Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147338 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harahap, Ummi Chairani
"Latar belakang: Pekerja salon berisiko mengalami dermatitis kontak karena kontak intens dengan pekerjaan basah yang dikombinasikan dengan bahan kimia. Ada beberapa faktor yang menyebabkan dermatitis akibat kerja.
Tujuan: Penelitian ini menekankan untuk mengidentifikasi manifestasi klinis, faktor risiko, dan identifikasi bahan kimia berbahaya pada pekerja salon.
Metode: Penelitian potong lintang ini melibatkan 125 pekerja salon yang memenuhi kriteria inklusi. Evaluasi klinis dan faktor risiko dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner NOSQ-2002. Identifikasi bahan kimia menggunakan Material Safety Data Sheets (MSDS) dan nomor Chemical Abstracts Service (CAS). Analisis dilakukan dengan menggunakan regresi logistik multivariat dengan Adjusted Ratio.
Hasil: Dari 125 subjek penelitian, 30 orang (24%) mengalami CD. Manifestasi klinis gejala yang paling banyak ditemukan adalah xerosis (36,67%) dan gatal-gatal (83,33%), sedangkan lokasi terbanyak pada jari tangan (40%), dari penelitian ini didapatkan durasi kontak ≥ 4 jam, yang meliputi lama kontak dengan air, sampo, dan larutan kimia lainnya. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara durasi kontak dengan dermatitis kontak (p=0,004, Adj.OR=6,97, CI 95%=1,88-25,75). Identifikasi bahan kimia yang digunakan di salon adalah natrium lauret sulfat, behentrimonium klorida, p-fenilenadiamin, asam tioglikolat, hidrogen peroksida
Kesimpulan: Pekerjaan basah, yang ditandai dengan pajanan air dan bahan kimia dalam waktu lama, merupakan faktor risiko utama untuk dermatitis kontak di kalangan pekerja salon. Durasi kontak dengan air dan bahan kimia, termasuk natrium lauret sulfat, behentrimonium klorida, p-fenilenadiamin, asam tioglikolat, dan hidrogen peroksida, merupakan penentu yang signifikan terhadap kejadian CD.

Background: Hairdressers are at risk of developing contact dermatitis because of their intense contact with wet work in combination with chemicals. There are several factors that cause occupational dermatitis. Purpose: This study emphasizes to identify clinical manifestations, risk factors, and the identification of hazardous chemicals in hairdressers. Methods: This cross sectional study included 125 hairdressers were meet inclusion criteria. Clinical evaluation and risk factor were collected using the NOSQ-2002 questionnaire. Chemical identification using Material Safety Data Sheets (MSDS) and Chemical Abstracts Service (CAS) numbers. Analysis performed using multivariate logistic regression with adjusted ratios. Results: Of the 125 research subjects, 30 people (24%) experienced CD. The most common clinical manifestations of symptoms were xerosis (36.67%) and itching (83.33%), while location was on the fingers (40%).From this study, it was found the duration of contact was ≥ 4 hours, which included prolonged exposure to water, shampoo, and other chemical solutions. There was statistically significant relationship between duration of contact and contact dermatitis (p=0.004, Adj.OR=6.97, CI 95%=1.88–25.75). Identification of chemicals used in salon were sodium laureth sulfate, behentrimonium chloride, p-phenylenediamine, thioglycolic acid, hydrogen peroxide. Conclusion: Wetwork, characterized by prolonged exposure to water and chemicals, is a major risk factor for contact dermatitis among hairdressers. The duration of contact with water and chemicals, including sodium laureth sulfate, behentrimonium chloride, p-phenylenediamine, thioglycolic acid, and hydrogen peroxide, serves as a significant determinant of CD occurrence."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Endriana Svieta
"Latar Belakang : Departemen Tenaga Kerja RI menyatakan 90% penyakit kulit akibat kerja di Indonesia adalah Dermatitis Kontak Iritan dan Dermatitis Kontak Alergi. Dermatitis Kontak Iritan menempati urutan teratas, yaitu 80%. Penelitian di Iran, tahun 2006 menyatakan bahwa 22 % dari 150 pekerja semen terkena dermatitis kontak. Juga penelitian di Jakarta, tahun 2008 bahwa proporsi kepositifan uji tempel terhadap kromium heksavalen pada pekerja pabrik semen sebesar 17,14%.
