Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25581 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bella Cristin
"Perubahan standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dari tahun 2018 ke 2024 membawa dampak signifikan terhadap proses produksi di industri farmasi, termasuk di PT. Medifarma Laboratories. Salah satu perubahan utama adalah ketentuan mengenai sertifikasi dan pelulusan produk jadi yang diatur dalam Bab 5 CPOB 2024. Untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi baru ini, dilakukan evaluasi melalui GAP Assessment yang membandingkan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku dengan ketentuan terbaru CPOB. Hasil evaluasi menunjukkan adanya ketidaksesuaian yang memerlukan revisi SOP dan penyusunan dokumen sertifikasi pelulusan produk jadi dalam bentuk Certificate of Compliance. Draft sertifikasi dan revisi SOP yang telah disusun akan diterapkan setelah mendapat persetujuan dari manajemen Pemastian Mutu. Implementasi perubahan ini bertujuan untuk memastikan mutu produk farmasi tetap terjaga dan sesuai dengan regulasi yang berlaku.

Good Manufacturing Practices (CPOB) are essential standards for the pharmaceutical industry to ensure the safety, quality, and efficacy of manufactured drugs. Compliance with these standards is mandatory for all pharmaceutical companies involved in drug and/or active pharmaceutical ingredient production. In 2024, Indonesia's National Agency of Drug and Food Control (BPOM) introduced a revised CPOB standard, including new regulations on batch certification and product release. This report discusses the adaptation of PT. Medifarma Laboratories' internal procedures to align with the updated CPOB 2024 requirements. The project involves conducting a GAP assessment to identify discrepancies between the current Standard Operating Procedures (SOPs) and the revised CPOB guidelines, drafting a certification document for final product release, and updating the relevant SOPs. The study highlights the importance of ensuring regulatory compliance in pharmaceutical manufacturing and emphasizes the role of Quality Assurance (QA) in maintaining product integrity. The implementation of these revised procedures will enhance the company's adherence to regulatory requirements and ensure the continued production of high-quality pharmaceutical products."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alfrina Irene
"Untuk menghasilkan produk obat yang aman, berkhasiat, dan bermutu, suatu industri farmasi di Indonesia harus mengikuti persyaratan dan regulasi yang ditegakkan oleh pemerintah Indonesia. Persyaratan ini diatur dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik atau disingkat CPOB. Salah satu standar yang perlu perhatian khusus adalah pembuatan produk steril yang dijelaskan pada aneks 1 CPOB. PT Kalbe Farma Tbk merupakan perusahaan industri di bidang farmasi yang beroperasi di Indonesia dan juga memproduksi sediaan steril sehingga pedoman CPOB terutama aneks 1 harus diimplementasikan. Laporan ini dibuat agar calon apoteker mengerti tentang pembuatan produk steril yang baik yang diatur dalam CPOB dan dapat mengimplementasikannya. Metode yang digunakan dalam laporan ini adalah dengan studi literatur melalui pedoman CPOB, materi Kua Lima Plus bab 1 mengenai produk steril dari Kalbe Learning Center, dan Standar Operasional Prosedur milik PT Kalbe Farma Tbk, serta peraturan perundang-undangan. Kesimpulan laporan ini adalah bahwa pedoman CPOB aneks 1 mengenai pembuatan produk steril mencakup persyaratan area pembuatan produk steril, penanganan produk steril, teknologi isolator, teknologi peniupan/pengisian/penyegelan, personil, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi, air, pengolahan, sterilisasi, filtrasi obat yang tidak dapat disterilkan dalam wadah akhirnya, indikator biologis dan kimiawi, penyelesaian produk steril, dan pengawasan mutu yang masing-masing memiliki persyaratan khusus dan spesifik dan tidak dapat dikesampingkan.

