Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47380 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aerma Hastuty
"Mikroba endofit adalah mikroorganisme yang hidup dalam jaringan tanaman tanpa merugikan inangnya. Mereka mampu menghasilkan berbagai enzim dan metabolit bioaktif, termasuk enzim fibrinolitik yang penting untuk terapi penyakit kardiovaskular seperti trombosis. Enzim ini bekerja dengan mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin atau langsung mendegradasi fibrin, sehingga dapat melarutkan gumpalan darah. Dibandingkan dengan sumber lain, mikroorganisme sebagai penghasil enzim fibrinolitik memiliki beberapa keunggulan seperti mudah untuk dikultivasi, produksi cepat, dan tidak tergantung musim.
Penelitian ini mengidentifikasi dua bakteri endofit dari daun pepaya (Carica papaya L.), yaitu Bacillus cereus strain BFP 1 dan B. subtilis strain BFP 2, melalui analisis molekuler berbasis 16S rRNA. Kedua strain bakteri tersebut memiliki aktivitas fibrinolitik optimal pada suhu 50–60 °C dan pH 7,0–9,0. Enzim fibrinolitik ini tergolong kedalam serine protease, yang aktivitasnya dihambat oleh inhibitor seperti PMSF dan TPCK, namun aktivitasnya dapat meningkat dengan adanya penambahan ion Cu2+. Berdasarkan analisis genom, kedua menunjukkan keberadaan gen pengkode protein fibrinolitik seperti vpr, aprN, wprA, dan bpr. Gen pengkode tersebut dapat dianalisis lebih lanjut mengenai struktur proteinnya melalui rekonstruksi struktur 3D.
Rekonstruksi struktur 3D gen pengkode protein memiliki resolusi belum cukup baik untuk menghasilkan model struktur yang detail, dikarenakan protein-protein tersebut belum termurnikan dengan baik, sehingga memerlukan proses pemurnian lebih lanjut. Penemuan yang didapat dari penelitian ini memberikan informasi baru tentang enzim fibrinolitik dari bakteri endofit tanaman pepaya, yang berpotensi dikembangkan sebagai agen trombolitik untuk terapi kardiovaskular.

Endophytic microbes live in plant tissues without harming their host. They are capable of producing various bioactive enzymes and metabolites, including fibrinolytic enzymes, which are important for the therapy of cardiovascular diseases such as thrombosis. These enzymes work by activating plasminogen into plasmin or directly degrading fibrin, thereby dissolving blood clots. Compared to other sources, microorganisms as producers of fibrinolytic enzymes have several advantages, such as being easy to cultivate, having fast production, and being independent of season.
This study identified two endophytic bacteria from papaya (Carica papaya L.) leaves, namely Bacillus cereus strain BFP 1 and B. subtilis strain BFP 2, through 16S rRNA-based molecular analysis. Both bacterial strains have optimal fibrinolytic activity at 50-60°C and pH 7.0-9.0. This fibrinolytic enzyme belongs to serine protease, whose activity is inhibited by inhibitors such as PMSF and TPCK, but its activity can be increased by the addition of Cu²⁺ ions. Based on genome analysis, both showed the presence of fibrinolytic protein-coding genes such as vpr, aprN, wprA, and bpr. These coding genes can be further analyzed regarding their protein structure through 3D structure reconstruction.
Reconstruction of the 3D structure of protein-coding genes has a resolution that is not good enough to produce a detailed structural model because these proteins have not been purified properly, so they require further purification processes. The findings obtained from this study provide new information about fibrinolytic enzymes from papaya plant endophytic bacteria, which have the potential to be developed as thrombolytic agents for cardiovascular therapy.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ucca Ratulangi Widitha
"

Latar Belakang: Peningkatan jumlah bakteri Salmonella Typhi dengan resistensi terhadap antibiotik lini pertama menjadi beban ganda bagi negara berkembang di Asia termasuk Indonesia sehingga diperlukan antibiotik alternatif untuk menghadapinya. Daun Carica papaya memiliki komponen-komponen antibiotik sehingga berpotensi menjadi antibiotik alternatif.