Tujuan : Menentukan apakah khromat dalam kandungan semen merupakan penyebab tersering terjadinya dermatitis kontak pada pekerja bangunan terpajan semen.
Metode : Penelusuran literatur dilakukan melalui PubMed dan Google Scholar. Seleksi pertama dilakukan dengan menelusuri artikel sesuai kata kunci. Dari Pubmed didapatkan 22 artikel dan melalui Google Scholar didapatkan 26 artikel. Berikutnya dilakukan skrining berdasarkan judul dan abstrak, kriteria inklusi dan eksklusi, kemudian dilakukan dengan melihat teks penuh dan didapatkan 3 artikel yang relevan dan paling sesuai mendekati PICO dan menjawab pertanyaan klinis, yaitu penelitian Bour-Jr , et al; Wong SS, et al dan Uter, et al.
Hasil : Setelah dilakukan penelusuran dari tiga artikel, yang paling relevan dan cukup valid diperoleh hanya dua artikel. Berdasarkan penelitian Wong SS, et al di Singapura didapatkan OR 1,87 dan p < 0.0001, dan penelitian Uter, et al.di Jerman didapatkan OR 39,1, 95% CI 21,1-79,6. Dari segi validitas, studi ini cukup valid. Studi berupa cross sectional. Pada studi ini tidak ada follow up, tetapi data complete dan long enough. Number needed to harm (NNH) pada penelitian Wong SS, et al 13.7 dan Uter, et al adalah 6.17
Kesimpulan : Pada pasien ini, khromat dalam kandungan semen dapat menimbulkan terjadinya dermatitis kontak alergika, namun masih kurang bukti untuk menjawab pertanyaan klinis karena hanya dua studi yang dianggap relevan dan cukup valid. Desain cross-sectional bukan desain terbaik untuk membuktikan suatu hubungan sebab akibat. Untuk penelitian etiologic yang terbaik adalah case control atau cohort.

Background: The Ministry of Manpower Indonesia said that 90% of occupational skin disease in Indonesia is Contact Dermatitis Irritant and Allergic Contact Dermatitis. Irritant Contact Dermatitis tops, namely 80%. Research in Iran, in 2006 stated that 22% of 150 workers exposed to cement contact dermatitis. Also research in Jakarta, in 2008 that the proportion of patch test positivity to hexavalent chromium in cement factory workers was 17.14%
Objective: To determine whether chromate in cement content is the most common cause of contact dermatitis in construction workers exposed to semen.
Methods : The literature search conducted through PubMed and Google Scholar. The first selection is done by tracing the corresponding article keywords. Pubmed obtained from 22 articles through Google Scholar obtained 26 articles. Next screened based on titles and abstracts, inclusion and exclusion criteria, then done by looking at the full text and relevant articles obtained 3 and the most appropriate approach and answer the PICO clinical question, the research Bour-Jr, et al; Wong SS, et al and uter, et al.
Results: After a search of three articles, the most relevant and valid enough obtained only two articles. Based on the research of SS Wong, et al in Singapore earned OR 1.87 and p <0.0001, and research Uter, et al.in Germany obtained OR 39.1, 95% CI 21.1 to 79.6. In terms of validity, this study is quite valid. These design studies are cross sectional studies. In this study there was no follow-up, but the data complete and long enough. Number needed to harm (NNH) to study SS Wong, et al is 13.7 and Uter, et al is 6.17.
