Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185948 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bonanza Haggai Rosairo
"Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi di berbagai sektor, termasuk pada Sistem Pembayaran, menjadikan pentingnya upaya terhadap pemenuhan keamanan siber. Pelaku industri pembayaran berbasis kartu, seperti merchants, pemroses, acquirers, penerbit, dan penyedia layanan pembayaran, perlu waspada dengan serangan siber yang selalu berkembang tiap saat dan dapat menjadi Insiden Siber. Terdapat peraturan perundang-undangan dan standar industri yang perlu diterapkan untuk mengantisipasi dan menanggulangi Insiden Siber. Indonesia telah memiliki aturan yang mengatur mekanisme operasional Penyelenggara Sistem Elektronik dalam menanggulangi Insiden Siber. Di lain sisi, asosiasi yang menaungi pelaku industri pembayaran berbasis kartu, yaitu PCI, juga telah memberikan panduan kepada anggotanya terkait penanggulangan insiden siber dengan mengeluarkan PCI DSS. Menarik untuk diteliti perbedaan mekanisme operasional dalam menanggulangi Insiden Siber yang diatur oleh pemerintah dengan yang dibuat oleh asosiasi swasta. Sebelum itu, perlu diteliti dulu apakah Sistem Elektronik yang digunakan dapat termasuk sebagai IIV di Indonesia. Lalu, bagaimana keberlakuan dari standar PCI DSS terhadap pelaku industri pembayaran berbasis kartu di Indonesia. Kemudian yang terakhir, bagaimana kesesuaian dari PCI DSS dengan hukum positif di Indonesia tentang penanggulangan insiden siber untuk mengetahui apakah ada tumpang tindih antara keduanya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sistem Elektronik dalam industri pembayaran berbasis kartu, terutama yang berskala besar, memiliki potensi tinggi untuk dikategorikan sebagai IIV mengingat perannya yang krusial dalam transaksi dan ekonomi nasional. PCI DSS yang secara luas diadopsi sebagai praktik terbaik industri adalah relevan dan sejalan dengan regulasi keamanan siber di Indonesia, meskipun tidak bersifat wajib secara hukum, PCI DSS memberikan pedoman yang komprehensif bagi organisasi dalam melindungi data pemegang kartu. Namun, terdapat perbedaan dalam tingkat detail antara PCI DSS dan hukum positif di Indonesia. Oleh karena itu, untuk memastikan keamanan data yang optimal dan kepatuhan terhadap regulasi, entitas yang memproses data pemegang kartu perlu memenuhi baik persyaratan PCI DSS maupun hukum yang berlaku.

The development of information and communication technology in various sectors, including the Payment System, makes it important to fulfill cybersecurity efforts. Payment card industry, such as merchants, processors, acquirers, issuers, and service providers, need to be aware of cyber-attacks that are always developing at any time and can become Cyber Incidents. Indonesia already has rules governing the operational mechanisms of Operators in dealing with Cyber Incidents. The Payment Card Industry (PCI) has also provided guidance to its members regarding cyber incident response by issuing a standard, namely PCI DSS. It is interesting to investigate the differences in operational mechanisms in overcoming Cyber Incidents regulated by the government and those made by private associations. Before that, it is necessary to first investigate whether the Electronic System used can be included as IIV in Indonesia. Then, how is the applicability of the PCI DSS to PCI in Indonesia. Finally, how is the compatibility of PCI DSS with law in Indonesia regarding cyber incident countermeasures to find out if there is an overlap between the two. The results of this study show that Electronic Systems in the card-based payment industry, especially large-scale ones, have a high potential to be categorized as IIV given their crucial role in transactions and the national economy. PCI DSS, which is widely adopted as an industry best practice, is relevant and in line with Indonesia's cybersecurity regulations. Although not legally mandatory, PCI DSS provides comprehensive guidelines for organizations in protecting cardholder data. However, there are differences in the level of detail between the PCI DSS and the positive law in Indonesia. Therefore, to ensure optimal data security and regulatory compliance, entities that process cardholder data need to meet both the requirements of PCI DSS and the applicable law.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bonanza Haggai Rosairo
"Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi di berbagai sektor, termasuk pada Sistem Pembayaran, menjadikan pentingnya upaya terhadap pemenuhan keamanan siber. Pelaku industri pembayaran berbasis kartu, seperti merchants, pemroses, acquirers, penerbit, dan penyedia layanan pembayaran, perlu waspada dengan serangan siber yang selalu berkembang tiap saat dan dapat menjadi Insiden Siber. Terdapat peraturan perundang-undangan dan standar industri yang perlu diterapkan untuk mengantisipasi dan menanggulangi Insiden Siber. Indonesia telah memiliki aturan yang mengatur mekanisme operasional Penyelenggara Sistem Elektronik dalam menanggulangi Insiden Siber. Di lain sisi, asosiasi yang menaungi pelaku industri pembayaran berbasis kartu, yaitu PCI, juga telah memberikan panduan kepada anggotanya terkait penanggulangan insiden siber dengan mengeluarkan PCI DSS. Menarik untuk diteliti perbedaan mekanisme operasional dalam menanggulangi Insiden Siber yang diatur oleh pemerintah dengan yang dibuat oleh asosiasi swasta. Sebelum itu, perlu diteliti dulu apakah Sistem Elektronik yang digunakan dapat termasuk sebagai IIV di Indonesia. Lalu, bagaimana keberlakuan dari standar PCI DSS terhadap pelaku industri pembayaran berbasis kartu di Indonesia. Kemudian yang terakhir, bagaimana kesesuaian dari PCI DSS dengan hukum positif di Indonesia tentang penanggulangan insiden siber untuk mengetahui apakah ada tumpang tindih antara keduanya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sistem Elektronik dalam industri pembayaran berbasis kartu, terutama yang berskala besar, memiliki potensi tinggi untuk dikategorikan sebagai IIV mengingat perannya yang krusial dalam transaksi dan ekonomi nasional. PCI DSS yang secara luas diadopsi sebagai praktik terbaik industri adalah relevan dan sejalan dengan regulasi keamanan siber di Indonesia, meskipun tidak bersifat wajib secara hukum, PCI DSS memberikan pedoman yang komprehensif bagi organisasi dalam melindungi data pemegang kartu. Namun, terdapat perbedaan dalam tingkat detail antara PCI DSS dan hukum positif di Indonesia. Oleh karena itu, untuk memastikan keamanan data yang optimal dan kepatuhan terhadap regulasi, entitas yang memproses data pemegang kartu perlu memenuhi baik persyaratan PCI DSS maupun hukum yang berlaku.

The development of information and communication technology in various sectors, including the Payment System, makes it important to fulfill cybersecurity efforts. Payment card industry, such as merchants, processors, acquirers, issuers, and service providers, need to be aware of cyber-attacks that are always developing at any time and can become Cyber Incidents. Indonesia already has rules governing the operational mechanisms of Operators in dealing with Cyber Incidents. The Payment Card Industry (PCI) has also provided guidance to its members regarding cyber incident response by issuing a standard, namely PCI DSS. It is interesting to investigate the differences in operational mechanisms in overcoming Cyber Incidents regulated by the government and those made by private associations. Before that, it is necessary to first investigate whether the Electronic System used can be included as IIV in Indonesia. Then, how is the applicability of the PCI DSS to PCI in Indonesia. Finally, how is the compatibility of PCI DSS with law in Indonesia regarding cyber incident countermeasures to find out if there is an overlap between the two. The results of this study show that Electronic Systems in the card-based payment industry, especially large-scale ones, have a high potential to be categorized as IIV given their crucial role in transactions and the national economy. PCI DSS, which is widely adopted as an industry best practice, is relevant and in line with Indonesia's cybersecurity regulations. Although not legally mandatory, PCI DSS provides comprehensive guidelines for organizations in protecting cardholder data. However, there are differences in the level of detail between the PCI DSS and the positive law in Indonesia. Therefore, to ensure optimal data security and regulatory compliance, entities that process cardholder data need to meet both the requirements of PCI DSS and the applicable law.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Azka Raihan Baladika
"Pedulilindungi sebagai aplikasi untuk membantu menghentikan penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dikabarkan mengalami kebocoran data pada sekitar pertengahan hingga akhir tahun 2021. Hal ini dapat menyebabkan kerugian ekonomi, turunnya tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, terganggunnya ketertiban umum, dsb, sehingga berpotensi menjadi isu keamanan nasional. Adapun permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini berupa tinjauan atas keamanan penyelenggaraan sistem elektronik di Indonesia, kewajiban hukum Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) Pedulilindungi dalam menangani insiden siber, dan pertanggungjawaban para pihak PSE Pedulilindungi dalam merespon kebocoran data. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan bahan hukum utamanya fokus pada ketentuan yang terkait penyelenggaraan sistem elektronik seperti Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PP PSTE), dsb. Adapun selain peraturan perundang-undangan, juga dipakai prinsip keamanan dalam Pasal 15 ayat (1) UU ITE, dan teori pertanggungjawaban administrasi negara untuk menjawab permasalahan yang telah diungkapkan. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa vendor (pembuat aplikasi) dan operator selaku PSE aplikasi Pedulilindungi tidak menjalankan salah satu kewajiban dalam ketentuan terkait. Apabila dilihat dari pertanggungjawaban administrasi negara, maka organ/badan yang bertanggung jawab atas insiden dalam kedua organisasi tersebut dapat dikenakan sanksi administratif. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan sistem elektronik agar setiap PSE dapat memaksimalkan pengamanan sistem informasi dan mematuhi hukum terkait untuk terhindar dari insiden.

Pedulilindungi as an application to help stop the spread of Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) is reported to have a data leak incident around mid to late 2021. This matter can cause economic losses, a decrease in public trust to the government, disruption of public order, etc., so that it has the potential to become a national security issue. The problems raised in this study are in the form of review of the implementation of electronic systems in view of security principle in Indonesia, the legal obligations of Electronic System Administrator (PSE) of the Pedulilindungi in handling cyber incidents, and the liability of PSE of the Pedulilindungi parties in responding to data leaks. This study uses a normative juridical method with the main legal material focusing on provisions related to the implementation of electronic systems such as Law No. 11 of 2008 regarding Electronic Information and Transactions as amended by Law No. 19 of 2016 (ITE Law), Government Regulation No. 71 of 2019 regarding Implementation of Electronic Systems and Transactions (PP PSTE), etc. In addition to laws and regulations, the security principle in Article 15 paragraph (1) of the ITE Law, and the theory of state administrative liability are also used to answer the problems that have been raised. The result of this study concludes that the vendor (application maker) and operator that are part of Electronic System Administrator (PSE) of the Pedulilindungi application did not carry out one of the obligations in the relevant provisions. When viewed from state administrative liability, the organ/body responsible for the incident in both organizations can be subject to administrative sanctions. Therefore, in the implementation of electronic systems, each PSE should maximize their security on information system and comply with related laws to avoid incidents."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Serima Nuranisa Malonda
"Payment gateway adalah sistem perantara pembayaran secara online. Software Product Line Engineering (SPLE) telah digunakan dalam pengembangan sebuah payment gateway product line yang menyediakan akses ke berbagai layanan dari berbagai vendor payment gateway. Pengembangan dengan SPLE memanfaatkan aspek commonality dan variability yang ada dalam pasangan-pasangan layanan dan vendor tersebut. Payment gateway product line dapat digunakan oleh SPL lain, tetapi seringkali dibutuhkan penambahan atau modifikasi dari konfigurasi fitur untuk menyesuaikan kedua SPL. Untuk menghindari ini, diperlukan Multiple Software Product Line Engineering (MSPLE) agar dapat memanfaatkan fitur-fitur yang sudah tersedia dalam payment gateway product line yang sudah dikembangkan tanpa harus memodifikasi fitur-fitur payment gateway yang sudah ada. Multi Product Line (MPL) adalah sebuah sistem SPL yang terdiri dari beberapa SPL yang saling mempunyai dependensi meskipun tiap SPL dapat berbeda dari aspek teknologi ataupun fungsionalitasnya. Penelitian ini melanjutkan implementasi payment gateway product line agar dapat menjadi bagian dari MPL. Sebagai studi kasus, payment gateway product line akan diintegrasikan dengan product line Amanah sehingga membentuk sebuah MPL. Pada penelitian sebelumnya mengenai payment gateway product line, telah dilakukan generalisasi pemanggilan API vendor agar pengguna dapat memilih vendor secara dinamis. Dalam penelitian ini, dilakukan refactoring untuk proses konfigurasi pemanggilan API vendor tersebut agar memudahkan penambahan fitur dan vendor di masa depan. Dilakukan juga penambahan vendor untuk beberapa layanan serta sedikit refactoring untuk WinVMJ Framework yang digunakan oleh payment gateway product line. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan pengembangan payment gateway product line dan MPL selanjutnya.

