban untuk menjamin segala bentuk pelayanan publik yang berkualitas termasuk dalam bidang kesehatan. Kesehatan yang dimaksud tidak hanya selalu mengenai kesehatan fisik, melainkan juga kesehatan jiwa yang akan menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini. Secara umum kesehatan jiwa dikaitkan dengan kondisi seorang yang mengalami masalah gangguan jiwa. Gangguan jiwa sendiri merupakan masalah kesehatan yang cukup serius sampai saat ini. Namun sayangnya, kesehatan jiwa belum menjadi fokus perhatian, baik dari pemerintah maupun masyarakat khususnya dalam hal pemenuhan layanan kesehatan dan rehabilitasi bagi para penderitanya. Salah satu daerah di Indonesia yang pernah menjadi daerah dengan jumlah penderita Orang Dengan Gangguan Jiwa berat se-Indonesia adalah Provinsi Bali. Skripsi ini membahas mengenai pelaksanaan pelayanan publik terkait pelayanan kesehatan dan pelayanan kesehatan jiwa khususnya bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa berat di Provinsi Bali. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah yuridis-normatif yang menekankan pada norma hukum dengan disajikan secara deskriptif dan analisis. Penelitian ini juga turut membahas peraturan- peraturan baik secara nasional maupun daerah terkait penanganan terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa. Hasil penelitian ini menyimpulkan para penyelenggara pelayanan kesehatan jiwa baik pihak fasilitas kesehatan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial termasuk Pemerintah Daerah sudah menjalankan kewajibannya dengan cukup baik walaupun belum sempurna. Perihal pelaksanaan layanan kesehatan dan rehabilitasi di fasilitas kesehatan jiwa yang tersedia juga sudah dilaksanakan dengan cukup baik dan sesuai dengan standar pelayanan serta ketentuan yang diatur dalam UU Kesehatan, UU Kesehatan Jiwa, UU Pelayanan Publik dan PERMENPAN Nomor 15 Tahun 2014. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kendala yang menjadi penghambat dalam pemberian layanan seperti masalah transportasi yang kurang memadai, kurangnya pengetahuan masyarakat serta keterbatasan sarana fasilitas kesehatan. Atas kendala tersebut terdapat beberapa upaya optimalisasi yang dapat dilakukan khususnya bagi Pemerintah Daerah sebagai penyelenggara utama pelayanan publik. ......The government as a service provider has an obligation to ensure all forms of quality public services, including in the health sector. Health in question is not only about physical health, but also mental health which will be the focus of discussion in this study. In general, mental health is associated with the condition of a person experiencing mental disorders. Mental disorder itself is a health problem that is quite serious to date. But unfortunately, mental health has not become the focus of attention, both from the government and society, especially in terms of fulfilling health services and rehabilitation for sufferers. One of the areas in Indonesia that was once the area with the most sufferers of people with severe mental disorders in Indonesia is the Province of Bali. This thesis discusses the implementation of public services related to health services and mental health services, especially for people with severe mental disorders in the Province of Bali. The research method used in this paper is juridical-normative which emphasizes legal norms presented descriptively and analytically. This research also discusses regulations both nationally and regionally related to the treatment of people with mental disorders. The results of this study concluded that mental health service providers, including facilities, office, the Social Service, including the Regional Government, had carried out their obligations quite well, although not yet perfect. Regarding the implementation of health and rehabilitation services in available mental health facilities, they have also been carried out quite well and in accordance with service standards and provisions stipulated in the Health Law, Mental Health Law, Public Service Law and PERMENPAN Number 15 of 2014. However, in practice there are still obstacles in providing services such as inadequate transportation problems, lack of public knowledge and limited health facilities. Due to these constraints, there are several optimization efforts that can be made, especially for the Regional Government as the main provider of public services.
