Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 215315 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jordy Susanto
"Instagram merupakan salah satu media utama bagi mahasiswa Gen Z untuk mengekspresikan dirinya. Uniknya, fenomena memiliki akun kedua (second account) muncul sebagai ruang berekspresi yang lebih bebas dibandingkan akun utama. Bagi individu dengan disregulasi emosi yang tinggi, akun kedua sering dimanfaatkan sebagai ruang melampiaskan atau mengelola emosi negatif. Mengingat mahasiswa Gen Z berada dalam fase perkembangan diri yang penuh dinamika emosi, penting untuk memahami peran disregulasi emosi dalam online self-presentation. Studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode regresi linear sederhana untuk melihat peran disregulasi emosi terhadap tiga dimensi online self-presentation, yaitu adaptable self, authentic self, dan freedom of self online. Partisipan merupakan 279 mahasiswa Gen Z yang memiliki setidaknya dua akun Instagram, dengan akun kedua digunakan sebagai ruang untuk berekspresi lebih bebas atau mencurahkan emosi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa disregulasi emosi berperan signifikan dalam memprediksi perilaku online self-presentation. Lebih spesifik, individu dengan disregulasi emosi tinggi cenderung menunjukkan persona yang berbeda antar akun (β = 0,351), merasa lebih bebas mengekspresikan diri (β = 0,373), namun cenderung kurang autentik (β = -0,280). Temuan ini menyoroti pentingnya kesadaran akan pengelolaan emosi di ruang digital.

Instagram is one of the primary platforms used by Gen Z college students for self-expression. Interestingly, the phenomenon of having a second Instagram account has emerged as a space for more open expression compared to the main account. For individuals with high levels of emotional dysregulation, this second account is often used as an outlet to vent or manage negative emotions. Given that Gen Z students are in a developmental phase marked by emotional dynamics and self-exploration, it is important to understand the role of emotional dysregulation in online self-presentation. This study employed a quantitative approach using simple linear regression to examine the role of emotional dysregulation in predicting three dimensions of online self-presentation: adaptable self, authentic self, and freedom of self online. The participants consisted of 279 Gen Z college students who had at least two Instagram accounts, with the second account used specifically as a space for freer self-expression or emotional release. The findings revealed that emotional dysregulation significantly predicted online self-presentation. Specifically, individuals with higher emotional dysregulation tended to display differing personas across accounts (β = 0.351), feel freer in expressing themselves (β = 0.373), but were less authentic (β = -0.280). These results highlight the importance of emotional regulation awareness in digital spaces."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yolanda Putri Chandra
"Fenomena memiliki akun lebih dari satu, seperti akun utama (main account) dan akun alternatif (finsta, second account, dump account), menjadi tren di kalangan Gen-Z dan menunjukkan dinamika menarik dalam cara mereka mempresentasikan diri secara digital. Ketika individu menampilkan dirinya secara digital, mereka sedang melakukan online self-presentation, dan motivasi penting untuk online self-presentation yang akhirnya mempengaruhi persepsi orang lain tentang diri sendiri adalah self-esteem. Penelitian ini ingin melihat hubungan antara self-esteem dengan semua dimensi pada online self-presentation, yaitu dimensi adaptable self, authentic self, dan freedom of self online. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional dengan 279 partisipan mahasiswa Gen-Z yang memiliki lebih dari satu akun Instagram aktif. Alat ukur yang digunakan adalah Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) untuk mengukur self-esteem dan Presentation of Online Self Scale for Adults (POSSA) untuk mengukur ketiga dimensi online self-presentation. Hasilnya menunjukkan hubungan yang signifikan self-esteem antara semua dimensi online self-presentation, yaitu hubungan yang negatif signifikan dengan dimensi adaptable self (r = –0.213, N = 279, p < 0.001, two-tail), hubungan positif signifikan dengan dimensi authentic self (r = 0.305, N = 279, p < 0.001, two-tail), dan hubungan negatif signifikan dengan dimensi freedom of self online (r = –0.26, N = 279, p < 0.001, two-tail). Individu dengan self-esteem yang lebih rendah cenderung melakukan online self-presentation yang diadaptasi (adaptable self), kurang otentik (authentic self), dan lebih merasa bebas berada di dunia digital (freedom of self online). Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang hubungan antara self-esteem dengan online self-presentation.

