Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132809 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amrizal Umran
"Torsio testis merupakan kedaruratan dalam urologi yang dapat terjadi pada 1 dari 4000 laki-laki berusia dibawah 25 tahun, dan apabila keadaan ini tidak segera ditangani dengan benar dalam 4 sampai 6 jam dapat terjadi nekrosis testis. Dari penelitian sebelumnya didapatkan torsio testis dengan puntiran sebesar 720° dan lama puntiran lebih dari 4 jam dapat menyebakan kerusakan testis secara menetap. Oleh karena itu tindakan bedah sedini mwtgkin harus dilakukan untuk menyelamatkan testis dari kerusakan menetap, saat ini tindakan bedah yang dianjurkan adalah melakukan detorsi testis dan orkidopeksi bilateral. Tindakan ini dilaporkan dapat menyelamatkan testis sampai dengan 90%, namun dalam pengamatan yang lebih lanjut menunjukkan lebih dari 67% tetstis tersebut akan mengalami atropi dan menjadi subfertil. Menurut Hagan dan kawan-kawan dari 55 pasien yang diamati hanya 7 pasien yang menenjukkan spermiogrnmnya normal Oleh karena itu dibutuhkan suatu terobosan lain dalam penatalaksanaan torsio testis guna menekan angka terjadinya kerusakan testis permanen secara signifikan. Kerusakan jaringan testis akibat torsio testis disebakan adanya ischemia yang diperberat dengan teijadinya reperfosion injury (IR) setelah dilakukan detorsi. Telah banyak penelitian dilakukan untuk mengetahui mekanisme dan penanganan IR., diantaranya penggunaan oksigen hiperbarik yang secara signifikan dapat mengurangi efek IR dalam tindakan pembuatan flap kulit dan otot yang percobaannya dilakukan pada binatang.

Testicular torsion is a urological emergency that can occur in 1 in 4000 men under 25 years of age, and if this condition is not treated properly within 4 to 6 hours, testicular necrosis can occur. From previous research, it was found that testicular torsion with a twist of 720° and a twisting time of more than 4 hours can cause permanent testicular damage. Therefore, surgical action must be carried out as early as possible to save the testicles from permanent damage. Currently, the recommended surgical treatment is testicular detorsion and bilateral orchidopexy. This action was reported to be able to save up to 90% of the testicles, but further observations showed that more than 67% of the testicles would experience atrophy and become subfertile. According to Hagan and friends, of the 55 patients who were observed, only 7 patients showed normal sperm. Therefore, another breakthrough is needed in the management of testicular torsion in order to significantly reduce the rate of permanent testicular damage. Damage to testicular tissue due to testicular torsion is caused by ischemia which is exacerbated by the occurrence of reperfusion injury (IR) after detorsion. Many studies have been carried out to determine the mechanism and treatment of IR, including the use of hyperbaric oxygen which can significantly reduce the effects of IR in the procedure of creating skin and muscle flaps in experiments carried out on animals."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Enjelita Karujan
"Gangguan oksigenasi merupakan masalah yang sering dialami oleh pasien yang dirawat di ruang perawatan intensif anak. Oksigen merupakan kemponen yang penting dalam pembentukan energi sehingga gangguan oksigenasi dapat memengaruhi keseimbangan energi. Teori Konservasi Levine bertujuan untuk mempertahankan keutuhan pasien melalui empat prinsip konservasi yaitu konservasi energi, konservasi integritas strukrutal, konservasi integritas personal dan konservasi integritas sosial sehingga dapat diaplikasikan pada anak dengan gangguan oksigenasi. Salah satu intervensi keperawatan yang sesuai dengan prinsip konservasi energi pada pasien dengan masalah oksigenasi adalah pengaturan posisi lateral kanan. Tujuan dari karya ilmiah ini adalah memberikan gambaran mengenai aplikasi teori Konservasi Levine dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi dan pengaruh pengaturan posisi lateral kanan pada anak yang dirawat di ruang perawatan intensif. Asuhan keperawatan dengan pendekatan teori Konservasi Levine diberikan kepada lima anak yang terpasang ventilator. Proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi dilakukan berdasarkan empat prinsip konservasi. Evaluasi keperawatan menunjukkan adanya perbaikan kondisi pada beberapa pasien. Demikian halnya dengan pengaturan posisi lateral kanan dengan kemiringan 30° terbukti efektif meningkatkan saturasi oksigen pada anak yang terpasang ventilasi mekanik. Penulis merekomendasikan penggunaan teori Konservasi Levine dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak dengan gangguan oksigenasi di ruang perawatan intensif. Selain itu penulis merekomendasikan pengaturan posisi lateral kanan dengan kemiringan 30° untuk dapat diaplikasikan di ruang perawatan intensif anak serta dilakukan uji klinik lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar sehingga dapat dijadikan dasar penyusunan standar operasional prosedur.

