Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8590 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Naskah ini merupakan kumpulan berbagai teks diantaranya adalah:
1. Serat cabolek, berisi perdebatan antara Haji Mutamangkin yang berasal dari desa Cabolek dengan Ketib Anom Kudus dan Demang Urawan. Haji Mutamangkin dianggap menghina ajaran sareat Islam, lalu oleh PB II diperintahkan untuk diadili. Soebardi telah mengulas dan meneliti berbagai naskah dan versi Serat Cabolek yang ada. Olehnya serat-serat Cabolek dikelompokkan dalam tiga kelompok. Setelah dilakukan penelitian singkat penyunting melihat bahwa teks Cabolek di dalam naskah ini sama versinya dengan kelompok ke-3 pengelompokan Soebardi. Pada awal teks agak berbeda karena menggunakan metrum mijil, sedangkan metrum selanjutnya sama persis. Teks Cabolek yang lainnya adalah PR.74, setelah dibandingkan teks Cabolek ini merupakan versi yang lain dari versi pengelompokannya Soebardi. Keterangan bibliografis selengkapnya mengenai teks Cabolek lihat MSB/L.80. Teks dilanjutkan dengan cerita mengenai Bima Suci. Di dalam teks ditemukan keterangan mengenai saat penulisan, yaitu pada hari Kamis Pon, 11 Dulkangidah, Ehe 1788 (31 Mei 1860). Prakarsa penulisan teks ini adalah Surya Sasradiningrat III, Pakualaman Yogyakarta.
2. Teks kedua adalah Bima Suci KAwi Miring, masih melanjutkan salah satu tema Serat Cabolek yang menguraikan berbagai petualangan Bima ketika mencari air kehidupan. Teks ini menggunakan metrum tembang gedhe.
3. Teks Niti Negari, berisi uraian dan kewajiban seorang raja. Teks ini hanya terdiri dari metrum dhandanggula sebanyak 51 bait.
4. Teks yang menerangkan 21 jenis nistha yang etrdapat pada seorang ksatria
5. Teks yang menerangkan keburukan dari perbuatan saling menghina, teks ini hanya terdiri dari satu bait bermetrum dhandhanggula
6. Semacam serat ma lima, yang menerangkan berbagai hal yang dianggap buruk oleh masyarakat, seperti: berjudi, menghisap candu, main perempuan, dan lain-lain.
7. Serat Astha Brata, yaitu wejangan Rama kepada Gunawan Wibisana tentang keadaan alam dan kewajiban seorang raja, dengan mengikuti sifat delapan dewa.
8. Teks piwulang berjudul WUlangreh, karangan Pakubuwana IV.
9. Teks yang isinya menerangkan bagaimana seorang mendapatkan ngelmu
10. Teks yang isinya menerangkan ajaran seorang pangeran kepada anak cucu dan abdinya, tentang watak dan perbuatan yang baik.
11. Teks yang berisi ajaran kepada laki-laki agar jangan selalu percaya terhadap omongan istri
12. Teks dongeng peksi bayan, mengisahkan sebuah kerajaan burung di sebuah pohon bernama Puh Jenggi, dan dipimpin oleh Peksi Bayan. Menurut keterangan ahli nujum kerajaan, Peksi Bayan akan mendapat celaka ulah peksi johan. Peksi bayan memerintahkan rakyatnya apabila bertemu Peksi Johan agar membunuhnya. Suatu saat datanglah Ki Demang yang memiliki kebiasaan mengakan burung, lalu memasang jerat dan pulut. Seluruh warga Peksi Bayan tertangkap, namun mereka sepakat untuk berpura-pura mati. Ki Demang membuang bangkai burung-burung yang mati, setelah dibuang mereka bersama-sama terbang tetapi malangnya sang Raja Peksi Bayan masih tertangkap. Ki Demang pulang sambil membawa tangkapannya Peksi Bayan. Teks ini hanya menggunakan metrum sinom dalam 25 bait.
