Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197922 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abigail Priskila Anna Pratiwi
"Gunungapi Papandayan, terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat, merupakan salah satu daerah dengan potensi panas bumi yang signifikan. Sebagai gunung api strato tipe A, Papandayan memiliki aktivitas vulkanik yang masih berlangsung, termasuk letusan freatik dan freatomagmatik yang memengaruhi stabilitas geologi di kawasan tersebut. Kawasan kawah utama berbentuk tapal kuda yang terbuka ke arah timur laut memperlihatkan karakteristik geologi unik, termasuk manifestasi hidrotermal seperti mud pools, solfatara, dan hot springs. Kondisi ini menunjukkan adanya proses alterasi hidrotermal yang mengubah komposisi mineral dan tekstur batuan, sehingga meningkatkan kerentanan terhadap longsoran. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan zonasi alterasi hidrotermal dan mengidentifikasi potensi instabilitas geologi di Kawah Tapal Kuda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pemetaan geologi, analisis petrografi pada 10 sampel, dan X-Ray Diffraction (XRD) pada 5 sampel batuan. Hasil analisis menunjukkan batuan asal (protolith) di daerah penelitian terdiri dari andesit, breksi andesit, dan tuf. Batuan-batuan ini telah mengalami alterasi hidrotermal yang membentuk empat zona utama berdasarkan himpunan mineral pencirinya yaitu, Zona Argilik Lemah, Zona Transisi Kaolinit-Montmorillonite, Zona Alunit-Kaolinit, dan Zona Silika-Kaolinit sebagai inti dari sistem. Secara spasial, zona dengan intensitas alterasi terkuat, yaitu Zona Silika-Kaolinit dan Zona Alunit-Kaolinit, terkonsentrasi di sektor tengah hingga timur laut kawah. Adanya korelasi spasial yang kuat antara lokasi zona batuan terlemah ini dengan sumber keruntuhan katastropik tahun 1772 mengindikasikan bahwa proses alterasi hidrotermal merupakan faktor yang signifikan dalam degradasi kekuatan batuan dan ketidakstabilan lereng. Meskipun demikian, diperlukan studi lebih lanjut untuk dapat mengkuantifikasi hubungan ini secara mendetail. Oleh karena itu, pemetaan zonasi ini menjadi landasan awal yang krusial untuk studi lanjutan terkait mitigasi risiko geologi.

Papandayan Volcano, located in Garut Regency, West Java, is an area with significant geothermal potential. As a type-A stratovolcano, Papandayan has ongoing volcanic activity, including phreatic and phreatomagmatic eruptions that affect the geological stability of the area. The main horseshoe-shaped crater, which opens to the northeast, exhibits unique geological characteristics, including hydrothermal manifestations such as mud pools, solfataras, and hot springs. These conditions indicate a hydrothermal alteration process that changes the mineral composition and texture of the rocks, thereby increasing the susceptibility to landslides. This research aims to map the hydrothermal alteration zonation and identify potential geological instability in the Horseshoe Crater. The methods used in this research include geological mapping, petrographic analysis of 10 samples, and X-Ray Diffraction (XRD) of 5 rock samples. The analysis results show that the parent rock (protolith) in the study area consists of andesite, andesitic breccia, and tuff. These rocks have undergone hydrothermal alteration, forming four main zones based on their characteristic mineral assemblages: the Weak Argillic Zone, the KaoliniteMontmorillonite Transition Zone, the Alunite-Kaolinite Zone, and the Silica-Kaolinite Zone as the core of the system. Spatially, the zones with the highest alteration intensity, namely the Silica-Kaolinite Zone and the Alunite-Kaolinite Zone, are concentrated in the central to northeastern sector of the crater. A strong spatial correlation between the location of these weakest rock zones and the source of the 1772 catastrophic collapse indicates that the hydrothermal alteration process is a significant factor in the degradation of rock strength and slope instability. Nevertheless, further study is required to quantify this relationship in detail. Therefore, this zonation mapping provides a crucial initial foundation for further studies related to geological risk mitigation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bacon, G.E.
