Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189017 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakhrana Ariani Ayub
"Latar belakang: Pemasangan implan pada tulang dengan densitas rendah dapat meningkatkan resiko kegagalan perawatan. Desain geometri implan, karakteristik permukaan serta kualitas dan kuantitas tulang merupakan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas primer implan. Tujuan: Memperoleh desain prototipe implan gigi dengan modifikasi ulir dan permukaan serta mengevaluasi aspek biomekanik, kekasaran permukaan, dan stabilitas primer implan pada tulang densitas rendah tipe 3 dan 4. Metode: Penelitian ini melibatkan 48 implan yang dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan desainnya (Prototipe Implan = 12, Straumann BLT (SBLT), n = 12; Zimmer TSV (ZTSV), n = 12; dan Dentium Superline (DSL), n = 12). Implan dipasang dalam polyurethane bone block dengan densitas rendah (20 PCF dan 15 PCF). Pengujian beban statis dan dinamis berdasarkan standar ISO 14801:2016. Morfologi permukaan dievaluasi menggunakan SEM dan kekasaran permukaan (Ra) dievaluasi dengan 3D Optical Microscope. Stabilitas primer implan dievaluasi berdasarkan implant stability quotient (ISQ), insertion torque (IT), dan removal torque (RT). Hasil: Prototipe implan mampu menahan beban sebesar 290 N selama 5 juta siklus pembebanan. Modifikasi permukaan yang optimal dengan metode sandblast dan acid etching menghasilkan nilai Ra = 2,60mm. Desain prototipe implan dengan kombinasi ulir trapezoidal dan ulir V menunjukan nilai IT dan RT yang lebih tinggi dibanding kelompok implan lainnya, dengan rata-rata nilai IT sebesar 34.69±1.97 Ncm untuk tulang tipe 3 dan 25.47±1,37 Ncm untuk tulang tipe 4, serta rata-rata nilai RT sebesar 29.48±1.78 N cm untuk tulang tipe 3 dan 14.61±2.15 untuk tulang tipe 4. Rata-rata nilai ISQ untuk prototipe implan pada tulang tipe 3 sebesar 62.04±0.81 dan pada tulang tipe 4 sebesar 57.71±1.28. ISQ, IT, dan RT untuk setiap kelompok implan berbeda secara signifikan (p<0,05). Kesimpulan: Prototipe implan dengan kombinasi ulir trapezoidal dan ulir V terbukti memberikan stabilitas primer implan yang baik pada tulang dengan densitas rendah berdasarkan nilai IT dan RT jika dibandingkan dengan desain implan lainnya.

Background: Implant placement in low-density bone might increase the risk of treatment failure. The geometry of implant design, surface characteristics, bone quality, and quantity can affect primary stability. Objective: This study aimed to develop a new dental implant prototype with thread and surface modifications and to evaluate biomechanical aspects, surface roughness, and primary stability of implants in low-density bone types 3 and 4. Method: The study included 48 implants divided into four groups based on their design (Implant Prototype = 12, Straumann BLT, n=12; Zimmer TSV, n=12; and Dentium Superline, n=12). The implants were placed in polyurethane bone blocks with low bone density (20 PCF and 15 PCF). Static and dynamic load testing based on ISO 14801:2016 standard. Surface morphology was evaluated using SEM, and surface roughness (Ra) was measured using a 3D optical microscope. The primary stability of all implants was assessed using the implant stability quotient (ISQ), insertion torque (IT), and removal torque (RT). Results: The implant prototype endured a load of 290 N for 5 million loading cycles. Optimal surface modification by sandblast and acid etching method resulted in Ra = 2.60mm. The implant prototype design with a combination of trapezoidal and V threads showed higher IT and RT values than the other implant groups, with average IT values of 34,69±1.97 Ncm for bone type 3 and 25,47±1.37 Ncm for bone type 4, and average RT values of 29,48±1.78 N cm for bone type 3 and 14,61±2.15 for bone type 4. The average ISQ value for the implant prototype in bone type 3 was 62.04±0.81 and in bone type 4 was 57.71±1.28. The ISQ, IT, and RT of the implant groups were significantly different (p<0.05) across all measured outcomes. Conclusion: The new design implant prototype with a combination of trapezoidal and V threads demonstrated good primary implant stability in low-density bone based on IT and RT values compared to other implant designs."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Swasty Audrey Putri Aqilah