To produce safe, efficacious and quality medicinal products, the pharmaceutical industry in Indonesia must follow the requirements and regulations enforced by the Indonesian government. These requirements are regulated in Cara Pembuatan Obat yang Baik or abbreviated as CPOB. A standard that requires special attention is the manufacture of sterile products which is described in annex 1 of the CPOB. PT Kalbe Farma Tbk is an industrial company in the pharmaceutical sector that operates in Indonesia and also produces sterile preparations so that the CPOB guidelines, especially annex 1, must be implemented. This report was created so that prospective pharmacists understand about producing good sterile products as regulated in CPOB and can implement them. The method used in this report is literature study through CPOB guidelines, Kua Lima Plus chapter 1 regarding sterile products from Kalbe Learning Center, and PT Kalbe Farma Tbk's Standard Operating Procedures, as well as statutory regulations. The conclusion of this report is that the CPOB annex 1 guidelines regarding Universitas Indonesia the manufacture of sterile products include requirements for the area for making sterile products, handling of sterile products, isolator technology, blowing/filling/sealing technology, personnel, buildings and facilities, equipment, sanitation, water, processing, sterilization, filtration of non-sterilizable drugs in their final containers, biological and chemical indicators, sterile product finishing, and respective quality control which each has specific requirements and cannot be waived."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hadra Khalisya
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualifikasi kinerja oven sterilisasi di PT. Kalventis Sinergi Farma tahun 2024. Proses kualifikasi kinerja penting dilakukan untuk memastikan bahwa oven sterilisasi dapat berfungsi secara optimal dalam memastikan keamanan dan kualitas produk farmasi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan observasi langsung pada pelaksanaan kualifikasi kinerja yang meliputi pemeriksaan SOP, status kalibrasi, realisasi pemeliharaan, studi distribusi panas, studi penetrasi panas, serta pengujian indikator biologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualifikasi kinerja oven sterilisasi telah sesuai dengan protokol yang ditetapkan. Pemeriksaan SOP, status kalibrasi, dan pemeliharaan rutin sudah sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Studi distribusi panas dan penetrasi panas, baik menggunakan beban kosong maupun beban uji, menunjukkan distribusi suhu yang merata di seluruh bagian oven. Pengujian indikator biologis dengan Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualifikasi kinerja oven sterilisasi di PT. Kalventis Sinergi Farma tahun 2024. Proses kualifikasi kinerja penting dilakukan untuk memastikan bahwa oven sterilisasi dapat berfungsi secara optimal dalam memastikan keamanan dan kualitas produk farmasi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan observasi langsung pada pelaksanaan kualifikasi kinerja yang meliputi pemeriksaan SOP, status kalibrasi, realisasi pemeliharaan, studi distribusi panas, studi penetrasi panas, serta pengujian indikator biologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualifikasi kinerja oven sterilisasi telah sesuai dengan protokol yang ditetapkan. Pemeriksaan SOP, status kalibrasi, dan pemeliharaan rutin sudah sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Studi distribusi panas dan penetrasi panas, baik menggunakan beban kosong maupun beban uji, menunjukkan distribusi suhu yang merata di seluruh bagian oven. Pengujian indikator biologis dengan Bacillus atrophaeus pada beberapa titik lokasi juga menunjukkan hasil yang baik dengan tidak adanya pertumbuhan mikroorganisme setelah proses sterilisasi. Berdasarkan hasil tersebut, oven sterilisasi di PT. Kalventis Sinergi Farma dinyatakan masih memenuhi persyaratan kualifikasi kinerja. Direkomendasikan untuk dilakukan pemantauan dan pemeliharaan oven sterilisasi secara berkala untuk menjaga status kualifikasi dan mencegah terjadinya penurunan kinerja alat. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas sistem sterilisasi di industri farmasi.

This study aims to evaluate the performance qualification of a sterilization oven at PT. Kalventis Sinergi Farma in 2024. Performance qualification is crucial to ensure that the sterilization oven functions optimally in maintaining the safety and quality of pharmaceutical products. This study used a descriptive method with direct observation of the performance qualification activities, including SOP examination, calibration status, maintenance realization, heat distribution study, heat penetration study, and biological indicator testing. The results showed that the performance qualification of the sterilization oven was in accordance with the established protocol. The SOP examination, calibration status, and routine maintenance met the applicable requirements. The heat distribution and penetration studies, both with empty and loaded conditions, demonstrated uniform temperature distribution throughout the oven. Biological indicator testing using Bacillus atrophaeus at several locations also yielded good results, with no microbial growth observed after the sterilization process. Based on these results, the sterilization oven at PT. Kalventis Sinergi Farma is declared to have met the performance qualification requirements. This study recommends regular monitoring and maintenance of the sterilization oven to maintain its qualification status and prevent a decline in equipment performance. The findings of this study can serve as a reference for improving and enhancing the quality of sterilization systems in the pharmaceutical industry."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Felia Budijarto