Oxygenation impairment is one of the problems that is often experienced by patients treated in pediatric intensive care units. Oxygen is an important component in energy formation.  Oxygenation impairment can affect energy balance. Levine's Conservation theory focuses on maintaining patient wholeness through four conservation principles, namely conservation of energy, conservation of structural integrity, conservation of personal integrity, and conservation of social integrity so that it can be applied to children with oxygenation impairment. One of the nursing interventions that relate to the conservation of energy in patients with oxygenation impairment is the positioning with the right lateral position. The purpose of this scientific paper is to provide an overview of the application of Levine's Conservation theory in meeting oxygenation needs and the effect of right lateral position in children treated in intensive care units. Nursing care with the application Levine Conservation theory was given to five children who were on ventilators. The nursing process from assessment to evaluation was carried out based on four conservation principles. Nursing evaluation showed an improvement in the condition of several patients. Likewise, the right lateral position setting with a 30° tilt has shown to be effective in increasing oxygen saturation in children who are on mechanical ventilation. The author recommends the use of Levine's Conservation theory in providing nursing care to children with impaired oxygenation in intensive care units. In addition, the author recommends setting the right lateral position with a 30° tilt to be applied in the pediatric intensive care room and conducting further clinical trials with larger samples so that it can be used as a basis for compiling standard operating procedures."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ananto Prasetya Hadi
"ABSTRAK
Nama : Ananto Prasetya HadiProgram Studi : Magister Kedokteran Kerja Fakultas Kedokteran Universitas IndonesiaJudul : Efek Terapi Hiperbarik Oksigen Terhadap Penurunan KadarHbCO pada Penyelam Tradisional Dengan Teknik Penyelaman Kompresor Konvensional Di Pesisir Utara Lombok.Latar belakangMelihat masih banyaknya penyelam tradisional yang masih menggunakan kompresor konvensional sebagai media utama dalam penyelaman dan minimnya informasi dan data kasus-kasus keracunan CO akibat penggunaan kompresor konvensional, maka diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi kondisi tersebut, terutama keracunan CO kronik yang terjadi pada penyelam tradisional dengan teknik penyelaman kompresor konvensional di sepanjang pesisir utara Pulau Lombok. MetodePenelitian ini merupakan penelitian eksperimental pre dan post design dengan membandingkan hasil terapi berupa rerata penurunan kadar HbCO pada penyelam tradisional dengan teknik penyelaman kompresor konvensional, sebelum dan sesudah dilakukan terapi oksigen hiperbarik, dengan tekanan 2,4 ATA selama 3x30 menit. HasilDidapatkan nilai median kadar HbCO sebelum dilakukan intervensi adalah 19,45 ; min 16,02 ; maks 30,20 ; sementara nilai median HbCO setelah dilakukan intervensi adalah 6,63 ; min 4,90 ; maks 11,39 . Ada hubungan positif yang kuat antara keduanya dengan nilai koefisien Spearman rsquo;s rho rs = 0,666 dan hubungan tersebut signifikan secara statistik p = 0,001 .Penurunan HbCO dapat dipengaruhi oleh kadar Hb dalam darah ? = -0,473 dan kadar hematokrit ? = -0,587 . Korelasi risiko pajanan kumulatif CO selama menjadi nelayan dengan DCS digambarkan dengan nilai koefisien Spearman rsquo;s ? = 0,029 untuk nyeri sendi dan ? = 0,085 untuk sering kram. Kesimpulan dan saranTerapi OHB dapat menurunkan kadar HbCO pada penyelam tradisional dengan teknik kompresor konvensional. Perlu penelitian lanjutan tentang risiko DCS pada penyelam tradisional dengan teknik penyelaman kompresor konvensional. Kata kunci: penyelam tradisional, kompresor konvensional, HbCO, Terapi OHB

