Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82619 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farrel Ilham Gathfan
"Bisfenol A (BPA) merupakan senyawa kimia berbahaya yang tergolong Endocrine Disrupting Chemical (EDC), umum digunakan dalam industri plastik dan resin epoksi. Salah satu metode paling efektif untuk mengurangi risiko BPA adalah adsorpsi. Silika mesopori, yang biasanya disintesis dari prekursor sintetik seperti tetraethoxysilane (TEOS), memiliki kelemahan berupa biaya tinggi dan potensi dampak negatif terhadap kesehatan. Oleh karena itu, digunakan alternatif bahan baku berupa limbah biomassa sekam padi. Penelitian ini merekayasa silika mesopori dari sekam padi untuk mengevaluasi kapasitas dan efisiensi adsorpsinya terhadap BPA serta menentukan model kinetika adsorpsi yang sesuai. Sintesis dilakukan menggunakan NaOH 2,25 M dan HCl 2,25 M, dengan variasi penambahan surfaktan P123 (5, 10, dan 15 gram). Proses kalsinasi dilakukan pada suhu 500°C selama 6 jam. Analisis FTIR mengonfirmasi keberadaan gugus Si-O-Si, sementara analisis BET menunjukkan diameter pori 3,06 nm dan luas permukaan 373,963 m²/g pada penambahan 15 gram P123. Analisis SEM memperlihatkan morfologi yang semakin homogen pada penambahan 15 gram P123, didukung dengan hasil UV-Vis yang menunjukkan kapasitas adsorpsi dan %removal tertinggi sebesar 61,39 mg/g dan 61,39% jika dibandingkan dengan penambahan 5 dan 10 gram P123. Penelitian ini menunjukan bahwa model kinetika adsorpsi yang sesuai dengan proses adsorpsi Bisfenol A menggunakan silika mesopori ialah model Pseudo-First Order.

Bisphenol A (BPA) is a hazardous chemical compound classified as an Endocrine Disrupting Chemical (EDC), commonly used in plastic and epoxy resin industries. One of the most effective methods to mitigate BPA exposure is adsorption. Mesoporous silica, typically synthesized from synthetic precursors such as tetraethoxysilane (TEOS), has drawbacks, including high costs and potential adverse health effects. Therefore, an alternative raw material derived from rice husk biomass waste was utilized. This study engineered mesoporous silica from rice husks to evaluate its adsorption capacity and efficiency for BPA and determine the appropriate adsorption kinetics model. The synthesis was conducted using 2.25 M NaOH and 2.25 M HCl, with the addition of P123 surfactant at varying amounts (5, 10, and 15 grams). Calcination was performed at 500°C for 6 hours. FTIR analysis confirmed the presence of Si-O-Si functional groups, while BET analysis revealed a pore diameter of 3.06 nm and a surface area of 373.963 m²/g with the addition of 15 grams of P123. SEM analysis demonstrated increasingly homogeneous morphology at 15 grams of P123, supported by UV-Vis results indicating the highest adsorption capacity (61.39 mg/g) and removal efficiency (61.39%) compared to 5 and 10 grams of P123. This study concludes that the adsorption kinetics of Bisphenol A using mesoporous silica follows the Pseudo-First Order model. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Rizqi Mardhatillah
"Silika mesopori yang dibuat dari limbah biomassa sekam padi dengan penambahan surfaktan kationik CTAB dilakukan untuk dapat mengetahui kemampuan dan kapasitas adsorpsi dari silika mesopori yang dihasilkan dalam penyerapan Bisfenol A. Pada penelitian sebelumnya, bahan baku prekursor Tetraethyl Orthosilicate (TEOS) biasanya digunakan untuk sintesis silika mesopori, tetapi pada penelitian ini digunakan prekursor alternatif sebagai sumber silika pengganti Tetraethyl Orthosilicate (TEOS) yaitu menggunakan sekam padi. Sekam padi memiliki kandungan silika yang cukup tinggi, sintesis silika mesopori menggunakan bahan ini sangat menghemat biaya dan menggunakan sumber daya alam yang ada. Sintesis silika mesopori ini menggunakan surfaktan Cetyltrimethylammonium Bromide (CTAB) yang digunakan, penggunaaan surfaktan ini menghasilkan silika mesopori dengan luas permukaan, volume pori dan diameter pori sesuai dengan karakteristik silika mesopori dari masing-masing variabel jumlah surfaktan yang digunakan. Penambahan CTAB dengan konsentrasi 5, 10 dan 15 gram dilakukan untuk menentukan konsentrasi yang efisien dalam pembentukan silika mesopori dan penyerapan BPA. Karakterisasi FTIR, SEM, BET, dan UV-Vis menunjukkan bahwa silika mesopori yang dihasilkan memiliki luas permukaan tertinggi 389,256 m2/g. Dengan peroleh kapasitas adsorpsi tertinggi mencapai 76,33 mg/g dan persentase penghilangan mencapai 76%, dengan mengikuti model kinetika adsorpsi Pseudo-First-Order dalam proses adsorpsi.