13. Teks DOngeng Peksi Platukm mengisahkan kerajaan burung. Sang raja bertengkar dengan patihnya bernama Brihawan tentang masalah perjodohan. Sang raja marah dan memerintahkan kebayan Peksi Bango membunuh Brihawan, namun ia menolak, lalu kepalanya dipukul sehingga botak. Cerita berlanjut mengenai ganjaran pada burung-burung yang menuruti perintah raja dan yang menolak. Teks ini menggunakan metrum dhandhanggula dalam 22 bait
14. Teks Dongeng jejaka anaking segawon, mengisahkan seorang janda yang menikahi anjing dan memiliki anak laki-laki yang tampan. Sang anak kecewa dengan bentuk ayahnya lalu pergi berguru pada awan, angin, gunung dan terakhir pada landak. Setelah bertanya kesana kemari, akhirnya ia kembali ke rumahnya lagi karena ternyata ayahnyalah yang paling unggul, sebab landak takut pada anjing. Teks ini menggunakan metrum asmaradana dalam 13 bait
15. Teks rancang kumala, mengisahkan kerajaan rancang kumala dan prabangkara, pelukis istananya yang sangat taat pada perintah raja. Raja Rancang Kumala mimpi jatuh cinta [ada seorang putri, lalu ia memerintahkan Prabangkara untuk membuat lukisannya. Tanpa disengaja ketika melukis, Prabangkara menjatuhkan tetesan tinta pada lukisannya dan membuat raja marah. Raja menghukum Prabangkara dengan memerintahkan melukis isi lautan dan daratan. Cerita berakhir ketika Prabangkara membuat golek yang lalu dijual pada putri Rancang Mustika, sehingga sang putri jatuh cinta dan menikah dengannya.
16. Teks DOngeng Tiyang jrih, mengisahkan seorang penakut yang memiliki sebilah keris. Ia selalu memerintahkan istrinya untuk mencari tandingannya. Sang istri menuruti dan bertemu dengan orang Bali. Orang Bali bersedia datang menyanggupi. Mendengar keterangan istrinya, sang penakut menjadi kecewa dan menyesali sikapnya. Atas saran istrinya sang penakut dirias bagai seorang bayi, ketika orang Bali datang, ia terkejut melihat bayi yang sedemikian besarnya. Dalam hati ia berpikir, bagaimana besarnya sang ayah, lalu orang Bali itu pergi karena ketakutan.
17. Teks Dongeng Ngayawaram mengisahkan lamunan seorang pedagang minyak, namun akhirnya tersadar ketika minyak jatuh berceceran.
18. Teks yang isinya menerangkan berbagai hal kegunaan dan pralambang dari seorang raja yang diumpamakan perahu dan bagian-bagiannya.
19. Teks Suluk Seh Tekawerdi, mengisahkan ajaran seorang pendeta yang terkenal bernama Seh Tekawerdi kepada anak cucunya tentang perbuatan yang baik. Seh Tekawedi juga mengajarkan bagaimana mengabdi kepada raja dan ajaran 4 macam nafsu.
20. Suluk Seh Idayatulloh, mengisahkan tatacara mengabdi pada raja dan uraian kata-kata julukan bagi raja.
21. Serat Sanusiri, mengisahkan ajaran untuk mempelajari sastra Arab dan Jawa, ajaran agar bertingkah laku yang baik kepada Allah, Nabi, Raja, lalu diterangkan keburukan orang yang mengerjakan Ma Lima, yaitu main, minum, maling, madat, madon. Disebutkan juga tentang keburukan orang yang tidak memiliki niat berbuat baik.
Di dalam teks disebutkan nama penyalin, yaitu Rangga Prawiradirja dengan sengkala 1823 (Pawaka Dwi Angerti Sujalma) atau 1893 Masehi. Kebanyakan teks yang termuat dalam naskah ini ditandai dengan ciri khas sastra Pakualaman, yaitu sasmitaning tembang terdapat pada bait pertama setiap pupuh baru, bukan pada bair terakhir pupuh sebelumnya. Penyalinannya pun diduga di Yogyakarta, kawasan Pakualaman.