Metode: Pada penelitian ini dilakukan uji eksperimental dengan ekstraksi daun C.papaya dengan pengenceran menjadi 4 konsentrasi; 100 mg/ml, 75 mg/ml, 50 mg/ml, dan 25 mg/ml. Tiap konsentrasi diuji aktivitas antibakteri terhadap Salmonella Typhi dengan metode difusi cakram dan uji konfirmasi dengan metode broth dilution. Diameter zona inhibisi pertumbuhan bakteri dengan metode difusi cakram diukur kemudian dianalisis

Hasil: Hasil dari penelitian difusi cakram tidak membuktikan adanya aktivitas antibiotik dari ekstrak daun C.papaya terhadap Salmonella Typhi sementara uji konfirmasi dengan metode broth dilution membuktikan adanya aktivitas antibakteri oleh keempat konsentrasi ekstrak terhadap Salmonella Typhi.

Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak daun C.papaya memiliki aktivitas antibakteri terhadap Salmonella Typhi


Background: Increasing incidence of resistant Salmonella Typhi strain towards first-line antibiotics has become a high burden in Asia’s developing countries including Indonesia impacting the need of an alternate antibiotic. Carica papaya leaves extract contain antibiotic components making it a potential alternative antibiotic.

Methods: This experimental research uses extraction of the C.papaya leaves with dilution into 4 concentrations; 100 mg/ml, 75 mg/ml, 50 mg/ml, and 25 mg/ml. Each concentration undergo antimicrobial susceptibility testing towards Salmonella Typhi with disc diffusion method and confirmatory test with broth dilution method. Diameter of inhibition zone of Salmonella Typhi bacterial growth in disc diffusion method will be measured and analyzed.

Results: Results show that the disc diffusion method was not able to prove the antibacterial activity of C.papaya leaves extract against Salmonella Typhi while the confirmatory test with broth dilution method has successfully proven antibacterial activity of the four extract concentrations towards Salmonella Typhi.

Conclusion: This research concluded that Carica papaya leaves extract has antibacterial activity towards Salmonella Typhi.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Fathurrahman
"ABSTRACT
Infectious diseases still become of the main health problems in Indonesia and the treatment still rely on antibacterial drugs which possess wide range of side effects. Papaya leaves are predicted to contain antibacterial activity and can be developed as an alternative treatment against bacterial infection. This study objectives are to determine the antibacterial activity of papaya leaves extract on inhibition of Methicillin Sensitive Staphylococcus Aureus (MSSA) growth and bactericidal activity against MSSA. Papaya leaves were extracted with Ethanol 96% then filtered and diluted with sterile distilled water until it reach 33%, 22%, 16.5%, and 11% concentration. Minimum Inhibition Concentration (MIC) is obtained if there is no turbidity found inside the microtiter plate and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) is tested using Blood agar and observed for colony growth after incubation in 37o Celsius for 24 hours. The result of this study are, MIC for papaya leaves extract starting at 8.25% concentration. MBC starts from 11% papaya leaves extract concentration. The study shown antibacterial activity of papaya leaves extract, especially against MSSA.

ABSTRACT
Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan penanganannya masih bergantung kepada obat antibiotik yang memiliki banyak efek samping. Ekstrak daun papaya (Carica Papaya) dengan sifat anti bakterinya dapat dikembangkan sebagai alternatif untuk melawan penyakit infeksi oleh bakteri. Studi ini bertujuan untuk mengetahui sifat antibakteri dari ekstrak daun pepaya (Carica papaya) dalam Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) bakteri Methicillin Sensitive Streptococcus Aureus (MSSA). Daun pepaya diekstrak menggunakan Ethanol 70% lalu di saring dan dilarutkan menggunakan aquades steril hingga mencapai konsentrasi 33%, 22%, 16.5%, dan 11%.
KHM ditentukan dengan ditidaktemukannya kekeruhan didalam plat microtiter, sedangkan untuk menentukan KBM dilakukan dengan menanam ulang hasil campuran plat mickrotiter ke agar darah lalu diinkubasi kembali dalam suhu 37o Celsius. Dalam studi ini didapatkan hasil KHM dari ekstrak daun papaya pada konsentrasi 8.25% Sedangkan untuk KBM mulai dari konsentrasi ekstrak 11%. Hasil dari studi ini mengkonfirmasikan kemampuan antibakteri dari daun pepaya terutama dalam melawan MSSA."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Amalia
"Kasus resistensi terhadap pengobatan malaria membutuhkan penemuan obat baru, salah satunya menggunakan ekstrak daun papaya (Carica papaya L.). Penelitian ini bertujuan mengetahui dosis paling efektif serta korelasi antara dosis dengan perubahan densitas parasit. Penelitian menggunakan desain eksprimental dengan pemberian tiga dosis ekstrak 9,75 mg; 15,50 mg; dan 21,25mg/20gBB kepada 25 mencit Swiss-webster. Data diolah menggunakan SPSS versi 16,00 dan dianalisis dengan uji Kruskall-Wallis yang dilanjutkan uji Post Hoc serta uji korelasi Spearman.
Hasil penelitian menunjukan dosis kecil dan sedang berbeda bermakna (p<0,05) dengan kontrol negatif. Persentase penghambatan dosis kecil mencapai 99% dan ditemukan korelasi lemah antara dosis dengan densitas parasit. Dapat disimpulkan dosis 9,75 mg adalah yang paling efektif dengan terdapat korelasi antara peningkatan dosis dengan densitas parasit.