"Implan gigi merupakan perawatan medis bagi gigi tanggal yang diakibatkan oleh berbagai kelainan periodontitis, maupun karies, trauma, serta kelainan pada perkembangan dan genetik, dengan tingkat keberhasilan mencapai 95% ditandai oleh kemampuan implan gigi melakukan osseointegrasi. Osseointegrasi dipengaruhi oleh beberapa hal, termasuk kualitas dan kuantitas tulang, serta desain implan gigi. Kegagalan implan gigi dapat terjadi pada tulang dengan kualitas lebih rendah akibat kelelahan yang berlebihan, serta desain implan gigi yang tidak memadai. Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa fitur self-tapping memiliki tingkat keberhasilan yang sama dengan implan gigi tanpa fitur ­­self-tapping, namun dengan torsi insersi yang lebih sederhana, sehingga dapat mengurangi risiko kerusakan tulang dan meningkatkan stabilitas primer dengan meminimalisir jumlah drilling yang digunakan. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan simulasi finite element pada variasi desain cutting flute, berupa sudut kemiringan celah pemotong, panjang celah pemotong, dan jumlahnya, untuk menjalankan fungsi self-tapping. Simulasi ini dijalankan dengan memberikan pembebanan oklusal pada implan gigi yang dipasang pada tulang berdensitas rendah (tulang tipe III). Dari simulasi tersebut, dilakukan analisis distribusi tegangan dan strain yang terjadi pada implan gigi. Desain implan gigi dengan tiga buah celah pemotong dengan sudut kemiringan 5? di sepanjang badan implan yang berulir memiliki nilai tegangan Von Mises maksimum paling rendah, sebesar 92,127 MPa, bersesuaian dengan nilai strain maksimum paling rendah, yaitu 0,000555.

Dental implant is a medical treatment for missing tooth caused by various conditions such as periodontitis, cavities, trauma, as well as abnormalities in growth and genetics, with a success rate of up to 95%, characterized by the ability of dental implants to achieve osseointegration. Osseointegration is affected by several factors, including the quality and quantity of bone, as well as the design of dental implants geometry. Dental implants failure can occur in lower quality bone due to excessive fatigue and inadequate implant design for acquired conditions. Research indicates that self-tapping features have the same success rate as dental implants without self-tapping features, but offer simpler insertion torque, reducing the risk of bone damage and improving primary stability by minimizing the drilling procedures. This study was conducted by performing finite element simulations on various cutting flute design, including the angle of the cutting flute, length of the cutting flute, and the number of cutting flute, to provide a self-tapping function. The simulation was conducted by applying occlusal loading to dental implants placed in low-density bone (bone type III). From the simulation, an analysis of stress distribution and strain in dental implants. Among the developed dental implant designs, the one featuring three cutting flutes at a 5? angle along the threaded implant body exhibits the lowest maximum Von Mises stress value of 92,127 MPa, as well as the lowest maximum strain value of 0,000555."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anabel Erika Iskandar
"

