Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194094 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Fadhila Tasnima
"Perubahan iklim global yang kian memburuk, terutama di wilayah dengan iklim tropis, telah mendorong peningkatan yang signifikan pada angka penggunaan sistem pendingin aktif dalam bangunan. Peningkatan ini berkontribusi terhadap konsumsi energi dan emisi gas rumah kaca yang turut meningkat, hal ini menimbulkan kebutuhan mendesak akan solusi melalui arsitektur dengan penggunaan energi yang efisien dan berkelanjutan. Kajian ini bertujuan untuk melihat potensi desain dengan konsep biomimikri pada bangunan beriklim tropis dalam aspek keberlanjutan, melalui kemampuannya untuk mendukung kenyamanan termal dalam ruang. Metode yang digunakan meliputi studi literatur terhadap teori dan penerapan konsep biomimikri, keberlanjutan dalam arsitektur, serta 7 studi kasus bangunan komersil yang telah menerapkan konsep biomimikri. Hasil kajian menunjukkan bahwa biomimikri memiliki potensi besar dalam mengurangi ketergantungan pada sistem pendingin aktif melalui strategi desain pasif yang terinspirasi dari alam. Temuan dari hasil analisis studi kasus, memperkuat posisi biomimikri sebagai pendekatan yang inovatif dan efektif dalam menciptakan kenyamanan termal di bangunan tropis secara berkelanjutan. Kajian ini mengidentifikasi tahapan dan jenis penerapan biomimikri yang paling relevan untuk diaplikasikan di bangunan pada iklim tropis, sehingga dapat menjadi referensi strategis bagi pengembangan desain arsitektur di masa yang akan datang.

The worsening global climate change, particularly in tropical regions, has significantly increased the use of active cooling systems in buildings. This rise contributes to higher energy consumption and greenhouse gas emissions. These conditions create an urgent need for architectural solutions that are both energy-efficient and sustainable. This study aims to explore the potential of biomimicry-based design in tropical buildings from a sustainability perspective, focusing on its ability to support indoor thermal comfort. The methodology includes a literature review on the theories and applications of biomimicry and sustainability in architecture, as well as 7 case studies of commercial buildings that have implemented biomimicry concepts. The findings indicate that biomimicry holds great potential in reducing reliance on active cooling systems through passive design strategies inspired by nature. The results from the case study analysis reinforce biomimicry’s position as an innovative and effective approach for achieving thermal comfort in tropical buildings in a sustainable manner. This study identifies the most relevant stages and types of biomimicry application suitable for buildings in tropical climates, providing strategic references for future architectural design development."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Halida Ibrahim
"Peninjauan ini bertujuan untuk mempelajari faktor optik pada kaca pada laminasi yakni nilai-U, nilai SHGC, serta penambahan lapisan kaca pada kaca laminasi terhadap perubahan suhu dalam bangunan. Metode yang dilakukan adalah pengkajian literatur yang kemudian dijadikan landasan untuk melakukan observasi pada Bangunan FISIP yang terletak di Depok, sebagai salah satu contoh kasus bangunan yang terletak pada daerah beriklim tropis. Kemudian dilakukan simulasi untuk melihat perubahaan suhu ruangan dengan menggunakan jenis kaca laminasi dengan nilai optik yang berbeda. Dari hasil simulasi, ditemukan bahwa penggunaan teknologi tunggal pada kaca laminasi bening mampu menghasilkan suhu ruangan dengan rentang 30.2oC - 31.4 oC, sedangkan pada jenis kaca laminasi berwarna menghasilkan suhu dengan rentang 29 oC -30.2 oC. Pada penggunaan teknologi ganda terjadi penurunan suhu yang tinggi, dimana suhu tersebut berada pada rentang 27,1 oC - 28,5 oC. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan teknologi ganda mampu menciptakan performa termal yang baik pada bangunan. Tetapi, dari hasil pertimbangan biaya yang akan dikeluarkan, penggunaan teknologi ganda tidak boleh digunakan pada seluruh bidang pada bangunan tinggi di iklim tropis
