Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155411 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Angelika Tiurlan Sari
"Penelitian ini mengeksplorasi pengaruh penambahan berbagai jenis polycarboxylate ether (PCE) dan jenis agregat halus terhadap flowability dan setting time dari mortar beton berbasis semen hidrolis. Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi bagi industri terkait untuk menghasilkan produk admixture beton dengan lebih efisien, serta membuka peluang untuk penelitian lebih lanjut mengenai optimasi formulasi admixture bagi industri terkait. Penelitian ini menggunakan 9 jenis PCE (A s/d I) dan 3 jenis pasir (Jalupang, Tayan, dan Manufactured). Dengan dosis PCE (30% solid content) sebesar 0,4% dari massa semen, PCE dengan label E paling baik untuk mengurangi penggunaan air dalam campuran beton, yaitu hingga 26,313 % pada aplikasi mix design 1 dan hingga 20,3941 % pada aplikasi mix design 2 dan menghasilkan kuat tekan mortar yang paling tinggi, yakni sebesar 49,7717 MPa (7 hari) dan 62.9287 MPa (28 hari) pada aplikasi mix design 1 dan sebesar 31,909 MPa (7 hari) dan 40,589 MPa (28 hari) pada aplikasi mix design 2. Di lain pihak, PCE dengan label G adalah PCE yang paling baik untuk menjaga retensi campuran beton. Terbukti dengan kemampuannya dalam mencapai initial setting time dalam waktu 7,75 jam dan final setting time dalam waktu 10,083 jam sejak kontak semen dengan air pada aplikasi mix design 1 dan PCE label G juga memiliki kemampuan mencapai initial setting time dalam waktu 7,353 jam dan final setting time dalam waktu 9,767 jam sejak kontak semen dengan air pada aplikasi mix design 2.

This study explores the effect of adding various types of polycarboxylate ether (PCE) and types of fine aggregate on the flowability and time of setting of hydraulic cement-based concrete mortar. The benefits of this study are to contribute to related industries to produce more efficient concrete admixture products, as well as to open opportunities for further research on admixture formulation optimization for related industries. This study uses 9 types of PCE (A to I) and 3 types of sand (Jalupang, Tayan, and Manufactured). With a PCE dosage (30% solid content) of 0.4% of the cement mass, PCE with label E is the best for reducing water usage in concrete mixtures, which is up to 26.313% in the application of mix design 1 and up to 20.3941% in the application of mix design 2 and produces the highest mortar compressive strength, which is 49.7717 MPa (7 days) and 62.9287 MPa (28 days) in the application of mix design 1 and 31.909 MPa (7 days) and 40.589 MPa (28 days) in the application of mix design 2. On the other hand, PCE with label G is the best PCE for maintaining the retention of the concrete mixture. Proven by its ability to achieve initial setting time within 7.75 hours and final setting time within 10.083 hours since cement contact with water in the application of mix design 1 and PCE label G also has the ability to achieve initial setting time within 7.353 hours and final setting time within 9.767 hours since cement contact with water in the application of mix design 2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrean Wardani
"Penelitian mengenai pengaruh penggunan agregat halus daur ulang dan cangkang telur sebagai bahan pengganti semen pada pembuatan mortar terhadap sifat sifat mekanik pada mortar yang terdiri dari kuat tekan, kuat lentur, daya serap, dan susut. Pengunaan agregat halus daur ulang dalam penelitian ini ditetapkan sebesar 20 dari jumlah agregat alami yang digunakan dan penggunaan cangkang telur dengan 5 variasi penggunaan sebesar 0, 5, 10, 15, dan 20.

