Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153237 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Medifa Kusuma Radianti
"Penelitian ini melakukan ekstraksi dan karakterisasi kolagen dari kulit ikan cobia (Rachycentron canadum) yang berasal dari Pusat Budidaya Ikan Cobia di Lampung. Meningkatnya tren konsumsi kolagen membuat pengembangan produksi kolagen terus meningkat. Disamping itu, kolagen yang bersumber dari laut lebih aman dikonsumsi karena lebih terjamin semua kalangan dapat mengkonsumsinya. Dalam penelitian ini, dilakukan ekstraksi kolagen ikan cobia menggunakan metode Deep Eutectic Solvent (DES) dengan tiga variasi rasio kolin klorida dan asam oksalat (1:0,5; 1:0,75; dan 1:1) untuk menguji efektivitas pelarut. Hasil menunjukkan bahwa Kolagen 3 (1:1) menghasilkan yield tertinggi sebesar 11,35% dan kadar hidroksiprolin tertinggi sebesar 1,34%, dibandingkan dengan Kolagen 1 (2,58%; 0,39%) dan Kolagen 2 (1,09%; 0,27%). Karakterisasi ekstrak kolagen juga dilakukan untuk mengetahui tipe kolagen berdasarkan berat molekul dan gugus fungsinya. Secara keseluruhan, hasil karakterisasi menggunakan Sodium Dodecyl Sulfate Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE) menunjukkan pita tunggal α pada 130 kDa tanpa pita β, yang mengindikasikan kolagen berada dalam bentuk non-crosslinked tipe I. Hasil ini diperkuat oleh spektrum Fourier Transform Infrared (FTIR) yang menunjukkan kehadiran gugus fungsi khas kolagen seperti amida A, I, II, dan III, yang mencerminkan struktur heliks rangkap tiga tetap terjaga. Penelitian ini membuktikan bahwa metode DES tidak hanya efektif dalam mengekstrak kolagen dari limbah ikan, tetapi juga dapat mempertahankan kemurnian dan struktur biologis kolagen, menjadikannya alternatif yang berpotensi untuk aplikasi biomedis dan kosmetik.

This study conducted the extraction and characterization of collagen from cobia fish skin (Rachycentron canadum) originating from the Cobia Fish Cultivation Center in Lampung. The increasing trend of collagen consumption has increased the development of collagen production. In addition, collagen sourced from the sea is safer to consume because it is more guaranteed that all groups can consume it. In this study, cobia fish collagen extraction was carried out using the Deep Eutectic Solvent (DES) method with three variations of the ratio of choline chloride and oxalic acid (1:0.5; 1:0.75; and 1:1) to test the effectiveness of the solvent. The results showed that Collagen 3 (1:1) produced the highest yield of 11.35% and the highest hydroxyproline content of 1.34%, compared to Collagen 1 (2.58%; 0.39%) and Collagen 2 (1.09%; 0.27%). Characterization of collagen extracts was also carried out to determine the type of collagen based on its molecular weight and functional groups. Overall, the characterization results using Sodium Dodecyl Sulfate Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE) showed a single α band at 130 kDa without a β band, indicating that collagen is in the form of non-crosslinked type I. This result is supported by the Fourier Transform Infrared (FTIR) spectrum which shows the presence of typical collagen functional groups such as amide A, I, II, and III, reflecting the triple helix structure is maintained. This study proves that the DES method is not only effective in extracting collagen from fish waste, but can also maintain the purity and biological structure of collagen, making it a potential alternative for biomedical and cosmetic applications. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saldy Nur Arsyawan