Mesoporous silica synthesized from rice husk biomass waste with the addition of the cationic surfactant CTAB was carried out to evaluate the adsorption capability and capacity of the resulting mesoporous silica in the removal of Bisphenol A (BPA). In previous studies, Tetraethyl Orthosilicate (TEOS) precursors were commonly used for mesoporous silica synthesis. However, in this study, an alternative precursor was used by utilizing rice husk as a silica source to replace Tetraethyl Orthosilicate (TEOS). Rice husk contains a high amount of silica, making it a cost-effective raw material and utilizing natural resources efficiently. The synthesis of mesoporous silica involved the use of Cetyltrimethylammonium Bromide (CTAB) as a surfactant, which contributed to the formation of mesoporous silica with specific surface area, pore volume, and pore diameter depending on the amount of surfactant used. CTAB was added at concentrations of 5, 10, and 15 grams to determine the most efficient concentration for the formation of mesoporous silica and BPA adsorption. Characterizations using FTIR, SEM, BET, and UV-Vis showed that the mesoporous silica produced had the highest surface area of 389.256 m2/g. The maximum adsorption capacity reached 76.33 mg/g, with a BPA removal efficiency of 76%, following the Pseudo-First-Order adsorption kinetic model."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Alimah Maritza
"Pencemaran lingkungan akibat senyawa Bisfenol A (BPA) dari limbah plastik menjadi isu serius karena sifat toksiknya sebagai pengganggu endokrin. Untuk menanggulangi hal ini, dilakukan rekayasa silika mesopori berbasis biomassa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dengan surfaktan Pluronic P123 sebagai templating agent. Silika mesopori disintesis melalui proses sol-gel dengan variasi konsentrasi surfaktan P123, yaitu 5g, 10g, dan 15g. Karakterisasi material dilakukan dengan menggunakan teknik FTIR, SEM, BET, dan UV-Vis untuk menganalisis sifat fisik, morfologi, luas permukaan, dan kemampuan adsorpsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi konsentrasi surfaktan P123 mempengaruhi struktur dan luas permukaan silika mesopori, dimana P123 10g menghasilkan luas permukaan terbesar (362,18 m2/g), volume pori optimal (0,47 cc/g), dan kapasitas adsorpsi BPA yang paling tinggi. Model kinetika adsorpsi BPA mengikuti model Pseudo-First Order, yang menunjukkan proses adsorpsi cepat pada awalnya dan melambat seiring waktu. Hasil ini menunjukkan bahwa silika mesopori berbasis TKKS dapat digunakan sebagai adsorben efektif untuk mengurangi kadar BPA dalam kemasan plastik.