Payment gateway is an electronic system that acts as an intermediary in financial transactions. Software Product Line Engineering (SPLE) has been used in the development of a payment gateway product line that provides access to a variety of features from multiple payment gateway vendors. SPLE is used in the development by taking advantage of the commonality and variability among the variety of features from different payment gateway vendors. Payment gateway product line, when used by other product lines, often requires extension or modification of the system. Multiple Software Product Line Engineering (MSPLE) can be used as a solution to avoid that problem by making it possible to reuse existing features without the need to modify them. A SPL such as the payment gateway product line can be integrated with or used by another SPL which will form a Multi Product Line (MPL). MPL is a SPL that consists of several self-contained but interdependent SPLs. This research continues the development of payment gateway product line to be able to be a part of a MPL by integrating the payment gateway product line into Amanah product line as a study case. In previous research, generalization of vendor API call configuration is done so that users can choose different vendors dynamically. In this research, some refactoring is done to the vendor API call configuration to simplify the process of adding features or vendors. An additional vendor is also added for some features. Some refactoring is also done for WinVMJ Framework which is used by payment gateway product line. This research is expected to serve as a reference for future payment gateway product line and MPL developments."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Serima Nuranisa Malonda
"Payment gateway adalah sistem perantara pembayaran secara online. Software Product Line Engineering (SPLE) telah digunakan dalam pengembangan sebuah payment gateway product line yang menyediakan akses ke berbagai layanan dari berbagai vendor payment gateway. Pengembangan dengan SPLE memanfaatkan aspek commonality dan variability yang ada dalam pasangan-pasangan layanan dan vendor tersebut. Payment gateway product line dapat digunakan oleh SPL lain, tetapi seringkali dibutuhkan penambahan atau modifikasi dari konfigurasi fitur untuk menyesuaikan kedua SPL. Untuk menghindari ini, diperlukan Multiple Software Product Line Engineering (MSPLE) agar dapat memanfaatkan fitur-fitur yang sudah tersedia dalam payment gateway product line yang sudah dikembangkan tanpa harus memodifikasi fitur-fitur payment gateway yang sudah ada. Multi Product Line (MPL) adalah sebuah sistem SPL yang terdiri dari beberapa SPL yang saling mempunyai dependensi meskipun tiap SPL dapat berbeda dari aspek teknologi ataupun fungsionalitasnya. Penelitian ini melanjutkan implementasi payment gateway product line agar dapat menjadi bagian dari MPL. Sebagai studi kasus, payment gateway product line akan diintegrasikan dengan product line Amanah sehingga membentuk sebuah MPL. Pada penelitian sebelumnya mengenai payment gateway product line, telah dilakukan generalisasi pemanggilan API vendor agar pengguna dapat memilih vendor secara dinamis. Dalam penelitian ini, dilakukan refactoring untuk proses konfigurasi pemanggilan API vendor tersebut agar memudahkan penambahan fitur dan vendor di masa depan. Dilakukan juga penambahan vendor untuk beberapa layanan serta sedikit refactoring untuk WinVMJ Framework yang digunakan oleh payment gateway product line. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan pengembangan payment gateway product line dan MPL selanjutnya.