The aim of this article was to observe and analyze factors that may affected optic glass including U-value, SHGC value, and additional layer application of laminated glass (double glazing technology) in building temperature changes. This article represents a synthesis of an extensive literature review then became a baseline to observe FISIP buildings, located in Depok, as one of the buildings sample for tropical climates. In addition, we also did the stimulation test to observe alteration in room temperature by using 2 types of laminated glasses with different optical values. We found that single glazing technology application on clear laminated glass adjusted room temperature from 30.2oC to 31.4 oC. Whereas single color laminated glass application, set the room temperature ranges between 29 oC to 30.2 oC. Interestingly, the application of double glazing reduced the indoor temperature between 27.1 oC to 28.5 oC. These results showed that the significance of thermal performance of buildings can be accomplished by application of double glazing technology. Nevertheless, double glazing technology were not suggested to apply in all of edge of tropical building design due to the high cost issues."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aurelia Audrey Gunawan
"Inner courtyard merupakan salah satu strategi desain pasif dalam arsitektur tropis yang berkelanjutan. Hadirnya sebuah inner courtyard pada bangunan hunian di daerah urban dengan iklim tropis warm-humid menjadi ruang terbuka di tengah padatnya bangunan dengan keterbatasan lahan, untuk mencegah peningkatan suhu lingkungan. Inner courtyard dimanfaatkan sebagai ruang bagi pengudaraan pasif yang memanfaatkan kondisi iklim lingkungan, sehingga dapat meminimalisir konsumsi energi yang menghasilkan emisi karbon dan urban heat island. Skripsi ini akan membahas bagaimana inner courtyard dapat meregulasikan temperatur udara, kelembaban udara, serta aliran udara dalam menciptakan kenyamanan termal. Posisi sebuah inner courtyard dalam hunian berpengaruh penting dalam memberi akses masuknya aliran udara dari luar bangunan, dan menyesuaikan dengan orientasi bagunan untuk menciptakan shading terhadap cahaya matahari. Selain itu, geometri dari inner courtyard berupa bukaan pada area dinding dan atap, juga perbedaan elevasi memiliki dampak yang signifikan terhadap cross ventilation dan stack effect yang terjadi pada bangunan. Dengan menganalisis posisi dan geometri inner courtyard, penulis akan meninjau efek termal yang terjadi pada bangunan hunian dalam mencapai kenyamanan termal.

The inner courtyard is one of the passive design strategies in sustainable tropical architecture. Implementing an inner courtyard in residential buildings creates an open space, especially in tropical warm-humid urban areas where buildings are dense and space is limited. The inner courtyard acts as a space that supports passive cooling by taking advantage of environmental climatic conditions. Moreover, such cooling strategy is achieved with little to no energy consumption, which averts the increase in environmental temperature while maintaining the risks for carbon emissions and urban heat islands. This thesis aims to discuss how inner courtyards are utilized to regulate air temperature, air flow, and humidity in creating thermal comfort. The first subject of scrutiny is regarding the positioning. The positioning of an inner courtyard in a housing can be exploited to allow airflow from the outside to access the building. Additionally, by strategically considering and adjusting the position of the inner courtyard in relation to the building’s orientation, shading from direct sunlight can be provided. The second aspect this thesis aims to investigate is regarding the geometry. The geometry of the inner courtyard in the form of openings and leveling have a significant impact on cross ventilation and the stack effect that occurs in the building. By analyzing the position and geometry of the inner courtyard, the author will review the thermal effects that occur in the building in achieving thermal comfort."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Edriawan