ABSTRACT
Name Ananto Prasetya HadiStudy Program Occupational Health Magister, Faculty of Medicine, Universitas IndonesiaTitle Effect of Hyperbaric Oxygen Therapy against HbCO Level Decrease on Traditional Diver with Conventional Compressor Technique On North Coast of Lombok. BackgroundThere are many traditional divers with conventional compressor as the main gear for diving and the lack of information and case reports on CO poisoning, urgent measures are needed to address the situation, especially on chronic CO poisoning among traditional divers with conventional compressor in northern coast of Lombok Island. MethodsThe study design is experimental pre and post design by comparing the results of therapy in the form of a mean decrease of HbCO levels on traditional divers with conventional compressor technique, before and after hyperbaric oxygen therapy at 2.4 ATA pressure for 3x30 minutes. ResultsHbCO levels median value before intervention is 19,45 minimum value 16,02 maximum value 30,2 and after Hyperbaric Oxygen intervention the median value is 6,63 minimum value 4,9 maximum value 11,39 . There is strong positive correlation between them with Spearman rsquo s correlation coeficient rho rs 0,666 and statistically significant p 0,001 .Decrease in HbCO levels is influenced by Hb level 0,473 and hematocrit level 0,587 . Correlation between cummulative CO exposure risk during the time working as divers and DCS is shown by Spearman 39 s coefficient 0,029 for joint pain and 0,085 for cramps. ConclusionsHyperbaric Oxygen therapy can reduce HbCO levels in traditional divers with conventional compressors. Further study is needed to address the problem between DCS risk and traditional divers with conventional compressors technique. Keyword traditional divers, conventional compressor, HbCO, Hyperbaric Oxygen therapy "
2017
T55724
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abu Bakar
"ABSTRAK
Keberhasilan pelayanan keperawatan yang bermutu dipengaruhi oleh tingkat kepuasan kerja perawat. Kepuasan kerja perawat dapat diupayakan melalui MPKP Jiwa modifikasi pendekatan manajemen fungsi pengarahan, namun kegiatan MPKP dan fungsi pengarahan belum dijalankan secara konsisten. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh fungsi pengarahan kepala ruang dan ketua tim terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana di unit rawat inap RSUD Blambangan Banyuwangi. Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment dengan desain pre-post test with control group, dan pelatihan serta bimbingan fungsi pengarahan (operan, pre conference, post conference, iklim motivasi, supervisi dan delegasi) pada kepala ruang dan ketua tim di kelompok intervensi. Sampel penelitian diperoleh secara purposive sampling, terdiri dari 35 perawat pelaksana RSUD Blambangan Banyuwangi sebagai kelompok intervensi dan 40 perawat pelaksana di RSUD dr. Haryoto Lumajang sebagai kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kepuasan kerja diambil dari Minnesota Satisfaction Questionnaire. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja perawat pelaksana yang mendapat pengarahan dari kepala ruang dan ketua tim yang sudah memperoleh pelatihan, bimbingan dan pendampingan fungsi pengarahan meningkat lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana yang mendapat pengarahan dari kepala ruang dan ketua tim yang tidak dilatih fungsi pengarahan. Fungsi pengarahan bila dilaksanakan secara konsisten oleh kepala ruang dan ketua tim, berpeluang meningkatkan kepuasan kerja sebesar 67,40%. RSUD Blambangan Banyuwangi dan RSUD dr. Haryoto Lumajang dapat mengupayakan dan meningkatkan kepuasan kerja perawat pelaksana secara berkelanjutan dengan mengimplementasikan fungsi pengarahan dari MPKP Jiwa Modifikasi umum.