Payment gateway is an electronic system that acts as an intermediary in financial transactions. Software Product Line Engineering (SPLE) has been used in the development of a payment gateway product line that provides access to a variety of features from multiple payment gateway vendors. SPLE is used in the development by taking advantage of the commonality and variability among the variety of features from different payment gateway vendors. Payment gateway product line, when used by other product lines, often requires extension or modification of the system. Multiple Software Product Line Engineering (MSPLE) can be used as a solution to avoid that problem by making it possible to reuse existing features without the need to modify them. A SPL such as the payment gateway product line can be integrated with or used by another SPL which will form a Multi Product Line (MPL). MPL is a SPL that consists of several self-contained but interdependent SPLs. This research continues the development of payment gateway product line to be able to be a part of a MPL by integrating the payment gateway product line into Amanah product line as a study case. In previous research, generalization of vendor API call configuration is done so that users can choose different vendors dynamically. In this research, some refactoring is done to the vendor API call configuration to simplify the process of adding features or vendors. An additional vendor is also added for some features. Some refactoring is also done for WinVMJ Framework which is used by payment gateway product line. This research is expected to serve as a reference for future payment gateway product line and MPL developments."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Serima Nuranisa Malonda
"Payment gateway adalah sistem perantara pembayaran secara online. Software Product Line Engineering (SPLE) telah digunakan dalam pengembangan sebuah payment gateway product line yang menyediakan akses ke berbagai layanan dari berbagai vendor payment gateway. Pengembangan dengan SPLE memanfaatkan aspek commonality dan variability yang ada dalam pasangan-pasangan layanan dan vendor tersebut. Payment gateway product line dapat digunakan oleh SPL lain, tetapi seringkali dibutuhkan penambahan atau modifikasi dari konfigurasi fitur untuk menyesuaikan kedua SPL. Untuk menghindari ini, diperlukan Multiple Software Product Line Engineering (MSPLE) agar dapat memanfaatkan fitur-fitur yang sudah tersedia dalam payment gateway product line yang sudah dikembangkan tanpa harus memodifikasi fitur-fitur payment gateway yang sudah ada. Multi Product Line (MPL) adalah sebuah sistem SPL yang terdiri dari beberapa SPL yang saling mempunyai dependensi meskipun tiap SPL dapat berbeda dari aspek teknologi ataupun fungsionalitasnya. Penelitian ini melanjutkan implementasi payment gateway product line agar dapat menjadi bagian dari MPL. Sebagai studi kasus, payment gateway product line akan diintegrasikan dengan product line Amanah sehingga membentuk sebuah MPL. Pada penelitian sebelumnya mengenai payment gateway product line, telah dilakukan generalisasi pemanggilan API vendor agar pengguna dapat memilih vendor secara dinamis. Dalam penelitian ini, dilakukan refactoring untuk proses konfigurasi pemanggilan API vendor tersebut agar memudahkan penambahan fitur dan vendor di masa depan. Dilakukan juga penambahan vendor untuk beberapa layanan serta sedikit refactoring untuk WinVMJ Framework yang digunakan oleh payment gateway product line. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan pengembangan payment gateway product line dan MPL selanjutnya.