"Kualifikasi kinerja adalah pembuktian secara tertulis bahwa peralatan dapat secara konsisten memberikan kinerja yang baik atau berfungsi sebagai mana semestinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kualifikasi kinerja dilakukan terhadap Freezer PF-20 (FCR02) di PT. Enseval Putera Megatrading Tbk., Cikarang, yang digunakan untuk pembentukan ice gel dalam proses penyimpanan produk rantai dingin. Kualifikasi dilakukan untuk memastikan freezer mampu menjaga distribusi suhu sesuai dengan standar yang dipersyaratkan, yaitu antara -15°C hingga -25°C, yang penting dalam menjaga mutu ice gel. Pengujian dilakukan selama tiga hari dengan menggunakan 12 titik pemantauan suhu menggunakan thermometer data logger Testo tipe 174-T. Hasil pengujian menunjukkan bahwa suhu freezer bervariasi antara -0,9°C hingga -35°C, dengan rata-rata -17,2°C. Distribusi suhu yang tidak merata di freezer disebabkan oleh posisi blower yang lebih banyak mengarahkan aliran udara dingin ke bagian bawah, mengakibatkan suhu di bagian atas freezer lebih tinggi. Namun, hasil kualifikasi menunjukkan bahwa freezer tetap berfungsi dengan baik untuk pembentukan ice gel, meskipun terjadi penyimpangan suhu. Semua ice gel yang diuji menunjukkan kematangan sempurna setelah proses pembekuan. Meskipun distribusi suhu dalam Freezer PF-20 tidak sepenuhnya sesuai dengan standar yang ditetapkan, freezer tetap dapat digunakan secara efektif untuk menghasilkan ice gel yang memenuhi syarat untuk penyimpanan dan pengiriman produk rantai dingin.

Performance qualification is a written verification that equipment can consistently deliver good performance or function as expected according to applicable standards. The performance qualification was conducted on Freezer PF-20 (FCR02) at PT. Enseval Putera Megatrading Tbk., Cikarang, which is used for ice gel formation in the cold chain product storage process. The qualification was performed to ensure that the freezer can maintain temperature distribution according to the required standard, ranging between -15°C and -25°C, which is crucial for preserving the quality of the ice gel. The testing was conducted over three days using 12 temperature monitoring points with Testo 174-T thermometer data loggers. The results showed that the freezer's temperature ranged from -0.9°C to -35°C, with an average of -17.2°C. The uneven temperature distribution in the freezer was caused by the blower's position, which directed more cold air towards the bottom, resulting in higher temperatures at the top of the freezer. However, the qualification results indicated that the freezer still performed well for ice gel formation, despite the temperature deviations. All tested ice gels showed perfect maturity after the freezing process. Although the temperature distribution within Freezer PF-20 did not fully meet the specified standards, the freezer can still be effectively used to produce ice gel that meets the requirements for cold chain product storage and delivery.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dimitra Fathia Andini
"Persaingan dalam industri farmasi pada era globalisasi ini semakin ketat sehingga setiap produsen berlomba - lomba untuk memberikan kualitas produk yang terbaik, begitu pula dengan Thrombophob Gel, sebagai obat yang dipercaya dapat mengurangi memar karena cedera. Hingga saat ini Thrombophob Gel memiliki banyak pesaing sehingga harus meningkatkan kualitas produknya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana kualiats produk Thrombophob Gel. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang yang pernah menggunakan Thrombophob Gel dalam kurun waktu enam bulan terakhir dan berdomisili di Jakarta Selatan dengan menggunakan metode non-probability sampling serta teknik purposive. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan nilai mean. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas produk Thrombophob Gel baik. Hasil analisis menunjukkan nilai mean setiap dimensi kualitas produk Thrombophob Gel masuk ke dalam kategori tinggi.

Globalization has created a competitive market throughtout the world, including in the pharmacy industry. Producers competitively try to give the best quality out of their product, such as Thrombophob Gel as a leading product used to reduce bruises of injury thus needs to increases and maintain it's quality to top their competitors. The objective of this research is to analyze product quality of Thrombophob Gel. This research applied quantitative approach. The sample of this research is 50 person who use Thrombophob Gel within last six month and domiciled in South Jakarta, collected using non-probability sampling and purposive technique. This research used questionnaire as research instrument and analyzed with mean value. The result of this research indicate that product quality of Thrombophob Gel is good. The analysis result indicated that mean value of each dimension is categorized as high.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Lestari
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk melakukankegiatan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat atau bahan obat dalam jumlah besar sedangkan PBF cabang adalah cabang PBF yang telah memiliki pengakuan untuk melakukan pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat ataubahan obat. PBF dan setiap cabangnya memiliki kewajiban untuk mengadakan, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi yang memenuhi persyaratan mutu. PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) adalah salah satu PedagangBesar Farmasi yang bergerak di bidang layanan distribusi dan perdagangan produk kesehatan.