Latar Belakang: Implan gigi sebagai alternatif perawatan kehilangan gigi dapat mengalami kegagalan akibat distribusi stress yang berlebihan. Desain implan berupa implant thread depth menjadi bagian penting dari struktur implan yang dapat mempengaruhi distribusi stress. Adapun arah pembebanan dan tulang dengan densitas rendah merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi distribusi stress. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran distribusi stress pada single implant dengan variasi ukuran thread depth dan arah pembebanan di tulang densitas rendah. Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif. Model 3D regio posterior tulang maksila  dan tiga implan dengan komponen implan berupa panjang 10 mm, diameter 4,1 mm, thread pitch 0,8 mm, thread shape berupa V-thread dan kedalaman thread depth yang terbagi menjadi 0,25 mm; 0,35mm; dan 0,45mm dibuat dengan modeling software dan disusun menjadi solid model. Dilakukan simulasi pemberian beban preload 200 N arah axial pada screw dan dilanjutkan dengan pemberian beban mastikasi sebesar 100 N arah axial dan oblique pada molar pertama. Dilakukan analisis dengan metode finite element untuk mengetahui distribusi stress berupa von Mises stress pada komponen implan dan tulang. Hasil : Nilai von Mises stress maksimum tertinggi pada pembebanan axial (abutment = 222,63 MPa, implant body = 179,68 MPa, dan screw = 154,97 MPa), pada pembebanan oblique (abutment = 1086,9 MPa, implant body = 852,46 MPa, dan screw = 628,56 MPa). Pada tulang alveolar, nilai von Mises stress maksimum dengan pembebanan axial pada masing-masing thread depth (0,25 mm = 29,421 MPa; 0,35 mm = 30,201 MPa; 0,45 mm = 31,091 MPa), dan dengan pembebanan oblique pada masing-masing thread depth (0,25 mm = 74,103 MPa; 0,35 mm = 75,102 MPa; 0,45 mm = 76,557 MPa). Kesimpulan : Hasil metode finite element menunjukkan bahwa pada pembebanan axial, abutment mengalami peningkatan stress seiring peningkatan thread depth. Pada pembebanan oblique seluruh komponen implan mengalami peningkatan stress seiring peningkatan thread depth. Nilai von Mises stress terbesar pada tulang ditemukan pada thread depth 0,45 mm dengan pembebanan oblique.

 


Background: Dental implants as an alternative treatment for tooth loss can fail due to excessive stress distribution. Implant design in the form of implant thread depth is an important part of the implant structure that can affect stress distribution. The direction of loading and low-density bone are other factors that can affect stress distribution. Objective: To determine the overview of stress distribution of a single implant with varying thread depth in low-density bone. Methods: This study was a descriptive observational study. A 3D model of the posterior region of the maxillary bone and three implants with implant components of 10 mm length, 4 mm diameter, 0.8 mm thread pitch, V-thread thread shape, and thread depth divided into 0.25 mm; 0.35mm; and 0.45mm were created with modeling software and compiled into a solid model.  Simulation of 200 N axial preload was applied to the screw and followed by 100 N axial and oblique mastication load on the first molar. Finite element method analysis was performed to determine the stress distribution in the form of von Mises stress on the implant and bone components. Results: The highest maximum von Mises stress values under axial loading (abutment = 222.63 MPa, implant body = 179.68 MPa, and screw = 154.97 MPa), under oblique loading (abutment = 1086.9 MPa, implant body = 852.46 MPa, and screw = 628.56 MPa). In alveolar bone, the maximum von Mises stress value with axial loading at each thread depth (0.25 mm = 29.421 MPa; 0.35 mm = 30.201 MPa; 0.45 mm = 31.091 MPa), and with oblique loading at each thread depth (0.25 mm = 74.103 MPa; 0.35 mm = 75.102 MPa; 0.45 mm = 76.557 MPa). Conclusion: The results of the finite element analysis showed that in axial loading, the abutment experienced increased stress as thread depth increased. In oblique loading, all implant components experienced increased stress as thread depth increased. The largest von Mises stress value in the bone was found at a thread depth of 0.45 mm with oblique loading.

