Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188833 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salsabilla Tiara
"Latar belakang: Obesitas sentral adalah penumpukan lemak di daerah abdomen yang dapat meningkatkan berbagai risiko penyakit tidak menular lainnya. Prevalensi obesitas sentral di Indonesia juga meningkat setiap tahunnya.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara faktor sosiodemografi, faktor perilaku, faktor gangguan mental emosional, dan faktor riwayat penyakit dengan kejadian obesitas sentral pada usia dewasa di Indonesia pada tahun 2023.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder SKI 2023. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan analisis regresi logistik berganda. Besar sampel yang didapatkan sebesar 455.036 dengan rincian sampel perempuan sebesar 253.055 dan sampel laki-laki sebesar 202.251.
Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa prevalensi obesitas sentral pada perempuan mencapai (65,4%), sementara pada laki-laki mencapai (25,1%). Penelitian ini menunjukan bahwa riwayat penyakit berhubungan signifikan dan menjadi faktor dominan terhadap kejadian obesitas sentral pada seluruh populasi (AOR Perempuan: 1,96; AOR Laki-laki: 2,37).
Kesimpulan: Tingginya angka obesitas sentral pada penduduk usia dewasa mengindikasikan perlunya upaya pencegahan yang serius, terutama dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengatur pola hidup sehat yang lebih baik. Upaya ini dapat dilakukan melalui promosi kesehatan dan kolaborasi antar pihak.

Background: Central obesity is the accumulation of fat in the abdominal region that can increase the risk of various other non-communicable diseases. The prevalence of central obesity in Indonesia is also increasing every year.
Objective: This study aims to see the relationship between sociodemographic factors, behavioral factors, mental emotional disorder factors, and disease history factors with the incidence of central obesity in adults in Indonesia in 2023.
Methods: This study is a quantitative study using secondary data from SKI 2023. This study used a cross-sectional design and multiple logistic regression analysis. The sample size obtained was 455,036 with details of the female sample of 253,055 and the male sample of 202,251.
Results: The results showed that the prevalence of central obesity in women reached (65.4%), while in men it reached (25.1%). This study showed that a history of disease was significantly associated and was the dominant factor in the incidence of central obesity in the entire population. (Female AOR: 1.96; Male AOR: 2.37).
Conclusion: The high rate of central obesity in the adult population indicates the need for serious prevention efforts, especially in increasing public awareness to organize a better healthy lifestyle. This effort can be done through health promotion and collaboration between parties.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wina Adelia Putri
"Latar Belakang: Hipertensi merupakan salah satu beban kesehatan masyarakat terbesar di Indonesia dan pemicu utama penyakit kardiovaskular. Keberhasilan pengendalian kondisi hipertensi sangat bergantung pada kepatuhan pasien. Berdasarkan data SKI 2023, ketidakpatuhan minum obat antihipertensi masih menjadi masalah signifikan di Indonesia. Metode: Menggunakan data sekunder dari SKI 2023 dengan desain studi cross sectional. Sampel adalah responden berusia ≥18 tahun dengan diagnosis hipertensi. Responden dengan data tidak lengkap dan wanita hamil diesklusi sehingga menghasilkan sampel akhir sebanyak 49.026 responden. Analisis data menggunakan regresi logistik multinomial. Hasil: Seluruh variabel independen yang diuji (pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, wilayah geografis, komorbiditas, waktu sejak diagnosis, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, perilaku penggunaan obat tradisional, konsumsi alkohol, akses fasilitas kesehatan, kepemilikan asuransi, dan dukungan informasi) berhubungan signifikan dengan ketidakpatuhan. Persentase ketidakpatuhan adalah sebesar 53,5%, yaitu 36,7% (95% CI: 35,9-37,4) responden tidak rutin dan 16,8% (95% CI: 16,2-17,4) tidak minum obat. AOR tertinggi ditemukan pada responden yang tidak mendapatkan dukungan informasi, baik pada kategori tidak rutin (AOR 3,76; 95% CI 3,59-3,95; p<0,001) dan pada kategori tidak minum obat (AOR 8,63; 95% CI: 8,12-9,19; p<0,001). Kesimpulan: Ketidakpatuhan minum obat antihipertensi masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Diperlukan intervensi berbasis komunitas, peningkatan edukasi, dan perbaikan akses kesehatan untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan.