ABSTRACT
Humidifier is a device for delivering oxygen to the patients. Before using it, the humidifier tube should fill with sterile water. There was a recent study that administering oxygen less than five liter per minutes, the tube was not load with the sterile water. Aim: The research aim was to describe the difference between bacterial growth in the humidifier and non humidifier at the patient who got oxygen therapy. Design: The design was the analytic survey with purposive sampling method. The samples were 24 patients. They were divided into two groups. Group one, consisted of 12 patients with humidifier and the others with non humidifier. The instrument was culture equipments diagnostic test and observation guidance. Hypothesis: The hypothesis was there was no difference bacterial growth existence in humidifier and non humidifier at the patient who got oxygen therapy. Results: The results showed that there was no significance difference of bacterial growth at time of zero hour (p=
0.131). Meanwhile, there was significance different of bacterial growth at time of 12 hour (p= 0,046), and time of 24 hour(p= 0,046). There was also significance different between bacterial growth in humidifier and non humidifier at the patient who got oxygen therapy (p= 0.010). Conclusion: The conclusion is a non humidifier device could prevent bacterial and reduce nosocomial infection. Recommends: It was recommended that hospital should use non humidifier and the humidifier had to disinfect and change the water every 12 hours."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sidharta Kusuma Manggala
"Pembedahan abdomen atas berkaitan disfungsi diafragma. Disfungsi diafragma merupakan penyebab PPC (postoperative pulmonary complication). Terapi oksigen konvensional (TOK) merupakan terapi standar pada pasien pasca pembedahan abdomen atas. Terapi HFNC (high-flow nasal cannula) memiliki berbagai mekanisme yang berbeda dengan TOK dan dipikirkan dapat membantu fungsi diafragma pascapembedahan abdomen atas. Studi ini bertujuan untuk membandingkan kemampuan HFNC terhadap TOK dalam mempertahankan fungsi diafragma pascapembedahan abdomen atas. Studi ini dilakukan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari November 2018 – September 2019. Tujuh puluh satu pasien dibagi secara acak menjadi dua kelompok: kelompok TOK dan HFNC. Enam puluh enam pasien mendapat intervensi setelah ekstubasi di ICU (intensive care unit). Seluruh subjek dilakukan pencatatan nilai DTF (diaphragm thickening fraction) menggunakan ultrasonografi, ΔTIV (perubahan tidal impedance variance), ΔEELI-G dan ΔEELI-ROI (perubahan end expiratory lung impedance global dan region of interest) menggunakan EIT (electrical impedance tomography), PaO2 dan PaCO2 (tekanan parsial oksigen dan karbon dioksida arteri) secara berkala pada dua seri. Efek samping dan keluhan yang muncul dicatat dan ditatalaksana. Total 66 subjek disertakan dalam bivariat menggunakan t-test dan mann whitney, sedangkan analisis tren menggunakan general linear model atau generalized estimating equation. Durasi ventilasi mekanik di ICU, persentase prediksi mortalitas dan skor P-POSSUM antara kedua kelompok berbeda signifikan (p=0,003; 0,001; dan 0,019, secara berurutan). Tidak ada perbedaan tren yang ditemukan antarkelompok pada seri pertama parameter DTF, ΔTIV, ΔEELI-G, ΔEELI-ROI dan PaCO2 (p=0,951; 0,100; 0,935; 0,446; dan 0,705, secara berurutan) maupun pada seri kedua (p=0,556; 0,091; 0,429; 0,423; dan 0,687, secara berurutan). Tren PaO2 pada seri pertama dan kedua berbeda sangat signifikan (p<0,001) karena protokol pengaturan fraksi oksigen yang lebih tinggi pada kelompok TOK. Penggunaan HFNC tidak lebih baik daripada TOK dalam membantu mempertahankan fungsi diafragma pascapembedahan abdomen atas.