The phenomenon of having more than one Instagram account, such as a main account and alternative accounts (e.g., finsta, second account, dump account), has become common among Gen-Z, reflecting interesting dynamics in how they present themselves digitally. Online self-presentation refers to how individuals portray themselves in digital spaces, a behavior influenced by various motivations, one of the most significant being self-esteem. This study aims to examine the relationship between self-esteem and the three dimensions of online self-presentation: adaptable self, authentic self, and freedom of self online.Using a quantitative correlational design, 279 Gen-Z undergraduate students with more than one active Instagram account participated in the study. The Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) used to measure self-esteem, while the Presentation of Online Self Scale for Adults (POSSA) was used to assess the three dimensions of online self-presentation. The results indicate a significant relationship between self-esteem and all three dimensions. . A negative correlation was found between self-esteem and adaptable self (r = –0.213, p < 0.001), a positive correlation with authentic self (r = 0.305, p < 0.001), and a negative correlation with freedom of self online (r = –0.260, p < 0.001). These findings suggest that individuals with lower self-esteem tend to engage in more adaptive and less authentic online self-presentation, and feel a greater sense of freedom when expressing themselves in digital spaces. This study aims to contribute to a better understanding of the relationship between self-esteem and online self-presentation among Gen-Z university students in the age of social media."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chalika Vanya Resya, autho
"Penyebaran platform media sosial berbasis video pendek sangat meningkat saat ini, khususnya di kalangan Generasi Z di Indonesia. Media sosial yang dulunya memiliki ciri khas masing-masing kini telah terdapat kesamaan, yaitu segmentasi khusus untuk menikmati konten video pendek. TikTok, Instagram Reels, dan Youtube Shorts adalah contoh dari platform konten video pendek. Banyaknya variasi platform media sosial berbasis video pendek menimbulkan pertanyaan terkait mengapa orang-orang menggunakan platform yang berbeda-beda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki bagaimana karakteristik kepribadian seseorang yang diukur dengan model HEXACO yang merupakan model kepribadian yang mencakup enam dimensi: Honesty-Humility; Emotionality; Extraversion; Agreeableness; Conscientiousness; Openness, dan Narcissism, motif untuk menggunakan media sosial, dan affordance yang disediakan oleh platform-platform tersebut berhubungan satu sama lain dan mempengaruhi hal tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed-method dengan 12 narasumber wawancara dan 655 responden kuesioner. Subjek penelitian adalah Generasi Z pengguna media sosial berbasis video pendek. Lalu, didapatkan empat konstruk motif penggunaan media sosial, yaitu entertainment, pass time & relaxation, information seeking & sharing, dan surveillance. Pengolahan data dilakukan dengan metode Partial Least Square Structural Equation Model (PLS-SEM). Hasil analisis menunjukkan bahwa semua kepribadian yang dibahas pada penelitian memiliki hubungan minimal ke satu motif penggunaan media sosial berbasis video pendek. Selain itu, semua motif penggunaan media sosial juga didukung dengan beberapa social media affordance yang dibahas pada penelitian ini. Hasil penelitian ini dapat membantu mempercepat pengembangan platform media sosial berbasis video pendek dan menghasilkan fitur yang dapat dipersonalisasi sesuai dengan kepribadian pengguna. Oleh karena itu, penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk mengembangkan platform media sosial yang lebih baik yang dapat memenuhi kebutuhan dan preferensi pengguna serta meningkatkan pengalaman penggunaan media sosial secara keseluruhan.