Payment gateway is an electronic system that acts as an intermediary in financial transactions. Software Product Line Engineering (SPLE) has been used in the development of a payment gateway product line that provides access to a variety of features from multiple payment gateway vendors. SPLE is used in the development by taking advantage of the commonality and variability among the variety of features from different payment gateway vendors. Payment gateway product line, when used by other product lines, often requires extension or modification of the system. Multiple Software Product Line Engineering (MSPLE) can be used as a solution to avoid that problem by making it possible to reuse existing features without the need to modify them. A SPL such as the payment gateway product line can be integrated with or used by another SPL which will form a Multi Product Line (MPL). MPL is a SPL that consists of several self-contained but interdependent SPLs. This research continues the development of payment gateway product line to be able to be a part of a MPL by integrating the payment gateway product line into Amanah product line as a study case. In previous research, generalization of vendor API call configuration is done so that users can choose different vendors dynamically. In this research, some refactoring is done to the vendor API call configuration to simplify the process of adding features or vendors. An additional vendor is also added for some features. Some refactoring is also done for WinVMJ Framework which is used by payment gateway product line. This research is expected to serve as a reference for future payment gateway product line and MPL developments."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Bramantyo Putra Kusuma
"Payment gateway adalah sistem perantara pembayaran secara online. Software Product Line Engineering (SPLE) telah digunakan dalam pengembangan sebuah payment gateway product line yang menyediakan akses ke berbagai layanan dari berbagai vendor payment gateway. Pengembangan dengan SPLE memanfaatkan aspek commonality dan variability yang ada dalam pasangan-pasangan layanan dan vendor tersebut. Payment gateway product line dapat digunakan oleh SPL lain, tetapi seringkali dibutuhkan penambahan atau modifikasi dari konfigurasi fitur untuk menyesuaikan kedua SPL. Untuk menghindari ini, diperlukan Multiple Software Product Line Engineering (MSPLE) agar dapat memanfaatkan fitur-fitur yang sudah tersedia dalam payment gateway product line yang sudah dikembangkan tanpa harus memodifikasi fitur-fitur payment gateway yang sudah ada. Multi Product Line (MPL) adalah sebuah sistem SPL yang terdiri dari beberapa SPL yang saling mempunyai dependensi meskipun tiap SPL dapat berbeda dari aspek teknologi ataupun fungsionalitasnya. Penelitian ini melanjutkan implementasi payment gateway product line agar dapat menjadi bagian dari MPL. Sebagai studi kasus, payment gateway product line akan diintegrasikan dengan product line Amanah sehingga membentuk sebuah MPL. Pada penelitian sebelumnya mengenai payment gateway product line, telah dilakukan generalisasi pemanggilan API vendor agar pengguna dapat memilih vendor secara dinamis. Dalam penelitian ini, dilakukan refactoring untuk proses konfigurasi pemanggilan API vendor tersebut agar memudahkan penambahan fitur dan vendor di masa depan. Dilakukan juga penambahan vendor untuk beberapa layanan serta sedikit refactoring untuk WinVMJ Framework yang digunakan oleh payment gateway product line. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan pengembangan payment gateway product line dan MPL selanjutnya.

Payment gateway is an electronic system that acts as an intermediary in financial transactions. Software Product Line Engineering (SPLE) has been used in the development of a payment gateway product line that provides access to a variety of features from multiple payment gateway vendors. SPLE is used in the development by taking advantage of the commonality and variability among the variety of features from different payment gateway vendors. Payment gateway product line, when used by other product lines, often requires extension or modification of the system. Multiple Software Product Line Engineering (MSPLE) can be used as a solution to avoid that problem by making it possible to reuse existing features without the need to modify them. A SPL such as the payment gateway product line can be integrated with or used by another SPL which will form a Multi Product Line (MPL). MPL is a SPL that consists of several self-contained but interdependent SPLs. This research continues the development of payment gateway product line to be able to be a part of a MPL by integrating the payment gateway product line into Amanah product line as a study case. In previous research, generalization of vendor API call configuration is done so that users can choose different vendors dynamically. In this research, some refactoring is done to the vendor API call configuration to simplify the process of adding features or vendors. An additional vendor is also added for some features. Some refactoring is also done for WinVMJ Framework which is used by payment gateway product line. This research is expected to serve as a reference for future payment gateway product line and MPL developments."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dhafin Fauzan
"Payment gateway adalah sistem perantara pembayaran secara online. Software Product Line Engineering (SPLE) telah digunakan dalam pengembangan sebuah payment gateway product line yang menyediakan akses ke berbagai layanan dari berbagai vendor payment gateway. Pengembangan dengan SPLE memanfaatkan aspek commonality dan variability yang ada dalam pasangan-pasangan layanan dan vendor tersebut. Payment gateway product line dapat digunakan oleh SPL lain, tetapi seringkali dibutuhkan penambahan atau modifikasi dari konfigurasi fitur untuk menyesuaikan kedua SPL. Untuk menghindari ini, diperlukan Multiple Software Product Line Engineering (MSPLE) agar dapat memanfaatkan fitur-fitur yang sudah tersedia dalam payment gateway product line yang sudah dikembangkan tanpa harus memodifikasi fitur-fitur payment gateway yang sudah ada. Multi Product Line (MPL) adalah sebuah sistem SPL yang terdiri dari beberapa SPL yang saling mempunyai dependensi meskipun tiap SPL dapat berbeda dari aspek teknologi ataupun fungsionalitasnya. Penelitian ini melanjutkan implementasi payment gateway product line agar dapat menjadi bagian dari MPL. Sebagai studi kasus, payment gateway product line akan diintegrasikan dengan product line Amanah sehingga membentuk sebuah MPL. Pada penelitian sebelumnya mengenai payment gateway product line, telah dilakukan generalisasi pemanggilan API vendor agar pengguna dapat memilih vendor secara dinamis. Dalam penelitian ini, dilakukan refactoring untuk proses konfigurasi pemanggilan API vendor tersebut agar memudahkan penambahan fitur dan vendor di masa depan. Dilakukan juga penambahan vendor untuk beberapa layanan serta sedikit refactoring untuk WinVMJ Framework yang digunakan oleh payment gateway product line. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan pengembangan payment gateway product line dan MPL selanjutnya.

