Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9396 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haas, Cherie de
New York: Avery Publishing Group INC, 1987
646.726 HAA n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Batubara, Irwan Saputra
"Latar belakang: Baumann Skin Type Indicator (BSTI) merupakan instrumen yang dikembangkan pada tahun 2006 untuk menentukan tipe kulit berdasarkan empat parameter dikotom, yaitu: kering atau berminyak; sensitif atau resisten; berpigmen atau tidak berpigmen; dan kencang atau keriput. Kuesioner ini telah dimodifikasi pada tahun 2022 agar lebih praktis dan mudah digunakan. BSTI dapat membantu dokter untuk merekomendasikan produk perawatan kulit harian yang paling sesuai bagi pasien. Hingga saat ini, belum ada klasifikasi penentuan tipe kulit di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan alat yang valid dan reliabel untuk menentukan tipe kulit pada populasi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Baumann Skin Type Indicators berbahasa Indonesia (BSTI-Ina).
Metode: Dilakukan penerjemahan dan adaptasi lintas budaya kuesioner BSTI tahun 2006 dan 2022 ke dalam bahasa Indonesia. Hasil terjemahan kuesioner dianalisis oleh komite yang beranggotakan dokter spesialis Dermatologi, Venereologi dan Estetika, ahli biostatistika, psikolog klinis, dan penerjemah. Hasil kuesioner yang telah disepakati oleh komite diisi oleh 150 subjek dewasa yang berusia antara 18 hingga 59 tahun. Validitas kuesioner BSTI-Ina tahun 2006 dan 2022 dinilai berdasarkan validitas konten dan validitas konstruksi. Reliabilitas dinilai berdasarkan konsistensi internal. Korelasi antara kuesioner BSTI-Ina tahun 2006 dan 2022 dinilai dengan intra-class correlation (ICC).
Hasil: Uji validitas menghasilkan nilai koefisien korelasi setiap pertanyaan pada BSTI-Ina tahun 2006 sebesar -0,037 hingga 0,751, untuk setiap pertanyaan pada BSTI-Ina tahun 2022 sebesar 0,231 hingga 0,685. Uji reliabilitas menunjukkan nilai α Cronbach untuk setiap pertanyaan pada BSTI-Ina tahun 2006 sebesar 0,613 hingga 0,718 dan untuk seluruh pertanyaan pada BSTI-Ina tahun 2022 sebesar 0,704. Intra-class correlation antara BSTI-Ina tahun 2006 dan 2022 sebesar 0,435.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa BSTI-Ina tahun 2006 dan 2022 valid, reliabel, dan dapat digunakan untuk menentukan tipe kulit populasi dewasa di Indonesia.

Backgorund: The Baumann Skin Type Indicator (BSTI) is an instrument developed in 2006 to determine skin types based on four dichotomous parameters, which are: dry or oily; sensitive or resistant; pigmented or non-pigmented; and tight or wrinkled. This questionnaire has been modified in 2022 to make it more practical and simple to use. The BSTI can assist dermatologists in recommending the most appropriate daily skin care products for patients. Until now, there is no classification for determining skin type in Indonesia. Therefore, valid and reliable tools are needed for determining skin type in the Indonesian population. This study aims to develop an Indonesian version of Baumann Skin Type Indicators (BSTI-Ina).
Methods: The English versions of 2006 and 2022 BSTI questionnaires were translated into Bahasa Indonesia and underwent cross-cultural adaptation. The translated questionnaires were analyzed by a committee consisting of dermato-venereologists and aestheticians, biostatistician, clinical psychologist, and translators. The questionnaires were completed online by 150 Indonesian adult subjects ranging between 18 and 59 years old. The validity of the translated questionnaires was measured by content and construct validity. The reliability was assessed by internal consistency. The correlation between the 2006 and 2022 BSTI-Ina was assessed by intra-class correlation (ICC).
Results: The validity test showed correlation coefficient scores for each question in 2006 BSTI-Ina was -0,037 to 0.751, and for each question in 2022 BSTI-Ina was 0,231 to 0,685. The reliability test showed a Cronbach’s α coefficient for each question in 2006 BSTI-Ina was 0,613 to 0,718 and for question in 2022 BSTI-Ina was 0,704. The ICC between 2006 and 2022 BSTI- Ina was 0.435.