Background: Hypertension is one of the largest public health burdens in Indonesia and a major trigger for cardiovascular disease. The success of controlling hypertension is highly dependent on patient compliance. Based on SKI 2023 data, non-compliance with taking antihypertensive drugs is still a significant problem in Indonesia. Methods: Using secondary data from SKI 2023 with a cross-sectional study design. The sample was respondents aged ≥18 years with a diagnosis of hypertension. Respondents with incomplete data and pregnant women were excluded, resulting in a final sample of 49,026 respondents. Data analysis used multinomial logistic regression. Results: All independent variables tested (education, occupation, economic status, geographic region, comorbidities, time since diagnosis, age, gender, place of residence, traditional medicine use behavior, alcohol consumption, access to health facilities, insurance ownership, and information support) were significantly associated with non-compliance. The percentage of non-compliance was 53.5%, specifically 36.7% (95% CI: 35.9-37.4) of respondents did not follow the routine, and 16.8% (95% CI: 16.2-17.4) did not take their medication. The highest AOR was found in respondents who did not receive information support, both in the non-routine category (AOR 3.76; 95% CI 3.59-3.95; p<0.001) and in the category of not taking medication (AOR 8.63; 95% CI: 8.12-9.19; p<0.001). Conclusion: Non-compliance with taking antihypertensive medication is still a major challenge in Indonesia. Community-based interventions, increased education, and improved access to health are needed to improve treatment adherence."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilujeng Fajriyatil Fitri
"Berat badan lahir rendah berkontribusi terhadap morbiditas dan mortalitas neonatal, menjadikannya indikator penting kesehatan ibu dan anak. Data Riskesdas 2018 dan SKI 2023 menunjukkan prevalensi BBLR di Indonesia belum mengalami penurunan signifikan, dengan variasi antarwilayah, sehingga perlu penelitian tentang determinan BBLR berdasarkan regional. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan data sekunder SKI 2023, dianalisis berdasarkan lima regional Indonesia menggunakan uji chi-square dan regresi logistik. Hasil menunjukkan variasi proporsi BBLR antarregional, dengan Sulawesi tertinggi dan Sumatera terendah. Di Sumatera, faktor terkait BBLR adalah anemia, plasenta previa, kehamilan kembar, kelahiran prematur, dan interaksi kehamilan kembar dengan komplikasi. Di Jawa-Bali, faktor yang berhubungan adalah paritas, komplikasi kehamilan, kehamilan kembar, jenis kelamin, kelahiran prematur, dan kelahiran prematur yang berinteraksi dengan kehamilan kembar. Di Kalimantan, faktor terkait adalah usia ibu, paritas, komplikasi, serta interaksi kehamilan kembar dengan jenis kelamin dan kelahiran prematur. Di Sulawesi, faktor yang berhubungan adalah status ekonomi, pendidikan ibu, paritas, konsumsi tablet tambah darah, komplikasi, plasenta previa, kehamilan kembar, jenis kelamin, dan kelahiran prematur. Di Papua, Maluku, Nusa Tenggara, faktor terkait adalah status ekonomi, paritas, komplikasi, dan interaksi kehamilan kembar dengan kelahiran prematur. Diperlukan intervensi berbasis wilayah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu hamil, terutama di Sulawesi, dengan fokus pada faktor risiko utama seperti kehamilan kembar, kelahiran prematur, dan anemia.