Payment gateway is an electronic system that acts as an intermediary in financial transactions. Software Product Line Engineering (SPLE) has been used in the development of a payment gateway product line that provides access to a variety of features from multiple payment gateway vendors. SPLE is used in the development by taking advantage of the commonality and variability among the variety of features from different payment gateway vendors. Payment gateway product line, when used by other product lines, often requires extension or modification of the system. Multiple Software Product Line Engineering (MSPLE) can be used as a solution to avoid that problem by making it possible to reuse existing features without the need to modify them. A SPL such as the payment gateway product line can be integrated with or used by another SPL which will form a Multi Product Line (MPL). MPL is a SPL that consists of several self-contained but interdependent SPLs. This research continues the development of payment gateway product line to be able to be a part of a MPL by integrating the payment gateway product line into Amanah product line as a study case. In previous research, generalization of vendor API call configuration is done so that users can choose different vendors dynamically. In this research, some refactoring is done to the vendor API call configuration to simplify the process of adding features or vendors. An additional vendor is also added for some features. Some refactoring is also done for WinVMJ Framework which is used by payment gateway product line. This research is expected to serve as a reference for future payment gateway product line and MPL developments."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Irsyad Nurilham
"Perkembangan teknologi berpengaruhi terhadap perkembangan sistem pembayaran di Indonesia dengan kemunculan dompet elektronik yang merupakan kegiatan penatausahaan sumber dana dari Penyedia Jasa Pembayaran (“PJP”). Secara keseluruhan dalam pelaksanaannya telah berjalan dengan baik, namun terdapat kendala seperti terjadinya kegagalan transfer dana yang dialami oleh konsumen pengguna jasa. Oleh karena itu, skripsi ini membahas mengenai perlindungan konsumen dalam sistem pembayaran dompet elektronik oleh penyelenggara Teknologi Finansial, dalam hal terjadinya kegagalan transfer dana pada dompet elektronik X. Bentuk penelitian pada skripsi ini adalah yuridis-normatif menelaah dan menganalisis ketentuan hukum serta bahan pustaka lainnya yang berhubungan dengan perlindungan konsumen dalam sistem pembayaran dompet elektronik oleh penyelenggara Teknologi Finansial, dalam hal terjadinya kegagalan transfer dana pada dompet elektronik X. Kesimpulan yang didapat atas penelitian skripsi ini adalah (1) pengaturan perlindungan konsumen pada dompet elektronik sebagai salah satu dari PJP terhadap kegagalan transfer dana adalah Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana beserta ketentuan pelaksanaannya, Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 23/6/PBI/2021 tentang PJP beserta ketentuan pelaksanaannya, dan PBI Nomor 22/20/PBI/2020 tentang Perlindungan Konsumen Bank Indonesia beserta ketentuan pelaksanaannya; dan (2) Implementasi pengaturan perlindungan konsumen dompet elektronik terkait dengan kegagalan transfer dana yang diselenggarakan oleh X sudah dilaksanakan dengan cukup baik. Dari hasil penelitian skripsi ini, penyelenggara perlu memberikan kepastian dari waktu penerimaan dana oleh penerima transfer dana atas perintah transfer dana yang dilakukan oleh pengirim dan Bank Indonesia perlu melakukan pengawasan terhadap ketentuan klausula baku yang dibuat oleh penyelenggara.