Conclusion: This study demonstrates that both 2006 and 2022 BSTI-Ina are valid, reliable, and suitable for determining the skin type of the Indonesian adult population.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Daniaty
"Latar belakang: Hampir sebagian besar pasien kanker akan memiliki keluhan kulit, rambut, dan kuku (KRK) terkait efek samping kemoterapi yang diberikan. Antrasiklin merupakan kemoterapi yang banyak digunakan pada pasien kanker. Meskipun jarang mengancam nyawa, kelainan KRK dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup. Berbagai faktor risiko berpengaruh terhadap kelainan tersebut. Waktu timbulnya manifestasi kelainan KRK pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi berbasis antrasiklin juga beragam munculnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara usia, penyakit penyerta sistemik, status gizi, ECOG, dan anemia dengan manifestasi klinis KRK pada pasien kanker yang menjalani dua siklus kemoterapi berbasis antrasiklin.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan kohort prospektif yang diikuti dalam dua siklus pertama kemoterapi berbasis antrasiklin. Sebesar 65 pasien kanker berusia di atas 18 tahun yang mendapatkan kemoterapi siklus pertama berbasis antrasiklin di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Semua SP dilakukan anamnesis, pemeriksaan dermatovenereologikus, dan dokumentasi klinis sampai sebelum kemoterapi siklus ke-3. Pencatatan faktor risiko, jenis, dan waktu timbulnya kelainan dilakukan apabila ditemukan manifestasi KRK.
Hasil: Kelainan kulit terbanyak berupa xerosis dan hiperpigmentasi. Anagen effluvium ditemukan pada 89,2% pasien kemoterapi. Melanonikia dan xanthonikia ditemukan pada 87,7% pasien. Xerosis ditemukan dengan median (minimum-maximum) 7 (2-56) hari, anagen effluvium timbul dalam median (minimum-maximum) 13(1-27 hari), dan melanonikia dengan median (minimum-maximum) 23(1-65) hari. Tidak terdapat hubungan antara usia, penyakit penyerta sistemik, status gizi, status performa ECOG, dan anemia dengan manifestasi KRK pada pasien kanker yang menjalani dua siklus kemoterapi berbasis antrasiklin.
Kesimpulan: Semua pasien memiliki kelainan KRK. Kelainan yang paling cepat timbul adalah xerosis, diikuti anagen effluvium, dan melanonikia. Tidak ditemukan hubungan antara usia, penyakit penyerta sistemik, status gizi, status performa ECOG, dan anemia dengan manifestasi KRK pada pasien kanker yang menjalani dua siklus kemoterapi berbasis antrasiklin.

Background: Nearly most cancer patients experience skin, hair, and nail complaints due to chemotherapy side effects. Anthracycline-based chemotherapy is widely utilized in cancer care. While rarely life-threatening, cutaneous, hair, and nail alterations can significantly impact quality of life. Several risk factors influence these disorders. The onset timing of skin, hair, and nail manifestations varies among cancer patients undergoing anthracycline-based chemotherapy. This study analyses the association between age, systemic comorbidities, nutritional status, ECOG performance status, and anaemia with clinical manifestations of skin, hair, and nails in cancer patients undergoing two cycles of anthracycline-based chemotherapy.
Methods: This is an analytical descriptive study involving a prospective cohort followed during the first two cycles of anthracycline-based chemotherapy. A total of 65 cancer patients aged above 18, receiving the first cycle of anthracycline-based chemotherapy at RSUPN dr. Ciptomangunkusumo, were enrolled. All subjects underwent anamnesis, dermatovenereological examination, and clinical documentation before the third chemotherapy cycle. Risk factors, type, and onset time of abnormalities were recorded upon detection of skin, hair, and nail manifestations.