"Sektor rumah tangga adalah konsumen energi terbesar di Indonesia. Instrumen yang menggunakan energi paling besar pada sektor ini adalah sistem penyejuk udara sebagai akibat dari iklim tropis Indonesia yang membuat temperatur udara lebih tinggi daripada temperatur standar kenyamanan termal. Phase change material (PCM) berpotensi mengurangi konsumsi energi dengan menurunkan besar envelope heat transfer rate yang masuk ke dalam bangunan. Pemilihan PCM serta konfigurasi integrasinya dengan material bangunan krusial dalam menentukan performanya. Pemilihan didasarkan pada kondisi iklim tempat pengaplikasian PCM. Penelitian ini akan menguji performa termal beberapa PCM yang diintegrasikan dengan material bangunan bata beton ringan memanfaatkan simulasi numerikal pada peranti lunak EnergyPlus. Integrasi material bangunan bata beton ringan dengan satu jenis PCM bernama RT 35 yang diproduksi oleh Rubitherm Technologies GmbH, menghasilkan reduksi envelope heat gain transfer rate paling baik. Konfigurasi integrasi yang menempatkan PCM pada lapisan tengah material bangunan memiliki performa yang lebih baik jika dibandingkan konfigurasi yang menempatkan PCM pada lapisan luar serta dalam tembok bangunan. Hal tersebut terjadi karena penempatan PCM pada lapisan tengah memberikan perbedaan temperatur PCM yang lebih rendah dengan sekitarnya. Analisis sifat termal terhadap PCM RT 35 dengan ketebalan 20 mm yang ditempatkan pada lapisan tengah menghasilkan peningkatan hambatan termal tembok sebesar 0,141 m2-K/W.

Household sector consumes the largest amount of energy compared to other sectors in Indonesia. The most consuming instrument is the air conditioning (AC) system as the tropical climate of Indonesia yields outdoor temperature that is higher than the standardized temperature for thermal comfort. Phase change material (PCM) possesses potential to reduce the employment of energy for the AC system by reducing the total envelope heat transfer rate incorporated into a building through the walls. However, the selection of PCM and its configuration of integration with the building materials are subjected to the climate environment. This study conducted examination of the thermal performance of some PCMs that are integrated with lightweight concrete through numerical simulation using EnergyPlus software. The integration of lightweight concrete with a PCM titled RT 35 manufactured by Rubitherm Technologies GmbH company yield the highest envelope heat gain transfer rate reduction. Meanwhile, the configuration that placed the PCM in the middle layer of the building material performs better than the configurations that placed the PCM on the outer and the inner surface of the wall. This is due to the PCM being imposed to a smaller temperature difference with its surroundings. Analysis of the thermal properties of the 20 mm thick PCM RT 35 that is placed on the middle layer of the walls also yields thermal resistance value of the wall which is 0.141 m2-K/W.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Muhammad Iqbal Iftikar
"Sektor pendingin udara merupakan konsumsi energi terbesar di Indonesia. Kebutuhan kenyamanan ruangan harus diimbangi dengan kemampuan untuk konservasi energi. Phase Change Material (PCM) merupakan potensi yang menjanjikan untuk mengurangi konsumsi energi dengan mengurangi jumlah laju perpindahan panas yang masuk ke dalam bangunan melalui dinding. Bata beton ringan dipilih sebagai material konstruksi berdasarkan tingkat penggunaannya yang meningkat. Penelitian ini akan menggunakan studi eksperimental untuk menginvestigasi performa termal PCM hasil manufaktur Rubitherm Technologies GmbH model RT 26 yang diintegrasikan dengan bahan konstruksi bata ringan (hebel) sebagai bahan dinding. Percobaan divariasikan berdasarkan penempatan dan ketebalan PCM. Dinding yang dipadukan dengan PCM terbukti memiliki performa termal yang lebih baik daripada dinding tanpa PCM. Performa termal meningkat sebanding dengan ketebalan PCM yang digunakan. Pada suhu rendah-menengah, PCM yang diletakkan di bagian luar dinding memiliki performa termal yang lebih optimal. Sedangkan pada temperatur tinggi, PCM yang diletakkan di bagian dalam dinding memiliki performa termal yang lebih optimal. Konduktivitas termal hebel dan PCM yang didapat masing-masing adalah 24,71 W / m.K dan 0,39 W / m.K.