"Upaya mitigasi perubahan iklim global mendorong pengembangan teknologi carbon capture yang lebih efisien dan berkelanjutan. Pelarut konvensional berbasis amina banyak digunakan, namun memiliki keterbatasan berupa konsumsi energi tinggi, degradasi termal, dan dampak lingkungan yang buruk. Deep Eutectic Solvent (DES) hidrofobik berbasis asam lemak merupakan alternatif pelarut hijau yang menjanjikan karena sifatnya yang tidak mudah menyerap air dan mampu menangkap CO₂ secara selektif. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi kombinasi asam lemak oktanoat, dekanoat, dan dodekanoat sebagai Hydrogen Bond Acceptor (HBA) dan Hydrogen Bond Donor (HBD) dalam berbagai rasio molar untuk membentuk DES yang stabil dan sesuai untuk aplikasi CO₂ capture. Proses sintesis dilakukan melalui metode pemanasan dan pengadukan secara konstan hingga terbentuk fase cair homogen. Delapan sistem DES berhasil disintesis dan dikarakterisasi menggunakan parameter titik leleh, viskositas, densitas, spektrum FTIR, serta kelarutan air. Hasil menunjukkan bahwa kombinasi dengan asam dekanoat sebagai HBA pada rasio 2:1 dan 3:1 memiliki viskositas paling rendah (6,416 cSt), densitas tinggi (>0,9 g/mL), kelarutan air rendah (<1,0%), serta titik leleh yang lebih rendah dibandingkan komponen individunya, sehingga memenuhi kriteria sistem eutektik. Mekanisme CO₂ capture diperkirakan bersifat fisik melalui pembentukan ikatan hidrogen antara gugus fungsional DES dan molekul CO₂, dengan sifat hidrofobik sistem yang menjaga efisiensi pada kondisi gas buang yang lembap. Dibandingkan dengan sistem DES lainnya seperti berbasis mentol, DES ini menunjukkan performa kompetitif dan potensi aplikasi jangka panjang dalam teknologi carbon capture. Penelitian ini menyimpulkan bahwa DES berbasis asam lemak, terutama yang didominasi asam dekanoat, memiliki prospek kuat sebagai pelarut hijau alternatif untuk aplikasi penyerapan CO₂ industri.

Efforts to mitigate global climate change have driven the development of more efficient and sustainable carbon capture technologies. While amine-based solvents are widely used, they suffer from limitations such as high energy consumption, thermal degradation, and environmental concerns. Hydrophobic Deep Eutectic Solvents (DES) based on fatty acids offer a promising green alternative due to their low water solubility and high CO₂ absorption potential. This study aims to explore combinations of octanoic, decanoic, and dodecanoic acids as Hydrogen Bond Acceptor (HBA) and Donor (HBD) at various molar ratios to synthesize stable DES with suitable physicochemical properties for CO₂ capture. Each DES was synthesized through a heating and stirring process until a homogeneous liquid phase was formed. Eight DES systems were successfully synthesized and characterized by melting point, viscosity, density, FTIR spectra, and water solubility. The results showed that DES with decanoic acid as the HBA at 2:1 and 3:1 molar ratios exhibited the lowest viscosity (6.416 cSt), high density (>0.9 g/mL), low water solubility (<1.0%), and significantly lower melting points than their individual components, indicating eutectic system formation. The CO₂ absorption mechanism is presumed to be physical, involving hydrogen bonding interactions between CO₂ molecules and functional groups in the DES, with hydrophobicity playing a key role in maintaining efficiency under humid flue gas conditions. Compared to other systems such as menthol-based DES, these fatty acid-based DES demonstrate competitive performance and long-term potential for carbon capture technology. This study concludes that fatty acid-based DES, particularly those dominated by decanoic acid, have strong potential as green solvent alternatives for industrial CO₂ capture applications."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christian Yongky Jayadi
"Pengembangan pelarut ramah lingkungan baru merupakan salah satu subjek kunci dalam kajian kimia ramah lingkungan. Cairan ionik dan pelarut eutektik dalam, telah mendapatkan perhatian besar untuk menggantikan pelarut organik keras yang sekarang digunakan dan telah diterapkan pada banyak proses seperti ekstraksi dan sintesis. Pada penelitian ini, digunakan senyawa betain dan gliserol. Penelitian secara langsung di laboratorium tanpa studi awalan (in silico) akan menghabiskan banyak waktu, tenaga dan biaya, oleh karena itu, dalam rangka untuk mempersingkat waktu eksperimen di laboratorium, dilakukan suatu percobaan melalui simulasi dinamika molekuler dengan menggunakan komputer berspesifikasi tinggi dan perangkat lunak Amber.