Pharmaceutical Wholesaler is a company in the form of a legal entity that has a license to carry out procurement, storage and distribution activities of medicine or medicinal substances in large quantities, while PBF branches are PBF branches that have the recognition to carry out procurement, storage and distribution of medicines or medicinal substances. Pharmaceutical Wholesaler and each of its branches have an obligation to organize, store and distribute pharmaceutical supplies that meet quality requirements. PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) is one of the Pharmaceutical Wholesaler engaged in the distribution and trading services of health products."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Shafira Apriyani
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) memiliki peran yang sangat penting dalam menangani, menyimpan, dan mendistribusikan suatu obat, terutama pada pendistribusian produk rantai dingin atau cold chain product (CCP). Salah satu contoh dari produk CCP adalah vaksin. Rantai dingin (cold chain) merupakan sistem yang digunakan untuk menyimpan vaksin dalam kondisi baik dimulai dari pabrik pembuat vaksin sampai pada unit pelayanan vaksin. Peralatan rantai dingin berfungsi untuk menjaga kualitas vaksin tetap baik sejak diterima sampai dengan sasaran. Tugas khusus ini akan melakukan pengamatan mempertahankan integritas rantai dingin untuk memastikan bahwa produk diangkut dan disimpan sesuai dengan kisaran suhu yang disarankan yaitu 2 – 8? hingga ke sasaran. Validasi pengiriman telah dilakukan dengan menggunakan ice water pack 5 (lima) buah, untuk periode waktu pengiriman 5 jam. Waktu pengiriman ditentukan dalam 5 jam adalah sebagai asumsi jarak terjauh yang ditempuh oleh pihak distributor dalam wilayah Kimia Farma Trading and Distribution Jakarta 3. Dalam proses validasi pengiriman ini dilakukan untuk pengiriman Cold Chain Produk dengan aturan suhu penyimpanan 2 – 8 0C. Pemantauan suhu menggunakan Thermometer data logger yang terkalibrasi dan diletakkan diatas cool box. Berdasarkan hasil pengamatan, validasi pengiriman CCP sesuai dengan suhu yang disyaratkan, yaitu dalam rentang 2 – 8 ?. Berdasarkan data yang didapatkan 5 jam ditemukan suhu paling tinggi atau kenaikan suhu paling tinggi dalam rentang 5 jam waktu validasi, terjadi pada pukul 15.04.09 WIB. Untuk hasil pengamatan suhu hari pertama diperoleh rata-rata suhu penyimpanan yaitu 4,7 0C. Untuk hasil pengamatan suhu hari kedua diperoleh rata-rata suhu penyimpanan yaitu 4,63 ?. Untuk hasil pengamatan suhu hari ketiga diperoleh rata-rata suhu penyimpanan yaitu 4,74 ?. Suhu rata-rata mengalami kenaikan seiring berjalannya waktu.

Pharmaceutical Distributors (PBF) are significant in handling, storing, and distributing a drug, especially in distributing cold chain products or cold chain products (CCP). One example of a CCP product is a vaccine. Cold chain (cold chain) is a system used to store vaccines in good condition, starting from the vaccine manufacturing factory to the vaccine service unit. Cold chain equipment functions to maintain good vaccine quality from the time it is received to the target. This assignment will observe maintaining the integrity of the cold chain to ensure that the product is transported and stored within the recommended temperature range of 2 – 8? to the destination. Delivery validation has been carried out using 5 (five) pieces of ice water packs for a delivery period of 5 hours. The delivery time is determined within 5 hours as the assumption of the furthest distance traveled by the distributor within the Kimia Farma Trading and Distribution Jakarta 3 area. In the delivery validation process, Cold Chain Product shipments are carried out with a storage temperature of 2 – 8 0C. Monitoring temperature using a calibrated thermometer data logger placed on top of the cool box. Based on the observation results, the validation of CCP delivery is in accordance with the required temperature, which is in the range of 2 – 8 ?. Based on the data obtained for 5 hours, it was found that the highest temperature or the highest temperature increase in the 5-hour validation period occurred at 15.04.09 WIB. For the first day, temperature observations obtained an average storage temperature of 4.7 0C. For the results of temperature observations on the second day, the average storage temperature was 4.63 ?. For the results of temperature observations on the third day, the average storage temperature was 4.74 ?. The average temperature increases over time."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila
"Pengadaan sediaan farmasi merupakan proses penyediaan sediaan farmasi yang dibutuhkan suatu perusahaan yang diperoleh dari pemasok eksternal melalui pembelian dari distributor atau pedagang besar farmasi. Distibusi produk farmasi dapat dilakukan oleh PBF, yang merupakan perusahaan berbadan hukum yang memiliki izin pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar. PT. SamMarie Tramedifa saat ini merupakan pengadaan obat dengan pembelian langsung melalui PBF lain yang ditunjuk sebagai distributor utama oleh industri farmasi. PT. SamMarie Tramedifa melakukan kegiatan distribusi dan penyaluran obat dan alat kesehatan hanya untuk memenuhi kebutuhan obat dari outlet internal SamMarie Healthcare Group (SMHG). Kegiatan operasional yaang dilakukan oleh PBF terdiri dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, penanganan produk kembalian, dan penyaluran sediaan farmasi. Selama pengadaan, tidak dapat dipungkiri telah terjadi beberapa kendala, salah satunya masih terdapat kekosongan saat pemesanan dari outlet, yang mengakibatkan pesanan tidak terpenuhi, dan masih ada beberapa barang yang jumlahnya kurang dari stok minimum atau reorder point (ROP) yang ditetapkan. Metode penelitian dilakukan dengan observasi alur pengadaan di gudang PT. SamMarie Tramedifa. Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 11 hingga 17 Maret 2023 secara real time dengan metode wawancara kepada supervisor MDC mengenai alasan kekurangan stok dari reorder point (ROP). Alasan ketidaksesuaian stok akhir dengan ROP didominasi oleh “sudah dipesan” dan “belum ada permintaan”. Tidak semua pemesanan barang di PT. SamMarie Tramedifa hanya berdasarkan ROP. Beberapa pemesanan barang akan menjadikan ROP sebagai sebuah notifikasi saja, sedangkan pada beberapa barang lain ROP dijadikan sebagai acuan untuk waktu pemesanan barang, dan seluruhnya tertera di panduan pengadaan PT. SamMarie Tramedifa.

Procurement of pharmaceutical preparations is the process of providing pharmaceutical preparations needed by a company obtained from external suppliers through purchases from pharmaceutical distributors or wholesalers. Distribution of pharmaceutical products can be carried out by PBF, which is a company with legal status that has a license to procure, store and distribute pharmaceutical supplies in large quantities. PT. SamMarie Tramedifa is currently procuring drugs by purchasing directly through another PBF appointed as the main distributor by the pharmaceutical industry. PT. SamMarie Tramedifa carries out distribution and distribution of drugs and medical devices only to meet the needs of drugs from SamMarie Healthcare Group (SMHG) internal outlets. The operational activities carried out by PBF consist of planning, procurement, receiving, storage, handling of returned products, and distribution of pharmaceutical preparations. During the procurement process, it is undeniable that several problems have occurred, one of which is that there is still a vacancy when ordering from outlets, which results in orders not being fulfilled, and there are still several items that are less than the minimum stock or reorder point (ROP) set. The research method was carried out by observing the flow of procurement in the warehouse of PT. SamMarie Tramedifa. Data collection was carried out from 11 to 17 March 2023 in real time by interviewing MDC supervisors regarding the reasons for stock shortages from reorder points (ROP). The reasons for the discrepancy between the final stock and the ROP were dominated by "already ordered" and "no request yet". Not all orders for goods at PT. SamMarie Tramedifa is based on ROP only. Some goods orders will only make the ROP a notification, while for some other goods the ROP will be used as a reference for the time to order goods, and all of them are listed in the procurement guide for PT. SamMarie Tramedifa."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Lioner
"Sistem distribusi rantai dingin yang efektif sangat penting untuk memastikan keamanan dan efikasi obat selama proses pengiriman hingga sampai ke konsumen. Validasi suhu pengiriman berperan penting dalam memastikan bahwa proses pengangkutan dan penyimpanan produk mampu menjaga suhu dalam batas yang ditentukan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konfigurasi ice pack yang diperlukan agar suhu dalam kemasan tetap terjaga dalam rentang 2-8℃ selama waktu tertentu. Validasi ini dilakukan dengan melakukan pemantauan suhu menggunakan ice pack selama 8 jam dalam styrofoam box. Hasil grafik validasi konfigurasi 6 menunjukkan bahwa kotak styrofoam mampu mempertahankan suhu dalam rentang 2-8℃ selama lebih dari 7 jam, dengan rentang suhu antara 1,4 dan 7,0℃. Namun, hasil grafik validasi konfigurasi 7 menunjukkan bahwa suhu berada di luar rentang 2-8℃ selama 8 jam pengukuran. Suhu tertinggi yang tercapai pada konfigurasi 7 adalah 0,7℃ dengan rerata suhu -0,3℃. Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa konfigurasi menggunakan 6 ice pack efektif dalam menjaga suhu dalam rentang 2-8℃. Sementara itu, konfigurasi menggunakan 7 ice pack tidak dapat digunakan untuk distribusi karena tidak mampu mencapai suhu di atas 2℃ selama 8 jam pengukuran.