Technological developments affect the development of the payment system in Indonesia with the emergence of electronic wallets which focuses on activities of administering the source of funds from Payment Service Providers (“PSP”). Overall, the implementation has run well, but there happens certain obstacles such as the failure to transfer funds experienced by consumers who use the services. Therefore, this thesis discusses consumer protection in electronic wallet payment system by Financial Technology organizer in the event of a failure to transfer funds in electronic wallet X. The research form in this thesis is juridical-normative, reviewing and analyzing legal provisions and other library materials that related to consumer protection in electronic wallet payment systems by Financial Technology organizer, in the event of a failure to transfer funds to electronic wallet X. The conclusions obtained from this thesis research are (1) regulation of consumer protection pertaining transfer failures on electronic wallets as one of the PSP are Law Number 3 of 2011 concerning Funds Transfer and its implementing provisions, Bank Indonesia Regulation (PBI) Number 23/6/PBI/2021 concerning PJP and its implementing provisions, and PBI Number 22/20/PBI/2020 concerning Bank Consumer Protection as well as the implementation provisions; and (2) the implementation of electronic wallet consumer protection regulation pertaining to the failure of funds transfers organized by X has been implemented quite well. From the results of this thesis, the organizers need to provide a certainty of time of receival of funds by the beneficiary of the funds transfer on the order of the transfer of funds made by the sender and Bank Indonesia needs to supervise the provisions of the standard clause made by the organizers."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrul Alam Suriazdin
"E-payment merupakan metode pembayaran yang saat ini populer digunakan untuk berbagai transaksi. Hal ini tidak terlepas dari cashless society akibat adanya pandemi COVID-19. Akan tetapi, e-payment belum mampu mencapai tingkat kepercayaan yang baik dari masyarakat pada transaksi e-commerce. Hal ini menjadikan metode pembayaran tunai dengan layanan Cash On Delivery (COD) masih mendominasi transaksi pembayaran C2C e-commerce di Indonesia. Demi mendukung visi misi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) oleh Bank Indonesia, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi niat pengguna beralih dari pembayaran tunai melalui layanan COD ke e-payment. Penelitian ini menggunakan kerangka Push-Pull-Mooring (PPM) dengan meninjau perspektif risiko COVID-19, penerimaan teknologi, dan teori upaya transaksi. Selanjutnya, penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif melalui penyebaran kuesioner ke 546 responden pengguna layanan COD dan e-payment. Hasil analisis data dengan metode CB-SEM, menunjukkan pada aspek push, semua faktor yang ada tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Selanjutnya pada aspek pull, semua faktor memiliki pengaruh signifikan. Terakhir pada aspek mooring, hampir semua faktor menunjukkan pengaruh yang signifikan, kecuali switching cost tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pemegang regulasi sistem pembayaran Indonesia dan penyedia layanan e-payment dalam menyusun regulasi dan strategi untuk mempercepat persebaran transaksi digital di Indonesia.

E-payment is currently popularly used for various transactions. This is inseparable from the cashless society due to the COVID-19 pandemic. However, e-payment has not been able to achieve a trustworthy level from the public in e-commerce transactions. Thus, cash payment methods with Cash On Delivery (COD) services still dominate C2C e-commerce payment transactions in Indonesia. To support the vision and mission of Bank Indonesia’s Payment System Blueprint, this study aims to identify the factors that affect users' intention to switch from cash payments through COD services to e-payments. This study uses the Push-Pull-Mooring (PPM) framework integrated with COVID-19 risk, technology acceptance, and transaction effort theory perspectives. This study was carried out by distributing questionnaires to 546 respondents, COD and e-payment services’ users. The results using the CB-SEM method, show that in the push aspect, all factors do not have significant effects. On the pull aspect, all factors have significant effects. On the mooring aspect, almost all factors show significant effects, except that switching costs do not have a significant effect. This research can be a reference for Indonesian payment system regulators and e-payment service providers in formulating regulations and strategies to accelerate the spread of digital transactions in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>