Conclusions: In this patient, chromate in cement content can cause allergic contact dermatitis, but still lack the evidence to answer the clinical question because only two studies were considered relevant and reasonably valid. Cross-sectional design is not the best design to prove a causal relationship. For etiologic research the best design is case control or cohort.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dhita Octriani
"ABSTRAK
Latar Belakang. Dermatitis pada tangan akibat kerja DTAK bersifat kronis, memiliki prognosis buruk, dan berdampak signifikan terhadap aspek psikososial dan pekerjaan. Prevalensi dermatitis kontak pada tenaga kerja bongkar muat TKBM Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta adalah sebesar 24,3 , dengan lesi di tangan 47,1 . Penggunaan alat pelindungdiri APD masih belum cukup untuk mengatasi masalah ini, sehingga dibutuhkan intervensi lain. Penggunaan pelembap untuk memperbaiki sawar kulit dipertimbangkan efektif untuk mencegah keparahan DTAK.Metode. Penelitian ini adalah kuasi eksperimental satu kelompok. Intervensi dilakukan dengan menggunakan gliserin 10 dalam vaselin album sekali sehari setelah bekerja selama 14 hari.Hasil. Rerata nilai transepidermal water loss TEWL setelah intervensi 11,4 3,8 g/m2/jam lebih rendah dibandingkan rerata nilai TEWL awal 14,2 4 g/m2/jam , dengan perbedaan rerata nilai TEWL sebesar 2,8 2,9 g/m2/jam p= 0,000 95 CI 1,5-4,1 . Median nilai hand eczema severity index HECSI setelah intervensi 9,5 3-34 lebih rendah dibandingkan median skor HECSI awal 29,5 6-80 , dengan perbedaaan rerata skor HECSI sebesar 19,5 -2-46 p= 0,000 . Korelasi antara perubahan nilai TEWL dan perubahan skor HECSI tidak bemakna p= 0,476 dengan kekuatan korelasi sangat lemah r= 0,160 . Variabel exposure rating tahunan debu semen berhubungan dengan perubahan skor HECSI p= 0,002 . Setelah intervensi seluruh lesi di jari-jari, telapak tangan, punggung tangan dan pergelangan tangan mengalami perbaikan yang bermakna.

ABSTRACT
Background. Occupational hand dermatitis OHD is chronic, has a poor prognosis, and significantly affects psychosocial and occupational aspects. The prevalence of contact dermatitis of loading dockworkers at Port Sunda Kelapa Jakarta was 24,3 and 47,1 lesion was on the hands. The use of personal protective equipment PPE is deemed inadequate to solve this problem, thus requiring other intervention. Using moisturizer for improvement of skin barrier is considered to be effective for preventing severity of occupational hand dermatitis.Method. The study design was quasi experimental one group pre and post test design. The 14 days intervention was performed on the loading dockworkers by instructing them to apply 10 glycerin in vaseline album on their hands once daily after working.Result. The mean value of transepidermal water loss TEWL after intervention 11.4 3.8 g m2 hour was lower than the mean value of TEWL before the intervention 14.2 4 g m2 hour . The TEWL mean difference was 2.8 2.9 g m2 hour p 0.000 95 CI 1.53 4.1 . The median value of hand eczema severity index HECSI after intervention 9.5 3 34 was lower than the median value of HECSI before the intervention 29,50 6 80 . The HECSI mean difference was 19.5 2 46 p 0,000 . The correlation between TEWL changes and HECSI changes was not significant p 0.476 and the correlation strength was very weak r 0.160 . Annual exposure rating of cement dust associated with the HECSI changes p 0,002 . After intervention, all lesions on the fingers, palms, back of hand and wrist were significantly improved p 0,05 , except for the finger tips. Additional analysis showed that the commonly found morphology of the lesion was infiltrate papule, scaling and erythema. After intervention, the severity score of the morphology lesions was also significantly decreased p 0,05 .Conclusion. Once daily application of 10 glycerin in vaseline album for 14 days could improved skin barrier function and the severity of OHD, thus can be advised for loading dockworkers with high annual exposure rating of cement dust.