 

 

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagaol, Eva Herawati
"Perkembangan pemakaian karet yang terus meningkat akan meningkatkan pula limbah. Hal ini yang akan menjadi salah satu persoalan yang serius karena jika limbah hasil produksi ini tidak terkelola dengan baik. Dalam konteks ini, dilakukan penelitian daur ulang limbah dengan cara degradasi mekanis. Limbah digunakan kembali dalam formulasi kompon karet sebagai bahan pengisi dengan variasi 0; 7,5; 15; 22,5; 30; 37,5 PHR. Hasil kompon karet tersebut akan diuji sifat mekanik, sifat gugus fungsi dan sifat struktur mikrosopik. Berdasarkan hasil uji mekanik diperoleh penurunan kekuatan tarik sebesar 5,56 – 22,97%, perpanjangan putus sebesar 1,95 – 35,88% dan ketahanan kikis sebesar 5,72 – 57,31% sedangkan nilai mekanik lainnya mengalami kenaikan, yaitu kekerasan sebesar 1,61 – 3,17%, berat jenis sebesar 0,14 – 0,95% dan kekuatan sobek sebesar 7,41 – 17,14%. Berdasarkan hasil FTIR, kompon karet baik tanpa maupun penambahan limbah terlihat bahwa tidak menunjukkan adanya gugus fungsi baru, tetapi jika diamati dapat diketahui bahwa ada perubahan intensitas dan pergeseran spektrum pada kompon karet yang ditambahkan limbah karet. Berdasarkan hasil uji SEM, semakin banyak penambahan limbah pada kompon karet maka semakin banyak rongga (pori-pori) udara dan permukaan akan lebih kasar. Dari hasil pengujian sifat mekanik limbah karet pada kompon karet, diperoleh nilai-nilai yang masuk persyaratan ASTM dari formula 1 sampai dengan formula 4 dengan penambahan limbah karet ke dalam kompon karet sebesar 0; 7,5; 15 dan 22,5 PHR.

The development of rubber usage that continues to increase will also increase waste. This will become one of the serious problems because if the waste is not managed properly. In this context, waste recycling research is carried out by vb mechanical degradation. Waste rubber is reused in the rubber compound formulation as filler with variation 0; 7.5; 15; 22.5; 30; 37.5 PHR. The results of the rubber compound will be tested for mechanical properties, functional groups and microscopic structure properties. Based on the results of mechanical tests obtained a decrease in tensile strength of 5.56 – 22.97%, elongation at break of 1.95 – 35.88% and abrasion resistance of 5.72 – 57.31% while other mechanical values have increased, namely hardness of 1.61 – 3.17%, specific gravity of 0.14 – 0.95% and tear strength of 7.41 – 17.14%. Based on the results of FTIR, both rubber compounds and waste addition does not show that there is no new functional group, but if it is observed it can be seen that there is a change in intensity and spectrum shifts in the rubber compound added with rubber waste. Based on SEM test results, the more waste added to the rubber compound, the more cavities (pores) of air and the surface will be more rough. From the results of testing the mechanical properties of rubber waste on rubber compound, obtained values that meet ASTM requirements from 1st until 4th formula with the addition of rubber waste by 0; 7.5; 15 and 22.5 PHR."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T55010
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranisha Calluella Rachmat
"Kehilangan gigi telah menjadi salah satu permasalahan yang umum untuk ditemukan di Indonesia, dengan angka sekitar 19% kasus gigi hilang akibat dicabut ataupun tanggal sendiri. Untuk mengatasi permasalahan kehilangan gigi, implan gigi merupakan alternatif yang banyak digunakan karena sudah terbukti dapat memberikan hasil yang baik secara jangka panjang. Keberhasilan pemasangan implan gigi dinilai berdasarkan tingkat stabilitasnya, yang terbagi kembali menjadi stabilitas primer dan stabilitas sekunder. Kedua jenis stabilitas tersebut saling berkaitan. Kekhawatiran akan pemasangan implan gigi banyak ditemukan pada kasus dimana pemasangan dilakukan pada pasien dengan tulang berkepadatan rendah. Tulang tempat terpasangnya implan gigi yang memiliki kualitas dan kepadatan yang kurang baik memiliki risiko kegagalan implan yang lebih tinggi. Untuk dapat meningkatkan tingkat stabilitas implan, banyak dilakukan proses modifikasi desain dan permukaan implan gigi, seperti penambahan fitur self-tapping dan peningkatan kekasaran permukaan badan implan. Fabrikasi dilakukan untuk menghasilkan purwarupa implan gigi dengan variasi sudut kemiringan dan panjang cutting flute, sebagai bagian dari fitur self-tapping. Purwarupa akan melalui proses surface treatment untuk mendapatkan tingkat kekasaran yang optimum untuk penggunaannya pada tulang berkepadatan rendah. Purwarupa akan diuji dengan uji torsi insersi dan uji pull-out test. Purwarupa 1 menunjukkan performa terbaik dengan nilai kekasaran permukaan sebesar 1,0636 μm, serta nilai insertion torque value dan pull-out load sebesar 22,4415 Ncm dan 317,068 N.