The air conditioning sector is largest energy consumption in Indonesia. The need for room comfort must be balanced with the ability to conserve energy. Phase change material (PCM) is a promising potential to reduce energy consumption by reducing the amount of heat transfer rate that enters the building through the walls. Lightweight concrete brick was chosen as a construction material based on its increasing use. This research will use experimental studies to investigate the thermal performance of PCM manufactured by Rubitherm Technologies GmbH RT 26 model which is integrated with lightweight concrete brick (hebel) construction materials as wall material. Experiments were varied by the placement and the thickness of PCM. Walls combined with PCM are shown to have better thermal performance than those without PCM. The thermal performance increases proportional to the thickness of the PCM used. At low-to-medium temperatures, PCM that is placed on the outside of the wall has a more optimal thermal performance. Whereas at high temperatures, PCM that is placed on the inside of the wall has a more optimal thermal performance. The thermal conductivity of hebel and PCM was found to be 24,71 W / m.K and 0,39 W / m.K, respectively"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isna Naziladinka
"ABSTRAK
Kenyamanan termal bagi atlet memiliki kondisi yang khusus karena berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan sangat berat sehingga membutuhkan udara yang lebih sejuk di dalam bangunan. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui standar dan faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal atlet serta melihat hubungan antara desain bangunan terhadap kualitas kenyamanan termal bagi atlet. Skripsi ini membahas dua bangunan olahraga yang terletak di Kota DKI Jakarta dan keduanya digunakan untuk kegiatan olahraga bola basket secara rutin, namun berada pada kondisi lingkungan mikro yang berbeda. Dengan kondisi tersebut dapat dilihat adanya perbedaan desain bangunan yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal bagi atlet saat beraktivitas olahraga di dalamnya. Perbedaan desain tersebut terlihat pada persentase bukaan dan letak bukaan yang tidak memenuhi kriteria yang ada.

ABSTRACT
Thermal comfort for athletes has a special condition because it is related with very heavy activities that require cooler air inside the building. This thesis aims to determine the standards and factors that affect on the thermal comfort of athletes as well as see the relationship between the design of the building and the quality of thermal comfort for athletes. This thesis discusses about two sports buildings which both are usually used by athletes to basketball and both are located in Jakarta City, but the two sports buildings have different micro environment conditions. Due to the conditions can be seen the differences in building design that affects on the thermal comfort for athletes when during sports activities in it. Design differences are seen in the percentage of openings and the location of openings that do not meet the existing criteria."
2017
S67772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herdinal Muhammad Boer
"Penerapan fotovoltaik (PV) sebagai atap pada wilayah Tropis dengan curah hujan yang tinggi memiliki orientasi dan sudut kemiringan atap yang berbeda dengan wilayah Tropis lainnya. Adapun hal yang mempengaruhi penerapan PV sebagai atap pada wilayah Tropis dengan curah hujan tinggi adalah energi yang didapatkan oleh PV, dan kondisi suhu dalam ruang pada bangunan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan orientasi beserta sudut kemiringan atap untuk penerapan PV di wilayah Tropis dengan curah hujan tinggi beserta pengaruh suhu ruangan dan energi yang dapat dihasilkan. Metode penelitian menggunakan simulasi menggunakan software REVIT dan pengukuran secara langsung (suhu lingkungan dan ruangan, energi yang dihasilkan PV). Penggunaan simulasi bertujuan untuk mendapatkan orientasi dan sudut kemiringan atap yang optimal untuk menerapkan PV sebagai atap dan pengukuran secara langsung bertujuan untuk mendapatkan pengaruh penerapan PV sebagai atap pada ruang dan pemanfaatan energi yang dihasilkan PV pada bangunan. Berdasarkan hasil yang didapatkan orientasi dan sudut kemiringan yang optimal pada penerapan PV sebagai atap di wilayah Tropis dengan curah hujan yang tinggi adalah orientasi Timur Laur dengan rentang azimut 70⁰ hingga 40⁰ dan sudut kemiringan 10⁰ hingga 25⁰. Kemudian pengaruh PV sebagai atap menunjukan bahwa suhu di ruangan lebih rendah 0,9⁰C dibandingkan dengan penggunaan atap spandek. Penerapan PV sebagai atap untuk satu unit PV (380 Wp) mampu memenuhi kebutuhan listrik 5 buah lampu DC dengan daya 10 watt selama 5,5 jam.

