Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6965 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rushton, Anna
"The balance of estrogen to progesterone is vital for women's health, yet over the last few years, incidence of hormone imbalance has been on the increase. The cutting edge title shows how natural progesterone reduces the symptoms of hormonal imbalance and helps with menopause, PMS, problem periods, fibroids and ovarian cysts and much more."
London: Thorsons, 1999
615.357 RUS n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fredrico Patria
"Menjelang tahun 2000, harapan hidup wanita Indonesia meningkat menjadi 67,5 tahun dan kelompok usia tua akan mencapai 8,2 % dari seluruh populasi Indonesia. Diperkirakan pada tahun 2010, usia harapan hidup wanita Indonesia akan mencapai 70 tahun. Seiring dengan peningkatan usia harapan hidup, maka akan terjadi peningkatan penyakit-penyakit tua, khususnya pada wanita kejadian penyakit usia tua ini dihubungkan dengan penurunan kadar hormon estrogen. Penurunan hormon ini telah dimulai sejak usia 40 tahun.
Menopause sebagai akibat dari penurunan kadar hormon estrogen pada wanita akan memberikan gejala-gejala yang dapat bermanifestasi pada berbagai organ. Gejala-gejala yang mungkin timbul dibagi menjadi efek jangka pendek maupun efek jangka panjang. Efek jangka pendek adalah gejala vasomotorik (hot flushes, jantung berdebar, sakit kepala), gejala psikologik (gelisah, lekas marah, perubahan perilaku, depresi, gangguan libido), gejala urogenital (vagina kering, keputihan/infeksi, gatal pada vagina, iritasi pada vagina, inkontinensia urin), gejala pada kulit (kering, keriput), gejala metabolisme (kolesterol tinggi, HDL turun, LDL naik). Sedangkan efek jangka panjang meliputi osteoporosis, penyakit jantung koroner, aterosklerosis, stroke sampai kanker usus besar.
Osteoporosis sebagai salah sate efek jangka panjang akan memberikan dampak tersendiri. Prevalensi osteoporosis pada wanita usia 50-59 tahun adalah 24%, sedangkan pada wanita usia 60-70 tahun adalah 62%. Kejadian osteoporosis ini akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah usia pasca menopause akibat meningkatnya usia harapan hidup, dengan dampak akhirnya pada kejadian fraktur. Fraktur pada osteoporosis terjadi pada 25-30% wanita pasca menopause. Pada wanita pre menopause, estrogen akan menekan resorpsi tulang, sehingga pada saat pasca menopause dengan menurunnya kadar hormon estrogen maka efek tersebut juga akan menurun. Estrogen diperkirakan mengendalikan pembentukan osteokias dengan mengendalikan pembentukan interleukin (IL)-1, IL-6 dan Tumour Necrosis Factor (TNF)-a.
Dalam penanganan osteoporosis, pengobatan pengganti hormonal sangat diperlukan saat ini dan pemberian dosis rendah estrogen dengan dosis rendah progesteron yang digabung dengan kalsium, kalsitriol, senam beban dan aktivitas akan memberikan hasil yang cukup baik, yang ditunjukkan dalam kenaikan densitas tulang femur, lumbal dan radius. Pemberian estrogen juga akan membantu menghilangkan gejala-gejala menopause lainnya. Meskipun demikian terdapat kekhawatiran dari para wanita pasca menopause mengingat risiko untuk timbulnya keganasan pada pemakaian hormon pengganti ditambah dengan adanya perbedaan kebudayaan khususnya di negara-negara Asia yang membuat penerimaan terapi hormonal lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara Eropa.
Penelitian menunjukkan bahwa risiko keganasan pada endometrium pada wanita usia 50 tahun adalah 3%. Pemakaian hormon pengganti estrogen saja akan meningkat risiko keganasan 4-5 kali dalam 5 tahun pemberian dan 10 kali dalam pemberian Iebih dari 15 tahun. Gabungan estrogen dan progesteron akan menurunkan risiko kejadian keganasan pada endometrium dan pada payudara sampai sama dengan risiko tanpa pengobatan hormonal.
Pada penelitian lain ditemukan adanya peningkatan aktivitas enzim enzim peroxisomal proliferating activator receptor Alfa dan gamma yang dapat memicu keganasan pada payudara pada pemakai estrogen untuk jangka panjang. Penelitian World Health Initiative (WHI) menunjukkan bahwa terdapat peningkatan keganasan pada payudara sebesar 26 %, peningkatan sebesar 41% pada kejadian stroke, meskipun terjadi penurunan keganasan kolon 37% pada pemakaian hormon selama 5,6 tahun. Sehingga terapi sulih hormon tidak dianjurkan melebihi 5 tahun. Pada diskusi selanjutnya dikemukakan bahwa pemakaian estrogen pada usia di atas 54 tahun perlu diperhatikan kemungkinan peningkatan bahaya keganasan pada payudara."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penyebab abortus iminens multifaktor. Penyebab terbesar adalah rendahnya kadar progesteron serum. Kadar kritis terendah progesteron serum untuk kelangsungan kehamilan adalah 10 ng/ml. 80 % pasien yang mengalami abortus kadar progesteronnya berada < 10 ng/ml. Pasien yang mengetahui kehamilannya mengalami perdarahan umumnya akan mengalami stress. Stress merupakan juga salah satu faktor terjadinya abortus. Pemberian substitusi progesteron alami (bukan progestogen) mempercepat hilangnya kontraksi uterus, dan mempercepat hilangnya perdarahan. Selain itu progesteron juga memiliki khasiat antikecemasan. Pemberian progesteron oral akan mengalami metabolisme di usus dan hati, sehingga tidak dapat dicapai kadar progesteron serum yang fisiologis, sedangkan pemberian progesteron supositoria diperoleh kadar serum yang fisiologik sehingga sangat efektif mencegah abortus iminens. (Med J Indones 2005; 14:258-62)

The causes of imminent abortion are multi-factorial. The biggest causal factor is the low level of serum progesterone level. The lowest critical level of serum progesterone for survivability of pregnancy is 10 ng/ml. Eighty percent of patients experiencing abortion showed that their progesterone level was < 10 ng/ml. Patients who realized that their pregnancy would experience hemorrhage generally would suffer from depression. Stress was one of the factors responsible for the occurence of abortion. Administration of natural progesterone substitution (not progestogen) accelerates the disappearance of uterine contractions, and speeds up the stoppage of bleeding. In addition, progesterone has the effect of anti-anxiety. Adminstration of oral progesterone would result in metabolism in the intestine and liver, such that physiological level of serum progesterone could not be reached, while administration of suppositoria progesterone would result in physiological level of serum, such that it was effective to prevent imminent abortion. (Med J Indones 2005; 14:258-62)"
Medical Journal Of Indonesia, 14 (4) October December 2005: 258-262, 2005
MJIN-14-4-OctDec2005-258
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mayo, Mary Ann
Michigan: Fleming H. Revell, 1998
618.175 MAY m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lee, John R
New York: Warner Books, 1999
618.175 LEE w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhi Gumilar
"LATAR BELAKANG:
Osteoporosis pasta menopause merupakan masalah kesehatan yang serius, dan masih diperlukan alternatif regimen dalam penatalaksanaannya.