Tooth loss has become a common health issue in Indonesia, with approximately 19% of cases resulting from extraction or natural loss. Dental implant are widely used as an alternative due to their proven long-term effectiveness. The success of dental implant placement is evaluated based on its stability, which can be categorized as primary stability and secondary stability. Both types of stability are interrelated with one another. Concerns about dental implant placement are often encountered when dealing with patients with low bone density. Poor quality and low-density bone in the implant insertion site might result in a higher risk of implant failure. To improve implant stability, various modifications are made to the design and surface of the implant body, such as adding self-tapping features and increasing the surface roughness of the implant body. Fabrication is done to produce dental implant prototypes with variations in in angulation and length of the cutting flute, as a part of the self-tapping feature. These prototypes will undergo surface treatment to achieve an optimal level of surface roughness for use in low bone density. Each prototypes are then tested using insertion torque test and pull-out tests. Prototype 1 showed the best performance with a surface roughness value of 1,0636 μm, as well as an insertion torque value of 22,4415 Ncm and a pull-out load of 317,068 N."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elin Hertiana
"Densitas tulang adalah jumlah kandungan mineral per cm2 tulang, dibedakan menjadi 3 yaitu normal, osteopenia, dan osteoporosis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui risiko kegoyangan gigi melalui analisis densitas tulang. Diasumsikan bahwa densitas tulang rendah yang berhubungan dengan osteopenia/osteoporosis dapat berpengaruh secara langsung pada mikroarsitektur tulang alveolar, dan menyebabkan kegoyangan gigi. Subjek terdiri dari 22 pria dan 56 wanita berusia ≥ 50 tahun. Pengukuran densitas tulang mandibula dilakukan dengan radiograf panoramik dan periapikal DDIR (direct digital intraoral radiograph). Pengukuran densitas tulang skeletal dilakukan dengan QUS (Quantitative Ultrasound). Hasilnya menunjukkan adanya hubungan antara kebersihan mulut dan densitas tulang skeletal dengan kegoyangan gigi (p= 0,000, p=0,035, berturut-turut) serta diperoleh indeks perkiraan kegoyangan ≥50% dari seluruh gigi di mandibula.

Bone mineral density is the amount of bone mineral content in cm2. It can be classified into normal, osteopenia, and osteoporosis. This study was conducted to determine the risk assessment of tooth mobility through bone density analysis. Low bone density, which is associated with osteopenia / osteoporosis can affect directly the alveolar bone microarchitecture, and cause tooth mobility. The subjects consisting of 22 men and 56 women aged ≥ 50 years. Mandibular bone density measurements done by panoramic radiographs and periapical DDIR (direct digital intraoral radiograph). Bone mineral density measurement was performed with QUS (Quantitative Ultrasound). The result showed that there is a relationship between oral hygiene and bone mineral density with tooth mobility (p = 0.000, p = 0.035, respectively) and an index was formulated to estimate mobility of ≥ 50% out of teeth in mandible.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Diah Sastrawijaya
"Tujuan: Menganalisis faktor yang paling berpengaruh antara tinggi dan densitas
mandibula, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama tidak bergigi dan pengalaman
memakai gigi tiruan sebelumnya dengan kepuasan pasien terhadap hasil perawatan gigi
tiruan lengkap.