The application of photovoltaic (PV) as a roof in tropical areas with high rainfall has a roof design that is different from other tropical areas. The things that affect the application of PV as a roof in tropical areas with high rainfall are the energy obtained by PV, and the temperature of the space in the building. This study discusses the roof design to apply PV based on the orientation and angle of the roof slope, the effect of space conditions on the application of PV as a roof, and the utilization of energy generated by PV for buildings. The research method uses simulation using REVIT software and empirical measurements. The purpose of the simulation aims to obtain the optimal orientation and angle of inclination of the roof to apply PV as a roof and direct measurements aim to obtain the effect of applying PV as a roof to the Building’s temperature and the utilization of energy produced by PV in buildings. Based on the results obtained, the optimal orientation and angle of inclination for the application of PV as a roof in the tropics with high rainfall is an east orientation and a slope angle of 30⁰. Then the effect of PV as a roof shows that the temperature in the room is 0.9⁰C lower than the use of spandek roofs. The application of PV as a roof for one PV unit (380 Wp) is able to meet the electricity needs of 5 DC lamps with a power of 10 watts for 5.5 hours."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faiq Fayyadh
"Kondisi lingkungan termal merupakan faktor penting dalam merancang ruang yang nyaman, khususnya dalam kondisi termal non-steady-state. Fenomena thermal alliesthesia menarik perhatian sebagai konsep yang menawarkan penjelasan terkait bagaimana persepsi termal individu dapat terbentuk berbeda-beda, tergantung pada kondisi internal subjek yang mengalaminya. Skripsi ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh perubahan parameter suatu lingkungan terhadap persepsi kenyamanan termal dalam kondisi lingkungan termal dinamis. Proses identifikasi dilakukan untuk menilai faktor-faktor yang memengaruhi persepsi termal, dengan tujuan meningkatkan kenyamanan termal yang dialami oleh penggunanya. Penulisan berfokus pada analisis hubungan antara respons terhadap penilaian subjektif dengan parameter objektif. Pendekatan kuantitatif dilakukan, dengan mengintegrasikan data lapangan dengan metode perhitungan dan simulasi objektif. Fenomena thermal alliesthesia terbukti signifikan dalam konteks lingkungan dinamis. Hasil analisis menunjukkan bahwa kondisi lingkungan bukanlah satu-satunya faktor yang memengaruhi persepsi termal; faktor psikologis dan fisiologis individu juga memiliki peran penting. Dalam kondisi non-steady-state, fenomena thermal alliesthesia didapati lebih signifikan, di mana fluktuasi kecil pada stimulus lingkungan dapat menyebabkan pengalaman termal yang lebih dinamis. Temuan ini dapat menjadi dasar bagi pengembangan desain lingkungan termal yang adaptif, dengan pendekatan yang lebih  mempertimbangkan kebutuhan dan preferensi individu.

