Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124047 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simarmata, Nathaniel Januardo
"Konstruksi modular menjadi solusi inovatif dalam penyediaan hunian karena keunggulannya dalam efisiensi waktu, pengurangan limbah, dan fleksibilitas desain. Namun, ketahanan strukturnya terhadap beban gempa masih perlu dievaluasi, terutama di wilayah rawan gempa seperti Indonesia. Penelitian ini menganalisis kinerja bangunan modular rumah tinggal menggunakan metode riwayat waktu nonlinier (NLTH) melalui pemodelan di ETABS dan pengujian eksperimental dinamik. Evaluasi dilakukan pada model satu lantai dan model bertingkat dengan variasi mutu pasangan bata sebagai elemen dinding. Hasil analisis menunjukkan bahwa respons struktur sangat dipengaruhi oleh kualitas material dinding serta konfigurasi elemen struktural. Metode NLTH berhasil menggambarkan deformasi, gaya dalam, dan pembentukan sendi plastis secara rinci di bawah eksitasi gempa bidirectional. Penelitian ini memberikan pemahaman mendalam mengenai perilaku dinamis bangunan modular dan dapat menjadi acuan dalam pengembangan desain struktur modular yang lebih tahan gempa. 

Modular construction offers an innovative solution for housing development due to its advantages in time efficiency, waste reduction, and design flexibility. However, its structural resistance to seismic loads still needs to be evaluated, especially in earthquake-prone regions such as Indonesia. This study analyzes the performance of modular residential buildings using the Nonlinear Time History (NLTH) method through ETABS modeling and dynamic experimental testing. The evaluation was conducted on both single-story and multi-story models with varying quality of masonry walls as structural elements. The analysis results indicate that the structural response is significantly influenced by the wall material quality and the configuration of structural components. The NLTH method effectively captures deformation, internal forces, and the formation of plastic hinges in detail under bidirectional seismic excitation. This research provides a deeper understanding of the dynamic behavior of modular buildings and can serve as a reference in developing more earthquake-resistant modular structural designs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Rolita
"Dalam perencanaan struktur, satu hal penting yang seialu menjadi dasar perhitungan adalah faktor gempa. Terutama untuk negara Indonesia yang termasuk wilayah rawan gempa. Dan salah satu faktor yang perlu diperhatikan pada suatu perencanaan struktur tahan gempa adalah perbandingan antara masse dan kekakuan dari struktur. Baik antar 'tingkat maupun tingkat terhadap struktur secara keseluruhan.
Di Indonesia nilai perbandingan tersebut dibatasi berdasarkan Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung (PPKGURG), dimana pada pasal yang menyangkut masalah massa dan kekakuan pada suatu perencanaan dinyatakan bahwa perbandingan antara berat lantai dan kekakuan tidak boleh berselisih > 50 % terhadap nilai rata-rata perbandingan tersebut untuk stmktur tersebut. Jika perbandingan berat Iantai dan kekakuan tingkat tertentu lebih dari 25 % dari perbandingan berat Iantai dan kekakuan rata-rata maka analisa Statik Ekivalen (Untuk pembagian gaya geser tingkat) tidak dapat digunakan, jadi anaiisa harus dilakukan dengan analisa Dinamik.
Dalam tugas akhir ini akan dibahas seberapa besar pengaruh perubahan massa dan kekakuan pada gaya-gaya dalam yang dihasilkan dengan melihat batasan-batasan dari Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung (PPKGURG) - 1987."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S35544
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rino Ilman Harindhana
"Besarnya pertumbuhan pertumbuhan penduduk di Indoesia menuntut industri infrastruktur untuk terus berkembang. Dengan perkembangan tersebut terdapat konsekuensi dan tantangan yang harus dihadapi. Konsekuensi terbesar merupakan dampak lingkungan dari pembangunan, dimana industri ini merupakan penyumbang mayoritas emisi karbon di dunia. Di samping itu diperlukan juga peningkatan akan efisiensi sumber daya, biaya, dan waktu yang lebih baik. Konstruksi modular diyakini dapat mengatasi permasalahan dan tantangan tersebut. Konstruksi modular merupakan metode konstruksi pembangunan infrastruktur dengan instalasi modul-modul yang telah difabrikasi di pabrik. Namun, penerapan konstruksi modular di Inodnesia masih pada tahap rendah. Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi kondisi eksisting penerapan konstruksi modular di Indonesia, menentukan faktor-faktor yang dapat menghambat penerapan konstruksi modular di Indonesia, serta memahami hubungan antar variabel. Dalam penelitian ini digunakan metode validasi pakar, survei kuesioner, da pengolahan data dengan menggunakan SEM-PLS. Hasil dari penelitian ini adalah diperoleh pemahaman tahapan tingkatan konstruksi modular yang telah diterapkan di Indonesia, diantaranya adalah Non-Volumetric Preassembly Modular Building dan Volumetric Preassembly Modular Buildingdiperoleh 2 variabel yag memiliki pengaruh dengan signifikansi tinggi yang dapat menghambat penggunaan konstruksi modular di Indonesia berdasarkan siklus hidup proyeknya, berdasarkan nilai T-Statistic yang paling besar adalah Inisiasi dan Desain kemudian dilanjut dengan Mobilisasi modul.