Oxford: Pergamon Press, 1966
548.83 BAC x
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Simon
"Pada penelitian ini, mullite yang disintesis dari aluminum nitrat hidrat [(Al(NO3)3.9H2O] dan sol silika sekam padi dikenakan pada perlakuan sintering dengan suhu 900, 1000, 1100, 1200, dan 1300°C, kemudian dikarakterisasi dengan difraksi sinar-x (XRD) dilanjutkan dengan penghalusan menggunakan metode Rietveld, dan analisis termal diferensial (DTA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam sampel yang disintering pada suhu 900°C, tidak ditemukan fasa mullite, tetapi fasa kristobalit dan alumina terdeteksi dengan jelas. Pembentukan mullite baru terjadi pada suhu 1000°C dan bertumbuh dengan peningkatan suhu ditandai dengan kenaikan persen berat (wt%) dari 62,62 menjadi 92,29%, disertai penurunan persen berat kristobalit dari 22,42 menjadi 1,25% dan penurunan persen berat alumina dari 77,58 menjadi 6,46%. Hasil penghalusan menunjukkan korelasi yang baik antara unit sel hasil perhitungan dan hasil pengamatan, dengan dimensi unit sel adalah a = 7,545 nm, b = 7,689 nm dan c = 2,884 nm untuk mullite, a = b = 0,5531 nm, dan c = 0,6923 nm untuk kristobalit, dan a = b = 0,5026 nm, dan c = 1,2808 nm untuk alumina. Hasil analisis dengan DTA menunjukkan bahwa dalam sampel yang tidak disintering, hanya terdapat alumina dan silika, sementara dalam sampel yang disintering terdapat mullite, alumina, dan kristobalit.

In this study, mullite synthesized from aluminum nitrate hydrate [(Al(NO3)3.9H2O] and silica sol from rice husk was subjected to sintering treatment at temperatures of 900, 1000, 1100, 1200, and 1300°C, and characterized using x-ray diffraction (XRD), followed by Rietveld refinement, and differential thermal analysis (DTA). The results indicated that in the sample sintered at 900°C, no mullite phase was identified, but crystoballite and alumina were well detected. The formation of mullite started at temperature of 1000°C and continued to grow at higher temperatures, resulted in increased weight percentage (wt%) from 62.62 to 92.29%, while crystoballite and alumina decreased from 22.42 to 1.25% and from 77.58 to 6.46 % respectively. A good correlation was found between the calculated and observed unit cells. For mullite phase, the unit cell dimensions are a = 7.545 nm, b =.689 nm and c = 2.884 nm, for crystoballite a =b = 0.5531 nm and c = 0.6923 nm, and for alumina a = b = 0.5026 nm, and c = 1.2808 nm. The DTA analyses revealed that in the untreated sample, only alumina and silica were detected, while in the sintered samples we found the existence of mullite, alumina, and crystoballite."
Depok: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Universitas Lampung. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2012
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Cullity, B. D.
India: Pearson India Education Service, 2016
543.085 CUL e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yessie Widya Sari
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39805
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shifa Wulandari Aisyah
"Lapangan panas bumi Ulubelu, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung berada pada wilayah dengan struktur kompleks dan menunjukkan adanya prospek panas bumi yang dipengaruhi oleh segmen Sesar Semangko dengan arah utama baratlaut-tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui litologi, karakteristik zona mineral alterasi sebagai indikator temperatur dan sifat fluida di bawah permukaan, serta menganalisis korelasi antar sumur terkait dengan kedalaman lapisan penudung dan reservoir berdasarkan geotermometer mineral alterasi. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah petrografi dan XRD. Metode petrografi digunakan untuk mengetahui keberadaan mineral alterasi pada sayatan tipis. Sedangkan metode XRD digunakan untuk menentukan mineral lempung yang mungkin sulit diidentifikasi dari analisis petrografi. Berdasarkan analisis petrografi, litologi yang dapat ditemukan di daerah penelitian adalah andesit, tuf, breksi andesit, dan breksi tuf. Berdasarkan analisis petrografi dan XRD dari sumur PGE-1 dan PGE-2, daerah penelitian dapat dibagi menjadi tiga zona alterasi, yaitu zona smectite, transisi, dan illite. Secara umum, daerah penelitian ini dipengaruhi oleh fluida yang bersifat netral. Zone smectite memiliki kisaran temperatur 100-180°C yang berperan sebagai zona caprock, zona transisi memiliki kisaran temperatur 180-200°C, dan zona illite memiliki kisaran temperatur >220°C yang berperan sebagai reservoir.