Metode: Penelitian potong lintang dilakukan pada 92 subjek (55 laki-laki dan 37
perempuan) berusia 45 tahun ke atas yang memakai gigi tiruan lengkap dan dibuat di
RSGM FKG Universitas Indonesia. Subjek dipilih melalui consecutive sampling
method dan diminta mengisi kuesioner PDA-ID 1 bulan pasca insersi gigi tiruan
lengkap. 92 radiograf panoramik dari subjek tersebut digunakan untuk mengukur
ketinggian tulang (di regio anterior serta posterior mandibula) dan densitas mandibula
menggunakan metode Xie dan MCI (Mandibular Cortical Index). Uji intraobserver dan
interobserver dilakukan untuk mengetahui konsistensi pengukuran tinggi dan densitas
tulang mandibula di antara 2 pengamat. Skor PDA-ID digunakan untuk mengukur
kepuasan subjektif pada subjek dengan perbedaan kelompok usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, lama tidak bergigi dan pengalaman memakai gigi tiruan
sebelumnya.
Hasil: Hasil uji intraobserver dan interobserver menunjukkan tidak terdapat variasi
pengukuran antar pengamat untuk tinggi mandibula (p>0,05) serta Kappa Value
densitas mandibula = 0,78 tergolong baik. Analisis bivariat menunjukkan hubungan
bermakna pada tinggi tulang mandibula (p=0,000), tingkat pendidikan (p=0,013) dan
pengalaman memakai gigi tiruan sebelumnya (p=0,000). Variabel yang dapat diolah
kedalam analisis multivariat (p<0,250) yaitu tinggi mandibula (p=0,000), densitas
mandibula (p=0,160), tingkat pendidikan (p=0,013), jenis kelamin (p=0,174), lama
tidak bergigi (p=0,202) dan pengalaman memakai gigi tiruan sebelumnya (p=0,000).
Analisis multivariat menunjukkan faktor yang paling berpengaruh pada kepuasan pasien
terhadap hasil perawatan gigi tiruan lengkap yaitu tinggi tulang mandibula di anterior
(p=0,000). Pengalaman memakai gigi tiruan sebelumnya merupakan faktor confounding
yang penting (selisih Odds Ratio = 30%).
Kesimpulan: Tinggi tulang mandibula di anterior merupakan faktor yang paling
berperan dalam kepuasan pasien terhadap hasil perawatan gigi tiruan lengkap.

Objective: To analyze the most important factor affecting patients satisfaction
towards complete denture treatment with vertical heights and bone density of mandible,
age, sex, education level, duration of edentulism, and denture experiences.
Method : A-cross sectional study assessed the data of 92 subjects (55 men, 37 women),
aged 45 years and older who wore complete denture constructed in Dental Teaching
Hospital Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia. All participants selected through
consecutive sampling methods were asked to complete the PDA-ID questionnaire at 1-
month post complete denture insertion. 92 Panoramic radiograph of the subjects were
used in this study to evaluate the vertical heights (at the anterior and posterior of
mandible) and bone density of mandible using Xie methods and MCI (Mandibular
Cortical Index). Intraobserver and interobserver reliability test for the height
measurement and bone density of mandible was assessed between two observer. PDAID score was compared between the patients with different age group, sex, education
level, duration of edentulism and previous denture experiences.
Result: Intraobserver and interobserver reliability test show there were no significant
difference in vertical height measurement of mandible (p>0,05) and bone density of
mandible (Kappa Value=0,78) between two observer. Statistically, there were
significant differences in patient satisfaction between different vertical heights of
mandible (p=0,000), education level (p=0,013) and previous denture experiences
(p=0,000). Predictive factors could be included in multivariate analysis (p<0,250) were
vertical heights of mandible (p=0,000), bone density of mandible (p=0,160), education
level (p=0,013), sex (p=0,174), duration of edentulism (p=0,202) and previous denture
experiences (p=0,000). Multivariate analysis shows patients satisfaction with complete
denture treatment was mostly affected by vertical heights of anterior mandible
(p=0,000). Meanwhile, the previous denture experiences was contributed as an
important confounding factor (Odd Ratio difference = 30%).