The substantial population growth in Indonesia demands continuous development in the infrastructure industry. However, this growth presents significant consequences and challenges. The most prominent consequence is the environmental impact of construction, with this industry being a major contributor to global carbon emissions. Additionally, there is a need for improved resource efficiency, costeffectiveness, and time efficiency. Modular construction is believed to address these issues and challenges. Modular construction involves the assembly of prefabricated modules in a factory for infrastructure development. However, the adoption of modular construction in Indonesia is still at a nascent stage. Therefore, this research aims to identify the current conditions of modular construction implementation in Indonesia, determine factors hindering its adoption, and understand the relationships among variables. The research employs expert validation, questionnaire surveys, and data processing through SEM-PLS. The findings provide insights into the stages of modular construction applied in Indonesia, including Non-Volumetric Preassembly Modular Building and Volumetric Preassembly Modular Building. Two variables were identified as having a significant inhibiting influence on the use of modular construction in Indonesia based on the project life cycle, with the highest T-Statistic values associated with Initiation and Design, followed by Module Mobilization."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Shafira
"Desain berbasis kinerja (Performance-Based Design) merupakan pendekatan penting dalam perancangan struktur bangunan baru untuk memastikan bahwa perilaku struktur memenuhi target kinerja seismik pada berbagai tingkat gempa. Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja seismik bangunan modular tiga lantai dengan dinding pengisi pasangan bata ringan (unreinforced masonry infill) menggunakan pendekatan nonlinier sesuai pedoman ASCE 41-17. Pemodelan dilakukan dengan elemen shell thin untuk dinding dan tambahan hinge nonlinier untuk menangkap deformasi lentur dan geser. Penelitian diawali dengan validasi parameter pada bangunan modular sederhana. Hasil pengujian dan verifikasi pemodelan menunjukkan mutu pasangan bata sebesar 1,2 MPa dan modulus elastisitas 1200 MPa. Elemen bracing diagonal (pola X) hanya bekerja tarik, sehingga luas penampangnya direduksi menjadi setengah dari ukuran aktual dalam pemodelan bangunan tiga lantai. Hasil analisis pushover menunjukkan bahwa pada gempa BSE-1N dan BSE-2N, performance point terjadi pada drift maksimum 0,09%–0,18%, masih di bawah batas Life Safety (LS) dan Collapse Prevention (CP). Evaluasi displacement-controlled menunjukkan tidak terbentuknya sendi plastis pada kedua level gempa, dengan kerusakan dominan terjadi pada tahap akhir. Evaluasi force-controlled menunjukkan semua elemen struktur tidak mengalami overstress (rasio D/C < 1,0). Struktur memenuhi target kinerja tanpa memerlukan perkuatan tambahan.

Performance-Based Design is a key approach in designing new building structures to ensure that structural behavior meets seismic performance targets at various earthquake levels. This study analyzes the seismic performance of a three-story modular building with unreinforced masonry infill walls using a nonlinear method based on ASCE 41-17 guidelines. Modeling was conducted using thin shell elements for the walls, with nonlinear hinges added to capture flexural and shear deformations. Testing and modeling verification showed the masonry had a compressive strength of 1.2 MPa and a modulus of elasticity of 1200 MPa. The X-bracing elements worked only in tension; therefore, their cross-sectional area was reduced to half of the actual size in the three-story model. Pushover analysis results indicated that under both BSE-1N and BSE-2N levels, the performance point occurred at maximum drift values of 0.09%–0.18%, still below Life Safety (LS) and Collapse Prevention (CP) limits. Displacement-controlled evaluation showed no plastic hinges formed at either earthquake level, with significant damage only appearing in the final pushover stage. Force-controlled evaluation confirmed that all structural elements remained within acceptable stress limits (D/C < 1.0). Thus, the structure achieved the intended seismic performance without requiring additional strengthening. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raihan Haryanto Sumohadiwijoyo
"Proyek ini bertujuan untuk menciptakan hunian yang modular dan kompak. Produk ini dirancang untuk dimodifikasi dan cukup ringkas untuk diangkut dan digunakan oleh pengguna. Masalah utama yang ingin dicapai oleh produk ini adalah gagasan tentang kontingensi - kebutuhan akan ruang untuk mengakomodasi pengguna yang berbeda dengan kebutuhan yang berbeda, pada periode waktu yang mungkin berbeda. Menjawab masalah ini, tantangan utama dari produk ini adalah menciptakan sesuatu yang ergonomis sementara juga user friendly untuk bisa dibongkar dan dimodifikasi. Hasilnya adalah produk akhir yang terbuat dari bahan terpal yang dapat dimodifikasi dari sebuah tas ke sebuah shelter dan dapat digunakan oleh lebih dari satu individu jika digabungkan bersama. Namun, tahap yang dicapai dalam proyek ini adalah produk beta tunggal yang masih perlu ditingkatkan dan belum mencapai kemungkinan konfigurasi penuh seperti yang dirancang.