Upper abdominal surgery is related to diaphragmatic dysfunction. Diaphragmatic dysfunction is the main factors causing postoperative pulmonary complication (PPC). Conventional oxygen therapy (TOK) in the form of nasal cannula, is a standard therapy in post upper abdominal surgery patients. High-flow nasal cannula (HFNC) therapy has a variety of mechanisms that differ from TOK and is thought to be able to maintain diaphragm function in post upper abdominal surgery patients. This study aims to compare the ability of HFNC vs TOK in maintaining diaphragm function for post upper abdominal surgery patients. This study was conducted at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo from November 2018 - September 2019. Seventy-one patients were randomly divided into two groups: TOK and HFNC groups. Sixty-six patients received intervention after extubation in the intensive care unit (ICU). This given data were all collected periodically in 2 series; diaphragm thickening fraction (DTF) values using ultrasonography, changes in tidal impedance variance (ΔTIV), changes in global end expiratory lung impedance and region of interest (ΔEELI-G and ΔEELI-ROI) using electrical impedance tomography, arterial oxygen and carbon dioxide partial pressure (PaO2 and PaCO2). Side effects and complaints that arise were collected and managed. A total of 66 subjects were included in the bivariate using t-test and mann whitney test, while trends were analyzed by general linear models or generalized estimating equations. The baseline characteristics of mechanical ventilation duration in the ICU, the predicted mortality rate and P-POSSUM score between the two groups were significantly different (p = 0.003; 0.001; and 0.019, respectively). No trend differences were found between groups in the first series of DTF, ΔTIV, ΔEELI-G, ΔEELI-ROI and PaCO2 parameters (p = 0.951; 0.100; 0.935; 0.446; and 0.705, respectively) and in the second series (p = 0.556, 0.091, 0.429, 0.423 and 0.687, respectively). The PaO2 trends in the first and second series differed very significantly (p<0.001) due to the higher oxygen fraction regulation protocol in the COT group. The use of HFNC is no better than COT in maintaining diaphragm function for post upper abdominal surgery patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhila Hanifatur Ruslana
"Pandemi COVID-19 merupakan tantangan besar yang dihadapi dunia saat ini. Puncak pandemi yang terjadi di Indonesia menjadi tantangan baru dalam tatalaksana pasien COVID-19 di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan segala keterbatasannya. Modifikasi dilakukan sebagai upaya stabilisasi pasien dengan memperhatikan prinsip penangan oksigenasi pasien COVID-19, yaitu dengan strategi eskalasi dan memaksimalkan penggunaan terapi oksigen non invasif. Studi kasus ini menggambarkan upaya stabilisasi pasien, perempuan berusia 55 tahvun dengan Probable COVID-19 derajat berat yang datang ke IGD dengan saturasi 53% menggunakan simple mask. Berdasarkan hasil pemeriksaan, masalah keperawatan yang diangkat adalah gangguan pertukaran gas. Intervensi keperawatan yang diberikan adalah pemberian terapi oksigen dan pengaturan posisi. Modifikasi dilakukan dengan memberikan terapi oksigen Non-Rebreathing Mask (NRM) dan nasal kanul disertai dengan proning position secara bersamaan. Setelah dilakukan terapi tersebut didapatkan status oksigenasi pasien lebih baik dibandingkan sebelum mendapatkan terapi.

The COVID-19 pandemic is a major chalenge facing the world today. The peak of pandemic that occurred in Indonesia was a new chalenge in the management of COVID- 19 patients in emergency unit with al its limitations. The modification was carried out as an effort to stabilize the patient by paying attention to the oxygenation principes of COVID-19 patients, namely by escalation strategies and maximizing the use of non- invasive oxygen therapy. This case study describes an effort to stabilize the patient, a 55- year-old female with severe COVID-19 who came to the ED with a saturation of 53% using a simple mask. Based on the examination result, the nursing problem which raised was gas exchange disorders. The intervention which given was providing oxygen therapy and positioning. Modifications were carried out by giving Non-Rebreathing Mask (NRM) and nasal cannula accompanied by a proning position simultaneously. After the therapy, the patient's oxygenation status was better than before receiving the therapy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Distyayu Sukarja
"Latar belakang: Dukungan respiratori pada neonatus saat lahir dan stabilisasi bertujuan mencegah terjadinya hipoksia. Hingga saat ini, pemantauan status oksigenasi masih menggunakan saturasi oksigen perifer (SpO2). Akan tetapi, SpO2 dan tekanan parsial oksigen (PaO2) tidak berhubungan secara linier sehingga apabila terjadi peningkatan PaO2 >80 mmHg, maka SpO2 akan mengalami plateau >95%. Oxygen reserve index (ORI) merupakan parameter baru yang dapat menilai simpanan oksigen di jaringan. Pengaplikasian ORI diharapkan dapat melengkapi kelemahan SpO2 untuk mencegah hiperoksia. Namun, penelitian mengenai ORI pada neonatus masih sangat terbatas. Metode: Rancangan penelitan ini menggunakan analitik korelatif dengan desain penelitian potong lintang. Kriteria inklusi adalah neonatus mendapatkan dukungan respiratori dengan pemantuan SpO2 secara kontinu pada monitor >95% dan direncanakan pemeriksaan gas darah arteri. Nilai ORI diambil selama 30 menit. Setiap perubahan nilai ORI dan SpO2 dicatat dan dihitung untuk mendapatkan rerata nilai. Data diolah berdasarkan uji korelasi. Hasil: Dari 205 neonatus yang lahir/dirujuk ke Unit Neonatologi RSUPN Cipto Mangukusumo diperoleh 23 subyek yang memenuhi kriteria inklusi. Diperoleh total 70 pengukuran dari 23 subyek. Insidens hiperoksia ditemukan pada 40 pengukuran (57%). Kekuatan korelasi antara ORI dan PaO2 diperoleh r = 0,687 dengan p <0,001. Analisis multivariat memerlihatkan apabila ORI digunakan bersama SpO2 menunjukkan hasil koefisiens determinasi yang cukup rendah (R2 adjusted = 28,4%). Nilai cut-off ORI 0,21 dapat memprediksi PaO2 >80 mmHg dengan dengan sensitivitas 82,5% dan spesifisitas 76,6%. Simpulan: Terdapat korelasi yang bermakna antara ORI dan PaO2. Pengaplikasian ORI secara klinis dapat memprediksi PaO2 pada neonatus dalam rentang hiperoksia yang tidak dapat ditunjukkan SpO2. ORI tidak dapat menggantikan SpO2.