Simulasi dilakukan dengan tujuan untuk menemukan komposisi terbaik dari pelarut dan mencari interaksi asam palmitat dengan pelarut. Simulasi dilakukan dengan mencampur betain dan gliserol dengan perbandingan tertentu (1:1, 1:2 dan 2:3) pada suhu kamar (298 K) dan waktu simulasi selama 40 ns, kemudian membuat simulasi campuran antara betain, gliserol dan asam palmitat.
Setelah dilakukan beberapa simulasi didapatkan hasil bahwa antara betain dan gliserol dapat terbentuk ikatan hidrogen bercabang dua. Komposisi terbaik berada pada komposisi betain:gliserol 1:2 atau 2:3. Campuran pelarut ini (terutama betain) juga terbukti mampu mengikat asam Palmitat dengan adanya ikatan hidrogen bercabang dua yang terbentuk.

Developing new green solvents is one of the key subjects in green chemistry. Ionic Liquid and Deep Eutectic Solvents, have been paid great attention to replace current harsh organic solvents and have been applied to many chemical processing such as extraction and synthesis. In this research, Betaine and Glycerol are being used. Direct research at laboratory without simulation (in silico) studies will expensed many time, effort and money, so in the hope of reducing the time used to research at laboratory, the molecular dynamic simulation is used with the tools of supercomputer and Amber Molecular Dynamic software.
The simulation is aimed at finding the best ingredients of the solvents and find the interaction between solvents and palmitic acid. Simulation is conditioned with some composition of betaine and glycerol (1:1, 1:2, and 2:3) being run at 298K temperature and for 40 ns time. Simulations with composition of betaine, glycerol and palmitic acid are also performed.
After some simulations being done, the results gives indication that betaine and glycerol can make bifurcated hydrogen bonds. The best results came from betaine:glycerol composition of 1:2 and 2:3. This mixed solvent is also gives indication that it (especially betaine) can make bifurcated hydrogen bonds with Palmitic Acid.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S59909
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangaribuan, Magdalena Lois Immanuela
"Urea dalam lingkungan perairan memiliki tingkat kadar yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan dan makhluk hidup di sekitar lingungan tersebut. Sehingga, diperlukan penyelidikan konsentrasi urea pada sampel bersifat klinis dan lingkungan. Tujuan umum pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui sensitivitas dan kecepatan sensor elektroda Cu (tembaga) yang dilapisi Sn-Bi alloy hasil Sintesis elektrodeposisi menggunakan pelarut DES (Deep Eutectic Solvent) berbasis ChCl-Gliserol untuk mengoksidasi urea dalam berbagai sampel larutan urea dalam NaOH. Dalam penelitian ini, Bi-Sn alloy disintesis dengan metode elektrodeposisi menggunakan elektroda Cu (tembaga) sebagai elektroda kerja alternatif untuk mengoksidasi urea. Hasil Bi-Sn alloy dari sintesis berbagai rasio molar dikarakterisasi menggunakan XRD, XRF, dan SEM-EDX. Elektroda Cu yang sudah dihinggapi Sn-Bi alloy pada permukaannya dapat digunakan sebagai katalis untuk mengetahui sensitivitas dan membantu memberikan kecepatan elektroda dalam mengoksidasi urea dalam sampel.