This project aims to create a modular and compact shelter. This product is designed to be modifiable and compact enough to be transported and used by the users. The main problems this product is aimed to overcome is the idea of contingency - the need for a space to accommodate different users with different needs, at possibly different periods of time. With this problem at hand, the main challenge of this product is to create something that is ergonomic all the while user friendly to dismantle and modify. The result is a final product made of tarpaulin material that can be modified from bag to shelter and can be used by more than one individual if combined together. However, the stage reached in this project is a single beta product that still needs improvement and hasn't reached the full configuration possibility as designed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mustaffa Sulaiman Said
"Studi ini menekankan pentingnya aturan, batasan, dan urutan sebagai mekanisme yang membentuk transformasi modular dalam arsitektur. Studi ini menyelidiki proses bagaimana operator modular mentransformasi bentuk arsitektural melalui tindakan sistematis berbasis aturan yang menjamin koherensi dan logika spasial. Studi ini didasarkan pada konsep systemic decomposition, yaitu pemecahan sistem arsitektur menjadi komponen-komponen yang independen namun saling terhubung. Studi ini juga merujuk pada relasi bagian–keseluruhan (part–whole relationship), yang menjelaskan bagaimana setiap modul berkontribusi terhadap dan dibentuk oleh komposisi arsitektur secara keseluruhan. Dengan menggunakan Habitat 67 sebagai studi kasus, analisis menunjukkan bagaimana empat operator seperti splitting, augmenting, excluding, dan porting yang menghasilkan transformasi melalui penerapan aturan spesifik yang mengarahkan ritme spasial, kesinambungan, dan keselarasan. Temuan utama yang diperoleh adalah bahwa transformasi modular dalam Habitat 67 terjadi melalui interaksi operator yang disengaja, yang membentuk hierarki dan keteraturan spasial, serta menunjukkan bagaimana variasi arsitektural dapat dicapai melalui keputusan berbasis aturan yang terkontrol.

This study emphasises the importance of rules, constraints, and sequences as mechanisms that structure modular transformation in architecture. It investigates the process in which modular operators transform architectural form through systematic, rule-based actions that ensure coherence and spatial logic. The study builds on the concept of systemic decomposition, which refers to the breakdown of architectural systems into independent but interconnected components. It also draws on the part–whole relationship, which frames how each module contributes to and is shaped by the overall architectural composition. Using Habitat 67 as the case study, the analysis demonstrates how four operators like splitting, augmenting, excluding, and porting generate transformation by applying specific rules that guide spatial rhythm, continuity, and alignment. The key insight gained is that modular transformation in Habitat 67 occurs through deliberate operator interaction that creates spatial hierarchy and order, showing how architectural variation can be achieved through controlled, rule-based decisions."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Putu Putra Gemilang Adi Guna
"Misalkan 𝐺 = (𝑉(𝐺), 𝐸(𝐺)) adalah suatu graf dengan order 𝑛, dengan 𝑛 merupakan bilangan bulat. Notasi 𝑉(𝐺) menyatakan himpunan simpul dan notasi 𝐸(𝐺) menyatakan himpunan busur. Pemetaan 𝛾: 𝐸(𝐺) → {1,2, … , 𝑘}, dengan 𝑘 adalah bilangan bulat, adalah pelabelan modular tak teratur dari graf G jika terdapat suatu fungsi bijektif 𝜎: 𝑉(𝐺) → 𝑍𝑛 yang didefinisikan sebagai 𝜎(𝑥) = (∑𝛾(𝑥𝑦)) mod 𝑛 untuk setiap y yang bertetangga dengan x sehingga nilai 𝜎(𝑥) berbeda untuk setiap 𝑥 ∈ 𝑉(𝐺). Nilai ketakteraturan modular dari graf 𝐺 adalah nilai minimum 𝑘 sedemikian sehingga terdapat pelabelan modular tak teratur dapat diterapkan ke graf 𝐺. Graf dodecahedral adalah graf planar 3-terhubung yang berhubungan dengan konektivitas simpul dodekahedron. Terdapat 2 macam simpul pada graf dodecahedral yaitu simpul luar dan simpul dalam dan semua simpul memiliki derajat 3. Graf dodecahedral yang diperumum adalah graf yang dibangun dari graf dodecahedral dengan menambahkan 2 busur pada simpul dalam sedemikian sehingga seluruh simpul dalam memiliki derajat 5. Graf dodecahedral yang diperumum dapat dibentuk dengan order bilangan bulat genap lebih dari atau sama dengan 10. Pada skripsi ini, dibahas pelabelan modular tak teratur pada graf dodecahedral yang diperumum.