Keterangan di luar teks menyebutkan bahwa naskah ini pernah dimiliki oleh Raden Panji Kakrasana, seorang lurah prajurit Nyutra di Yogyakarta, kemudian pada tanggal 19 April 1902 diserahkan kepada Ngabehi Carucitra. Selain itu disebutkan bahwa naskah ini berasal dari K.G.P.A.A. Sasraningrat III, Pakualaman. Pigeaud membelinya pada 30 Mei 1933, kemudian dibuat ringkasannya oleh Mandrasastra pada November 1933."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CS.10-NR 250
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan naskah campuran yang diberi judul Serat Wulang Warni-warni, berisi berbagai macam teks wulang yang mengajarkan berbagai hal berkaitan dengan mistik Islam. Berikut ini adalah teks-teks yang terdapat di dalam naskah: 1. Wulang Dalem PB IX (h.1-3); 2. Wedhatama (3-12); 3. Musawaratan Para Wali (12-34); 4. Kadis Saresmi (34-37); 5. Walidarma (38-40); 6. Paramayoga (46.131)
Di dalam teks (h.131) disebutkan kolofon yang berbunyi Rampunging panyerat wanci jam 1/2 6 sonten ing dinten Septu Kliwon kaping ... Jumadilawal tahun Jimakir 1850: Utawa kaping : ... Pebruwari 1920. Di dalam kolofon ini tidak disebutkan tentang nama penyalin dan tempat penyalinan. Namun demikian, melihat corak tulisan yang dipergunakan, tampaknya naskah ini berasal dari Surakarta.
Menurut keterangan di luar teks, naskah ini diperoleh Pigeaud dari Van der Gracht di Yogyakarta pada tanggal 16 Desember 1929, dan disalin oleh stafnya pada bulan Juli 1930. Pigeaud juga menyertakan daftar isi dari teks-teks yang ada seperti yang disebutkan di atas. Selain naskah yang disebutkan di atas, juga terdapat ringkasannya (terlampir, berupa petikan pada pertama dan pada terakhir), yang dibuat oleh Staf Pigeaud di Surakarta pada bulan Juli 1930.
Untuk keterangan tentang naskah-naskah yang berisi berbagai suluk atau piwulang, lihat deskripsi naskah FSUI/PW.99"
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
PW.179-NR 68
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan salinan dari satu bagian naskah PNRI/LBR 7/3 (46). Informasi penyalinannya kurang jelas, tetapi kemungkinan disalin oleh Sumadireja di Tuban pada bulan Agustus 1910. Pigeaud memperolehnya pada tahun 1929. Lihat FSUI/CL.32 dan CL.42 untuk salinan bagian-bagian lain dari naskah induk yang sama. Naskah ini berisi kumpulan berbagai teks, berupa ajaran dan nasihat tentang kedudukan wanita, hubungan suami-isteri, sikap dan tingkah laku yang luhur, dan lain-lain. Rincian isi per pupuh sebagai berikut:;. Nasihat kalau mau mencari istri. 2. Menjabarkan tentang Candraning Wanita 3. Sambungan Candraning Wanita. 4. Nasihat agar mengurangi makan dan tidur; pakaian seperlunya saja; jangan bergaul dengan orang jelek. 5. Nasihat agar meniru petuah yang baik walaupun itu berasal dari orang miskin. 6. Nasihat agar jangan meniru perbuatan yang jelek walaupun itu dilakukan oleh orangtua sendiri. 7. Nasihat agar orang mengabdi itu lebih mantap, setia, dan penurut, karena raja adalah wakil Hyang Agung. 8. Nasihat agar tetap mengurangi makan dan tidur, menahan nafsu. Juga jangan lupa terhadap sanak saudara dan teman, jangan suka membicarakan orang lain, jangan cepat sombong. 9. Nasihat untuk Patimah putranya, bahwa wanita yang menuruti keinginan suaminya akan diberi ganjaran oleh hyang widi, yang lebih besar dari pada naik haji. 10. Sasmitanya orang yang sudah beriman. 