Low Birth Weight (LBW) contributes to neonatal morbidity and mortality, making it an important indicator of maternal and child health. The 2018 Riskesdas data and the 2023 SKI reveal that the LBW prevalence in Indonesia has not significantly decreased, with regional variations, indicating the need for research on the regional determinants of LBW. This cross-sectional study uses secondary data from SKI 2023, analyzed across five regions in Indonesia using chi-square tests and logistic regression. The results show regional variations in LBW proportions, with Sulawesi having the highest and Sumatra the lowest prevalence. In Sumatra, factors associated with LBW include anemia, placenta previa, multiple pregnancies, prematurity, and interactions between multiple pregnancies and complications. In Java-Bali, factors associated with LBW include parity, pregnancy complications, multiple pregnancies, gender, prematurity, and the interaction between prematurity and multiple pregnancies. Kalimantan's related factors are maternal age, parity, complications, and interactions between multiple pregnancies, gender, and prematurity. In Sulawesi, factors related to LBW include maternal socioeconomic status, education, parity, iron supplement consumption, complications, placenta previa, multiple pregnancies, gender, and prematurity. Papua, Maluku, and Nusa Tenggara show associations with socioeconomic status, parity, complications, and interactions between multiple pregnancies and prematurity. Regional-based interventions are needed to improve maternal health services, especially in Sulawesi, with a focus on key risk factors such as multiple pregnancies, prematurity, and anemia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurjihan Fakhriah
"Obesitas sentral merupakan kondisi dimana terjadi penumpukkan lemak di bagian perut. Obesitas sentral berhubungan dengan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes melitus tipe II, hipertensi, dislipidemia, sindrom metabolik, dan kanker. Prevalensi obesitas sentral diketahui meningkat baik di negara maju dan negara berkembang. Sebanyak 40,2% individu di dunia diperkirakan mengalami obesitas sentral. Indonesia termasuk negara berkembang dengan peningkatan prevalensi obesitas sentral dengan peningkatan dari tahun 2007, 2013, dan 2018 menurut data Riskesdas berturut- turut sebesar 18%, 26% , dan 31%. Peningkatan obesitas sentral dikaitkan dengan perkembangan ekonomi dan urbanisasi yang menyebabkan perubahan tidak menguntungkan dalam kebiasaan konsumsi makanan berkalori tinggi dan minuman manis, aktivitas fisik, perilaku sedentari, dan stres. Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi obesitas sentral di daerah perkotaan lebih tinggi dari prevalensi nasional, yaitu sebesar 35%.
Penelitian bertujuan untuk menganalisis lebih lanjut mengenai faktor dominan kejadian obesitas sentral pada penduduk usia 25-64 tahun di wilayah perkotaan Indonesia. Terdapat sebanyak 194.049 responden Riskesdas 2018 yang dilibatkan dalam chi-square dan uji multivariat regresi logistik ganda pada perangkat pengolah data.
Hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat 15 variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian obesitas sentral, diantaranya: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status pernikahan, gangguan mental emosional, konsumsi makanna manis, konsumsi minuman manis, konsumsi makanan berlemak/gorengan, konsumsi softdrink, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok (p-value <0,05). Jenis kelamin perempuan diketahui sebagai faktor dominan kejadian obesitas sentral pada penduduk usia 25-64 tahun di wilayah perkotaa Indonesia (p-value 0,0005).
OR dari kejadian obesitas sentral lebih tinggi 4,060 (95%CI: 3,947-4,175) kali pada kelompok responden berjenis kelamin perempuan, setelah dikontrol oleh variabel lainnya. Dengan demikian, masyarakat di wilayah perkotan, khususnya perempuan, dihimbau untuk lebih meningkatkan kesadaran terkait obesitas sentral . Masyarakat dihimbau untuk dapat mengurangi konsumsi makanan berisiko, melakukan olahraga secara teratur, menghindari stres, dan menghindari perilaku merokok dan konsumsi alkohol. Instansi kesehatan diharapkan dapat membantu masyarakat dengan memberikan edukasi gizi dan promosi keseatan terkait obesitas sentral.

Central obesity is a condition where there is an accumulation of fat in the abdomen. Central obesity is associated with the risk of non-communicable diseases such as type II diabetes mellitus, hypertension, dyslipidemia, metabolic syndrome, and cancer. The prevalence of central obesity is known to increase in both developed and developing countries. As many as 40.2% of individuals in the world are estimated to have central obesity. Indonesia is a developing country with an increasing prevalence of central obesity with an increase from 2007, 2013, and 2018 according to riskesdas data, respectively, by 18%, 26%, and 31%. The increase in central obesity is associated with economic development and urbanization leading to unfavorable changes in consumption habits of high-calorie foods and sugary drinks, physical activity, sedentary behavior, and stress. Riskesdas 2018 data states that the prevalence of central obesity in urban areas is higher than the national prevalence, which is 35%.
This study aims to further analyze the dominant factors in the incidence of central obesity in the population aged 25-64 years in urban areas of Indonesia. There were 194,049 riskesdas 2018 respondents who were involved in this study. Data analysis used chi-square bivariate test and multiple logistic regression multivariate test on the application.