Environmental pollution caused by Bisphenol A (BPA) compounds from plastic waste has become a serious issue due to its toxic nature as an endocrine disruptor. To address this, mesoporous silica was engineered from oil palm empty fruit bunch (EFB) biomass using Pluronic P123 surfactant as a templating agent. Mesoporous silica was synthesized through the sol-gel process with varying concentrations of P123 surfactant, namely 5g, 10g, and 15g. Material characterization was performed using FTIR, SEM, BET, and UV-Vis techniques to analyze physical properties, morphology, surface area, and adsorption capacity. The results showed that varying the concentration of P123 surfactant influenced the structure and surface area of the mesoporous silica, with P123 10g yielding the largest surface area (362,18 m2/g), optimal pore volume (0.47 cc/g), and the highest BPA adsorption capacity. The BPA adsorption kinetics followed the Pseudo-First Order model, indicating a rapid adsorption process initially, which slowed down over time. These results demonstrate that EFB-based mesoporous silica can be used as an effective adsorbent to reduce BPA levels in plastic packaging. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barnabas Yubileola Beyeng Woren Lera
"Silika mesopori biomassa telah berhasil disintesis menggunakan material organik seperti sekam padi. Silika mesopori merupakan salah satu material yang dikenal sebagai adsorben karena luas permukaannya yang tinggi. Hal ini memungkinkan silika mesopori dijadikan salah satu adsorben zat warna untuk pengolahan limbah tekstil. Proses sintesis material ini salah satunya dilakukan dengan mencetak sumber silika menggunakan surfaktan pluronik 123 (P123). Akan tetapi, penggunaan sumber silika sintesis, seperti TEOS (Tetraetil Ortosilikat) dan TMOS (Tetrametil ortosilikat), terlalu mahal untuk membuat silika mesopori sebagai adsorben zat warna methylene blue (MB), brilliant green (BG), dan methyl orange (MO) pada proses pengolahan limbah. Oleh karenanya, abu sekam padi sebagai sumber silika digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, variasi cetakan juga dilakukan menggunakan P123 dan CTAB (Cetyltrimethylammonium Bromide) dengan rasio yang berbeda-beda (1:0, 3:1, 1:1, 1:3) untuk memodifikasi silika mesopore biomassa yang terbentuk dan akan menurunkan biaya produksi. Hasil Karakterisasi SAXS, SEM, FTIR, BET, dan UV-Vis menunjukkan bahwa silika mesopori biomassa yang dihasilkan memiliki luas permukaan 161,339-389,256 m2/g dengan perolehan kapasitas adsorbsi tertinggi mencapai 98%.

Biomass mesoporous silica has been successfully synthesized using rice husks. Mesoporous silica is a material known as an adsorbent because of its high surface area. This allows mesoporous silica to be used as an adsorbent for dyestuffs for textile waste treatment. One of the processes of synthesizing this material is by templating the silica source using Pluronic 123 (P123). However, the use of synthetic silica sources, such as Tetraethyl Orthosilicate (TEOS) and Tetramethyl Orthosilicate (TMOS), is too expensive to make mesoporous silica as an adsorbent for methylene blue (MB), brilliant green (BG), and methyl orange (MO) dyes in waste treatment process. Therefore, rice husk ash as a source of silica was used in this study. In addition, template variations were also carried out using P123 and Cetyltrimethylammonium Bromide (CTAB) with different ratios (1:0, 3:1, 1:1, 1:3) to modify the silica mesopore biomass formed and would reduce production costs. The results of SAXS, SEM, FTIR, BET, and UV-Vis characterization showed that the mesoporous silica biomass produced had a surface area of ​​161.339-389.256 m2/g with the highest adsorption capacity of 98%"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Fajar Setiadi
"Industri tekstil di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat, namun tidak diiringi dengan pengolahan limbah yang baik. Salah satu limbah yang dihasilkan dari industri tekstil adalah zat pewarna yang dapat membahayakan ekosistem air. Zat pewarna yang terdapat dari industri tekstil adalah methylene blue dan methylene orange. Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah tekstil adalah dengan proses adsorbsi. Proses adsorbsi dapat dilakukan menggunakan material silika mesopori silika mesopori. Pada penelitian ini akan dibuat material silika mesopori dengan menggunakan bahan dasar dari biomassa, yaitu sekam padi. Sekam padi memiliki kandungan silika yang sangat tinggi sehingga cocok digunakan untuk bahan dasar pembuatan silika mesopori. Pembuatan silika mesopori dengan sekam padi ini telah berhasil dilakukan sebelumnya namun pemanfaatannya masih bisa dikembangkan lebih jauh, salah satunya adalah sebagai adsorban dari limbah warna. Dalam penelitian ini dilakukan proses pembuatan silika mesopori dengan bahan dasar sekam padi dengan menggunakan cetakan berupa P-123 dan CTAB. Cetakan divariasikan dengan perbandingan 1:0, 3:1, 1:1, dan 1:3. Kemudian keempat variasi silika mesopori yang terbentuk dilakukan pengujian daya adsorbsi dengan menggunakan campuran larutan methylene blue 10 ppm dan methylene orange 10 ppm. Hasil dari silika mesopori kemudian dilakukan karakterisasi menggunakan FTIR, BET, SEM-EDS, dan SAXS. Sedangkan larutan methylene yang telah dilakukan uji adsorbsi akan dilakukan pengujian menggunakan UV-VIS. Dari hasil karakterisasi yang didapatkan hasil dari silika mesopori dengan perbandingan 1:1 yang paling baik dalam proses adsorbsi larutan campuran methylene blue dan methylene orange 10 ppm.