"
2018
T58848
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma Lestari
"PT Inti Pantja Press Industri (IPPI) sebagai perusahaan yang bergerak dibidang otomotif khususnya pressing body dan chasis mobil, menggunakan bahan kimia iritan yang berpotensi menimbulkan gangguan pada kulit pekerja. Selain bahan kimia yang digunakan, berbagai penyebab tidak langsung (indirect causes) yang terdapat dalam diri pekerja juga memiliki potensi untuk memperparah penyakit dermatitis kontak. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak. Disain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan pendekatan kuantitatif yang kemudian dideskripsikan untuk menggambarkan hubungan faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak pada pekerja. Objek penelitian ini adalah populasi pekerja yang menggunakan bahan kimia. Populasi tersebut berjumlah 80 orang yang berasal dari empat bagian kerja yaitu pekerja di bagian produksi (handwork), maintenance (plant service dan die shop), quality control, dan inventory finish part (pemberian anti rust). Sampel yang diteliti meliputi seluruh pekerja dari keempat bagian kerja tsb, sehingga tidak dilakukan pemilihan sampel. Metode untuk pengumpulan data adalah kuesioner dimana responden diminta untuk mengisi sendiri kuesioner yang dibagikan (self-completion questionnaire). Pekerja di PT IPPI yang mengalami dermatitis kontak berjumlah 39 orang (48,8%). Sebanyak empat dari tujuh faktor yang diteliti dengan uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95% memiliki hubungan yang bermakna dengan dermatitis kontak. Empat faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan dermatitis kontak yaitu jenis pekerjaan dengan p value 0,02 dan odds ratio 3,4 (1,305-8.641), usia dengan p value 0,042 dan odds ratio 2,8 (1,136-7,019), lama bekerja dengan p value 0,014 dan odds ratio 3,5 (1,383-9,008), riwayat dermatitis akibat pekerjaan sebelumnya dengan p value 0,042 dan odds ratio 5,9 (1,176-29,103). Sedangkan tiga faktor lainnya yaitu riwayat alergi, personal hygiene, dan penggunaan APD tidak menunjukan adanya hubungan yang bermakna.

Factors Related to Contact Dermatitis on Workers at PT Inti Pantja Press Industri. PT Inti Pantja Press Industri (IPPI) is an automotive manufacturing industry for car pressing body and car chassis. In the manufacturing process, its uses a variety of chemicals which may cause contact dermatitis for workers. There are other factors which may cause the contact dermatitis to workers worsen including indirect causes. The objective of this research is to investigate factors related to contact dermatitis in workers at PT IPPI. Research is conducted using a cross sectional design with quantitative approach which describe factors affecting the development of workers contact dermatitis. Research subjects are all the worker who uses chemicals during the work process (80 workers) consists from 4 (four) different sections: production (handwork), maintenance (plant service and die shop), quality control, and inventory finish part. Methodology used for data collection was using a questionnaire in which respondents were asked to fullfill a self-completion questionnaire. Results suggested that workers at PT IPPI experienced contact dermatitis are 39 workers (48,8%). There are 4 (four) factors were investigated using chi-square test (95% level of confidence) which are significantly related to contact dermatitis, including: type of work {p value 0,02, odds ratio 3,4 (1,305-8,641)}; age {p value 0,042, odds ratio 2,8 (1,136-7,019)}; working period {p value 0,014, odds ratio 3,5 (1,383-9,008)}; history of dermatitis at previous workplace {p value 0,042, odds ratio 5,9 (1,176-29,103)}. Factors which are not related to contact dermatitis are history of allergy, personal hygiene, and the use of PPE (Personal Protective Equipment)."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Nuraga
"Dermatitis kontak akibat kerja merupakan salah satu penyakit kelainan kulit yang sering timbul pada industri dimana dapat menurunkan produktifitas pekerja. Dermatitis kontak akibat kerja terjadi oleh karena pekerja kontak dengan bahan kimia termasuk Iogam sehingga menimbulkan kelainan kulit yaitu dermatitis kontak akibat kerja. Tujuan utama penulisan ini adalah untuk diketahuinya factor-faktor yang mempengaruhi dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja yang terpajan bahan kimia di PT Moric Indonesia Cibitung Jawa Barat tahun 2006. Penelitian bersifat deskriptif. Subyek penelitian diambil secara acak dengan stratified random sampling yang berjumlah 54 responden.