Effective cold chain distribution systems are crucial for ensuring the safety and efficacy of drugs during the delivery process until they reach consumers. Temperature validation during transportation plays a vital role in ensuring that the transportation and storage processes can maintain the temperature within the specified limits. This study aims to determine the necessary ice pack configuration to maintain the temperature within the range of 2-8℃ inside the packaging for a specific duration. The validation was conducted by monitoring the temperature using ice packs for 8 hours inside styrofoam boxes. The validation graph results for configuration 6 show that the styrofoam box can maintain the temperature within the 2-8℃ range for over 7 hours, with a temperature range between 1.4 and 7.0℃. However, the validation graph for configuration 7 indicates that the temperature falls outside the 2-8℃ range during the 8-hour measurement period. The highest temperature reached in configuration 7 is 0.7℃ with an average temperature of -0.3℃. Based on the data analysis, it can be concluded that the configuration using 6 ice packs is effective in maintaining the temperature within the 2-8℃ range. On the other hand, the configuration using 7 ice packs cannot be used for distribution as it fails to reach temperatures above 2℃ during the 8-hour measurement period."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurjihan Fahira
"Produk farmasi yang telah diproduksi di industri farmasi tidak akan sampai ke tangan konsumen apabila tidak disalurkan oleh Pedagang Besar Farmasi (PBF). Produk narkotika dan psikotropika merupakan produk farmasi yang ditujukan untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang berhubungan dengan sistem saraf pusat. Penyalahgunaan produk narkotika dan psikotropika dapat membahayakan pengguna dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) secara khusus mengatur pengelolaan dan pendistribusian produk narkotika dan psikotropika di PBF. PBF yang diizinkan menyalurkan produk narkotika di Indonesia hanya PT. Kimia Farma Trading and Distribution (KFTD), adapun PBF yang diizinkan untuk menyalurkan produk psikotropika adalah PBF yang memenuhi persyaratan perizinan untuk menyalurkan produk psikotropika. Tugas ini disusun untuk menilai implementasi CDOB di KFTD Kantor Cabang (KC) Jakarta 1 khususnya dalam pengelolaan dan pendistribusian obat-obatan narkotika dan psikotropika. Pengambilan data dilakukan dengan cara mengamati dan terlibat langsung dalam seluruh proses pengelolaan, melakukan wawancara petugas logistik, dan berdiskusi bersama pembimbing lapangan. Hasil penelitian menunjukkan pengelolaan dan pendistribusian produk narkotika dan psikotropika KFTD Kantor Cabang Jakarta 1 telah sesuai dengan CDOB. KFTD KC Jakarta 1 diharapkan dapat mempertahankan pengimplementasian CDOB yang sudah baik tersebut untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan konsumen

Pharmaceutical products manufactured at the pharmaceutical industries will not meet the consumers if they are not distributed by Pedagang Besar Farmasi (PBF). Narcotic and psychotropic drugs are pharmaceutical products that are supposed to treat pathological conditions related to the central nervous system. Using narcotic and psychotropic products inappropriately will harm the person using it and the surrounding. Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) particularly regulates the management and distribution of narcotic and psychotropic products properly. PBF that is allowed to distribute narcotic products is only PT. Kimia Farma Trading and Distribution (KFTD). PBF that is allowed to distribute psychotropic drugs are PBF who meet the requirements to distribute psychotropic drugs. This report is conducted to evaluate the implementation of CDOB at KFTD Kantor Cabang (KC) Jakarta 1 in managing and distributing narcotic and psychotropic products. The data was taken by observing the whole process of managing and distributing the narcotic and psychotropic products, interviewing the logistic staffs, and discussing it with the supervisor. Result shows that KFTD KC Jakarta 1 have been managing and distributing narcotic and psychotropic products properly according to CDOB. KFTD KC Jakarta 1 should maintain this implementation to gain more customers' trust ."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>