Thermal environmental conditions represent a pivotal factor in the design of comfortable spaces, particularly in non-steady-state thermal condition. The phenomenon of thermal alliesthesia has drawn interest as a concept that offers an explanation of how individual thermal perceptions can form in varied ways, depending on the internal state of the subject experiencing it. The present study aims to identify the effect of changes in environmental parameters on the perception of thermal comfort under dynamic thermal environmental conditions. The identification process is conducted to assess the factors influencing thermal perception, with the objective of enhancing the thermal comfort experienced by its occupants. This study focuses on the analysis of the relationship between responses to subjective assessments with objective parameters. A quantitative approach was employed, integrating field data with calculation method and objective simulation. The phenomenon of thermal alliesthesia proved significant in the context of a dynamic environment. The analysis reveals that environmental conditions are not the only factors influencing thermal perception; individual psychological and physiological factors play a significant role as well. In non-steady-state condition, the phenomenon of thermal alliesthesia is more significant, where minor fluctuations in the environmental stimulus lead to a more dynamic thermal experience. These findings lay the foundation for the development of adaptive thermal environment design, which must take a more nuanced approach to individual needs and preferences. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma Rasyidatunnisa
"ABSTRACT
Pemanasan global merupakan isu lingkungan yang sudah cukup lama dibicarakan karena dampaknya yang berbahaya. Para arsitek perlu melakukan penanganan terhadap masalah ini, karena banyak emisi di atmosfer berasal dari bangunan. Hal tersebut mendorong para arsitek untuk merancang konsep bangunan berkelanjutan yang berfungsi untuk mengurangi emisi dengan meningkatkan efisiensi energinya. Seiring berjalannya waktu, bangunan berkelanjutan diterapkan di berbagai jenis bangunan hingga terlahir istilah bangunan pasif yang saat itu diterapkan pada rumah tinggal di Jerman yang menjadi tempat lahirnya konsep bangunan pasif. Bangunan pasif merupakan bangunan yang memanfaatkan keadaan iklim setempat sehingga penggunaan energinya efisien. Bangunan pasif tropis yang dibahas dalam penelitian ini merupakan bangunan pasif yang dimasukkan ke dalam konteks iklim tropis sehingga menciptakan bangunan yang dapat menyesuaikan dan memanfaatkan iklim tropis. Bangunan pasif tropis bisa diterapkan di berbagai jenis bangunan, termasuk sekolah. Pembangunan sekolah di Indonesia jarang sekali dipikirkan efisiensinya, sehingga sekolah dapat menjadi bangunan yang menghasilkan banyak emisi. Beberapa sekolah di Indonesia dirancang menyesuaikan prinsip bangunan pasif tropis, yaitu Sekolah Alfa Omega di Tangerang dan Sekolah Bogor Raya di Bogor. Walaupun kedua sekolah ini belum menjadi sekolah dengan prinsip bangunan pasif tropis yang sempurna, tapi Sekolah Alfa Omega sudah mendekati prinsip pasif tropis dibanding Sekolah Bogor Raya.

ABSTRACT
Global warming is an issue which has discussed often for a long time because its impacts are dangerous. Architects have to handle it, because a lot of emissions in the atmosphere come from buildings. That case encourages architects to design sustainable building which purpose is to reduce emissions by increasing energy efficiency. As time goes by, sustainable building is applied in the various types of building until the term of passive building appeared which was being applied in the house in Germany which made passive building concept appear. Passive building is a building that take the advantages of local climate so the use of energy will be efficient. Tropical passive building that discussed in this thesis is a passive building that incorporated in the context of tropical climate so it becomes building that adapts and take advantages of tropical climate. Passive building can be applied in every type of buildings, including schools. School construction in Indonesia has rarely thought the efficiency, so the school can become a building that produces a lot of emissions. Few schools in Indonesia are designed almost approaching tropical passive building principles, these are Sekolah Alfa Omega in Tangerang and Sekolah Bogor Raya in Bogor. Even both of these schools are not the school that has the tropical passive building principle perfectly, though Sekeloah Alfa Omega is closer to the principles than Sekolah Bogor Raya."