Hasil dari penelitian yang semuanya kontak dengan bahan kimia termasuk logam, 74,07% (40 pekerja) mengalami dermatitis kontak akibat kerja : akut 25,92% 14 pekerja, sub akut 38,9% (21 pekerja), dan kronik 9,25% (5 pekerja) adalah subyek penelitian yang mengalami dermatitis kontak. Berdasarkan analisis statistic multivariat terdapat 3 faktor yang sangat mempengaruhi kejadian dermatitis kontak ini yaitu: lama kontak, frekuensi kontak, dan yang paling dominan adalah penggunaan alat pelindung diri (APD). Kesimpulan dari penelitian ini adalah insidensi rate 64,81% per seratus pekerja, dan prevalensi rate 74,07% per seratus pekerja, Untuk meminimalisasi dermatitis kontak dengan meningkatkan kesadaran pekerja dengan penggunaan sarung tangan yang tepat, berdasar pengetahuan pekerja yang baik."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19028
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julia Afni
"Penyakit kulit saat ini masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, menurut Riskesdas (2007) prevalensi penyakit kulit di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 67,8 %. Di Provinsi DKI Jakarta, prevalensi dermatitis cukup tinggi yaitu sebesar 99,9 %. Di Jakarta Utara penyakit kulit termasuk ke dalam sepuluh penyakit terbanyak dengan prevalensi sebesar 6% (33.025) orang. Di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Cilincing II penyakit kulit termasuk dalam 10 penyakit terbesar dan berada pada urutan ketiga. Jumlah penderita penyakit kulit pada tahun 2010 sebanyak 1354 orang. Resiko terjadinya penyakit kulit dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah air bersih, faktor lingkungan dan hygiene perorangan.
Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan antara kondisi sarana air bersih, kuantitas dan kualitas air bersih secara fisik, faktor lingkungan dan hygiene perorangan dengan kejadian penyakit kulit pada masyarakat di wilayah kerja puskesmas kelurahan Cilincing II Jakarta Utara Tahun 2011.
Metode penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol perbandingan 1:1 dengan 46 kasus menderita penyakit kulit infeksi dan 46 kontrol tidak menderita penyakit kulit infeksi. Kasus dan kontrol diperoleh dari Puskesmas Kelurahan Cilincing II.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kuantitas dan kualitas air bersih secara fisik, faktor lingkungan dan hygiene perorangan dengan kejadian penyakit kulit infeksi dengan nilai p>0,05.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara kuantitas dan kualitas air bersih secara fisik, faktor lingkungan dan hygiene perorangan dengan kejadian penyakit kulit infeksi.

Dermatitis still becomes a health problem in Indonesia. According to Riskesdas (2007), the prevalence of the disease in Indonesia is quite high that is 67,8 %. In DKI Jakarta province, the prevalence is 99,9 %. In North Jakarta, the disease is one of the most ten diseases with prevalence 6 % (33.025) infected people. In the work area of community health center in Cilincing II district, the disease is the third of ten 10 biggest diseases. The number of victims in 2010 is 1354. The risk of the skin disease occurance can be caused by the lackness of fresh water, environmental factors and individual hygiene.
The aim of this study is to find out the relationship between fresh water facility condition, phisical quantity and quality of fresh water, environmental factors and individual hygiene and dermatitis occurances in society of community health center work area in Cilincing II district, North Jakarta, in 2011.
The method used is a control 1:1 comparison case study design with 46 dermatitis victim cases and 46 control of uninfected people. The control case is obtained from Cilincing II community health center.
The result of bivariat analysis indicates that there isn't any relationship between the physical fresh water quality and quantity, environmental factors and individual hygiene and the disease occurances with p>0,05.
The conclusion drawn is that there isn't any relationship between the physical fresh water quality and quantity, environmental factors and individual hygiene and the dermatitis occurances.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Kusriastuti
"Tujuan penelitian ini adalah untut mengetahui hubungan bagian kerja terhadap kejadian dermatitis kontak serta faktor~faktor yang mempengaruhinya. Sumber data untuk penelitian ini adalah data primer yang diambil dengan wawancara dan pemeriksaan fisik pada pekerja- pekerja industri tahu di Kelurahan Utan Kayu Utara, tahun 1992. Setelah dilakukan pembersihan data didapat responden 152 orang. Dan sebanyak 32 orang bekerja di bagian penyaringan (21%).
Dari hasil analisa data diperoleh bahwa pekerja di bagian penyaringan mempunyai risiko 6 kali lebih besar untuk terkena dermatitis kontak dibanding pekerja yang hekerja di bagian lainnya dengan tingkat signifikansi p= 0.000. Risiko tersebut meningkat 7 kali setelah di"adjust" oleh faktor jam kerja dan jenis kelamin. Terdapat juga perbedaan menurut umur, masa kerja, pindah bagian, pemakaian alat pelindung, namun perbedaan tersebut secara statistik tidak bermakna.