Urea in the aquatic environment has levels that greatly affect the health of the environment and living things around the environment. Thus, it is necessary to investigate the concentration of urea in clinical and environmental samples. The general objective of this research is to determine the sensitivity and speed of the Cu (copper) electrode sensor coated with Sn-Bi alloy resulting from the electrodeposition synthesis using ChCl-Glycerol-based DES (Deep Eutectic Solvent) solvent to oxidize urea in various samples of urea solution in NaOH. In this research, Bi-Sn alloy was synthesized by electrodeposition method using Cu (copper) electrode as an alternative working electrode to oxidize urea. Bi-Sn alloy results from the synthesis of various molar ratios were characterized using XRD, XRF, and SEM-EDX. Cu electrodes that have been deposited with Sn-Bi alloy on the surface can be used as a catalyst to determine the sensitivity and help provide electrode speed in oxidizing urea in the sample."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Shaffa Rizky Chandra
"Kurkumin, polifenol hidrofobik yang diekstrak dari rimpang suku temu-temuan telah terbukti dalam banyak studi farmakologi memiliki potensi terapeutik yang beragam, termasuk sifat anti-inflamasi, antioksidan, antikanker, dan antivirus. Oleh karena itu, kurkumin berpotensi untuk dijadikan bahan baku obat herbal. Metode ekstraksi kurkumin yang saat ini paling sering digunakan adalah sokletasi karena menghasilkan yield yang tinggi. Akan tetapi, metode ini memerlukan waktu ekstrak yang lama, penggunaan pelarut organik dalam jumlah banyak, dan melibatkan proses pemanasan yang dapat merusak fitokimia. Ultrasound-assisted extraction (UAE) merupakan salah satu metode alternatif yang dapat dipilih karena metode ini mampu meningkatkan permeabilitas sel sehingga ekstraksi dapat dilakukan dengan waktu yang lebih singkat dalam suhu ruang. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi metode UAE dengan menggunakan natural deep eutectic solvents (NADES) berbasis kolin klorida dan asam laktat sebagai pelarut ramah lingkungan dan memiliki biokompabilitas yang lebih baik dibanding pelarut organik. Pengaruh parameter ekstraksi seperti kandungan air dalam pelarut, % (b/v) solid loading, suhu, dan waktu ekstraksi akan diuji. Yield tertinggi yang diperoleh dari ekstraksi kunyit adalah 79,635 mg/g dengan kondisi 20% kandungan air dalam pelarut, 4% solid loading, suhu ekstraksi 350C, dan waktu ekstraksi 60 menit. Kinetika dari optimasi UAE ini kemudian dijelaskan dengan model Peleg dan transfer massa di mana hasilnya sudah kompatibel dengan data eksperimen. Kondisi optimum yang diperoleh dari ekstraksi kunyit selanjutnya digunakan untuk ekstraksi temu mangga dan temu ireng yang memperoleh yield berturut-turut sebesar 31,322 mg/g dan 19,730 mg/g. Berdasarkan yield yang diperoleh, penggunaan pelarut, suhu, dan waktu ekstraksi, metode UAE hasil optimasi dapat dipilih menjadi alternatif metode sokletasi. Selanjutnya, heksana sebagai antipelarut digunakan dalam separasi kurkuminoid dari oleoresin pada kunyit, temu mangga, dan temu ireng yang memberikan recovery kurkuminoid berturut-turut sebesar 39%, 27%, 7%. Solidifikasi kurkuminoid juga dilakukan dengan metode kristalisasi menggunakan pelarut n-heksana dan isopropil alkohol. Akan tetapi, kurkuminoid tidak bisa disolidifikasi dikarenakan masih adanya NADES dalam larutan ekstrak
Curcumin, a hydrophobic polyphenol derived from the plant of ginger family (Zingiberaceae) has been shown in many pharmacological studies to have diverse therapeutic potential, including anti-inflammatory, antioxidant, anticancer, and antiviral properties. Therefore, curcumin has the potential to be used as a raw material for herbal medicines. The most frequently used method to extract curcumin is Soxhlet since it gives high yields. However, this method requires a long extraction time, the use of large amounts of organic solvents, and involves a heating process that can damage the phytochemicals. Ultrasound-assisted extraction (UAE) is an alternative method that can be chosen because this method causes an increase in cell membrane permeability so that extraction can be carried