[, ]: 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Victorina Arif
"Peningkatan tinggi pada Urban Heat Island (UHI) merupakan salah satu kontributor utama perubahan iklim dan menjadi masalah lingkungan yang mendesak di kota-kota padat tinggi saat ini. Perkembangan lingkungan luar ruang mempengaruhi pola dan perilaku penduduk kota. Parameter iklim dan fisik mempengaruhi kenyamanan termal manusia dalam melakukan aktivitas di luar ruangan. Dalam konteks studi perkotaan, berjalan kaki merupakan salah satu aktivitas ruang luar utama. Namun, iklim sebagai faktor yang mengidentifikasi keberhasilan ruang luar tidak banyak dibahas dalam studi sebelumnya terutama dalam konteks kawasan tropis. Penelitian ini mengkaji iklim mikro dan kenyamanan termal di jalur pejalan kaki Jalan MH. Thamrin dan Sudirman, Jakarta. Analisis penelitian menggunakan simulasi Envi-met dan RayMan untuk mengetahui korelasi variabel fisik dan spasial terhadap iklim mikro dan kenyamanan termal. Tingkat kenyamanan berjalan kaki dianalisis menggunakan simulasi Outdoor Thermal Comfort (OTC). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui pengaruh konfigurasi ruang dan modifikasi iklim mikro terhadap kenyamanan berjalan kaki melalui studi kenyamanan termal dan kenyamanan berjalan kaki di kawasan tropis. Penelitian telah menemukan bahwa hampir sembilan jam sehari, dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore dianggap sebagai kondisi yang tidak nyaman karena radiasi matahari yang tinggi. Studi ini menunjukkan bahwa Sky View Factor (SVF) dan Rasio Lebar Tinggi (rasio H / W) secara signifikan berkorelasi dengan kenyamanan termal dan kenyamanan berjalan kaki. Berdasarkan penelitian, untuk mencapai kenyamanan termal di kawasan tropis nilai SVF berkisar 0-0,35 dan rasio H/W di atas 1. Penelitian ini berimplikasi pada teori Oke terutama pada konfigurasi spasial dan kenyamanan termal di wilayah beriklim tropis yang membutuhkan teduhan. Sedangkan bagi perencana kota, vegetasi merupakan strategi yang paling efektif terutama pada kawasan yang telah terbangun dan berkepadatan tinggi.

Rapid increase of high Urban Heat Island (UHI) intensity as one of the main contributors to climate change is an urgent environmental issue in high dense cities today. The development of outdoor environment influence the pattern and behavior of city dwellers. Climate and physical features parameters affect the thermal comfort of humans doing their outdoor activities. In the context of urban design studies, Walking is a main outdoor activity of pedestrians. However, climate factors in identifying the success of an outdoor design is not frequently discussed especially in the tropical context. This study investigates the microclimate and pedestrian’s thermal comfort in Sudirman and Thamrin sidewalk, Jakarta. Integration of computer simulation models of Envi-met and RayMan was used to determine the correlation of physical and spatial variables with the microclimate and thermal comfort. The level of walking comfort was analyzed using the correlation model Outdoor Thermal Comfort (OTC). This study aims to determine the effect of various spatial configuration and micro-climate modification on thermal comfort and walking comfort in tropical region. Research has found that nearly nine hours a day, from 8 a.m. to 4 p.m. is considered an uncomfortable condition due to high solar radiation. This study shows that Sky View Factor (SVF) and Height to Width Ratio (H / W ratio) are significantly correlated with thermal comfort and walking comfort. This study also found that to achieve thermal comfort in the tropical regions, the value of SVF need to be on the ranges from 0-0.35 while the H / W ratio is above 1. This research has implications on Oke’s theory, especially in spatial planning and thermal comfort in tropical climates that require shadings. Meanwhile, for urban planners, vegetation is the most effective strategy to achieve thermal comfort, especially in developed and high-density areas."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>