OBYEKTIF:
Mengetahui efek pemberian vitamin K 2 (menatetrenone) terhadap densitas mineral tulang (DMT), proses metabolisme tulang dan kejadian fraktur vertebra lumbal pada pasien osteoporosis pasta menopause.
METODE:
Total 63 perempuan Indonesia usia 65 sampai 75 tahun penderita osteoporosis pasca menopause mengikuti penelitian selama 4R minggu. Penelitian ini merupakan uji Minis tersamar ganda. Kelompok Kontrol (n=30) mendapatkan kalsium karbonat 1500 mg/had per oral dan kelompok kasus (n=33) mendapatkan menatetrenone 45mg/hari per oral kombinasi dengan kalsium karbonat 1500 mg/hari per oral. Kedua kelompok kemudian dinilai DMT pada vertebra lumbal (LDMT), collum femur (CFDMT) dan distal radius (DRDMT) dengan menggunakan dual-energy X-ray absorpsiometry [DEXA]; kadar serum osteocalcin (OC) dan serum undercarboxilated osteocalcin (ucOC) serta insiden fraktur pada vertebra lumbal.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik data dasar kedua kelompok indentik. Perubahan persentase dui data inisial untuk nilai LDMT, CFDMT dan DRDMT di minggu ke 24 dan ke 48, masingmasing adalah -0.71 ± 3.7 % dan -0.72 ± 3.7 %; 3.8 ± 5.7 % dan 0.9 ± 3.3 %; 3.4 ± 9.8 % dan 4.2 ± 13.2 % untuk kelompok kontrol , serta masing-masing 0.7 ± 3.2 % dan 1.2 ± 3.8 %; 1.6 ± 4.7 % dan 1.57 ± 5.5 %; 2.3 ± 10.6 % dan 3.2 ± 13.7 % untuk kelompok kasus.
Semua peningkatan DMT yang di dapat pada tiap pengukuran pada kelompok kasus tidak berbeda bermakna jika dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0.191 untuk LDMT 24 minggu dan p= 0.169 untuk LDMT 48 minggu; p= 0.198 untuk CFDMT 24 minggu dan p= 0.989 untuk CFDMT 48 minggu; p= 0.640 untuk DRDMT 24 minggu dan p=0.912 untuk DRDMT 48 minggu).
Perubahan persentase dari data inisial untuk nilai OC di minggu ke 24 dan ke 48 adalah 33.5 ± 35.7 % dan 35.1 ± 69.2 % untuk kelompok kontrol serta 51.5 ± 59.4 % dan 33.8 ± 30.5 % untuk kelompok kasus. Peningkatan nilai OC pada kelompk kasus tidak berbeda bermakan dibandingkan kelompok kontroI (p= 0.201 pada minggu ke 24 dan p= 0.396 pada minggu ke 48). Begitu juga perubahan nilai ucOC pada minggu ke 24 tidak berbeda bermakna antara kelompok kasus dan kelompok kontrol (35.1 ± 69.2 % untuk kelompok kontrol dan 33.8 ± 30.5 % kelompok kasus, p=0.368).
Pada penelitian ini tidak didapakan fraktur vertebra lumbal selam 48 minggu pengobatan baik pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol. Akan tetapi penurunan tinggi korpus vertebra lumbal pada kelompok kasus lebih kecil dan secara statistik berbeda bermakna dibanding kelompok kontrol (0.688 ± 0.612 untuk kelompok kasus dan 1.195 ± 0.816 untuk kelompok kontrol, p= 0.006). Tidal( didapatkan efek samping yang bermakna baik pada kelompok kontrol maupun kelompok kasus.
KESIMPULAN:
Dapat disimpulkan bahwa pemberian vitamin K 2 memberikan pengaruh protektif terhadap resiko fraktur pada vertebra lumbal meskipun tidak berhasil meningkatkan DMT secara bermakna dibanding pemberian kalsium."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Murray, Michael T.
Rocklin, CA: Prima Publishing, 1997
618.172 MUR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Laux, Marcus
London: Pocket Books, 1999
618.175 LAU n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fox-Spencer, Rebecca
Jakarta: Erlangga, 2007
618.17 FOX m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ford, Gillian
New York: Prima Pub., Rocklin, CA, 1997
618.1 FOR l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>