out in a shorter time at room temperature. This study aims to optimize the UAE method, which is a modern extraction method using natural deep eutectic solvents (NADES) based on choline chloride and lactic acid as environmentally friendly solvents and have better biocompatibility than organic solvents. The impact of various process parameters such as solvent water content, % (w/v) solid loading, temperature, and extraction time were investigated. The maximum curcuminoid yields of 79.635 mg/g was achieved based on extraction in 20% water content NADES with 4% solid loading in 350C temperature for 1 hour. Peleg’s model and mass transfer model was used to describes the kinetics of the optimized UAE method, and the results were found to be compatible with experimental data. The optimum conditions obtained from turmeric extraction were then used for the extraction of mango ginger and black turmeric which gives yields of 31.322 mg/g and 19.730 mg/g, respectively. Based on the yield obtained, the use of solvents, temperature, and extraction time, the optimized UAE method can be chosen as an alternative Soxhlet method. Furthermore, hexane as an anti-solvent was utilized in the separation process of curcuminoids from oleoresin in turmeric, mango ginger, and black turmeric which gave curcuminoid recovery of 39%, 27%, 7%, respectively. Solidification of curcuminoids was also carried out by crystallization method using n-hexane and isopropyl alcohol as solvent. However, curcuminoids could not be solidified due to the presence of NADES in the extract solution."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Nur Hayati
"Umumnya, Industri gas menggunakan amina sebagai absorben untuk memisahkan CO2 dari gas asam. Namun, degradasi dari amina memiliki efek buruk terhadap lingkungan selain itu regenerasi amina membutuhkan energi yang besar. Deep Eutectic Solvent DES merupakan absorben alternatif yang ramah lingkungan yang dapat dijadikan pelarut CO2. Dalam penelitian ini, kelarutan CO2 menggunakan DES yang disintesis dari kolin klorida dan 1,4-butanadiol diamati pada 30oC, 40oC, dan 50oC pada tekanan mencapai 25 bar. Rasio mol kolin klorida dan 1,4-butanadiol yang digunakan adalah 1:2, 1:3, dan 1:4. Penelitian absorpsi CO2 menggunakan metode volumetrik. Rasio antara mol CO2 yang mampu diabsorpsi oleh setiap mol DES dan tekanan gas dihitung dari data kelarutan. Kelarutan CO2 menggunakan DES menurun dengan kenaikan suhu dan meningkat seiring dengan kenaikan tekanan absorpsi. DES dengan komposisi kolin klorida: 1,4-butanadiol 1:2 memiliki kapasitas absorpsi CO2 terbesar yaitu 0,085 mol CO2/mol DES pada suhu 25 bar dan 30oC dengan nilai parameter yaitu 0,0034 mol CO2/mol DES per bar.

Nowadays, Gas industry use amines technology to separate CO2 from the natural gas but the degradation of amines have some bad effects to environmental and the regeneration of amines consumed much enegy. Deep Eutectic Solvent DES have recently been considered as alternative solvent and have been proved its ability to absorp CO2. In this research, the solubility of CO2 in DES which is syntezsized by choline cloride and 1,4 butanadiol was determined at 30oC, 40oC, dan 50oC under pressure up to 25 bar. The mole ratios of choline chloride and 1,4 butanadiol selected were 1 2, 1 3, and 1 4. This research uses volumetric method. The ratio of moles from CO2 which can be absorbed per mole DES and the pressure of gas is calculated from the solubility data. The solubility of CO2 in DES decreased by with increasing temperature and increased by increasing pressure. The best composition to absorp CO2 is choline cloride 1,4 butanadiol 1 2 which can absorp 0,085 mol CO2 mol DES at 25 bar and 30oC with constant is 0,0034 mol CO2 mol DES per bar.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67896
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Atsarina Dianati Chaidir
"ABSTRAK