Increasing resistance against malaria treatment requires the discovery of new drugs, one of which uses papaya leaf extracts (Carica papaya L.). This study aims to determine the most effective dose and dose correlation between drug concentration and parasite density. This research is using eksperimental design by administering three doses of 9.75 mg extract; 15.50 mg; and 21.25mg/20gBW to 25 Swiss-Webster mice which were divided into three groups. Data was processed using SPSS version 16.00 and analyzed by Kruskal-Wallis test followed by Post Hoc test and Spearman correlation test.
The results showed that small and medium dose group were significantly different (p <0.05) compared to negative control group. Percentage inhibition small doses reached 99% and found a very weak correlation between the dose and the parasite density. It can be concluded that dose of 9.75 mg /20gBW is most effective with a weak positive correlation between the increase in dose to the density of parasites.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Agusta
"The endophytic fungus diaporthe sp.E show a unique ability to biotransform leucocyanidin in a semisynthetic medium. Extension of the incubation time gave a major product dihydroquercetin which was identified by spectroscopic methods."
Bogor: Pusat Penelitian Biologi, 2009
BBIO 9:4 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kenardo
"Penelitian bertujuan mengisolasi dan mengidentifikasi kapang endofit dari Broussonetia papyrifera, serta mengetahui aktivitas antimikroba kapang endofit terhadap Escherichia coli ATCC 25922, Bacillus subtilis ATCC 6633, dan Candida albicans UICC Y-29. Hasil identifikasi konvensional berdasarkan karakter morfologi menunjukkan kapang-kapang endofit terdiri dari Aspergillus flavus ES6, Aspergillus sparsus ES5, Penicillium chrysogenum ES8, dan Mycelia sterilia ES7. Pengujian dengan blok agar memperlihatkan kapang A. flavus ES6 memiliki aktivitas antimikroba terhadap C. albicans dan kapang P. chrysogenum ES8 memiliki aktivitas antimikroba terhadap B. subtilis, sedangkan kapang A. sparsus ES5 dan mycelia sterilia ES7 tidak memperlihatkan aktivitas antimikroba.