Background: Respiratory support in the delivery room and NICU is an effort to prevent hypoxia at birth and during stabilization. Until recently, peripheral oxygen saturation (SpO2) is used to monitor oxygenation status non-invasively. However, the relationship between SpO2 and arterial partial pressure of oxygen (PaO2) is not linear but sigmoidal. If the level of PaO2 >80 mmHg, SpO2 reaches a plateau at the range >98-100%. Oxygen reserve index (ORI) could assess oxygen reserve at the tissue level which is undetected using pulse oximetry. ORI application may complete SpO2 weakness in detecting hyperoxia. Nevertheless, studies about ORI in neonate is still limited. Method: In this cross-sectional correlational study, we included neonates receiving oxygen therapy whose SpO2 monitor continuously showed >95%. Arterial blood gas analysis was done according to the attending’s order. The ORI value was taken for 30 minutes. Any change in the ORI and SpO2 value was recorded and calculated to get an average value. Data were analyzed based on a correlation test. Result: From 205 inborn and outborn at Neonatal Unit Cipto Mangunkusumo Hospital, 23 subjects met the inclusion criteria. There were 70 measurements of ORI, SpO2 and PaO2 in 23 subjects. Hyperoxia was observed in 40 measurements (57%). The correlation between ORI and PaO2 was r = 0,687 (p <0,0001). Multivariate analysis showed ORI together with SpO2 has a low coefficient of determination of R2 adjusted = 28,4%. The cut-off ORI value to predict PaO2 >80 mmHg when SpO2 >95% was 0,21 with a sensitivity of 82,5% and specificity of 76,6%. Conclusion: ORI and PaO2 are significantly strongly correlated in neonates. ORI is able to predict hyperoxia that goes undetected by SpO2. However, ORI cannot replace the role of SpO2."
Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chairul Huda
"Keterbatasan aliran udara masuk serta keluar dari paru-paru, gangguan ventilasi saluran pernafasan dan menurunnya kemampuan fungsi kerja otot-otot pernafasan menyebabkan terjadi defisit saturasi oksigen perifer pada pasien PPOK. Masalah defisit saturasi oksigen perifer sangat penting untuk diselesaikan, untuk itu diperlukan berbagai terapi untuk meningkatkan nilai saturasi oksigen pada pasien PPOK, diantaranya adalah Breathing Exercise. Penelitian ini menggunakan Breathing Exercise dengan Teknik Balloon Blowing untuk meningkatkan saturasi perifer pada pasien PPOK. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 46 responden. Metode penelitan ini menggunakan pendekatan Kuantitatif dengan desain Quasy Experimental. Teknik pengambilan sampel dengan cara Consecutive Sampling sebanyak 46 responden PPOK yang dibagi kedalam kedua kelompok yaitu Intervensi (23 responden diberikan Balloon Blowing) dan Kontrol (23 responden diberikan Nafas Dalam). Hasil penelitian ini menunjukkan perubahan rerata nilai pada kelompok intervensi lebih tinggi sebelum dan sesudah perlakuan (Mean 1,61. P-value 0,000), dibandingkan kelompok kontrol (Mean 0,74. P-value 0,032). Rekomendasi, Peneliti mengharapkan lebih banyak penelitian breathing exercise balloon blowing pada pasien PPOK atau gangguan pernapasan dengan jangka waktu penelitian yang lebih lama. Simpulan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian Breathing Exercise Balloon Blowing terhadap peningkatan saturasi oksigen perifer.