Results: All patients presented with skin, hair, or nail abnormalities. The most rapidly occurring abnormalities were xerosis, followed by anagen effluvium and melanonychia. No correlation was found between age, systemic comorbidities, nutritional status, ECOG performance status, and anaemia with skin, hair, and nail manifestations in cancer patients undergoing two cycles of anthracycline-based chemotherapy. Conclusions: The most frequent skin abnormalities observed were xerosis and hyperpigmentation. Anagen effluvium was detected in 89.2% of chemotherapy patients. Melanonychia and xanthonychia were found in 87.7% of patients. Xerosis had a median (min-max) onset of 7 (2-56) days, anagen effluvium manifested within a median (min- max) of 13 (1-27) days, and melanonychia with a median (min-max) onset of 23 (1-65) days. There was no association found between age, systemic comorbidities, nutritional status, ECOG performance status, and anaemia with skin, hair, and nail manifestations in cancer patients undergoing two cycles of anthracycline-based chemotherapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sawqi Saad El Hasan
"Penelitian ini dilakukan untuk menguji relevansi teori bauran pemasaran 4P (harga, promosi, produk, dan lokasi) terhadap pembelian konsumen terhadap produk perawatan kulit bersertifikasi halal. Penelitian ini dilakukan terhadap 100 orang responden sebagai sampel penelitian yang berada di wilayah DKI Jakarta, kemudian usia yang dikehendaki antara 18 ? 60 tahun. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai analisis bauran pemasaran yang mempengaruhi pembelian produk perawatan kulit bersertifikasi halal. Produk perawatan kulit yang bersertifikasi halal dalam penelitian ini dibatasi menjadi produk perawatan kulit wajah dan tubuh, seperti pembersih dan penyegar wajah, krim wajah, masker, pelembab, body lotion, lulur/scrub, hingga lipcare. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor dominan yang mempengaruhi pembelian konsumen terhadap produk perawatan kulit bersertifikasi halal adalah faktor Produk. Dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa produk perawatan kulit bersertifikasi halal memiliki kualitas yang baik terhadap konsumen yang merupakan indikator yang paling dominan pada variabel Produk. Hal ini menunjukkan bahwa produk yang baik dan berkualitas mampu meningkatkan pembelian. Produk yang berkualitas secara tidak langsung berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen dalam membeli produk perawatan kulit bersertifikasi halal. Faktor dominan yang kedua adalah faktor lokasi penjualan produk. Dimana faktor lokasi juga mempengaruhi konsumen dalam pembelian produk perawatan kulit bersertifikasi halal. Lokasi yang nyaman dan tidak jauh dari pusat kegiatan konsumen akan menjadi pilihan konsumen secara tidak langsung dalam membeli produk perawatan kulit bersertifikasi halal. Dengan demikian hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa sikap konsumen yang dibangun berbasis kualitas produk mampu membentuk pembelian.

This study was conducted to test the relevance of the theory of 4P marketing mix (price, promotion, product, and location) to the consumer to purchase halal certified skin care products. This study was conducted on 100 respondents as samples that are in the area of Jakarta, then the desired age between 18-60 years. This study was conducted to obtain information on the analysis of the marketing mix that influence purchasing halal certified skin care products. Halal certified skin care products in this study was limited to facial skin care products and body, such as facial cleansers and toners, facial creams, masks, moisturizer, body lotion, body scrub / scrub, until lip care. The method of analysis in this study using multiple regression. The results showed that the dominant factor affecting consumer purchase of the halal certified skin care products. From the test results can be seen that halal certified skin care products have a good quality to consumers that an indicator variable that is most dominant in products. This indicates that the products are good and can improve the quality of purchase. This may imply that a quality product is indirectly influence the purchase decisions of consumers to purchase halal certified skin care products. The second dominant factor is the location factor product sales. Where location factors also affect consumers in the purchase halal certified skin care products. The convenient location and not far from the center of consumer activity will be the choice of consumers indirectly in buying halal certified skin care products. Thus the results of this study proves that consumer attitudes are built based on the quality of products capable of forming purchase.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Calbom, Cherie