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jane Naomi
Abstrak :
Latar belakang: Bakteri A. actinomycetemcomitans merupakan bakteri utama penyebab periodontitis agresif dimana bakteri ini dapat memengaruhi sel tulang sehingga terjadi kehilangan tulang alveolar. Namun, belum ada studi yang mempelajari mengenai interaksi antara bakteri A. actinomycetemcomitans dengan sel osteoklas dan sel di galur diferensiasi sel osteoklas, yaitu sel bone marrow-derived macrophages (BMM) dan sel preosteoklas. Tujuan: Membandingkan interaksi sel BMM dan sel preosteoklas dengan bakteri A. actinomycetemcomitans. Metode: Membuat kultur primer sel osteoklas dari bone marrow cells (BMCs) pada conditioned medium dengan inkubasi selama 48 jam pada suhu 37oC. Setelah diinkubasi, kultur sel BMCs yang telah berdiferensiasi menjadi sel BMM diberi medium yang telah ditambahkan bakteri A. actinomycetemcomitans selama 30 menit dalam kondisi aerob dan anaerob. Kemudian medium disimpan untuk dilakukan kultur dan Total Plate Count untuk mengetahui jumlah koloni bakteri. Lakukan hal yang sama pada sel preosteoklas (setelah kultur diinkubasi selama 48 jam dan diganti mediumnya dan ditambahkan RANKL kemudian diinkubasi kembali selama 24 jam). Hasil: Jumlah koloni hasil interaksi bakteri A. actinomycetemcomitans dengan sel BMM menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p > 0.05) sedangkan hasil interaksi bakteri A. actinomycetemcomitans dengan sel preosteoklas menunjukkan hasil yang signifikan (p < 0.05). Perbandingan koloni terkecil adalah pada hasil interaksi bakteri A. actinomycetemcomitans dengan sel BMM pada kondisi aerob (1 : 1,1). Kesimpulan: Interaksi antara bakteri A. actinomycetemcomitans dengan sel BMM dan sel preosteoklas mempengaruhi proliferasi dari bakteri A. actinomycetemcomitans dimana proliferasi bakteri A. actinomycetemcomitans paling tinggi terjadi saat berinteraksi dengan sel BMM pada kondisi aerob. ......Background: A. actinomycetemcomitans is the main bacteria that causes aggressive periodontitis of which this bacteria can affect bone cells resulting in alveolar bone loss. However, there has been no study that have examined the interaction between A. actinomycetemcomitans bacteria and osteoclast lineage cells, namely in bone marrow- derived macrophages (BMM) and preosteoclast cells. Objective: Comparing the interaction of BMM and preosteoclast cells with A. actinomycetemcomitans. Methods: Primary cultures of osteoclasts from bone marrow cells (BMCs) in conditioned medium were performed and incubated for 48 hours at 37oC. After incubation, the cultured BMCs that had differentiated into BMM were given medium that had been infected with A. actinomycetemcomitans for 30 minutes under aerobic and anaerobic conditions. The medium were then isolated and total plate count were performed to determine the number of bacterial colonies. The same procedure were conducted for preosteoclast cells (after the culture was incubated for 48 hours and the medium was changed and RANKL was added and then incubated again for 24 hours). Results: The number of colonies produced by the interaction of A. actinomycetemcomitans with BMM showed insignificant results (p > 0.05), while the results of the interaction of A. actinomycetemcomitans with preosteoclast cells showed significant results (p < 0.05). The smallest colony comparison was the result of the interaction of A. actinomycetemcomitans with BMM under aerobic conditions (1 : 1,1). Conclusion: The interaction between A. actinomycetemcomitans bacteria with BMM and preosteoclast cells affects the proliferation of A. actinomycetemcomitans where the highest proliferation of A. actinomycetemcomitans occurs when interacting with BMM under aerobic conditions.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabrielle Jane
Abstrak :
Perkembangan dari produk rekayasa genetik ibarat dua sisi mata uang: ada potensi manfaat, ada juga potensi risiko. Kedua sisi ini sendiri masih sarat dengan ketidakpastian ilmiah. Oleh sebab itu, penting untuk menerapkan prinsip kehatihatian. Dalam Protokol Cartagena, salah satu instrumen yang digunakan untuk mendorong prinsip kehati-hatian adalah kajian risiko. Di Indonesia, instrumen ini digunakan untuk dasar pengambilan keputusan terkait pelepasan dan peredarannya. Agar dapat menjelaskan potensi, kemungkinan, dan konsekuensi dari pemanfaatan dan pelepasan produk rekayasa genetik, maka kajian risiko perlu menggunakan data yang bersifat langsung (direct) sehingga memenuhi posisi ‘risiko’ di kerangka kerja incertitude. Mengingat pentingnya kajian risiko dalam kerangka perizinan atas pelepasan dan/atau peredaran produk rekayasa genetik di Indonesia, maka tulisan ini