Research about on the influence usage of recycled fine aggregate and egg shells as cement replacement material in the make of mortars against mechanical properties on mortar consisting of a compressive strength, flexural strength, absorption, and shrinkage. Usage recycled fine aggregates in this study set for 20 of the aggregate amount of the used natural and usage egg shells with 5 variation of 0, 5, 10, 15, and 20.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dhafa
"Kebutuhan bahan bangunan yang terus meningkat menjadi tantangan signifikan dalam perkembangan kehidupan manusia. Permintaan akan pasir dan agregat, yang merupakan bahan penting dalam pembuatan beton, diperkirakan akan terus meningkat, dengan proyeksi konsumsi pasir global mencapai 60 miliar ton pada tahun 2030. Ketersediaan terak feronikel yang melimpah di Indonesia dapat menjadi solusi pemenuhan kebutuhan agregat pada bahan bangunan. Penelitian ini membahas karakteristik secara fisik (visual, morfologi mikro, kehalusan, kekerasan) dan secara kimiawi (komposisi kimia, fasa senyawa) pada terak feronikel, dan juga mortar yang dibuat dengan campuran semen OPC tipe I dengan 100% agregat terak feronikel. Hasil penelitian menunjukkan terak feronikel memiliki kekerasan 646 HV dengan bentuk angular yang didominasi oleh tiga unsur oksida utama yautu SiO2 45,76%, MgO 27,12%, dan Fe2O3 15,92% dalam bentuk fasa mineral forsterite dan enstatite. Perhitungan parameter pengoperasian ball mill dilakukan dengan menggunakan 80% kecepatan kritis tabung mill dan 30% ball filling ratio, serta rasio fraksi bola dengan powder sebesar 0,6 untuk mengoptimalkan proses reduksi ukuran. Secara umum, mortar beragregat terak feronikel menunjukkan kuat tekan yang lebih baik daripada mortar beragregat pasir Ottawa. Pada FM 3,398, 2,349, 2,00, 1,853, dan 1,615 secara berurutan kuat tekan yang dihasilkan sebesar 32,08 MPa, 31,40 MPa, 29,15 MPa, 30,51 Mpa, dan 33,77 MPa. Tidak ditemukan hasil reaksi MgO dan pozzolanik dari terak feronikel pada proses hidrasi semen Portland.

The increasing demand for building materials poses a significant challenge in human development. The demand for sand and aggregates, which are essential materials in concrete production, is expected to continue to rise, with projected global sand consumption reaching 60 billion tons by 2030. The abundant availability of ferro-nickel slag in Indonesia can be a solution to meet the aggregate needs in construction materials. This research discusses the physical characteristics (visual, micro-morphology, fineness, hardness) and chemical characteristics (chemical composition, compound phases) of ferro-nickel slag, as well as the mortar made with a mixture of Type I OPC cement and 100% ferronickel slag aggregate. The research results show that ferro-nickel slag has a hardness of 646 HV with angular shape, predominantly consisting of three main oxide components, namely SiO2 45.76%, MgO 27.12%, and Fe2O3 15.92%, in the form of the mineral phases forsterite and enstatite. The operating parameters of the ball mill were calculated using 80% of the critical speed of the mill cylinder, a 30% ball filling ratio, and a ball-to-powder fraction ratio of 0.6 to optimize the size reduction process. Overall, the ferro-nickel slag aggregate mortar exhibits better compressive strength compared to Ottawa sand aggregate mortar. For FM 3.398, 2.349, 2.00, 1.853, and 1.615, the resulting compressive strengths are 32.08 MPa, 31.40 MPa, 29.15 MPa, 30.51 MPa, and 33.77 MPa, respectively. No MgO or pozzolanic reaction was observed from the ferro-nickel slag during the hydration process of Portland cement."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Dini Sofyani
"Penelitian ini membahas tentang penggunaan Abu Sekam Padi (RHA) sebagai bahan subtitusi perekat semen dan penggunaan Limbah Adukan Beton (CSW) sebagai agregat halus untuk mengurangi penggunaan jumlah pasir pada beton. Penelitian dilakukan dengan membuat mortar dengan lima variasi campuran dengan jumlah CSW 30%, 40%, 50%, 60% dan 70% dengan penggunaan RHA tetap yaitu 8% dari total pemakaian semen. Sifat mekanis beton yang diuji meliputi: kuat tekan, densitas atau kerapatan, absorbsi atau penyerapan air dan uji susut. Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 3, 7, 14, 21, 28, 56 dan 90 hari. Untuk pengujian densitas dan absorbsi dilakukan pada umur 28 hari. Sedangkan untuk pengujian susut dilakukan pada umur 1-28 hari secara terus-menerus. Pada pengujian-pengujian yang sudah dilakukan, nilai optimum terjadi pada campuran dengan jumlah CSW 30%, karena memiliki nilai kuat tekan dan densitas paling tinggi, serta penyerapan air dan penyusutan yang paling rendah. Dari penelitian ini diharapkan mortar dengan campuran RHA dan CSW dapat diaplikasikan untuk pembuatan bahan konstruksi ramah lingkungan.