The results showed that there were 15 variables that were significantly associated with the incidence of central obesity, including: age, gender, education level, employment status, emotional mental health, consumption of sweet foods, sugary drinks, fatty foods, soft drinks, fruit and vegetable consumption, alcohol consumption, physical activity, and smoking habits (p-value <0,05). Female gender is known as the dominant factor in the incidence of central obesity in the population aged 25-64 years in urban areas of Indonesia (p-value 0,0005).
The OR of the incidence of central obesity was 4.06 (95%CI: 3,947-4,175) higher in the female respondent group, after being controlled by other variables. Thus, people in urban areas, especially women, are urged to increase awareness regarding central obesity. The public is encouraged to reduce the consumption of risky foods, do exercise regularly, avoid stress, and avoid smoking and alcohol consumption. Health agencies are expected to help the community by providing nutrition education and promotion of health related to central obesity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Salsabila
"
Obesitas sentral merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang meningkat pada kelompok usia dewasa pertengahan. Faktor gaya hidup seperti asupan zat gizi, aktivitas fisik, durasi tidur, dan kesehatan mental emosional diduga berkontribusi terhadap kondisi ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor dominan kejadian obesitas sentral dewasa usia 40–59 tahun di Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat. Penelitian menggunakan Cross Sectional dengan pendekatan kuantitatif dan melibatkan pengumpulan data primer melalui wawancara dan pengukuran antropometri. Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa asupan lemak berlebih merupakan faktor yang paling dominan terhadap kejadian obesitas sentral (p = 0,018; OR = 2,940; 95% CI = 1,206– 7,168). Responden dengan asupan lemak berlebih memiliki risiko 2,94 kali lebih besar mengalami obesitas sentral dibandingkan dengan responden yang tidak berlebih. Lemak yang dikonsumsi secara berlebih akan mudah disimpan sebagai lemak viseral di rongga perut, yang berkontribusi langsung pada peningkatan lingkar pinggang. Faktor lain seperti asupan energi, karbohidrat, protein, serat, aktivitas fisik, durasi tidur, dan kesehatan mental emosional juga dimasukkan ke dalam model multivariat. Temuan ini menekankan pentingnya pengendalian konsumsi lemak sebagai strategi utama pencegahan obesitas sentral pada kelompok usia tersebut.

Central obesity is one of the increasing health problems in the middle-adult age group. Lifestyle factors such as nutrient intake, physical activity, sleep duration, and emotional mental health are thought to contribute to this condition. This study aims to analyze the dominant factors in the incidence of central obesity in adults aged 40–59 years in Kemayoran District, Central Jakarta. The study used a Cross Sectional with a quantitative approach and involved primary data collection through interviews and anthropometric measurements. The results of the multivariate test showed that excessive fat intake was the most dominant factor in the incidence of central obesity (p = 0.018; OR = 2.940; 95% CI = 1.206–7.168). Respondents with excessive fat intake had a 2.94 times greater risk of experiencing central obesity compared to respondents who were not excessive. Excessive fat consumption will be easily stored as visceral fat in the abdominal cavity, which directly contributes to an increase in waist circumference. Other factors such as energy intake, carbohydrates, protein, fiber, physical activity, sleep duration, and emotional mental health were also included in the multivariate model. These findings emphasize the importance of controlling fat consumption as a primary strategy for preventing central obesity in this age group."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Salsabila
"
Obesitas sentral merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang meningkat pada kelompok usia dewasa pertengahan. Faktor gaya hidup seperti asupan zat gizi, aktivitas fisik, durasi tidur, dan kesehatan mental emosional diduga berkontribusi terhadap kondisi ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor dominan kejadian obesitas sentral dewasa usia 40–59 tahun di Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat. Penelitian menggunakan Cross Sectional dengan pendekatan kuantitatif dan melibatkan pengumpulan data primer melalui wawancara dan pengukuran antropometri. Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa asupan lemak berlebih merupakan faktor yang paling dominan terhadap kejadian obesitas sentral (p = 0,018; OR = 2,940; 95% CI = 1,206– 7,168). Responden dengan asupan lemak berlebih memiliki risiko 2,94 kali lebih besar mengalami obesitas sentral dibandingkan dengan responden yang tidak berlebih. Lemak yang dikonsumsi secara berlebih akan mudah disimpan sebagai lemak viseral di rongga perut, yang berkontribusi langsung pada peningkatan lingkar pinggang. Faktor lain seperti asupan energi, karbohidrat, protein, serat, aktivitas fisik, durasi tidur, dan kesehatan mental emosional juga dimasukkan ke dalam model multivariat. Temuan ini menekankan pentingnya pengendalian konsumsi lemak sebagai strategi utama pencegahan obesitas sentral pada kelompok usia tersebut.