The spread of short video-based social media platforms has increased significantly, especially among Generation Z in Indonesia. Social media platforms, which once had distinct characteristics, now share a common feature: a dedicated segment for enjoying short video content. TikTok, Instagram Reels, and YouTube Shorts are examples of short video content platforms. The variety of short video-based social media platforms raises questions about why people use different platforms. The aim of this study is to investigate how personality traits, measured by the HEXACO model (which includes six dimensions: Honesty-Humility, Emotionality, Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, and Openness), plus narcissism, motives for using social media, and the affordances provided by these platforms are related and influence this usage. This study uses a mixed-method approach with 12 interview participants and 655 questionnaire respondents. The research subjects are Generation Z users of short video-based social media. The study identified four constructs of social media use motives: entertainment, pass time & relaxation, information seeking & sharing, and surveillance. Data processing was conducted using the Partial Least Square Structural Equation Model (PLS-SEM) method. The analysis results show that all personality traits discussed in the study are related to at least one motive for using short video-based social media. Additionally, all social media use motives are supported by several social media affordances discussed in this study. The findings of this research can help accelerate the development of short video-based social media platforms and produce features that can be personalized according to users' personalities. Therefore, this study can provide benefits for developing better social media platforms that meet users' needs and preferences and enhance the overall social media experience."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enzo Hering Fahrezzy
"Penyebaran platform media sosial berbasis video pendek sangat meningkat, terutama di kalangan Generasi Z di Indonesia. Media sosial yang dulunya memiliki ciri khas masing-masing kini memiliki kesamaan, yaitu adanya segmentasi khusus untuk konten video pendek seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara karakteristik kepribadian, yang diukur dengan model HEXACO dan Narcissism, dengan motif penggunaan media sosial, serta affordance yang disediakan oleh platform-platform tersebut. Dengan pendekatan mixed-method, penelitian ini melibatkan 12 narasumber wawancara dan 655 responden kuesioner dari Generasi Z pengguna media sosial berbasis video pendek. Penelitian ini menemukan empat motif utama penggunaan media sosial, yaitu entertainment, pass time & relaxation, information seeking & sharing, dan surveillance. Analisis menggunakan metode PLS-SEM menunjukkan bahwa semua dimensi kepribadian terkait dengan setidaknya satu motif penggunaan media sosial berbasis video pendek. Temuan ini diharapkan dapat membantu pengembangan platform media sosial berbasis video pendek yang lebih personal dan sesuai dengan kepribadian pengguna, sehingga meningkatkan pengalaman penggunaan media sosial secara keseluruhan.

The spread of short video-based social media platforms has increased significantly, especially among Generation Z in Indonesia. Social media platforms that once had distinct characteristics now share a common feature: a dedicated segment for short video content, such as TikTok, Instagram Reels, and YouTube Shorts. This study aims to investigate the relationship between personality traits, measured by the HEXACO model and Narcissism, with social media use motives and the affordances provided by these platforms. Using a mixed-method approach, this study involved 12 interview participants and 655 questionnaire respondents from Generation Z users of short video-based social media. The study identified four main social media use motives: entertainment, pass time & relaxation, information seeking & sharing, and surveillance. Analysis using the PLS-SEM method showed that all personality dimensions are related to at least one motive for using short video-based social media. These findings are expected to assist in the development of short video-based social media platforms that are more personalized and aligned with users' personalities, thereby enhancing the overall social media experience."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brasel Isnaen Fachturrahman
"Penyebaran platform media sosial berbasis video pendek sangat meningkat saat ini, khususnya di kalangan Generasi Z di Indonesia. Media sosial yang dulunya memiliki ciri khas masing-masing kini telah terdapat kesamaan, yaitu segmentasi khusus untuk menikmati konten video pendek. TikTok, Instagram Reels, dan Youtube Shorts adalah contoh dari platform konten video pendek. Banyaknya variasi platform media sosial berbasis video pendek menimbulkan pertanyaan terkait mengapa orang-orang menggunakan platform yang berbeda-beda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki bagaimana karakteristik kepribadian seseorang yang diukur dengan model HEXACO yang merupakan model kepribadian yang mencakup enam dimensi: Honesty-Humility; Emotionality; Extraversion; Agreeableness; Conscientiousness; Openness, dan Narcissism, motif untuk menggunakan media sosial, dan affordance yang disediakan oleh platform-platform tersebut berhubungan satu sama lain dan mempengaruhi hal tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed-method dengan 12 narasumber wawancara dan 655 responden kuesioner. Subjek penelitian adalah Generasi Z pengguna media sosial berbasis video pendek. Lalu, didapatkan empat konstruk motif penggunaan media sosial, yaitu entertainment, pass time & relaxation, information seeking & sharing, dan surveillance. Pengolahan data dilakukan dengan metode Partial Least Square Structural Equation Model (PLS-SEM). Hasil analisis menunjukkan bahwa semua kepribadian yang dibahas pada penelitian memiliki hubungan minimal ke satu motif penggunaan media sosial berbasis video pendek. Selain itu, semua motif penggunaan media sosial juga didukung dengan beberapa social media affordance yang dibahas pada penelitian ini. Hasil penelitian ini dapat membantu mempercepat pengembangan platform media sosial berbasis video pendek dan menghasilkan fitur yang dapat dipersonalisasi sesuai dengan kepribadian pengguna. Oleh karena itu, penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk mengembangkan platform media sosial yang lebih baik yang dapat memenuhi kebutuhan dan preferensi pengguna serta meningkatkan pengalaman penggunaan media sosial secara keseluruhan.