The focus of this study is observing the use of Rice Husk Ash (RHA) as a subtitute of portland cement and Concrete Sludge Waste (CSW) to reduce of sand in concrete. Five compotitions are made in this study with precentages of CSW are 30%, 40%, 50%, 60% and 70% and fixed amount 8% of RHA. The concrete were tested in compressive strength test at the age of 3, 7, 14, 21, 28, 56 and 90 days. Density test and absorption test at the age of 28 days. And Shrinkage test at the age of 1-28 days. From the result of those tests obtained an optimum number of CSW 30% because has the biggest compressive strength and density, thelowestabsorption and percentage of shrinkage. From the result has been obtained, the concrete with RHA and CSW could be applied to building material."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S57865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Imam
"Dalam penelitian ini meninjau penggunaan bahan limbah adukan beton siap pakai atau Concrete Sludge Waste (CSW) sebagai substitusi pasir untuk agregat halus dan penggunaan abu sekam padi Rice Husk Ash (RHA) sebagai substitusi perekat semen dalam campuran mortar yang diharapkan dapat dimanfaatkan dalam pembuatan paving block. CSW itu sendiri yaitu limbah sisa adukan beton yang sama sekali tidak terpakai dan menjadi suatu masalah bagi perusahaan produsen ready mix dalam hal tempat pembuangan akhirnya. Sifat mekanik campuran mortar yang diuji dengan total benda uji sebanyak 125 buah. Yang meliputi kuat tarik langsung 75 benda uji sesuai standar ASTM C 307-03, modulus elastisitas sebanyak 25 benda uji sesuai standar ASTM C 580-02, dan kuat geser sebanyak 25 benda uji.
Pengujian sifat mekanis mortar dibagi kedalam 5 variasi campuran mortar dengan penambahan komposisi CSW sebanyak 30%,40%,50%,60%,70% untuk setiap masing-masing variasi campuran. Dalam pengujian ini didapatkan nilai kekuatan terbesar untuk campuran mortar dengan komposisi semen, agregat halus 1:3, yang terdiri dari 92% Semen, 8% RHA, 70% Pasir, 30% CSW mencapai nilai kuat tarik optimum sebesar 4.98 MPa, modulus elastistas sebesar 10299.224 MPa, dan nilai kuat geser sebesar 1.09 MPa.

In this research reviewed the use of waste material concrete ready mix or Concrete Sludge Waste (CSW) as a substitute sand for fine aggregate and the use of Rice Husk Ash (RHA) as a substitute for cement adhesive in the mix mortar that is expected to be utilized in the manufacture of paving blocks . CSW's own residual waste concrete that is completely unused and become a problem for ready mix manufacturers company in landfills. Mechanical properties of mortar mixtures were tested with a total 125 specimens. Which includes 75 direct tensile test specimens according to ASTM C 307-03, modulus of elasticity with 25 test specimens according to ASTM C 580-02, and the shear strength with 25 specimens.
Testing the mechanical properties of mortar mixtures were divided into five variations of the composition mortar with the addition of CSW as much as 30%, 40%, 50%, 60%, 70% for each variation of mixture. In this test the value obtained for the greatest strength of mortar mixed with the composition of cement, fine aggregate ratio 1:3, which consists of 92% cement, 8% RHA, 70% sand, 30% CSW getting optimum tensile strength value 4.98 MPa, modulus of elasticity 10299.224 MPa, and shear strength 1.09 MPa.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43237
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kevarga Sulistyarso
"Pembuatan beton daur ulang merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan limbah beton. Limbah beton dapat digunakan sebagai pengganti agregat dalam jumlah tertentu. Namun, penggunaan agregat daur ulang pada campuran beton atau mortar berpengaruh terhadap sifat fisik maupun mekanik seperti menurunnya kuat tekan dan kuat lentur. Dalam penelitian ini, penulis memelajari pengaruh berbagai jenis semen pada mortar dengan agregat halus daur ulang sebanyak 20 terhadap kuat tekan, kuat lentur, susut dan absorpsi menggunakan 5 semen dengan merek berbeda sebagai variasinya yang selanjutnya diberi kode A, B, C, D dan E. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mortar yang menggunakan semen D memiliki kuat tekan dan kuat lentur terbesar, yakni sebesar 29.2 MPa dan 4.6 MPa, dimana semen D memiliki kadar C3S terbesar. Pada pengujian susut, penyusutan tertinggi terjadi pada penggunaan semen A, yakni sebesar 0.1158 , sedangkan pada pengujian daya serap air hasil tertinggi didapatkan pada penggunaan semen B, yakni sebesar 96.22 g/cm2.