The textile industry in Indonesia is experiencing rapid development, but it is not accompanied by good waste management. One of the wastes generated from the textile industry is dye which can harm the aquatic ecosystem. The dyes found in the textile industry are methylene blue and methylene orange. The textile waste can be minimalised by doing adsorption process. The adsorption process can be carried out using mesoporous silica material. In this research, mesoporous silica material will be made using the basic material of biomass, namely rice husk. Rice husk has a very high silica content so it is suitable for application as a material for the syntesis of mesoporous silica. The manufacture of mesoporous silica with rice husks has been successfully carried out before but its use can still be developed further, one of which is as an adsorbent of color waste. In this research, the process of making mesoporous silica with rice husk as the base material was carried out using a surfactant in the form of P-123 and CTAB. The surfactant are varied in a ratio of 1:0, 3:1, 1:1, and 1:3. Then the four variations of mesoporous silica formed were tested for adsorption power using a mixture of 10 ppm methylene blue and 10 ppm methylene orange. The results of the mesoporous silica were then characterized using FTIR, BET, SEM-EDS, and SAXS. Meanwhile, the methylene solution that has been tested for adsorption will be tested using UV-VIS. From the characterization results, the results obtained from mesoporous silica with a ratio of 1:1 are the best in the adsorption process of a mixed solution of methylene blue and methylene orange 10 ppm"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanya Arifanti
"Kemampuan adsorpsi pada silika mesopori dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyerapan limbah zat warna pada industri tekstil. Namun, bahan baku prekursor TEOS dan TMOS untuk sintesis silika mesopori relatif mahal. Oleh karena itu, tongkol jagung dengan kandungan silika yang cukup tinggi dapat dijadikan alternatif bahan prekursor silika yang murah dan mudah didapat. Pada penelitian lain, sintesis silika mesopori dengan tongkol jagung sudah berhasil dilakukan. Untuk meningkatkan karakteristik silika mesopori dilakukan modifikasi jenis dan variasi rasio surfaktan. Sehingga pada penelitian ini dilakukan sintesis silika mesopori menggunakan bahan baku tongkol jagung dengan variasi rasio Pluronic 123 dan cetrimonium bromide sebagai template pori. Variasi rasio Pluronic 123/cetrimonium bromide yang digunakan pada penelitian ini adalah 1:0; 1:3; 1:1 dan 3:1 yang akan menghasilkan karakteristik silika mesopori dan daya serap terhadap zat warna yang berbeda. Adsrobat yang digunakan pada penelitian ini adalah zat warna kationik yaitu methylene blue dan brilliant green serta zat warna anionik yaitu methyl orange. Kemudian untuk jenis pengujian yang dilakukan pada penelitian ini adalah SAXS, SEM, FTIR, BET, dan UV-Vis. Dimana sintesis silika mesopori yang dihasilkan memiliki luas permukaan sebesar 127 m2/g – 425 m2/g dengan kapasitas adsorpsi sebesar 7,47 mg/g – 9,84 mg/g pada zat warna kationik dan 0,67 mg/g – 1,3 mg/g pada zat warna anionik. Silika mesopori dengan luas permukaan dan kapasitas adsorpsi tertinggi dimiliki oleh silika mesopori dengan rasio Pluronic 123/ cetrimonium bromide 1:1. Selain itu diketahui bahwa silika mesopori lebih efektif untuk mengadsorpsi zat warna kationik dibandingkan zat warna anionik.