This research was to isolate endophytic fungi from Broussonetia papyrifera, to identify the isolates, and to investigate their antimicrobial activity against Escherichia coli ATCC 25922, Bacillus subtilis ATCC 6633, and Candida albicans UICC Y-29. Endophytic fungi were identified by conventional method and they were Aspergillus flavus ES6, Aspergillus sparsus ES5, Penicillium chrysogenum ES8, and Mycelia sterilia ES7. Agar block test results of A. flavus ES6 showed antimicrobial activity against C. albicans and P. chrysogenum ES8 against B. subtilis. Aspergillus sparsus ES5 and Mycelia sterilia ES7 showed no antimicrobial activity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S192
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hanna Hertiani
"Green Synthesis nanopartikel Li2O, Mn2O3, dan LiMn2O4 berhasil dilakukan dengan menggunakan ekstrak daun pepaya (Carica Papaya L.). Metabolit sekunder yang ada dalam ekstrak daun berperan sebagai sumber basa untuk menghidrolisis dan capping agent untuk menstabilkan pembentukan nanopartikel. LiMn2O4 yang disintesis menggunakan metode konvensional telah berhasil dilakukan. Spektrofotometri UV-Vis, FTIR, PSA, XRD, SEM-EDX, dan TEM untuk mengkarakterisasi material hasil sintesis. Karakterisasi XRD menunjukan bahwa nanopartikel LiMn2O4 spinel kubik, dengan distribusi ukuran partikel sebesar 58,30 nm melalui karakterisasi PSA dan rata-rata ukuran sebesar 55,91 nm melalui karakterisasi TEM. Lembaran katoda LiMn2O4 dibuat dengan mencampurkan material aktif dengan PVDF dan super P dengan perbandingan 8:1:1 menggunakan pelarut N,N-dimethylacetamide (DMAC) menjadi slurry. Kemudian slurry dilapiskan pada Al foil menjadi sebuah lembaran. Data cyclic voltammetry menunjukkan LiMn2O4 hasil green synthesis memiliki performa elektrokimia yang stabil. Ditunjukkan dari voltammogram yang terbentuk dan kapasitas retensi sebesar 87,28% setelah 50 siklus. Dari pengujian galvanostatic charge-discharge didapatkan kapasitas spesifiknya hanya 63,93 mAH/g dengan efisiensi coulombic sebesar 94,78%
The green synthesis of Li2O, Mn2O3, and LiMn2O4 nanoparticles has been successfully done using papaya leaf extract (Carica Papaya L.). The secondary metabolite in the leaf extract plants a role as base source to hydrolize and capping agent to stabilize nanoparticle formation. The synthesized LiMn2O4 using conventional method was also successfully done. We use, UV-Vis spectrophotometry, FTIR, PSA, XRD, SEM-EDX, and TEM to characterize the synthesized material. XRD characterization shows that the cubic spinel LiMn2O4 nanoparticle with particle size distribution of 58,30 nm through PSA characterization and the average size about 55,906 nm through TEM characterization. LiMn2O4 cathode sheet is made by mixing active material with PVDF and super P with a ratio of 8:1:1 using N.N-dimethylacetamide (DMAC) became slurry. Then slurry was superimposed to Al foil to become a sheet. cyclic voltammetry data shows that synthesized LiMn2O4 has been a stable electrochemical performance. This is shown from the shape of the formed voltammogram and retention capacity of 87,82% after 50 cycles. From galvanostatic charge-discharge test, a specific capacity of 63.93 mAH.g-1 was obtained with a coulombic efficiency of 94.78%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Nuraini
"Faktor penyebab kurangnya keikutsertaan pria dalam kontrasepsi antara lain adalah kurangnya pilihan jenis kontrasepsi pria yang memenuhi persyaratan. Penelitian ini bertujuan mengkaji efektivitas bahan alam untuk alternatif alat kontrasepsi pria, yaitu dengan penyuntikan ekstrak biji papaya (Carica papaya L.) varietas Cibinong pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis L.).
Penelitian dilakukan di Pusat Studi Satwa Primata Institut Pertanian Bogor dengan jumlah sampel 8 monyet, dibagi dalam 3 kelompok perlakuan dan 1 kelompok kontrol. Penyuntikan ekstrak biji papaya secara intramuskular dilakukan selama 21 hari dengan dosis 40 mg/monyet, 80 mg/monyet, dan 120 mg/monyet. Analisis data kualitas spermatozoa (motilitas, viabilitas, bentuk) sebelum, setelah intervensi, dan pemulihan dilakukan menggunakan uji Cochran, sedangkan untuk data konsentrasi spermatozoa dan kadar hormon testosteron dianalisis menggunakan uji Friedman.
Hasil menunjukkan terjadi penurunan motilitas, viabilitas, dan bentuk spermatozoa setelah penyuntikan ekstrak biji papaya dan meningkat ke arah normal pada tahap pemulihan (p = 0,05). Hasil ini didukung dengan terjadinya aglutinasi semen. Penyuntikan ekstrak biji papaya secara intramuskular yang paling efektif adalah dosis 40 mg/monyet/hari yang dapat menurunkan motilitas spermatozoa dari 87,5% menjadi 40% dan menurunkan kadar hormon testosteron dari 2,35 ng/mL menjadi 1,83 ng/mL. Meskipun menurun, kadar hormon testosteron tersebut masih dikategorikan baik.