The utilization of recycled concrete is one of the way to reuse concrete waste. In certain amount, concrete waste can be utilized as the subtitution of aggregate. However, the use of recycle aggregate on concrete or mortar affects both physical and mechanical properties such as compressive strength and flexural strength decrease. In this study, the authors investigated the effect of various types of cement on mortar with 20 recycled fine aggregate on compressive strength, flexural strength, shrinkage and absorbtion using 5 different cement products which are coded as A, B, C, D and E. The results shows that cement D has the strongest compressive strength and flexural strength which amounted as 29.2 MPa and 4.6 MPa respectively where cement D has the highest levels of C3S. The shrinkage test shows that the highest shrinkage is shown on the usage of cement A which is 0.1158 while the highest water absorption test is shown on the usage of cement B which amounted 96.22 g cm2.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratno Wijaya
"Dengan meningkatnya pertumbuhan pembangunan infrastruktur dunia berdampak pada meningkatnya permintaan material konstruksi. Umumnya, material konstruksi berasal dari alam dan terus dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang jika dibiarkan maka akan terjadi kerusakan ekosistem dunia. Maka dari itu diperlukan material alternatif sebagai solusi, salah satunya adalah terak nikel yang dapat digunakan sebagai agregat. Terak nikel merupakan limbah dari produksi peleburan bijih nikel. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan terak nikel sebagai agregat halus secara ekonomis. Adapun karakteristik yang diuji berupa karakteristik fisis (karakterisasi visual, karakterisasi agregat, dan karakterisasi morfologi mikro) dan karakterisasi kimiawi (karakteristik komposisi kimia, karakterisasi fasa dan karakterisasi pelindian beracun) serta karakteristik mortar dengan Portland Composite Cement (PCC) beragregat terak nikel. Adapun uji mekanis yang menjadi fokus analisis pada penelitian ini adalah nilai kuat tekan serta perilaku ekspansi dari mortar beragregat terak nikel. Variasi komposisi agregat terak nikel adalah 30%, 40%, 50%, 60% dan 70% dengan waktu curing selama 28 hari. Dari hasil pengujian kuat tekan, didapatkan nilai maksimum kuat tekan sebesar 31 MPa, pada komposisi 70%. Dari hasil uji pelindian beracun pada penelitian ini, terak nikel dinyatakan aman dan dapat digunakan sebagai agregat pada mortar. Selain itu, terak nikel masuk dalam kategori non-reaktif sehingga ekspansi pada mortar cenderung aman. Secara keseluruhan, tidak ditemukan adanya ekspansi yang signifikan pada mortar beragregat terak nikel, sebaliknya justru ditemukan adanya kecenderungan penyusutan. Meskipun agregat terak nikel didominasi dengan fasa amorfus dan memiliki kecenderungan reaktif, namun tingkat reaktifitas tersebut masih di bawah ambang batas.