The spread of short video-based social media platforms has increased significantly, especially among Generation Z in Indonesia. Social media platforms that once had distinct characteristics now share a common feature: a dedicated segment for short video content, such as TikTok, Instagram Reels, and YouTube Shorts. This study aims to investigate the relationship between personality traits, measured by the HEXACO model and Narcissism, with social media use motives and the affordances provided by these platforms. Using a mixed-method approach, this study involved 12 interview participants and 655 questionnaire respondents from Generation Z users of short video-based social media. The study identified four main social media use motives: entertainment, pass time & relaxation, information seeking & sharing, and surveillance. Analysis using the PLS-SEM method showed that all personality dimensions are related to at least one motive for using short video-based social media. These findings are expected to assist in the development of short video-based social media platforms that are more personalized and aligned with users' personalities, thereby enhancing the overall social media experience. "
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Livia Lailatul Arsy
"Sektor properti merupakan industri yang dinamis dan kompetitif dalam perekonomian global. Gen Z yang lahir antara 1997 hingga 2012, kerap terabaikan dibandingkan generasi milenial, meskipun berpotensi besar sebagai pasar properti. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemasaran digital terhadap perilaku konsumen Gen Z dalam minat beli properti melalui studi kasus Ambar Property. Menggunakan metode campuran (mix method), dengan pendekatan kuantitatif melalui kuesioner dan kualitatif melalui wawancara dengan ahli pemasaran dari Ambar Property. Analisis kuantitatif dilakukan menggunakan metode Partial Least Squares–Structural Equation Modeling (PLS-SEM). Hasil hipotesis menunjukan bahwa pemasaran digital tidak berpengaruh signifikan terhadap minat beli Gen Z pada properti. Namun, pemasaran digital berpengaruh signifikan untuk perilaku konsumen Gen Z untuk produk properti serta perilaku konsumen berpengaruh signifikan terhadap minat beli properti Gen Z. Pemasaran digital properti perlu menghadirkan konten autentik, interaktif, dan dipersonalisasi menyesuaikan kelengkapan informasi, dan menghadirkan Call to Action (CTA) dengan fokus pada pengalaman yang mulus melalui perangkat seluler. Nilai kuantitatif menunjukan discriminant validity dan nilai Average Variance Extracted (AVE) variabel minat beli belum memenuhi syarat, maka indikator suatu variabel masih sangat berkorelasi dengan variabel lain, sehingga kemungkinan ada tumpang tindih konsep antar variabel.

The property sector is a dynamic and competitive industry in the global economy. Gen Z, born between 1997 and 2012, is often overlooked compared to the millennial generation, despite its huge potential as a property market. This study aims to analyze the influence of digital marketing on Gen Z consumer behavior in property purchase interest through a case study of Ambar Property. Using a mixed method, with a quantitative approach through questionnaires and qualitative through interviews with marketing experts from Ambar Property. Quantitative analysis was conducted using the Partial Least Squares-Structural Equation Modeling (PLS-SEM) method. The hypothesis results show that digital marketing has no significant effect on Gen Z's purchase intention on property. However, digital marketing has a significant effect on Gen Z consumer behavior for property products and consumer behavior has a significant effect on Gen Z property purchase intention. Property digital marketing needs to present authentic, interactive, and personalized content according to the completeness of information, and present Call to Action (CTA) with a focus on a seamless experience through mobile devices. The quantitative value shows discriminant validity, and the Average Variance Extracted (AVE) value of the purchase interest variable has not met the requirements, so the indicators of a variable are still highly correlated with other variables, so there may be overlapping concepts between variables."