Conclusion:.Vertical height of the anterior mandible is a determinant factor affecting
patients satisfaction towards complete denture treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Toni Pribadi
"Perkembangan industri kendaraan bermoror sekarang ini mengalami peningkatan, sejalan dengan itu keburuhan komponen-komponennya akan mengalami peningkatan. Komponen dengan syarat-syarat mekanis yang baik dan biaya produksi yang rendah akan menjanh produk yang kompetitif salah satu yang memenuhi persyaratan tersebut adalah besi tuang nodular (BTN). Ruang lingkup penelitian yang dilakukan adalah menggunakan BTN ripe FCD 50. Untuk mendapatkan peningkatan sifat mekanis yang lebih baik BTN melakukan proses dimenisasi dengan temperarur 950 °C sekema 30 menit dan dilanjutkan dengan proses austemper 275 “C 325 “CZ 375 °C dan -125 “C selama 30 menit. Untuk menganalis hasil proses diakses dilakukan pengrqian lcelmalarz rarilq kekerasan dan pengamatan strukrur mikro. Perlalruan pan-as yang dilakukan pada penelilicm ini diharapkan menghasilkarz ADI 04us!emperea'Ducri1e Iron) yang memilild kombinasi si/'ar me/aanis yang baik, cmtara lain : kekuaran Iarilq Icekerasrm dan keulelmzrgza. Dari hasil penelitian dfperoleh peningkaran sgfat mekanis yaitu kekualan tarik dan kekerasan. Perubahan SVG( mekanis ini fedadi karena admgya perubahan mikrostrukrur karena rerbentuknya .siruktur bainit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41992
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Susilawati
"Dengan meningkatnya konstruksi dan pengembangan bangunan di dunia konstruksi, kita perlu mencari alternatif bahan dengan kualitas yang lebih baik. Harga bahan sangat dipengaruhi oleh peningkatan persyaratan dan keberadaannya di alam telah menurun. Banyak orang melakukan review untuk mencari bahan alternatif dengan kualitas baik dan harga lebih efisien. Buat komposisi yang ideal dan tambahkan bahan lain seperti serat yang dapat digunakan untuk mendapatkan kualitas bahan bangunan yang lebih baik. Dalam penelitian ini difokuskan pada batu bata dengan komposisi 15% semen, 55% pasir, 30% tanah liat, 12,5% air, 2,5 cm serat kelapa yang diperlakukan (luar penyimpanan) sebagai tanda banch dan dengan 2,5 cm serat kelapa yang tidak diolah (dalam ruangan) penyimpanan) sebagai bata pembanding. Persentase serat dari perangkat serat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0%, 2%, 4% dan 6% dari massa semen.
Hasil tes kompresi bata optimal setelah 28 hari disimpan, dengan persen serat kelapa: 4% untuk keduanya, tanda banch dan bata perbandingan. Dengan hasil tes untuk tanda banch adalah 3,78 MPa, nilai ini 23,93% lebih tinggi dari batu bata dengan serat 0% (3,305 MPa). Dan hasil uji perbandingan bata adalah 5,305 MPa, 37,7% lebih tinggi dari komposisi dengan 0% serat kelapa. Standar uji kompresi bata menurut ASTM C67-a adalah 10,4 MPa.
Dalam modulus uji pecah untuk tanda banch dari bata, nilai rata-rata hasil tertinggi adalah 0,459 MPa dalam komposisi dengan 6% serat kelapa dan 28 hari penyimpanan. Nilainya 13,31% lebih tinggi dari batu bata dengan serat 0% (0,423 MPa). Sementara nilai modulus pecah tertinggi untuk bata pembanding adalah 0,901 MPa pada batu bata dengan penambahan 2% serat kelapa dan 28 hari penyimpanan, nilai ini meningkat 53,05% dari batu bata dengan serat 0%. Nilai standar ruptur modulus menurut ASTM C67-a adalah 3,5 MPa.