Kulit manggis mengandung zat bioaktif α-mangostin yang mempunyai efek baik untuk kesehatan kulit. Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) dapat digunakan untuk mengekstrak α-mangostin dari kulit manggis, dan aman digunakan untuk sediaan topikal (melalui kulit). Sistem nanoemulgel mampu meningkatkan stabilitas sediaan. Pada penelitian yang telah dilakukan, sediaan nanoemulgel diformulasikan menggunakan NADES hasil ekstraksi kulit manggis dan akuades sebagai fasa air, Virgin Coconut Oil sebagai fasa minyak, surfaktan HLB 10, xanthan gum sebagai pengental, dan phenoxyethanol sebagai pengawet. Dilakukan variasi rasio massa xanthan gum sebanyak 0%, 0,1%, 0,3%, dan 0,5% dan variasi rasio massa NADES hasil ekstraksi kulit manggis sebanyak 1%, 3%, 5%, dan 8%, untuk memperoleh nanoemulgel yang memiliki kestabilan yang tinggi. Pengujian kandungan senyawa bioaktif, stabilitas, karakteristik, dan organoleptik pada sediaan nanoemulgel dilakukan, dan didapatkan hasil bahwa nanoemulgel stabil diperoleh dengan formulasi X5. X5 memiliki hasil uji stabilitas visual tidak menunjukkan adanya destabilisasi, uji accelerated stability test menyatakan stabil selama 1 tahun, uji stabilitas Freeze-Thaw 4 siklus menunjukkan stabil terhadap perubahan suhu dan masuk dalam rentang keberterimaan pH sediaan topikal. Berdasarkan hasil uji karakteristik dan organoleptik, nanoemulgel X5 tidak mengalami perubahan yang besar dari segi pH, viskositas, ukuran droplet, potensial zeta dan sifat fisiknya selama 15 hari masa pengamatan.

ABSTRACT
Mangosteen skin contains bioactive substances α-mangostin which is good for skin health. Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) can be used to extract α-mangostin from mangosteen peel, safe for topical preparations (through the skin). The nanoemulgel system can increase its stability. In this research, nanoemulgel preparations were formulated using mangosteen extract and aquades as water phase, Virgin Coconut Oil as an oil phase, HLB 10 surfactant, xanthan gum as thickener, and phenoxyethanol as preservative. Variation of mass ratio of xanthan gum was done by 0%, 0.1%, 0.3%, and 0.5% and variation of mass ratio of NADES results of mangosteen peel extraction was done by 1%, 3%, 5%, and 8%, to obtain high stability nanoemulgel. Testing of bioactive compound content, stability, characteristics, and organoleptics in nanoemulgel preparations was carried out. The results of stable nanoemulgel obtained from X5 formulation,with the result of visual stability test showed no destabilization, accelerated stability test stated stable for 1 year, Freeze-Thaw 4 cycle stability test showed stable to temperature changes and suitable for topical preparations. Based on the results of characteristic and organoleptic tests, nanoemulgel X5 did not experience a large change of pH, viscosity, droplet size, zeta potential and physical properties during 15 days observation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felita Irene Sumarli
"Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) semakin banyak menarik perhatian sebagai alternatif ramah lingkungan pengganti pelarut organik konvensional yang toksik dan berbahaya bagi lingkungan. NADES memiliki volatilitas yang dapat diabaikan pada suhu ruang, solubilitas tinggi, toksisitas rendah, dan selektivitas yang dapat diatur. Pada studi ini, NADES dievaluasi kemampuannya untuk ekstraksi senyawa bioaktif α-mangostin dari buah manggis (Garcinia mangostana L.). Buah manggis dipilih karena kandungan senyawa bioaktifnya yang bermanfaat tinggi bagi kesehatan dan ketersediaannya yang cukup melimpah di Indonesia. NADES dibuat dengan mencampurkan garam ammonium kuartener dengan pendonor ikatan hidrogen dari berbagai senyawa yang terdapat di alam dalam berbagai variasi rasio. Pada NADES dilakukan uji polaritas, uji viskositas, analisa struktur kimia, dan analisa perilaku termal, untuk mengetahui karakteristik fisika dan kimianya. Ekstraksi dilakukan dengan metode shaking pada suhu ruang dan metode ultrasonikasi. Hasil ekstraksi diuji dengan high performance liquid chromatography (HPLC). Senyawa α-mangostin berhasil diekstrak dengan NADES, dengan hasil tertinggi diperoleh menggunakan NADES campuran kolin klorida dan 1,2-propanediol. Metode ultrasonik memberikan hasil lebih tinggi dalam waktu lebih singkat dibandingkan metode shaking, namun metode shaking memberikan reprodusibilitas lebih baik. Studi ini memperlihatkan potensi NADES untuk aplikasi di bidang ekstraksi senyawa bioaktif dari alam.

Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) have received considerable attention due to their potential as green solvent substituting conventional organic solvents which are high in toxicity and harmful to the environment. NADES have unique properties, such as negligible volatility at room temperature, high solubility for wide range of compounds, low toxicity profile, and adjustable selectivity. In this study, NADES were being evaluated for their application as extraction solvents for bioactive compound, α-mangostin, from mangosteen (Garcinia mangostana L.). Mangosteen is chosen as object of study due to its highly beneficial bioactive compounds for health and its high availability in Indonesia. NADES were made by mixing quaternary ammonium salt with hydrogen bond donor (HBD) in various ratios. Physiochemical properties of NADES are being investigated, including polarity test, viscosity test, chemical structure analysis, and thermal behavior analysis. Extraction was done by shaking in room temperature and ultrasonikation. The extracts were analysed by High Performance Liquid Chromatography (HPLC). α-mangostin successfully extracted by NADES, with highest yield obtained by NADES composed of choline chloride and 1,2-propanediol. It was also observed that ultrasonikation gives high extraction yield in shorter period of time compared to shaking method, although shaking method gives better reproducibility. This study shows the potential of NADES for application in extraction of bioactive compounds from natural sources.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Aryani
"Pelarut Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) merupakan salah satu pelarut alternatif yang dapat menggantikan pelarut organik. NADES memiliki berbagai kelebihan baik untuk lingkungan maupun proses ekstraksi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimum ekstraksi rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dengan berbagai kondisi ekstraksi menggunakan maserasi kinetik-NADES dan dibandingkan dengan ekstrak digesti-etanol 96%. Desain eksperimen menggunakan RSM Box-Behnken. Senyawa kurkuminoid dan xantorizol dianalisis menggunakan KLT Densitometri dengan fase gerak diklorometana-klorofom (4:6). NADES yang digunakan terdiri dari kolin klorida sebagai penerima ikatan hidrogen dan gula alkohol (gliserol, sorbitol, xylitol) sebagai donor ikatan hidrogen dengan rasio molar 1:1. NADES terbaik yang digunakan untuk optimasi adalah kolin klorida-gliserol dengan temperatur ekstraksi 50oC sebagai suhu ekstraksi terbaik. Kondisi optimum maserasi kinetik-NADES didapatkan pada konsentrasi penambahan air 10%, rasio serbuk pelarut 1:20 g/ml, dan kecepatan agitasi 600 rpm dengan kadar senyawa yang dihasilkan yaitu kurkuminoid 5,54  0,074 mg/g serbuk dan xantorizol 15,32  0,080 mg/g serbuk. Pada ekstraksi digesti-etanol didapatkan kurkuminoid 4,04  0,008 mg/g serbuk dan xantorizol 31,30  0,090 mg/g serbuk. Kadar kurkuminoid yang dihasilkan dari ekstraksi maserasi kinetik-NADES lebih baik dibandingkan dengan digesti-etanol, namun kadar xantorizol yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan digesti-etanol.

Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) is an alternative solvent that can replace organic solvents. NADES has various advantages for both environment and the extraction process. This study aimed to obtain the optimal extraction condition of Javanese turmeric (Curcuma xanthorrhiza) rhizomes with various extraction conditions using kinetic maceration-NADES and the result were compared with digestion-96%ethanol extraction. Experimental design was performed through RSM Box-Behnken. Curcuminoid and xanthorrhizol in Javanese turmeric extract were analyzed using TLC Densitometry with dichloromethane-chloroform (4:6) as mobile phase. The selected NADES compositions used choline chloride as hydrogen bond acceptors (HBA) and sugar alcohol (glycerol, sorbitol, and xylitol) as hydrogen bond donors (HBD) with 1:1 molar ratio. The optimal NADES used for optimization is choline chloride-glycerol with optimum extraction temperature of 50oC. The optimum extraction was achieved with 10% water content in NADES, solid to liquid ratio 1:20 g/ml, and agitation speed 600 rpm which obtain 5.54  0.074 mg/g powder curcuminoid and 15.32  0.080 mg/g powder xanthorrhizol. The digestion-ethanol method obtained 4.04  0.008 mg/g powder curcuminoid and 31.30  0.090 mg/g powder xanthorrhizol. Kinetic maceration-NADES extraction produced higher curcuminoid levels than digestion-ethanol method, but it produced lower xanthrorrhizol levels than digestion-ethanol."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maghfirah Syafitri Tiham
"Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan limbah hasil pengolahan kelapa sawit yang mengandung lignoselulosa yang terdiri dari 55,75% selulosa, 28,93% hemiselulosa dan 15,32% lignin. Secara kimawi, selulosa terikat dengan hemiselulosa dan lignin sehingga diperlukan delignifikasi untuk memisahkan selulosa dari komponen lignoselulosa lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan α-selulosa dari TKKS melalui proses delignifikasi dengan DES (Deep Eutectic Solvent), mendapatkan informasi mengenai pengaruh pretreatment asam oksalat dan natrium hidroksida, penambahan air, dan penggunaan Ultrasound-Assisted Extraction (UAE) pada proses delignifikasi. Pelarut DES pada penelitian ini menggunakan Hydrogen Bond Acceptor (HBA), yaitu; kolin klorida (ChCl) dan Hydrogen Bond Donor (HBD), yaitu asam laktat, urea, gliserol, dan asam oksalat yang dikombinasikan pada rasio molar HBA dan HBD 1:1, 1:2, dan 1:3. Analisis kuantitatif dilakukan dengan metode Wet Chemistry dan Chesson-Data. Identifikasi α-selulosa dilakukan dengan pengamatan organoleptis, analisis Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Microscope-Energy Dispersive X-Ray (SEM-EDX), X-Ray Diffraction (XRD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar α-selulosa tertinggi, yaitu 89,16% diperoleh dari delignifikasi menggunakan ChCl:asam laktat (1:1) dengan penambahan air 15%. Waktu optimal pada penggunaan UAE adalah 30 menit dengan kadar α-selulosa 92,96%. α-selulosa yang dihasilkan berwarna kuning pucat dengan karakteristik yang mirip dengan standar sehingga TKKS berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai eksipien sediaan farmasi.

Oil Palm Empty Fruit Bunches (OPEFB) is a waste generated from palm oil processing that contains lignocellulosic biomass, which consists of 55.75% cellulose, 28.93% hemicellulose and 15.32% lignin. Chemically, cellulose is bound to hemicellulose and lignin so that delignification is needed to separate cellulose from other lignocellulosic components. This study aims to obtain α-cellulose from OPEFB through the delignification process of DES (Deep Eutectic Solvent), to find out information about the effect of oxalic acid and sodium hydroxide pretreatment, the addition of water, and the use of Ultrasound-Assisted Extraction (UAE). DES solvent in this study used Hydrogen Bond Acceptor (HBA) choline chloride and Hydrogen Bond Donor (HBD), namely lactic acid, urea, glycerol, and oxalic acid which would then be combined at 1:1, 1:2, and 1:3 molar ratios. Quantitative analysis of α-cellulose content was carried out using Wet Chemistry and Chesson-Data methods. Identification of α-cellulose by organoleptic observation, Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) and Microscope-Energy Dispersive X-Ray (SEM-EDX) and X-Ray Diffraction (XRD) analysis. The results showed that the highest α-cellulose content, which was 89.16%, was obtained from delignification using ChCl:lactic acid (1:1) with 15% water. Furthermore, the optimal time for using UAE was 30 minutes with α-cellulose 92,96%. The resulting α-cellulose has yellow pale color. The identification results showed similar characteristics to the standard so that has the potential to be further developed as pharmaceutical excipients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>