Central obesity is one of the increasing health problems in the middle-adult age group. Lifestyle factors such as nutrient intake, physical activity, sleep duration, and emotional mental health are thought to contribute to this condition. This study aims to analyze the dominant factors in the incidence of central obesity in adults aged 40–59 years in Kemayoran District, Central Jakarta. The study used a Cross Sectional with a quantitative approach and involved primary data collection through interviews and anthropometric measurements. The results of the multivariate test showed that excessive fat intake was the most dominant factor in the incidence of central obesity (p = 0.018; OR = 2.940; 95% CI = 1.206–7.168). Respondents with excessive fat intake had a 2.94 times greater risk of experiencing central obesity compared to respondents who were not excessive. Excessive fat consumption will be easily stored as visceral fat in the abdominal cavity, which directly contributes to an increase in waist circumference. Other factors such as energy intake, carbohydrates, protein, fiber, physical activity, sleep duration, and emotional mental health were also included in the multivariate model. These findings emphasize the importance of controlling fat consumption as a primary strategy for preventing central obesity in this age group."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Sari
"Obesitas tidak hanya mengalami peningkatan di perkotaan. Peningkatan obesitas juga terjadi di pedesaan di Indonesia. Sejak tahun 2004 sampai 2007 prevalensi obesitas meningkat signifikan dari 2.1% sampai 7.8%. Penelitian bertujuan untuk melihat prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas di pedesaan. Penelitian yang menggunakan desain studi cross sectional ini menggunakan data Riskesdas 2010. Populasi adalah seluruh penduduk Indonesia berumur ≥19 tahun pada tahun 2010. Sedangkan sampel adalah sebagian penduduk Indonesia yang berumur ≥19 tahun yang tinggal di pedesaan pada tahun 2010 dengan kriteria eksklusi penduduk perempuan dewasa yang sedang mengandung. Analisis menggunakan regresi logistik ganda untuk mendapatkan model prediksi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas. Hasil penelitian diperoleh prevalensi obesitas di pedesaan sebesar 9.1%. Faktor-faktor yang berhubungan adalah kelompok umur 31-65 tahun (OR: 1.940; 95% CI: 1.801-2.089), jenis kelamin perempuan (OR: 2.132; 95% CI: 1.952-2.329), pendidikan tamat SLTA/D1/D2/D3/PT (OR: 1.429; 95% CI: 1.300-1.571), pekerjaan TNI/POLRI/PNS (OR: 1.853; 95% CI: 1.617-2.124), penduduk yang kawin (OR: 2.356; 95% CI: 2.061-2.692), konsumsi protein (OR: 1.132; 95% CI: 1.066-1.202), status ekonomi kuintil 5 (OR: 2.607; 95% CI: 2.354-2.887), dan tidak merokok (OR: 1.573; 95% CI: 1.429-1.732). Pengendalian kejadian obesitas dapat dilakukan dengan upaya pencegahan baik primer maupun sekunder berdasarkan faktor-faktor yang berhubungan untuk menekan peningkatan obesitas.

Obesity not only has increased in urban areas, but also occurs in rural Indonesia. From 2004 to 2007, the prevalence of obesity increased significantly from 2.1% to 7.8%. The study aims is to look at the prevalence and factors associated with obesity in rural areas. This research use cross sectional design study and use Riskesdas 2010 data. Population is the entire Indonesian population aged ≥19 years old in 2010. While the sample is a part Indonesian population aged ≥19 years old who live in rural areas in 2010, with adult female population who are pregnant as the exclusion criteria. The data were analyzed using multiple logistic regressions to obtain predictive models in the factors associated with obesity. The result is obesity prevalence obtained 9.1% in rural obesity. Factors related is the 31-65 age group (OR: 1.940; 95% CI: 1.801-2.089), female sex (OR: 2.132; 95% CI: 1.952-2.329), education SLTA/D1/D2/D3/PT (OR: 1.429; 95% CI: 1.300- 1.571), works TNI /police/civil (OR: 1.853; 95% CI: 1.617-2.124), married people (OR: 2.356; 95% CI: 2.061-2.692), protein intake (OR: 1.132; 95% CI: 1.066- 1.202), economic status in quintile 5 (OR: 2.607; 95% CI: 2.354-2.887), and no smoking status (OR: 1.573; 95% CI: 1.429-1.732). Controlling the incidence of obesity can be made by prevention efforts both primary and secondary based on factors related to pressure increase in obesity."