The adsorption ability of mesoporous silica can be used as an adsorben for dye waste in the textile industry. However, the raw materials of precursor, such as TEOS and TMOS are relatively expensive. Therefore, corn cobs which have a fairly high silica content can be used as a cheap and easy-to-obtain alternative for silica precursor material. In another study, the synthesis of mesoporous silica with corn cobs has been successfully carried out. To improve the characteristics of mesoporous silica, modification of the type and variation of surfactant ratio was conducted. Therefore, in this study, mesoporous silica was synthesized using corn cobs as raw material with various ratios of Pluronic 123 and cetrimonium bromide as a pore template. Variations in the ratio of Pluronic 123/cetrimonium bromide used in this study were 1:0; 1:3; 1:1 and 3:1 which will produce different mesoporous silica characteristics and absorption capacity toward dyes. The adsorbate used in this study was a cationic dye, namely methylene blue and brilliant green, and an anionic dye, methyl orange. Then for the types of tests carried out in this study are SAXS, SEM, FTIR, BET, and UV-Vis. Where the resulting mesoporous silica synthesis has a surface area of 127 m2/g – 425 m2/g with an adsorption capacity of 7.47 mg/g – 9.84 mg/g on cationic dyes and 0.67 mg/g – 1.93 mg/g on anionic dyes. . Mesoporous silica with the highest surface area and adsorption capacity is owned by mesoporous silica with Pluronic 123/cetrimonium bromide ratio of 1:1. In addition, it is known that mesoporous silica is more effective in adsorption of cationic dyes than anionic dyes"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Shinta Marito
"Salah satu jenis silika berpori Santa Barbara Amorphous-15 atau dikenal sebagai SBA-15 mendapatkan banyak perhatian karena karakteristik material yang dimiliki. Sumber silika SBA-15 utamanya adalah senyawa kimia Tetramethyl Orthosilicate (TMOS), Tetraethyl Orthosilicate (TEOS), atau Tetraprophyl Orthosilicate (TPOS) yang memiliki harga yang relatif mahal sehingga perlu alternatif sumber silika untuk mengurangi biaya produksi. Penelitian ini meneliti abu sekam padi (RHA) dan abu tongkol jagung (CCA) untuk dijadikan sumber silika penyintesisan silika berpori. Material silika berpori hasil sintesis memiliki kadar Si minimal 79,5%, struktur p6mm, memiliki ikatan Si-OH, C-H, C=O, H2O, dan Si-O-Si, partikel berbentuk bulat dan tidak beraturan, ukuran partikel tidak beraturan, luas permukaan mencapai 463,6 m2/g, dan radius pori mencapai 3,1 nm. Penelitian ini juga meneliti pengaruh meningkatkan massa surfaktan pluronik 123 (P123) sebesar 5, 10, 15, dan 20 gram terhadap karakteristik material silika berpori yang dihasilkan. Hasil karakterisasi menunjukkan tidak ada pengaruh peningkatan massa P123 terhadap bentuk partikel, ukuran partikel, dan jenis gugus fungsi yang dimiliki. Namun, tampak memberikan pengaruh terhadap peningkatan kadar Si, jumlah ikatan Si-O-Si, luas permukaan, ukuran pori, distribusi ukuran pori. Penggunaan 15 gram P123 menjadi massa optimum karena memberikan nilai tertinggi pada kadar silikon, jumlah ikatan Si-O-Si, radius pori, dan distribusi radius pori.