Limited airflow into and out of the lungs, impaired ventilation of the respiratory tract and decreased ability of the work function of the respiratory muscles to cause peripheral oxygen saturation deficits in COPD patients. The problem of peripheral oxygen saturation deficit is very important to be solved, therefore various therapies are needed to increase the oxygen saturation value in COPD patients, including Breathing Exercise. This study uses Breathing Exercise with Balloon Blowing Technique to increase peripheral saturation in COPD patients. The sample in this study amounted to 46 respondents. This research method uses a quantitative approach with a Quasy Experimental design. The sampling technique was Consecutive Sampling as many as 46 COPD respondents were divided into two groups, namely Intervention (23 respondents were given Balloon Blowing) and Control (23 respondents were given deep breaths). The results of this study showed that the change in the mean value in the intervention group was higher before and after treatment (Mean 1.61. P-value 0.000), compared to the control group (Mean 0.74. P-value 0.032). Recommendation, Researchers expect more research on breathing exercise balloon blowing in patients with COPD or respiratory disorders with a longer study period. The conclusion in this study is that there is an effect of giving Breathing Exercise Balloon Blowing to increase peripheral oxygen saturation."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laurens Hendrika Oktaviani Ronadame
"Situasi pandemi COVID-19 yang semakin buruk menyebabkan Indonesia mengalami tekanan yang signifikan terhadap pelayanan kesehatan. Indonesia menghadapi tantangan salah satunya dengan menyediakan pasokan oksigen bagi pasien yang menderita COVID-19. Konsentrator oksigen adalah salah satu alat yang dapat digunakan dalam perawatan pasien penderita COVID-19. Konsentrator oksigen menyediakan oksigen dengan mengambil udara sekitar yang di dalamnya terdapat berbagai kandungan zat. Berbagai kandungan zat ini akan dipisahkan sehingga menghasilkan tingkat kemurnian oksigen lebih dari 95 persen. Proses pemisahan kandungan zat ini disebut Pressure Swing Adsorption (PSA). Pada penelitian ini, pemisahan oksigen dengan proses PSA menggunakan zeolit Li-LSX sebagai adsorben. Simulasi numerik PSA dilakukan dengan metode Partial Differential Equation (PDE). Luaran yang diharapkan mampu menunjukkan pengaruh antara parameter pada feed, waste, dan produk, serta bed terhadap hasil komposisi produk. Hasilnya didapatkan kemurnian oksigen 93 persen untuk validasi dengan percobaan yang pernah ada sebelumnya. Percobaan yang dilakukan pada variasi tinggi bed dan waktu cycle organizer juga mempengaruhi kemurnian oksigen yang optimal pada tinggi bed 150 cm dan waktu cycle organizer 70 detik pada langkah pertama dan ketiga

The worsening situation of the COVID-19 pandemic has caused Indonesia to experience significant pressure on health services. Indonesia faces challenges, one of which is providing oxygen supplies for patients suffering from COVID-19. Oxygen concentrator is one of the tools that can be used in the treatment of patients with COVID-19. Oxygen concentrator provides oxygen by taking in the surrounding air which contains various substances. The various contents of these substances will be separated to produce an oxygen purity level of more than 95 percent. The process of separating these substances is called Pressure Swing Adsorption (PSA). In this research, the separation of oxygen by the PSA process used zeolite Li-LSX as an adsorbent. Numerical simulation of PSA was carried out using the Partial Differential Equation (PDE) method. The expected output is able to show the influence of the parameters on feed, waste, and product, and bed on the results of product composition. The results obtained 93 percent oxygen purity for validation with previous experiments. Experiment carried out on variations in bed height and cycle organizer time also affected the optimal oxygen purity at 150 cm bed height and 70 seconds cycle organizer time in the first and third steps."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Untuk mengetahui adanya tingkai nyeri dadn pada klien IMA sebelum dan sesudah pemberian terapi oksigen dengan konsentasi rendah (nasal/Kanula), dilakukan penelitian desikriptif perbandingan terhadap 20 klien yang dilaksanakan di RS Pondok Indah dari 10 Oktober sampai dengan 6 Desember 2001.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada tingkat nyeri dada klien IMA sebelum dan se-sudah pemberian terapi oksigen dengan konsenterasi rendah (nasal/Kanula)."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5405
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>