The increasing growth of world infrastructure development has an impact on increasing demand for construction materials. Generally, construction materials come from nature and continue to be exploited to meet development needs which, if left unchecked, will damage the world's ecosystems. Therefore, alternative materials are needed as a solution, one of which is nickel slag which can be used as an aggregate. Nickel slag is a waste from nickel ore smelting production. This study aims to analyze the use of nickel slag as a fine aggregate economically. The characteristics tested were physical characteristics (visual characterization, aggregate characterization, and micro-morphological characterization) and chemical characteristics (chemical composition characteristics, phase characterization and toxic leaching characterization) and mortar characteristics with Portland Composite Cement (PCC) with nickel slag aggregate. The mechanical test that is the focus of the analysis in this study is the value of the compressive strength and expansion behavior of the nickel slag aggregated mortar. Variations in the composition of nickel slag aggregate are 30%, 40%, 50%, 60% and 70% with a curing time of 28 days. From the results of the compressive strength test, the maximum value of the compressive strength is 31 MPa, at a composition of 70%. From the results of the toxic leaching test in this study, nickel slag was declared safe and could be used as aggregate in mortar. In addition, nickel slag is included in the non-reactive category so that expansion in mortar tends to be safe. Overall, no significant expansion was found in the nickel slag-aggregated mortar, on the contrary, a shrinkage trend was found. Although nickel slag aggregate is dominated by an amorphous phase and has a reactive tendency, the level of reactivity is still below the threshold."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Adhi Prayoga
"Penggunaan agregat daur ulang dalam bidang konstruksi sudah sering digunakan di berbagai negara di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik dan mekanik mortar akibat penambahan agregat halus daur ulang dan admixture kalsium klorida. Jumlah agregat halus daur ulang yang digunakan yaitu 20 dari total agregat halus alami dan jumlah kalsium klorida yang digunakan yaitu memiliki variasi 1, 2, 3, 4, dan 5 dari jumlah semen yang digunakan. Hasil didapatkan bahwa mortar dengan kalsium klorida sebanyak 5 mengasilkan mortar dengan kuat tekan yang paling tinggi yaitu 31,75MPa pada umur 56 hari. Kuat lentur tertinggi pada penggunaan 4 kalsium klorida yaitu sebesar 4,324MPa. Penyusutan tertinggi pada penggunaan 5 kalsium klorida. Daya serap air tertinggi pada penggunaan 1 kalsium klorida yaitu sebesar 112,24 g/100cm2.

The use of recycled aggregate in the construction field has been frequently used in various countries around the world. This study aims to determine the physical and mechanical properties of mortar due to the addition of recycled fine aggregate and admixture of calcium chloride. The amount of recycled fine aggregate used is 20 of the total natural fine aggregate and the amount of calcium chloride were used that have a variety of 1, 2, 3, 4 and 5 of the amount of cement used. The result showed that mortar with calcium chloride as much as 5 resulting mortar with the highest compressive strength that is 31,75MPa at age 56 days. The highest bending strength in the use of 4 calcium chloride is 4,324MPa. The highest depreciation on the use of 5 calcium chloride. The highest water absorption in the use of 1 calcium chloride is 112,24 g 100cm2.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69895
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firhan Kafi Setiawan
"Terak nikel merupakan sisa dari proses smelting nikel, dimana selama ini hanya menjadi limbah yang tidak terpakai. Setiap satu ton produksi nikel dihasilkan 6 – 16 ton terak. Padahal, terdapat potensi nilai tambah dari segi ekonomi maupun lingkungan yang jauh lebih besar yang dimiliki oleh terak nikel jika digunakan sebagai agregat halus menggantikan, baik itu pasir silika maupun pasir sungai yang biasa digunakan pada mortar atau beton. pada penelitian terak nikel hasil produk Antam akan digunakan sebagai agregat halus pada mortar berbasis semen Portland tipe I (OPC). Masing-masing sampel kemudian dilakukan pengujian untuk mengetahui perkembangan kuat tekan, ekspansi dan toksisitas dari sampel yang dibuat. Dari hasil uji kuat tekan dengan agregat halus pasir silika dan terak nikel umur 28 hari didapatkan kuat tekan sebesar 18,44 MPa dan 38,15 MPa. Sementara itu, dari uji ekspasi didapatkan persentase ekspansi yang rendah. Ini disebabkan oleh terak nikel yang digunakan memiliki kandungan MgO yang tidak bebas sehingga terikat dengan kandungan lainnya. Dari pengujian TCLP didapatkan hasil dimana terak nikel yang digunakan memiliki kadar limbah B3 yang rendah sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan.