New York: Avery, 2005
646.726 CAL w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Parentini, Lynn J.
New York: Prentice-Hall, Englewood Cliffs, 1996
646.726 PAR j
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muniati Kurnia
"Penyandang diabetes melitus memiliki bayang-bayang risiko terjadinya penurunan kualitas kesehatan dibandingkan dengan individu yang bukan penyandang diabetes melitus. Hal ini terjadi karena adanya anomali pada kadar glukosa darah yang meningkatkan risiko terjadinya kejadian terburuk yaitu komplikasi terutama pada kulit. Untuk mengurangi risiko tersebut dibutuhkan perilaku perawatan kulit yang baik dimulai dengan tingkat pengetahuan yang baik terkait perawatan kulit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawatan kulit pada penyandang diabetes melitus. Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional dan menggunakan teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling melibatkan 110 orang responden. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 69 orang (62,7%) memiliki pengetahuan sedang, sebanyak 31 orang (28,2%) dengan pengetahuan tinggi, dan sebanyak 10 orang (9,1%) memiliki pengetahuan kurang. Berdasarkan data tersebut, sebagian besar masih memiliki tingkat pengetahuan sedang sehingga diperlukan upaya peningkatan pengetahuan pada penyandang diabetes melitus terutama pada perawatan kulit dengan memaksimalkan Program Pengelolaan Penyakit Kronis pada setiap fasilitas kesehatan. 

People with diabetes mellitus have the risk of decreasing the quality of health compared to individuals who do not have diabetes mellitus. This happens because of an anomaly in blood glucose levels which increases the risk of the worst event occurring, namely complications, especially on the skin. To reduce this risk, good skin care behavior is needed starting with a good level of knowledge regarding skin care. This research was conducted to describe the level of skin care knowledge in people with diabetes mellitus. The research design is a descriptive study with a cross-sectional approach and uses a sampling technique with simple random sampling involving 110 respondents. The results showed that 69 people (62.7%) had moderate knowledge, 31 people (28.2%) had high knowledge, and 10 people (9.1%) had less knowledge. Based on these data, most of them still have a moderate level of knowledge, so efforts are needed to increase knowledge of people with diabetes mellitus, especially in skin care by maximizing the Chronic Disease Management Program at every health facility."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Savarina
"Penelitian ini membahas tentang tanda verbal dalam iklan produk perawatan kulit Jepang. Studi ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan tanda verbal yang terdapat dalam iklan tabir surya Jepang serta hubungannya dengan karakteristik musim panas di Jepang. Penelitian ini menggunakan teori semiotika pendekatan Charles Sanders Peirce untuk mengkaji makna pada tanda verbal dalam iklan produk tabir surya ini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan yaitu iklan tabir surya Jepang selama musim panas 2019, 2020, dan 2021 yang ada di situs penyimpanan video Youtube “Japanese TV CM” berjumlah 5 buah. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa dalam iklan produk tabir surya ini terdapat kata-kata khusus yang mencerminkan musim panas seperti (natsu) “musim panas”, (ase) “keringat”, (mizu) “air”, (netsu) “panas”, UV (sinar ultraviolet), SPF50 PA++++ dan (hikari) “cahaya” yang merupakan upaya persuasi produsen kepada konsumen untuk menjelaskan keunggulan produknya melalui tujuh kata tersebut. Ditemukan sebanyak 30 data yang terdiri atas 3 data menggunakan tanda verbal (natsu) “musim panas”, 6 data tanda verbal (ase) “keringat”, 6 data tanda verbal (mizu) “air”, 3 data tanda verbal (netsu) “panas”, 7 data tanda verbal UV (sinar ultraviolet), 4 data tanda verbal (hikari) “cahaya”, dan 1 data tanda verbal SPF 50+PA++++.

This study discusses verbal signs in Japanese skin care advertisements. This study aims to identify and explain the verbal signs contained in Japanese sunscreen advertisements and their relations to the characteristics of summer in Japan, through the analysis of Charles Sanders Peirce's approach. The research method used is descriptive qualitative. The data sources used are Japanese sunscreen advertisements during the summer 2019, 2020, and 2021 which are on the Youtube video storage site "Japanese TV CM" totaling 5 pieces. The results of the analysis is the advertisements for sunscreen products contain special words that reflect summer such as (natsu) "summer", (ase) "sweat", (mizu) "water", (netsu) "hot", UV (ultraviolet light), SPF50 PA++++ and (hikari) “light” which is an attempt by producers to persuade consumers to explain the advantages of their products through these seven words. There were 30 data consisting of 3 data using verbal sign (natsu) "summer", 6 data for verbal sign (ase) "sweat", 6 data for verbal sign (mizu) "water", 3 data for verbal sign ( netsu) "hot", 7 data for verbal signs of UV (ultraviolet light), 4 data for verbal signs (hikari) "light", and 1 data for verbal signs of SPF 50+PA++++."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Lutfiah Nurussabti
"Salah satu masalah kesehatan yang sering dikeluhkan oleh lansia adalah masalah kulit. Kulit merupakan bagian terluar dalam tubuh manusia. Proses penuaan pada lansia mempengaruhi perubahan fungsional pada kulit lansia. Salah satu intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah kerusakan integritas kulit pada lansia kelolaan adalah Perawatan kaki foot care. Perawatan kaki dengan pencucian kaki dengan sabun pH normal, kemudian direndam dengan emollient cair gliserin, dan mengoleskan dengan emollient topikal valseline pertoleum jelly. Program Perawatan kaki dilakukan enam kali dalam seminggu selama enam minggu.