menganalisis bagaimana penerapan peraturan mengenai produk rekayasa genetik, khususnya terkait kajian risiko terhadap keamanan lingkungan. Dengan menggunakan contoh dari hasil kajian risiko dari jagung event Bt11 dan GA21, tulisan ini juga membahas bagaimana implementasi kajian risiko di Indonesia. Lebih lanjut, tulisan ini juga menjelaskan kualitas dari implemetasi kajian risiko keduanya dengan menggunakan kerangka kerja incertitude. Penelitian ini menemukan kajian risiko sudah diatur dan dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sayangnya, hasil kajian risiko yang dilakukan tidak menunjukkan posisi atau ranah risiko (risk). Di samping itu, regulasi yang berlaku belum cukup memadai untuk menjadi landasan terciptanya kajian risiko yang berkualitas. Oleh sebab itu, penting untuk menegakkan peraturan yang sudah berlaku, serta melihat alternatif instrumen pengambilan keputusan sesuai dengan posisi incertitude yang dihasilkan. ......The development of genetically modified organisms brings both potential benefits and risks. This issue is still debatable because of the lack of scientific certainty. Therefore, the precautionary principle plays an important role. One of the instruments used to promote the precautionary principle is risk assessment. In Indonesia, this instrument is used as a basis for decision-making related to its release and/or distribution of genetically modified organisms. In order to explain the potential, likelihood, and outcome of the use and/or release of genetically modified organisms, a risk assessment needs to use direct evidence. Within the incertitude framework, this condition known as 'risk': the expected result that indicates a correct risk assessment. Given the importance of risk assessment for release and/or the distribution of genetically modified organisms in Indonesia, this thesis identifies the regulatory framework and the implementation of risk assessment's regulation, especially on environmental safety, using the RA results from GM Maize (Bt11 and GA21). Moreover, this thesis also examines the quality of both risk assessments quality using an incertitude framework. This research found that the risk assessment has been regulated and carried out based on the governing laws and regulations. Unfortunately, the results of the risk assessment carried out do not show a risk position. It is also concluded that the applicable governing regulations are insufficient as a basis to create a risk assessment. Therefore, it is important to strengthening the governing regulations. It is also suggested to look for more alternative decision-making instruments according to the incertitude position.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jane Nurhanifah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki peran religiositas sebagai moderator hubungan antara resiliensi dan subjective well-being pada penduduk miskin di Jakarta. Hasil penelitian pada 181 partisipan (114 laki-laki, 67 perempuan) menunjukkan bahwa effect size pada analisis regresi sederhana sebesar 15,3%, dan dilanjutkan dengan melakukan analisis regresi moderasi menjadi sebesar 22,1%. Hal ini menunjukkan bahwa religiositas dapat memperkuat hubungan resiliensi dan subjective well-being pada penduduk miskin di Jakarta. Hasil penelitian ini menambah pengetahuan mengenai peran religiositas sebagai moderator hubungan resiliensi dan subjective well-being. ......This study is aimed to investigate the role of religiosity as a moderator of the relationship between resilience and subjective well-being of the poor in Jakarta. The results of the study on 181 participants (114 males, 67 females) showed that the effect size in the simple regression analysis was 15.3%, and the result followed by moderation regression analysis was 22.1%. This shows that religiosity could strengthen the relationship between resilience and subjective well-being of the poor in Jakarta. The results of this study enhance the knowledge of the role of religiosity as a moderating variable of the relationship between resilience and subjective well-being.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Glaser, Jane R.
New York: Routledge, 1996
069 GLA m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Benjamin, Jane
London: Fourmat Publishing, 1993
343.410 94 BEN m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Winter, Jane Kohen
Singapore: Times Books Internasional, 1996
390.097 3 WIN c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Smith, Jane
London: Headway , 1995
616.143 SMI v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Drakard, Jane
New York: Southeast Asia Program, 1990
959.8 DRA m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>