Depok: Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Nasyahra Ichsani
"Sikap berperan dalam membentuk kecenderungan perilaku, termasuk kecenderungan untuk menolak atau membenarkan perundungan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara fondasi moral dan sikap terhadap perundungan pada mahasiswa Generasi Z Indonesia. Partisipan penelitian berjumlah 218 dengan 69,7% mahasiswi. Alat ukur yang digunakan adalah Moral Foundations Questionnaire 2 (MFQ-2) dan Attitude toward Bullying (ATB). Hasil uji korelasi menunjukkan hubungan signifikan dan positif antara fondasi moral dengan sikap terhadap perundungan (r = 0,195, p = 0,004). Fondasi Care atau kepedulian (r = 0,357, p < 0,001) dan proposionality (r = 0,192, p = 0,004) memiliki hubungan yang signifikan dan positif dengan sikap terhadap perundungan. Nilai tersebut memiliki arti bahwa semakin tinggi nilai fondasi moral seseorang, maka semakin tidak setuju mahasiswa terhadap perundungan.

Attitudes play a role in shaping behavioral tendencies, including the tendency to reject or justify bullying. This study aims to examine the relationship between moral foundations and attitudes toward bullying among Generation Z university students in Indonesia. A total of 218 students participated in this study, with 69.7% being female. The instruments used were the Moral Foundations Questionnaire 2 (MFQ-2) and the Attitude Toward Bullying (ATB) scale. Correlation analysis revealed a significant positive relationship between moral foundations and attitudes toward bullying (r = 0.195, p = 0.004), indicating that higher moral foundation scores are associated with greater disapproval of bullying. Specifically, the Care foundation (r = 0.357, p < 0.001) and the Proportionality foundation (r = 0.192, p = 0.004) showed significant positive correlations with attitudes toward bullying."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anandita Nurasti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh demand, convenience, interactivity, dan playfulness sebagai faktor eksternal video pendek yang memberikan stimulus terhadap perceived enjoyment. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh perceived enjoyment terhadap hedonic motivation dari pembelian produk pakaian yang pernah dilakukan. Kemudian, hedonic motivation dari pembelian produk pakaian yang pernah dilakukan sebelumnya diuji pada impulsive repurchase intention. Selain itu, penelitian ini juga menguji pengaruh mediasi hedonic motivation pada hubungan perceived enjoyment terhadap impuslive repurchase intention. Penelitian ini menggunakan data dari 278 responden Generasi Z dengan usia 18 tahun hingga 26 tahun yang pernah melakukan pembelian produk pakaian (atasan atau bawahan selain pakaian dalam) melalui online dalam 6 bulan terakhir setelah menonton video pendek endorsementyang diunggah influencer di media sosial. Hasil penelitian menunjukkan hubungan demand, convenience, dan playfulnesssecara signifikan mempengaruhi perceived enjoyment, namun interactivity menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hasil juga menunjukkan perceived enjoyment signifikan mempengaruhi hedonic motivation. Kemudian, hubungan hedonic motivation signifikan mempengaruhi impulsive repurchase intention. Pada uji mediasi, hasil menunjukkan pengaruh yang parsial pada mediasi hedonic motivation terhadap hubungan perceived terhadap impulsive repurchase intention.