One type of porous silica Santa Barbara Amorphous-15 is getting a lot of attention because of its material characteristics. Its main source of silicas (precursors) is Tetramethyl Orthosilicate (TMOS), Tetraethyl Orthosilicate (TEOS), or Tetrapropyl Orthosilicate (TPOS) which are relatively expensive. Hence, silica alternatives are needed to reduce the cost of production. This study investigated rice husk ash (RHA) and corn cob ash (CCA) to be used as precursors to synthesize porous silica. This research reveals that synthesized porous silicas contain at least 79,5%Si, p6mm structure, Si-OH, CH, C=O, H2O, and Si-O-Si bonds, round and irregular particles, irregular particle size, surface area up to 463,6m2/g, and pore radius up to 3,1nm. This study also investigated the effect of increasing mass of pluronic123 (P123) surfactant by 5, 10, 15, and 20grams on characteristics of synthesized porous silica. The characterization resulted that there were no effects on particle shape, particle size, and functional groups possessed. However, it appeared to have effects on increased Si content, amount of Si-O-Si bonds, surface area, pore size, and pore size distribution. Fifteen grams P123 became the optimum mass because it gave the highest value for silicon content, amount of Si-O-Si bonds, pore size, and pore size distribution"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Agnes
"Selulosa dari limbah sekam padi telah berhasil dikonversi menjadi asam levulinat. Reaksi konversi berlangsung pada suhu 100oC dengan variasi katalis, yakni Mn/ZSM-5 mesopori, ZSM-5 mesopori, katalis asam homogen (H2SO4), dan tanpa penambahan katalis. Selain itu, dilakukan pula variasi substrat, yakni menggunakan sekam padi, α-selulosa, dan D-Glukosa. Reaksi dengan Mn/ZSM-5 mesopori, ZSM-5 mesopori, dan tanpa katalis berlangsung dengan kehadiran asam fosfat 40% (v/v) dan hidrogen peroksida 30% (v/v). Pembentukan asam levulinat dari selulosa melibatkan tiga tahapan penting, yakni (1) pemutusan ikatan hidrogen, baik inter- maupun intramolekul yang menyebabkan hancurnya kondisi agregasi dari selulosa, (2) pemutusan ikatan β-(1-->4)-glikosida yang menghasilkan gula dan mendegradasi sebagian selulosa, dan (3) dehidrasi glukosa dan pembentukan asam levulinat. Dalam proses konversi menggunakan Mn/ZSM-5, tahapan pemutusan ikatan β-(1-->4)-glikosida melibatkan reaksi seperti fenton. Penambahan 0.1 gram Mn/ZSM-5 berhasil memberikan persentase yield asam levulinat lebih tinggi sekitar 10% jika dibandingkan dengan reaksi tanpa menggunakan katalis, yakni sebesar 28,36%. Jika dilihat dari substrat yang digunakan, diketahui bahwa selulosa dari sekam padi lebih mudah menghasilkan asam levulinat dibandingkan α-selulosa. Hal ini berkaitan dengan kristalinitas dan aksesibilitas keduanya.

Cellulose obtained from residual rice husk has been successfully converted to levulinic acid. Conversion reaction was done at 100oC with various catalysts, which are mesoporous Mn/ZSM-5, mesoporous ZSM-5, homogeneous acid catalyst (H2SO4), and without any catalyst. Furthermore, effect of substrate was also studied by using pre-treated rice husk, -cellulose and D-glucose as comparison. Reaction using mesoporous Mn/ZSM-5, mesoporous ZSM-5, and reaction without any catalyst took place with the presence of 40% (v/v) phosphoric acid and 30% (v/v) hydrogen peroxide. Conversion process of cellulose to levulinic acid can be divided into three important steps: (1) breakage of inter- and intra-molecular hydrogen bond, which cause destruction of aggregation state of cellulose, (2) cleavage of &beta-(1-->4)-glycosidic bonds in cellulose, resulting in partly degrade cellulose and generated sugars, (3) dehydration of glucose and levulinic acid production. Reaction under phosphoric acid and hydrogen peroxide media involved fenton like reaction in breaking β-(1-->4)-glycosidic bonds. By adding 0.1 gram of mesoporous Mn/ZSM-5, yield percentage of levulinic acid is 28,36% or about 10% higher as compared to the reaction without any catalyst. Based on substrate of reaction, it is revealed that cellulose from rice husk waste gave higher yield percentage of levulinic acid compared α-cellulose, which can be correlated with their crystallinity and accessibility towards the catalyst.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S58092
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gorby Lawuanto Dewandono
"ABSTRAK
Karena kurangnya gizi yang dikandungnya, sekam padi tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Sekam padi biasanya hanya dibakar dan cenderung dipandang sebagai limbah pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan nilai limbah sekam padi dengan memanfaatkannya sebagai komponen penyusun papan partikel yang dapat diproduksi massal. Percobaan dilakukan untuk menghasilkan papan partikel yang terbuat dari sekam padi dikombinasikan dengan serat bambu dan asam sitrat sebagai perekatnya dalam berbagai komposisi. Papan partikel diuji pada beberapa parameter berdasarkan standar persyaratan yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional. Metode one-way ANOVA digunakan untuk menentukan apakah ada perbedaan yang signifikan di antara komposisi sekam padi dengan serat bambu dan asam sitrat secara statistik terhadap hasil tes. Penelitian ini juga menjelaskan peningkatan nilai sekam padi yang signifikan, yang semula adalah limbah pertanian yang hampir tidak berharga menjadi bahan yang dapat memberikan manfaat dari segi ekonomi.