The Ulubelu geothermal field, Tanggamus Regency, Lampung Province is located in the area with a complex structure and shows a geothermal prospect that is influenced by the Semangko Fault segment with the main direction northwest-southeast. This study aims to determine the lithology, the characteristics of alteration mineral zone as an indicator of temperature and fluid in the subsurface, and to analyze the correlation between two wells related to the depth of reservoir and caprock based on the alteration mineral geothermometer. The method that used in this study is petrography and X-Ray Diffraction (XRD). The petrographic method is used to determine the presence of alteration minerals in thin section and X-Ray Diffraction (XRD) is used to determine clay minerals that may be difficult to identify from petrographic analysis. Based on petrographic analysis, the lithologies that can be found in the study area are andesite, tuff, andesite breccia, and tuff breccia. Based on the petrographic and X-Ray Diffraction (XRD) analysis of the PGE-1 and PGE-2 wells, the study area can be divided into three alteration zones: smectite zone, transition zone, and illite zone. In general, this area is influenced by neutral fluid. The smectite zone has a temperature range 100 - 180°C which acts as a caprock zone, the transition zone has a temperature range 180 - 200°C, and the illite with temperature >220°C which acts as a reservoir zone."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Detin Audriyanti
"Telah dilakukan pengukuran pola difraksi sinar-X baja karbon rendah tipe SPCE yang biasa digunakan untuk rangka depan truk Mercedes Benz. Hasil refinement yang dilakukan dengan perangkat lunak GSAS memperlihatkan bahwa kristalnya berstruktur kubus-BCC, grup ruang tetragonal Im3m dengan parameter kisi a, b dan c 2,864(1) A; red jf = 1,530; Rp = 0,1041 dan Rwp - 0,1344 dengan jumlah variabel 14. Hasil analisis kerapatan elektron dalam bahan dengan sintesis difference Fourier memperlihatkan bahwa ada konsistenst pengukuran antara kerapatan elektron dengan parameter struktur kalkulasi, dengan nilai Ap max. dan A/7 min. masing-masingnya 1.094 e A'3 dan-3.304 e A'3.

The X-ray diffraction measurement of low carbon steel SPCE-type, which is usually used for front panel of Mercedes Benz truck construction, is reported. Studies and treatments of this work by using the crystallographic software package GSAS confirm that the crystals have cubic-BCC structure, space group tetragonal Im3m, a, b and c = 2.864(1) A, red_/ = 1.530 Rp = 0.1041 and Rwp = 0.1344 with 14 refined variables. Further studies on electron density of this low carbon steel with difference Fourier synthesis show that the calculated structural parameters are consistent with the electron density measurement with max. A/7 and min. A/> 1.094 e A"3 and -3.304 e A" J respectively."
1999
JIRM-1-3-Des1999-14
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Shinta Virdhian
"ABSTRAK
Austempered Ductile Iron (ADI) adalah besi tuang nodular yang mengalami proses austemper yang memiliki kombinasi sifat ketangguhan, keausan dan keuletan yang baik. ADI memiliki struklur accicular ferit dalam matriks austenit. Kandungan austenit sisa sangat menentukan sifat mekanis ADI. Austenit sisa yang terdapat pada ADI tidak stabil dan dapat bertransformasi menjadi mariensit bila mengalami deformasi. Fraksi volume dan distribusi austenit sisa sangat tergantung pada perlakuan panas dan unsur paduannya. Penelitian ini bertujuan unluk mengetahui pengaruh waktu tahan austemper terhadap karakreristik pembentukan austenit sisa pada ADI, kestabilan austenit sisa akibat proses deformasi plastis dan membandingkan perhifungan fraksi volume austenit sisa dengan metode Difraksi Sinar-X dan Point Counting.
Bahan penelitian ini adalah BTN FCD -15 dengan unsur paduan 0.27% Mo, 0.23% Mn dan 2.95% Ni. Proses austenisasi dilakukan pada temperazur 900°C dengan waktu tahan 90 menit, lalu proses austemper pada remperarur 400°C dengan waktu tahan 60,120,180 menit. Setelah itu dilakukan proses canai dingin dengan variasi reduksi 5,10, 15 % . Pengujian yang dilakukan adalah kekerasan, pengujiam heat tinting dan pengamatan strukrur mikro serta pengujian Difraksi Sinar-X.
Dari penelitian diperoleh bahwa faksi volume austenit sisa berkurang dari 29.25% ke 17.2% dengan meningkatnya waktu tahan austemper dari 60 hingga 180 menit, dengan metode Point Counting. Fraksi volume austenit sisa menurun dari 14.1% menjadi 9.95% (60 menit, 10.95% menjadi 7.25% ( 120 menit, 11.65% menjadi 11.1 % (180 menit dengan meningkatnya reduksi dari 5 hingga 15% dengan metode Point Counting. Kekerasan Bahan ADI meningkat dari 242.25 BHN menjadi 247.15 BHN dengan meningkatnya waktu tahan austemper dari 60 hingga 180 menit. Kekerasam Bahan ADI meningkat dari 256.33 BHN menjadi 307.41 BHN (60 mni, 270.64 BHN menjadi 308.7 BHN (120 mni), 272. 9BHN menjadi 313. 8.5 (180 mni dengan meningkatnya % reduksi dari 5 hingga 15%. Penghitungan fraksi volume austenit sisa dengan metode Difaksi Sinar-X dan merode Point Counting mengalami perbedaan sehingga dinerlukam penelitiam lebih lanjut untuk mencari hubungan antara keduanya."
2000
S41599
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>