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulestari
"Hipertensi atau sering juga disebut the silent killer adalah suatu peningkatan tekanan darah arteri diatas normal dan menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Hipertensi pada penduduk dewasa bisa berakibat rendahnya produktivitas dan kualitas hidup terkait dengan morbiditas. Obesitas sentral adalah salah satu faktor risiko hipertensi yang berhubungan dengan gaya hidup yang tidak sehat.
Studi ini bertujuan untuk menilai hubungan obesitas sentral dengan kejadian hipertensi berdasarkan rasio lingkar perut tinggi badan pada penduduk dewasa di Pulau Jawa Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2013 dengan disain penelitian cross sectional dan jumlah sampel 175.374 orang. Status obesitas sentral ditentukan dengan analisis kurva ROC untuk mencari cut off point rasio lingkar perut tinggi badan terhadap hipertensi.
Studi ini menggunakan uji statistik Regresi Cox. Hasil penelitian menemukan prevalensi hipertensi pada penduduk dewasa sebesar 27,8% dan hubungan obesitas sentral terhadap kejadian hipertensi lebih dipengaruhi oleh wilayah tempat tinggal. Penduduk umur 19-29 tahun yang obesitas sentral dan tinggal diperkotaan memiliki risiko 2,1 kali (95%CI:1,969-2,247) untuk menderita hipertensi setelah dikontrol umur, wilayah tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, status merokok, aktifitas fisik dan stres.
Saran dari studi ini adalah memberikan intervensi berupa promosi kesehatan tentang pengetahuan tentang hipertensi dan faktor risikonya pada usia remaja terutama diperkotaan sebagai pencegahan dini dengan prilaku hidup sehat untuk menurunkan prevalensi hipertensi di masa mendatang.

Hypertension, often called the silent killer is an increase in arterial blood pressure above normal and the cause of death in Indonesia. Hypertension in the adult population could be low productivity and influence quality of life associated with morbidity. Central obesity is risk factor for hypertension associated with an unhealthy lifestyle.
This study aimed to assess the association of central obesity with hypertension based on waist-to-height ratio in the adult population in Java 2013.
This study uses Riskesdas data 2013 with cross sectional study design and sample size 175.374 respondents. Central obesity status was determined by ROC curve analysis to looking for the cut off point waist-to-height ratio to hypertension and used Cox regression multivariate statistical test. Results of the study found the prevalence of hypertension in the adult population was 27.8% and the relationship of central obesity with hypertension is more influenced by the region of residence. People aged 19-29 years old who live in urban and central obesity have a risk 2.1 (PR=2.1, 95% CI: 1.969 to 2.247) of developing hypertension after controlling for age, region of residence, education, occupation, smoking status, physical activity and stress.
Suggestions of this study is to providing health promotion interventions in the form of knowledge about hypertension and its risk factors in adolescence especially in urban areas as early prevention with healthy lifestyle behaviors to decrease the prevalence of hypertension in the future.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44415
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafira Anindya Dhika M
"Peningkatan prevalensi obesitas sentral di Indonesia diikuti dengan terjadinya peningkatan prevalensi aktivitas fisik yang kurang. Risiko meningkat saat usia ≥40 tahu, hal ini berkaitan dengan pengurangan aktivitas fisik dan kecenderungan gaya hidup yang menetap yang membuat orang dewasa yang lebih tua lebih rentan untuk mengalami obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas sentral pada usia ≥ 40 tahun di Indonesia bedasarkan data IFLS 5. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain cross sectional yang menggunakan data sekunder IFLS 5 Tahun 2014. Sampel yang dianalisis dalam penelitian ini berjumlah 9.124 orang. Analisis cox regression dilakukan untuk mengetahui besar risiko aktivitas fisik terhadap obesitas sentral. Hasil penelitian menjelaskan prevalensi obesitas sentral pada usia ≥ 40 tahun di Indonesia adalah 44,8 %. Analisis multivariat menunjukkan responden yang kurang aktif secara fisik memiliki risiko 1,049 kali untuk mengalami obesitas sentral dibandingkan responden yang cukup aktif secara fisik setelah dikontrol variabel jenis kelamin tinggal (95% CI 1,012-1,087). Kepada masyarakat disarankan untuk melakukan aktivitas fisik sedang dan kuat dengan prinsip BBTT (Baik,Benar, Terukur, dan Teratur).