11. Nasihat bahwa wanita yang pandai dan tidak bercacat, dilukiskan dengan cara orang membatik yang halus sekali. 12. Parikan yang menanyakan benda-benda. 13. Kidungan tentang; bagaimana ciri orang Wirasaba, perjaka di Baki, gadis Nusupan dan gadis Kauman. 14. Cangkriman yang dilukiskan dengan kembang. 15. Nyanyian untuk bersenang-senang. 16. Cangkriman yang dilukiskan dengan kembang. 17. Nasaihat agar tidak minum candu. 18. Berisi tentang kemerdekaan. Adapun daftar pupuh sebagai berikut: (1) asmarandana; (2) dhandhanggula; (3) sinom; (4) kinanthi; (5) gambuh; (6) maskumambang; (7) megatruh; (8) durma; (9) pucung; (10) asmarandana; (11) sinom; (12) asmarandana; (13) balabak; (14) puspawarna; 15) langengita; (16) puspajala; (17) pucung; (18) dhandhanggula."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CL.91-A 16.04a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah yang diberi judul Suluk Warni-warni ini, berisi berbagai macam teks, yaitu: 1. Cabolek (h.1-14); 2. Wulang Dalem PB IX (15-31); 3. Bima Suci (41-47); 4. Bayan Mani (47-48); 5. Johar Mungkin (48-52); 6. Wicara Keras (52-60); 7. Sambungan Bima Suci (61-68); 8. Amongraga petikan Centhini (81-103); 9. Suluk Nabi (121-135); 10. Walisana (135-176); 11. Seh Ngabdul Salam (194-260); 12. Raosing Ngelmi dengan mengambil cerita wayang tentang pertikaian antara Pandawa dengan Kurawa (262-313); 13. Sambungan Suluk Seh Ngabdul Salam (356-368).
Dalam naskah ini terutama teks Bima Suci, ditemukan keterangan saat penyalinan, yaitu pada tanggal 12 Mei 1930 di SUrakarta (h.45), oleh R. Jayasaputra ajaran Sunan Pakubuwana IX ini ditulis oleh R. Ng. Ranggawarsita.
Pigeaud membeli naskah ini dari R. Jayasaputra di Surakarta, pada bulan Mei-Juli 1930. Naskah ini juga telah dibuatkan ringkasannya oleh Mandrasastra pada bulan November 1930"
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
PW.128-NR 84
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan naskah majemuk yang berisi berbagai macam teks. Sesuai keterangan yang disebutkan di h.iv, naskah ini terdiri dari 17 teks. Judul dan isi/keterangan ringkas teks-teks tersebut adalah: 1) teks panitisastra (h.1-22), naskah satu versi yang dikelompokkan oleh Sudewa 1991, menggunakan dua tembang dhandhanggula dan sinom. Keterangan bibliografi mengenai teks panitisastra selengkapnya lihat FSUI/PW.46. berikut ini adalah uraian pupuh pertama dan kedua: (1) dhandhanggula; (2) sinom; 2) suluk luwang (h.22-31), berisi ajaran moral didaktik berdasarkan mistik Islam. Cuplikan pupuh: asmarandana; 3) teks serat surti (h.32-40), berisi ajaran pembentukan watak atas dasar moralitas Jawa. Berikut cuplikan pupuh: kinanthi; 4) teks serat papali Ki Ageng Sela (h.40-47), menceritakan ajaran dan larangan Ki Ageng Sela kepada anak cucunya. Teks ini hanya menggunakan metrum dhandhanggula dalam 29 pada; 5) teks serat Bratasunu (h.48-60), terdiri dari empat pupuh, berisi ajaran moral didaktik untuk membina watak yang baik. Berikut cuplikan pupuhnya: (1) pucung; (2) kinanthi; (3) gambuh; (4) sinom; 6) alap-alap (h.60-76), menguraikan tentang tatacara mengabdi yang baik pada atasa. Berikut cuplikan pupuh: (1) asmarandana; (2) sinom; (3) pangkur; 7) jalu estri (h.76-79), berisi uraian mengenai watak dan sifat laki-laki maupun wanita serta hubungan antara keduanya. Teks ini bermatra tunggal dengan