This research aims to determine the influence of demand, convenience, interactivity, and playfulness as external factors on giving stimulus from short video towards perceived enjoyment. This research also aims to determine the influence of perceived enjoyment to hedonic motivation from the previous fashion product purchased. Lastly, hedonic motivation from the previous fashion product purchase is then examined on impulsive repurchase intention. Furthermore, this research also examined the mediating effect of hedonic motivation on the relationship between perceived enjoyment and impulsive repurchase intention. This research uses data from 278 Generation Z respondents aged 18 to 26 years old who have purchased fashion products (tops or bottoms other than undergarments) online in the last 6 months after watching endorsement short videos uploaded by influencers on social media. The result shows the correlation between demand, convenience, and perceived enjoyment influences perceived enjoyment, however, interactivity is not significant. The result also shows that perceived enjoyment significantly influences hedonic motivation. Lastly, the relation between hedonic motivation significantly influences impulsive repurchase intentions. The mediation test shows a partial effect of hedonic motivation on the relationship between preceived enjoyment and impulsive repurchase intention."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuriyah Amalia
"Studi mengenai penggunaan Instagram mayoritas fokus pada konsekuensi negatifnya, tetapi tidak pada konsekuensi positifnya (Meier & Schafer, 2018). Penelitian ini hendak menjawab kondisi apa yang membuat Instagram berdampak positif atau negatif dengan menguji pengaruh tipe pos (positif, netral), profil pengunggah yang terdiri dari sosok pengunggah pos (orang tidak dikenal, selebgram) dan usia pengunggah (seusia, lebih tua), serta orientasi perbandingan sosial (OPS) terhadap afek. Berdasarkan eksperimen yang dilakukan (n= 437), afek positif partisipan menurun setelah melihat pos selebgram seusia, tetapi meningkat setelah melihat pos selebgram lebih tua. Afek negatif partisipan menurun jika partisipan memiliki OPS rendah lalu melihat pos netral milik selebgram yang seusia dan pos positif milik selebgram yang lebih tua. Peningkatan afek negatif tidak ditemukan dalam kondisi apapun. Dari hasil ini, terlihat bahwa selebgram menjadi target perbandingan sosial yang lebih dapat mempengaruhi kondisi afek individu daripada orang tidak dikenal. Ini mendukung studi Wheeler dan Miyake (1992) yang menyatakan bahwa perbandingan sosial cenderung dilakukan individu dengan orang lain yang ia kenal, termasuk selebritas di dalamnya, daripada dengan orang yang tidak ia kenal.

Study of Instagram focuses mostly on its negative consequences, but not on the positive consequences (Meier & Schafer, 2018). This study would like to answer what kind of conditions produce Instagrams positive or negative impact. Influence of post types (positive, neutral), figure which consist of uploader types (stranger, celebgram) and age differences (same age, older), and social comparison orientation (SCO) on affect tested. Based on the experiment (n = 437), participants positive affect decrease after saw same age celebgrams posts, but increase after saw older celebgrams posts. Participants negative affect with low SCO decrease after saw same age celebgrams netral posts and older celebgrams positive posts. Negative affect doesnt increase in any conditions. From these results, celebgrams post influence participants affect more than strangers post. This supports Wheeler and Miyake (1992) who stated that social comparison tended to be done by individuals to other people they knew, including celebrities, rather than strangers."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53805
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Nabila Yusmita
"Media sosial saat ini, khususnya Instagram, sudah menjadi hal yang umum bagi satu individu untuk mengelola beberapa akun dalam satu perangkat melalui fitur switch account yang memungkinkan pengguna untuk dapat menampilkan presentasi diri yang berbeda. Penggunaan fitur switch account terbagi menjadi dua akun, yaitu: akun publik dan akun privat. Penelitian sebelumnya menunjukkan penggunaan fitur ini dapat mengarah pada fragmentasi identitas sekaligus fleksibilitas dalam mempresentasikan diri di ruang digital. Penelitian ini menerapkan teori dramaturgi dan presentasi diri dari Erving Goffman untuk menganalisis bagaimana individu mengelola panggung depan dan panggung belakang mereka di Instagram melalui konten visual. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengambilan data dari wawancara mendalam serta observasi akun Instagram informan. Tujuan penelitian ini untuk memahami bagaimana individu mengelola kesan mereka yang ditunjukkan pada akun ganda. Penelitian ini menemukan adanya diferensiasi presentasi diri pada akun publik sebagai panggung depan yang menunjukkan kesan yang terkurasi karena memiliki audiens yang luas, sedangkan akun privat sebagai panggung belakang yang menunjukkan kesan yang lebih personal dan autentik karena audiens berasal dari lingkaran teman dekat.

Social media today, especially Instagram, has become common for one individual to manage multiple accounts on one device through the switch account feature that allows users to be able to display different self-presentations. The use of the switch account feature is divided into two accounts, namely: public account and private account. Previous research shows that the use of this feature can lead to identity fragmentation as well as flexibility in presenting oneself in the digital space. This study applies Erving Goffman's theories of dramaturgy and self-presentation to analyse how individuals manage their front stage and back stage on Instagram through visual content. This study uses a qualitative approach with data collection methods from in-depth interviews and observations of informants' Instagram accounts. The purpose of this study is to understand how individuals manage their impressions shown on dual accounts. This study found a differentiation of self-presentation on public accounts as a front stage that shows a curated impression because it has a wide audience, while private accounts as a back stage that shows a more personal and authentic impression because the audience comes from a close circle of friends. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>