Nickel slag is a residue from the nickel smelting process, which so far has only been unused waste. For every one tonne of nickel production, 6-16 tons of slag are produced. In fact, there is a much greater potential for added value from an economic and environmental point of view that nickel slag has if it is used as a substitute for fine aggregate, whether it is silica sand or river sand commonly used in mortar or concrete. In the research, nickel slag produced by Antam will be used as fine aggregate in type I Portland cement-based mortar (OPC). Each sample was then tested to determine the development of compressive strength, expansion and toxicity of the samples made. From the results of the compressive strength test with fine aggregate of silica sand and nickel slag aged 28 days, the compressive strength was 18.44 MPa and 38.15 MPa. Meanwhile, the expansion test obtained a low percentage of expansion. This is because the nickel slag used contains MgO which is not free so it is bound to other ingredients. From the TCLP test, it was found that the nickel slag used has a low level of B3 waste so it is not harmful to the environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Hadif Pratama
"ABSTRAK
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan agregat halus untuk campuran mortar semen yang dicampurkan dengan bahan limbah berupa limbah adukan beton atau Concrete Sludge Waste (CSW) dan Abu Sekam Padi (RHA) yang dicampurkan dengan semen. Sifat mekanik yang diuji meliputi Kuat Tarik Langsung sebanyak 75 benda uji sesuai standar ASTM C 307-03, Kuat Tarik Lentur sebanyak 25 benda uji sesuai dengan standar ASTM C 78 - 02, Modulus Elastisitas sebanyak 25 benda uji sesuai standar ASTM C-580-02, dan Kuat Geser sebanyak 25 benda uji. Pada setiap pengujian memiliki variasi campuran yang berbeda-beda yang diberi kode CHWM 121 sampai CHWM 125. Pada pengujian Kuat Tarik Langsung nilai terbesarnya ada pada campuran CHWM 122 dengan nilai 5,52 MPa, sedangkan nilai terendahnya ada pada campuran CHWM 123 dengan nilai 2,40 MPa. Pada pengujian dan Modulus Elastisitas nilai terbesarnya ada pada campuran CHWM 121, sedangkan nilai terendahnya ada pada campuran CHWM 125. Pada pengujian Kuat Geser nilai terbesarnya ada pada campuran CHWM 121 dengan nilai 2,88 MPa, sedangkan nilai terendahnya ada pada campuran CHWM 123 dengan nilai 1,47 MPa.
Dari pengujian Kuat Tarik Langsung disimpulkan bahwa campuran yang paling optimum untuk menahan Tegangan Tarik Langsung adalah campuran CHWM 122. Dari pengujian Kuat Tarik Lentur dan Modulus Elastisitas disimpulkan bahwa campuran yang paling optimum adalah CHWM 121. Dari pengujian Kuat Geser disimpulkan bahwa campuran yang paling optimum adalah CHWM 121.

ABSTRACT
In this study, researchers used a mixture of fine aggregate for cement mortar that is mixed with waste materials in the form of waste concrete or Concrete Sludge Waste (CSW) and Rice Husk Ash (RHA) is mixed with cement. Mechanical properties tested include Direct Tensile Strength as much as 75 specimens according to ASTM C 307-03, Flexural Strength Modulus of Ruptureas many as 25 test specimens in accordance with ASTM C 78-02, Modulus of Elasticity of 25 test specimens according to ASTM C-580-02 , and Shear of Strength much as 25 specimens. At each test has a variety of different mixtures are given a code CHWM CHWM 121 to 125. Direct Tensile of Strength on testing its greatest value is in the mixture CHWM 122 with a value of 5.52 MPa, while the lowest is in the mixture with a value of 2.40 CHWM 123 MPa. On Direct Tensile Strength testing and Modulus of Elasticity greatest value is in a mixture of CHWM 121, while the lowest is in the mixture CHWM 125. On Shear of Strength testing the greatest value is in the mixture CHWM 121 with a value of 2.88 MPa, while the lowest is in the mixture with a value of 1.47 CHWM 123 MPa.
From Direct Tensile Strength testing concluded that the most optimum mix to hold Direct Tensile is a mixture of CHWM 122. On Shear of Strength testing and Modulus of Elasticity is concluded that the most optimum mix is CHWM 121. Shear of Strength tests concluded that the most optimum mix is CHWM 121."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42658
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>