Let 𝐺 = (𝑉(𝐺), 𝐸(𝐺)) be a graph of order 𝑛 , with 𝑛 is an integer. Notation 𝑉(𝐺) represents a set of vertices and 𝐸(𝐺) represents a set of edges. A labeling 𝛾: 𝐸(𝐺) → {1,2, … , 𝑘}, with integer 𝑘, is called modular irregular labelling of the graph 𝐺 if there exist a bijective function 𝜎: 𝑉(𝐺) → 𝑍𝑛 defined by 𝜎(𝑥) = (∑𝛾(𝑥𝑦)) mod 𝑛 for every 𝑦 adjacent to 𝑥, such that the weight 𝜎(𝑥) is different for every 𝑥 ∈ 𝑉(𝐺). The minimal 𝑘 for which the graph 𝐺 admits a modular irregular labelling is called modular irregularity strength of graph 𝐺. Dodecahedral graph is the 3-connected planar graph corresponding to the connectivity of the vertices of dodecahedron. There are 2 kinds of vertices in the dodecahedral graph, inner vertices and outer vertices and all of the vertices has degree 3. Generalized Dodecahedral Graph is a graph that is built from dodecahedral graph by adding 2 additionals edge on each of the inner vertice so that all of the inner vertices have degree 5. Generalized dodecahedral graph can be formed with order of even integer greater than or equal to 10. In this skripsi, it will be discussed the modular irregular labelling of generalized dodecahedral graphs."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenni Fitri Anwar
"Misalkan $G=(V(G),E(G))$ merupakan suatu graf dengan himpunan simpul tak kosong berhingga $V(G)$ dan himpunan busur $E(G)$. Misalkan $G$ memiliki order $n$. Pelabelan busur $\varphi: E(G) \rightarrow \{1,2,\cdots,k\}$, dengan $k \in \mathbb{Z}^+$, disebut pelabelan-$k$ tak teratur modular jika terdapat fungsi bobot bijektif $\sigma:V(G) \rightarrow \mathbb{Z}_n$ dengan $\mathbb{Z}_n$ merupakan himpunan bilangan bulat modulo $n$. Fungsi $\sigma(v)=\sum_{\forall u \in N(v)} \varphi(uv) \mod n$ disebut bobot modular dari simpul $v\in V(G)$. $N(v)$ merupakan himpunan simpul yang bertetangga dengan simpul $v.$ Kekuatan tak teratur modular dari graf $G$, dinotasikan dengan $ms(G)$, merupakan nilai minimum $k$ sedemikian sehingga graf $G$ memiliki pelabelan-$k$ tak teratur modular. Graf bunga matahari ${Sf}_m$ merupakan graf yang dibangun dari graf roda $W_m,$ $m \geq 3,$ dengan simpul pusat $c$, simpul pada lingkaran-$m$ $v_1,v_2,\ldots,v_m$ dan tambahan $m$ simpul $w_1,w_2,\ldots,w_m$ dengan $w_i$ dihubungkan ke simpul $v_i$ dan $v_{i+1},$ $i=1,2,\ldots,m,$ dengan $v_{m+1}=v_1$ dan $v_0=v_m$. Pada penelitian ini dikontruksi fungsi pelabelan tak teratur modular pada graf bunga matahari ${Sf}_m$, $m\geq 3$, sehingga dapat ditentukan nilai kekuatan tak teratur modularnya.