Kelembaban dan suhu ruang penyimpanan batu bata memiliki pengaruh dalam kelembaban batu bata. Bata dengan kerendahan hati yang rendah memiliki lebih banyak pori di bagian dalam dan daripada memiliki kerapatan rendah. Dari hasil pengujian, serat kelapa dalam komposisi batu bata dapat meningkatkan kekuatan karakteristik batu bata.

With the increasing construction and development of buildings in the construction world, we need to find alternative materials with better quality. Material prices are greatly affected by increased requirements and its presence in nature has decreased. Many people do a review to find alternative materials with good quality and more efficient prices. Create an ideal composition and add other materials such as fiber that can be used to get better quality building materials. In this study focused on bricks with a composition of 15% cement, 55% sand, 30% clay, 12.5% ​​water, 2.5 cm coconut fiber which is treated (outside storage) as a sign of banch and with 2.5 cm fiber Unprocessed coconut (indoor) storage) as a comparison brick. The percentage of fiber from the fiber device used in this study is 0%, 2%, 4% and 6% of the mass of cement.
Optimal brick compression results are stored after 28 days, with percent coconut fiber: 4% for both, banch marks and brick comparison. With the test result for the banch mark being 3.78 MPa, this value is 23.93% higher than bricks with 0% fiber (3.305 MPa). And the brick comparison test results are 5,305 MPa, 37.7% higher than the composition with 0% coconut fiber. The brick compression test standard according to ASTM C67-a is 10.4 MPa.
In the broken test modulus for banch marks from bricks, the highest average yield was 0.459 MPa in composition with 6% coconut fiber and 28 days of storage. The value is 13.31% higher than bricks with 0% fiber (0.423 MPa). While the highest breaking modulus value for comparison bricks is 0.901 MPa in bricks with the addition of 2% coconut fiber and 28 days of storage, this value increases 53.05% from bricks with 0% fiber. The standard value of the modulus rupture according to ASTM C67-a is 3.5 MPa.
The humidity and temperature of the brick storage room has an influence on the brick humidity. Bricks with low humility have more pores on the inside and than have low density. From the test results, coconut fiber in brick composition can increase the strength of brick characteristics.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2013
S70468
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shandy Puar Indo
"Benda Rumah Transmisi pada penelitian sebelumnya tidak memenuhi standar FC 300 JIS G 5501. Sehingga penelitian kali ini bertujuan untuk meningkatkan nilai yield casting dan memperbaiki kekuatan mekanis dari benda Rumah Transmisi agar dapat memenuhi standar.
Proses desain ulang diambil dari desain penelitian sebelumnya. Kemudian dilakukan simulasi pengecoran menggunakan z-cast. Setelah hasil simulasi didapat, proses pengecoran pun bisa dilakukan. Untuk memperbaiki kekuatan mekanis (kekuatan tarik dan kekerasan) yaitu, menurunkan unsur Silikon (Si) serta menaikan unsur Mangan (Mn) dari target komposisi material FC 300 sebelumnya.
Hasil penelitian desain ke-4 memiliki hasil terbaik, karena memiliki yield casting tinggi dan cacat shrinkage yang rendah saat simulasi pengecoran. Penambah yang digunakan Ø50 mm. Yield casting yang didapat setelah proses pengecoran yaitu 68.29% meningkat 9.29% dari yield casting sebelumnya. Penambahan unsur Mangan (Mn) 0.6%-1.0% dan menurunkan Silikon menjadi 1.8%-2.0% terlihat efektif meningkatkan kekuatan mekanis menjadi 271 N/mm2 untuk uji tarik dan uji kekerasan 286.5HB. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42788
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>