The increase in the prevalence of central obesity in Indonesia is followed by an increase in the prevalence of physical inactivity. The risk increases at age ≥40 years, this is related to the absorption of physical activity and the tendency for a sedentary lifestyle that makes older adults more susceptible to obesity. This study aims to determine the relationship between physical activity and the incidence of central obesity at the age of ≥ 40 years in Indonesia based on IFLS 5 data. This research is an analytic study with a cross-sectional design using IFLS 5 secondary data in 2014. The samples analyzed in this study were 9,124. person. Cox regression analysis was performed to determine the risk of physical activity on central obesity. The results of the study explain the prevalence of central obesity at the age of ≥ 40 years in Indonesia is 44.8%. Multivariate analysis showed that respondents who were less physically active had 1,049 times the risk of developing central obesity compared to respondents who were quite physically active after controlling for the remaining sex variable (95% CI 1,012-1,087). The community is advised to carry out moderate and vigorous physical activity with the principle Good, Right, Measured, and Regular."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Rosiyati
"Obesitas telah ditetapkan sebagai epidemi global dan menyebabkan risiko kematian menjadi tiga kali lipat. Dampak yang ditimbulkan tidak hanya secara medis, tetapi juga psikologis serta menghilangnya produktivitas dan biaya ekonomi tambahan. Prevalensi obesitas di seluruh dunia terus bertambah hampir tiga kali lipat. Hal serupa terjadi di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas prevalensi obesitas telah mencapai 21,8% pada tahun 2018. Prevalensi ini cenderung mulai meningkat setelah usia 36 tahun ke atas dan kemudian menurun setelah usia 60 tahun ke atas. Tingginya obesitas mengindikasikan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan obesitas tersebut.
Tujuan utama dari penellitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan kejadian obesitas pada penduduk Indonesia usia 36-65 tahun. Penelitian ini adalah studi kuantitatif dengan desain bersifat cross sectional menggunakan data sekunder IFLS 2014. Faktor-faktor yang dianalisis hubungannya terhadap kejadian obesitas adalah usia, jenis kelamin, suku, status kawin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, kebiasaan makan sumber karbohidrat, kebiasaan makan sumber protein, kebiasaan makan sumber lemak, kebiasaan makan sayuran, kebiasaan makan buah, aktifitas fisik berat, aktifitas fisik sedang, aktifitas fisik jalan kaki, kebiasaan merokok, wilayah tempat tinggal, tinggi badan (stunting).
Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan regresi logistik ganda menunjukkan determinan kejadian obesitas adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, kebiasaan makan sumber protein, kebiasaan makan buah, kebiasaan merokok dan wilayah tempat tinggal. Faktor dominan kejadian obesitas adalah jenis kelamin, yaitu perempuan memiliki risiko menjadi obese 2,1 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Obesity has been defined as a global epidemic and triples the risk of death. The impact is not only medically, but also psychologically as well as the disappearance of productivity and economic costs. The prevalence of obesity throughout the world continues to increase almost threefold. Something similar happened in Indonesia, based on Riskesdas data, the prevalence of obesity had reached 21.8% (2018). This prevalence tends to increase after the age of 36 years and above and then decreases after the age of 60 years and over. The high obesity indicates there are factors that affect the increase of obesity.
The main objective of this research is to find out the dominant factors in the incidence of obesity in the Indonesian population aged 36-65 years. This research is a quantitative study with a cross-sectional design using secondary data of 2014 IFLS. Factors analyzed in relation to the incidence of obesity are age, gender, ethnicity, marital status, education, employment, income, eating habits of carbohydrates, eating habits protein, eating habits, sources of fat, eating habits, eating habits, heavy physical activity, moderate physical activity, walking physical activity, smoking habits, area of ​​residence, height (stunting).
Based on the results of multivariate analysis with multiple logistic regression showed determinant factors of obesity are age, sex, education, occupation, income, eating habits of protein, eating habits of fruit, smoking habits and area of ​​residence. The dominant factor in the incidence of obesity is gender, women have a risk of becoming obese 2,1 times higher than men.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53250
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>