Lack of contraceptive choices which meet the requirements is one of the contributing factors to less participation of man in contraceptive use. This research aimed to study the effectiveness of natural material for alternative male contraception, by injecting papaya seed extract with Cibinong variety (Carica papaya L.) to long tail monkey (Macaca fascicularis L).
The research was conducted at Primates Study Center, Institute of Agriculture, Bogor. Total samples of this research were 8 monkeys, with three intervention groups and one control group. Papaya seed extract was injected via intramuscular in 21 days, with dose for each group were 40 mg/monkey, 80 mg/monkey, and 120 mg/monkey. Data analysis of spermatozoa quality (motility, viability, morfology) was done by using Cochran test before and after intervention stages, and during recovery stage. Meanwhile, data aalysis of spermatozoa concentration and testosterone hormone level was done by using Friedman test.
Result of this reseach demonstrated reduction of motility, viability, and morfology of spermatozoa after inejction of papaya seed extract and increase to normal level at recovery stage (p ≤ 0.05). These results was supported with cement aglutination. The most effective dose was at 40 mg/monkey/day, with reduction of spermatozoa motility from 87.5 % to 40%, and reduction of testosterone level from 2.35 ng/mL to 1.83 ng/mL. Even though spermatozoa motility and testosterone hormone level reduced, but its conditions were still in good condition category."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Chrisphine Deksita Wisakanti
"Cengkeh merupakan salah satu herbal yang dapat menghasilkan minyak esensial yang berperan dalam fungsi insektisida, antioksidan, antifungi dan antibakteri. Pengaruh bioaktif minyak esensial cengkeh dalam teknologi kemasan pada karakteristik mikrobiologi dan fisiokimia buah pepaya yang disimpan pada suhu 25oC dan kelembaban relatif 85-90% diinvestigasi. Minyak esensial cengkeh didapat dengan proses hidrodistilasi pucuk bunga cengkeh dan pelarut air. Yield minyak cengkeh mengandung unsur eugenol sebesar 86,39%. Minyak cengkeh dipreparasi sebagai zat pengawet dengan konsentrasi 0,05; 0,10; 0,15 dan 0,20% volume per volum larutan. Larutan bioaktif minyak cengkeh diaplikasikan pada buah pepaya pada suhu ruang 25oC dan steril. Sifat fisiokimia dan mikrobiologi ditentukan selama penyimpanan. Hasil menunjukan bahwa minyak cengkeh pada konsentrasi 0,15% dan 0,2% berhasil menekan: satu hari waktu pembusukan, 10% susut bobot; 0,03 gr asam sitrat/ 100 gr pada uji keasaman tertitrasi; dan 20% nilai pH terhadap kontrol sampel buah pepaya selama masa penyimpanan 16 hari. Selain itu, minyak esensial cengkeh meningkatkan aktivitas antifungi dan antibakteri secara tes in-vitro.

Clove is a herb which can produce essential oil with its various functions such as insecticide, antioxidant, antifungal, and antibacterial. Effect of clove oil as bioative in packaging technology on microbiology and physicochemical characteristics of papaya fruit that stored at 25oC and 85-90% relative humidity were investigated. Clove essential oil obtained by hydrodistillation of clove buds and water as solvent. Yield of clove oil contains 86.39%. eugenol substance. Clove oil was prepared as an preservation substance with 0.05, 0.10, 0.15 and 0.20 % concentration of clove oil volume per volume of solution. Preservation substance of clove oil was applied to the papaya fruit at 25oC and sterile room. Physicochemical and microbiological properties determined during storage. The results showed that clove oil at concentration of 0.15% and 0.2% managed to suppress: decay time, 10% weight loss, 0.03 gr citric acid/100 gr in acidity titrable test, and 20% pH value from control sample of papaya fruit during storage. Moreover, antifungal and antibacterial activities of clove essential oil increased in in-vitro test.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53145
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fenny Yunita
"Indonesia tercatat sebagai negara dengan kass demam berdarah dengue tertinggi di Asia Tenggara. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan keadatan penduduk. Carica papaya L. yang termasuk dalam suku Caricaceae adalah tanaman yang dibudidayakan secara luas di Indonesia dan memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Bagian daun diyakini dapat meningkatkan jumlah trombosit dan bermanfaat bagi pasien demam dengue, namun bukti-bukti ilmiah masih sedikit.
Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh kapsul ekstrak daun C. papaya bagi pasien demam dengue. Penelitian menggunakan desain Expertimental Randomized Clinical Trial, dengan sampel berjumlah 80 subyek yang dibagi menjadi 2 kelompok masing-masing 40 subyek, terdiri atas kelompok kontrol dan perlakuan (mendapat kapsul ekstrak daun C. papaya 3 kali 2 kapsul sehari).
Hasil penelitian menunjukkan kapsul ekstrak daun C. papaya dapat meningkatkan jumlah trombosit (p value = 0,0001), mempertahankan stabilitas hematokrit pada nilai normal, mempersingkat masa rawat inap (p value = 0,0001) pasien dengue, serta mempercepat peningkatan jumlah trombosit dibandingkan dengan kelompok kontrol."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T29989
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>