ABSTRACT
Due to the lack of nutrient content in rice husk, it cannot be optimally utilized. It is usually burnt and tend to be viewed as agricultural waste. This research aims to increase the value of rice husk waste by utilizing it as components of particle board which can be mass produced. Experiments were performed to produce particle board made from rice husks combined with bamboo fiber and citric acid as adhesive in various compositions. The particle boards are tested in some parameters based on the National Standardization Agency of Indonesia standard requirements. The one way ANOVA method is used to determine whether there are any statistically significant differences among the compositions of rice husks with bamboo fiber and citric acid against test result. This research also explains the significant value increased of rice husk which originally was agricultural waste that is almost worthless to be a material that can provide economic benefits."
2018
T50715
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fildza Salma Aninditha
"

Tingkat konsumsi nasi yang tinggi di Indonesia menuntut adanya tingkat produksi beras yang tinggi pula yang tentunya akan menghasilkan limbah. Salah satu limbah industri beras yang kurang pemanfaatannya adalah abu sekam padi. Abu sekam padi memiliki kandungan silika yang tinggi sehingga marak dilakukannya penelitian mengenai ekstraksi silika dengan sekam padi atau abu sekam padi sebagai sumbernya. SiO2 yang didapatkan dari ekstraksi abu sekam padi memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah sebagai material pendukung yang dapat meningkatkan performa fotokatalis. Dalam penelitian ini, SiO2 yang diekstrak dari abu sekam padi disintesis bersama dengan g-C3N4 untuk membentuk komposit g-C3N4/SiO2. Komposit g-C3N4/SiO2 hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan SEM/EDX (Scanning Electron Microscopy/Energi-Dispersive X-Ray), UV-Vis DRS (Ultraviolet-Visible Diffuse Reflectance Spectroscopy), dan FT-IR (Fourier Transform Infra-Red). Pengujian sifat swa-bersih dan anti-kabut komposit dilakukan dengan mengukur sudut kontak menggunakan contact angle meter dan menghitung pengurangan pengotor. Hasil uji menunjukkan bahwa g-C3N4/SiO­2 dengan rasio 1:1 memiliki hasil paling optimal dengan sudut kontak terkecil, yaitu 3°, dan pengurangan pengotor terbanyak, yaitu 66,5%.


The high level of rice consumption in Indonesia demands a high level of rice production which of course will produce waste. One of the wastes in rice industry that is still underutilized is rice husk ash. Rice husk ash has a high silica content, so there is a lot of research on silica extraction using rice husk ash or rice husk ash as the source. SiO2 obtained from rice husk ash extraction has many benefits, one of which is as a supporting material that can improve photocatalyst performance. In this study, SiO2 extracted from rice husk ash was synthesized together with g-C3N4 to form a g-C3N4/SiO2 composite. The synthesized SiO2/g-C3N4 composite was characterized using SEM/EDX (Scanning Electron Microscopy/Energy-Dispersive X-Ray), UV-Vis DRS (Ultraviolet-Visible Diffuse Reflectance Spectroscopy), and FT-IR (Fourier Transform Infra-Red). Testing of the self-cleaning and anti-fog properties of the composite was carried out by measuring the contact angle using a contact angle meter and calculating the reduction in impurities. The test results show that g-C3N4/SiO2 with a ratio of 1:1 has the most optimal results with the smallest contact angle, which is 3°, and the highest reduction of impurities, which is 66,5%.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>