Let $G=(V(G),E(G))$ be a graph with $V(G)$ is a nonempty finite vertex set and $E(G)$ is an edge set, which has order $n$. Edge $k-$labeling $\varphi: E(G) \rightarrow \{1,2,\cdots,k\}$, where $k \in \mathbb{Z}^+$, is called a modular irregular labeling of a graph $G$ if there exists a bijective weight function $\sigma:V(G) \rightarrow \mathbb{Z}_n$ where $\mathbb{Z}_n$ is a set of modulo $n$. Function $\sigma(v)=\sum_{\forall u \in N(v)} \varphi(uv) \mod n$ is called modular weight of vertex $v$. $N(v)$ denotes the set of all vertices that adjacent to $v$. The modular irregularity strength of a graph $G$, denoted by $ms(G)$, is the minimum number $k$ such that a graph $G$ has modular irregular $k$-labeling. The sunflower graph ${Sf}_m$ is a graph which constructed from a wheel graph $W_m$ with center vertex $c$ and $m$-cycle $v_1,v_2,\ldots,v_m$ and additional vertices $w_1,w_2,\ldots,w_m$ where $w_i$ is adjacent to $v_i$ and $v_{i+1}$, $i=1,2,\ldots,m$, with $v_{m+1}=v_1$ and $v_0=v_m$. This research shows the construction of modular irregular labeling on sunflower graph and its modular irregularity strength."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shimura, Goro
"This book offers something new, every definition and every essential fact concerning classical modular forms of one variable. One of the principal new features of this book is the theory of modular forms of half-integral weight, another being the discussion of theta functions and Eisenstein series of holomorphic and nonholomorphic types. Thus the book is presented so that the reader can learn such theories systematically. Ultimately, we concentrate on the following two themes, (i) the correspondence between the forms of half-integral weight and those of integral weight and (ii) the arithmeticity of various Dirichlet series associated with modular forms of integral or half-integral weight.
"
New York: [Springer, ], 2012
e20419519
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
James Jatmiko Oetomo
"Pada problem dua bangunan yang akan dibangun berdekatan biasanya dimiliki alternatif berupa pemberian dilatasi untuk mencegah benturan atau dengan melakukan penggabungan kedua struktur tersebut. Alternatif lainnya adalah dengan menggunakan elemen karet sebagai penahan benturan antar kedua struktur. Efektivitas penggunaan elemen karet menjadi objek utama dalam penelitian ini dengan parameter yang diamati antara lain peralihan titik, gaya dalam balok dan kolom, serta deformasi dan gaya dalam aksial pada karet. Pada penelitian ini, kinerja dari penggunaan elemen karet diamati dengan melakukan beberapa variasi simulasi, antara lain variasi model, variasi eksitasi beban gempa, variasi bukaan model non karet, variasi bukaan model karet, dan variasi dari kekakuan karet. Pengamatan dari respon parameter yang maksimum dilakukan pada setiap lantai struktur dimana dilakukan pembandingan antara beberapa model, yaitu pada: (1). Model gabungan dan model karet; (2). Model dengan dilatasi dan model karet; (3). Model karet dan model non karet. Permodelan non karet dalam penelitian ini dibuat dengan memberi kekakuan yang sangat besar pada elemen sambungan. Hasil simulasi menunjukkan bahwa penggunaan karet memiliki keuntungan dan kerugian dibandingkan dengan alternatif berupa dilatasi struktur maupun gabungan struktur. Efek benturan dari hasil simulasi tampak pada gaya dalam aksial balok. Penggunaan model gabungan menunjukkan pembesaran gaya dalam aksial yang utamanya ditunjukkan pada gaya dalam aksial balok bangunan rendah dari model berdampingan.
In structural design problem of two adjacent building, usually we usually use a dilatation as a gap between the structures or make the two structures as a compounded structure. Other alternative is by using an elastomeric rubber as a pounding resisting element between the joint of two structures. Effectiveness of applying elastomeric rubber component in adjacent structures is the main focus in this paper. We will consider following parameters: joint displacements, forces in beam and column, deformation and axial forces in elastomeric rubber. In this paper, effectiveness of an elastomeric rubber observed by using various simulation variations, there are: model variation, earthquake excitation variation, open of non elastomeric element, open of elastomeric rubber, and elastomeric rubber stiffness. Observation of maximum response parameters will be done in each story floor where this paper will compare those parameters between these models: (1). Compounded model and model with elastomeric rubber; (2). Model with dilatation and model with elastomeric rubber; (3). Model with elastomeric rubber and model with non elastomeric element. Modeling of non elastomeric element will be done by using a very high stiffness value in joint link element. Simulation results shows that using elastomeric rubber component as a pounding resisting element has various advantages as well as disadvantages compared to the other alternative. Pounding effect from the simulation showed by beam axial forces. Thus, using compounded model shows amplification in beam axial forces which is mainly affected lower story building from adjacent building model."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S35247
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>