pupuh asmarandana; 8) teks serat wulangreh (h.79-135), karangan PB IV, berisi uraian mengenai pembentukan watak yang baik dari seorang raja kepada rakyatnya. Di dalam teks ini terdapat kolofon selesainya penulisan sebagai berikut: titi tamat layang wuruk, marang putraningsung estri, Kemis Pon ping pitu Sura, kuningan Be kang gumanti, obah guna swareng jagad tahun Jawa 1736 (1809 M). Keterangan bibliografi selengkapnya mengenai teks ini lihat MSB/P.20; 9) teks serat anyatakaken tingkah awas ing donya, berisi anjuran agar orang berhati-hati ketika hidup di dunia (h.135-140). Berikut cuplikan pupuh: (1) pangkur; (2) kinanthi; (3) sinom; 10) teks serat sanasunu (h.140-226), karangan Yasadipura II. Berisi ajaran agar manusia selalu berbuat baik dan mengingat kehidupan di dunia, ingat dalam berteman, dan ketika mencari nafkah harus dengan cara baik. Uraian pupuh selengkapnya lihat pratelan I: 403; 11) teks serat panitibaya (h.226-246), berisi ajaran Panembahan Agung, anak Batara Katong tentang bagaimana menghindari bahaya. Teks ini hanya menggunakan pupuh pangkur dalam 103 pada; 12) teks serat wicara keras (h.246-291), berisi kritik sosial Yasadipura II terhadap kebijaksanaan pemerintah kraton Surakarta (Poerbatjaraka, 1957: 174). Keterangan bibliografi selengkapnya mengenai teks ini lihat MSB/L.353; 13) teks serat panitisruti (291-313), berisi ajaran moral didaktik mengenai cara bagaimana menjadi manusia utama. Keterangan selengkapnya mengenai teks ini, lihat MSB/L.67; 14) teks serat wedharaga (h.314-318), berisi ajaran tenatng hidup di dunia dan bertingkah laku yang utama. Teks ini hanya menggunakan metrum gambuh dalam 38 pada; 15) teks serat nitipraja (h.319-336), menguraikan tugas-tugas utama aparat pemerintahan, seperti tugas seorang raja, patih dan jaksa. Teks ini hanya terdiri dari satu metrum dhandhanggula dalam 60 pada; 16) teks serat sewaka (h.336-346), berisi ajaran mengenai tatacara mengabdi pada seorang raja. Teks ditulis dengan sengkala ?naga sukci buwanane?, ialah tahun Jawa 1748 (1820 M). Bandingkan dengan MSB/S.124. Daftar pupuh sebagai berikut: (1) mijil; (2) pangkur; 17) teks serat wulang dalem PB IV (h.347-356), berisi ajaran kepada anak cucu mengenai tingkah laku yang utama. Teks ini hanya menggunakan satu metrum dhandhanggula dengan 31 pada. Tarikh penulisan teks ini tertera melalui candrasengkala yang berbunyi ?sonya tata pandhita nata? (1750) atau tahun 1822 M. Keterangan di dalm teks menyebutkan tahun selesainya penulisan, yaitu ditulis pada awal hingga pertengahan abad ke-19. Namun berdasarkan jenis kertas yang dipergunakan, tampaknya teks ini berasal dari akhir anad ke-19. Nama penyalin naskah ini tidak disebutkan dengan jelas. Tempat penyalinannya kemungkinan di Surakarta, hal ini sesuai dengan keterangan yang tertera di h.226. Namun bila melihat corak tulisannya, tampaknya naskah ini berasal dari Pesisiran, terlihat dari corak pada mandrawa yang kaya dengan hiasan, dan tampaknya disalin oleh dua orang, terlihat dari corak tulisanya yang berbeda. Naskah ini dibeli dari kantor lelang Yogyakarta, pada tanggal 2 Oktober 2606 atau 2 Oktober 1942. Naskah juga disertai juga dengan daftar isi."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
PW.48-NR 529