Tujuan dari penulisan ini yaitu memaparkan hasil asuhan keperawatan pada lansia kelolaan di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, dengan instrumen evaluasi berupa ItchyQuant. ItchyQuanmerupakan kuesioner dengan skala Numeric Rating Scaleyang berisi 11 item yang dilakukan untuk menilai dan mengartikan gejala subjektif keparahan pruritus. Serta mengevaluasi xerosis dengan gambar yang diambil setiap minggunya, dilihat apakah terjadi perubahan pada kulit atau tidak.
Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa klien mengalami penurunan skor 0 tidak gatal di minggu ke-6 intervensi, serta xerosis kulit kering pada klien tidak tampak. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan status kesehatan kulit lansia. Program Perawatan Kaki dilakukan selama 6 minggu 30 hari dengan durasi 45-60 menit tiap harinya untuk meningkatkan status kesehatan kulit klien.

One of the health problems that are often complained by the elderly is skin problems. The aging process in the elderly affects the functional changes in elderly skin. One of the nursing interventions to overcome the problem of skin integrity damage in elderly is foot care. Foot care with foot wash with normal pH soap, then soaked with liquid emollient glycerin, and topical emollient valseline petrtoleum jelly. Foot Care Program is performed six times a week for five weeks.
The purpose of this paper is describing the results of nursing care in the elderly managed in PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, with the instrument of evaluation of ItchyQuant. ItchyQuan is a questionnaire with a Numeric Rating Scale scale that contains 11 items done to assess and interpret the subjective symptoms of pruritic severity. As well as evaluating xerosis with pictures taken every week, see if there is any change in the skin or not.
The results showed that the client experienced a decrease in score of 0 not itching in the 6th week of intervention, and xerosis dry skin on the client was not appear. This indicates an increase in skin health status of the elderly. Foot Care Program is performed for 6 weeks 30 days with 45-60 minutes duration each day to improve client 39;s skin health status.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nyawung Tyas Sesetyo Febriyanti
"Masyarakat perkotaan terutama wanita pekerja yang sedang hamil rentan terhadap paparan bahan kimia dan polusi yang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada janinnya, salah satunya adalah penyakit Hirschsprung yang ditandai dengan feses yang menyemprot, berbau busuk, frekuensi Buang Air Besar BAB yang sering dan cair. Frekuensi BAB sering dan cair dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit sekitar perianal.
Keterlibatan perawat sangat diperlukan dalam melindungi daerah perianal dengan menggunakan barrier atau pelembab yaitu Virgin Coconut Oil atau VCO. Penggunaan VCO ini dilakukan pada anak M selama 5 hari. Terdapat hasil yang signifikan dengan menggunakan DDSIS dari skor 4 menjadi 0 terhadap berkurangnya derajat kerusakan integritas kulit setelah dilakukan pemberian VCO. Hasil penerapan penggunaan VCO ini dapat digunakan sebagai masukan bagi institusi kesehatan.

Urban communities especially pregnant working women are vulnerable to the chemicals and pollutants exposures that can cause congenital abnormalities, one of them is Hirschsprung 39 s disease which are characterized by liquid stool, stool hose and foul odors. The high intensity of liquid stool can damage the perianal skin integrity.
The involvement of nurses is indispensable to protecting the perianal area by using VCO oil. This is performed in M children treated in 5 days. There is a significant result by using DDSIS in score 4 to 0 in reducing the damage skin integrity after VCO ussage. The result of VCO application can be used as an input for the healthcare institutions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>