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan tembusan karbon dari naskah salinan yang dibuat oleh staf Dr. Kraemer di Panti Boedaja, Surakarta, tahun 1932. Naskah berisi teks Serat Cabolek (juga disebut Serat Bratatama), yang satu versi dengan redaksi yang oleh Soebardi dinamakan redaksi ke-3 (1975: 5). Teks versi tersebut disusun pada tahun 1866 di Yogyakarta atas perintah Sultan Hamengkubuwana VI. Salinan lain dari naskah ini, berupa tembusan karbon, adalah MSB/L.80a, LOr 8367, dan PNRJ/G 190. Naskah babon yang disalin dalam naskah ini tidak diidentifikasikan secara tepat, hanya dinyatakan berasal dari Yogyakarta."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CS.12-A 28.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi 2 teks, yaitu: 1. Serat nitik (Ngayogyakarta) naskah ditulis dalam prakarsa Kanjeng Prameswari Gusti Jeng Ratu Ageng istri dari Almarhum Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengkubuwana ke-6 dari Yogyakarta. Naskah ini adalah salinan dari naskah Nitik milik Gusti Kanjeng Bandara Raden Ayu Prabu Wijaya. Serat nitik secara garis besar berisi sejarah raja-raja Mataram, Yogyakarta (Hamengkubuwana dan Pakualam), dan Surakarta (Pakubuwana dan Mangkunagaran); 2. Serat cabolek, teks ini mengisahkan tentang perdebatan Haji Mutamakin yang berasal dari cabolek dengan Ketib Anom Kudus dan Demang Urawan. Kedua naskah disalin pada tanggal 1 Rabiulakir taun Jimawal 1837/1907. Asal koleksi semula R. M. Sajid."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
PW.3-KS 49
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada (halaman) pelindung dalam terdapat keterangan mengenai judul teks, yaitu: 1. Cabolek dari halaman 1?138; 2. Nitik Sulatan Agungan dari halaman 138?231. Pada naskah ini terdapat sisipan kertas putih yang memuat teks ketikan latin berupa alih aksara teks cabolek dari halaman 1?2 (6 bait). Isi teks cabolek, mengisahkan perjalan hidup H. Mutamakin yang dikenal pula sebagai Ki Cabolek yang merusak syarak, karena itu ia dihujat dan dihukum oleh para ulama Tanah Jawa. Setelah berjumpa dan berdiskusi dengan Ketib Anom Kudus dan pejabat Keraton Surakarta, Ki Cabolek bertobat dan diampuni oleh PB II. Isi teks Nitik Sultan Agungan, mengungkapkan cerita tentang legenda Sultan Agung. Didalamnya dikisahkan pula cerita tentang Ratu Roro Kidul dan lain sebagainya."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CS.4-KT 2
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah berjudul serat jugul mudha lan surya ngalam ini terdiri atas dua teks. Serat jugul mudha dari halaman 1?89, kemudian dilanjutkan dengan serat surya ngalam halaman 1?23. Serat jugul mudha berkisah tentang jugul mudha, putra Arung Bondhan. Ia berputra Kunthara dan cucunya Kapa-kapa. Buyutnya bernama jeksa Nagara. Pigeaud, dalam Literature of Java, menyatakan bahwa serat jugul mudha termasuk dalam cerita misthic dan epic yang terdapat dalam serat kandha. Diperkirakan teks tersebut berasal dari pesisiran (sekitar abad 15-16)."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
LS.11
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
K.S. Paku Buwana IV
"Kitab ini adalah karangan yang berisi ajaran-ajaran yang baik yang dahulu dipakai oleh orang Jawa jika akan mengabdi di dalam keraton. Ajaran ini banyak ditaati dan sangat terkenal di antara orang Jawa khususnya di Surakarta."
Semarang: G.C.T. van drop, 1923
BKL.0009-PW 9
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>