Dalam rangka upaya menurunkan risiko terjadinya dermatitis kontak pada pekerja di industri tahu maka dianjurkan untuk :
- memakai alat pelindung yang baik dan berlr.
- mekanisasi peralatan dengan teknologi tepat guna.
- penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan kerja bagi para pekerja.
- penataran bagi petugas kesehatan yang akan membina wilayah mengenai program kesehatan kerja."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
T-3732
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Wulandhari
"Dalam produksi minyak dan gas bumi, pengendalian kimiawi dari kontaminasi mikrobiologi bagi integritas jaringan pipa dan vessels salah satu caranya yaitu dengan menggunakan biosida Glutaraldehid. Dari data pencatatan Penyakit Akibat Kerja (PAK) PT. X, pada tahun 2019 telah terjadi insiden akibat kesalahan penanganan bahan kimia dan informasi yang tidak memadai pada Lembar Data Keselamatan (LDK) yang mengakibatkan ketidaksesuaian pemilihan sarung tangan kimia sehingga menyebabkan 7 kasus dermatitis kontak iritan pada pekerja yang melakukan injeksi biosida Glutaraldehid. Tujuan penelitian ini adalah melakukan identifikasi, menilai besarnya risiko kesehatan melalui rute paparan kulit dan potensi dampak terjadinya iritasi pada kulit yang berkaitan dengan faktor-faktor risiko kulit, menentukan tingkat bahaya pada rute paparan, kulit serta mengevaluasi efektifitas pengendalian risiko dan memperoleh rekomendasi mitigasi yang tepat untuk mencegah terjadinya penyakit kulit akibat kerja pada proses injeksi biosida Glutaraldehid di fasilitas produksi hulu migas PT. X. Metode dalam penelitian ini yaitu observasional melalui pendekatan deskriptif yang bersifat semikuantitatif menggunakan metode Dermal Risk Assessment (DREAM) dan survei Nordic Occupational Skin Questionnaires (NOSQ 2002/SHORT) modified pada enam lapangan operasi di PT. X yang memiliki proses injeksi biosida Glutaraldehid. Hasil penelitian didapatkan, tingkat paparan dermal pada task level site B keseluruhan SkinW-Atask yaitu 118.97 tingkat risiko paparan tinggi; site S memiliki tingkat risiko paparan ekstrim tinggi yaitu 5809.38; site C memiliki tingkat risiko paparan ekstrim tinggi yaitu 11864.48, site CU tingkat risiko paparan ekstrim tinggi yaitu 11607.97 dan site SU dengan injeksi manual memiliki tingkat risiko paparan tinggi dengan hasil 492.45, sedangkan hasil open dan closed drain yaitu tingkat risiko sangat rendah. Tingkat paparan dermal pada task level tertimbang waktu (SkinW-Atask.w) pada proses injeksi Glutaraldehid di enam lapangan operasi memiliki tingkat risiko paparan rendah pada site B (18.34), risiko paparan sedang pada site S (76.98) dan site SU dengan proses manual (49.75); risiko paparan tinggi pada site C (175.02) dan site CU (141.20) serta risiko paparan sangat rendah pada site SU proses open drain (1.75) dan closed drain (4.37). Tingkat paparan dermal pada job level (Skinw-Ajob) pada proses injeksi Glutaraldehid di enam lapangan operasi memiliki tingkat risiko paparan sedang, rendah hingga sangat rendah. Perhitungan faktor-faktor dalam DREAM yang dikombinasikan dengan evaluasi faktor pendukung lainnya serta survei NOSQ 2002/SHORT modified dapat menangkap beberapa informasi dan gambaran awal paparan kulit serta adanya potensi terjadinya Penyakit Kulit Akibat Kerja (PKAK) pada proses injeksi Gluataraldehid di fasilitas produksi hulu migas PT. X.

Microbiological contamination using biocide glutaraldehyde is one of the applications to maintain the integrity of pipelines and vessels in oil and gas production. PT. X’s data on the recording of occupational illness shows an incident that occurred in 2019 due to chemical mishandling. The incident resulted in an inappropriate selection of chemical gloves and caused seven cases of irritant contact dermatitis in workers who injected biocide containing glutaraldehyde. The purpose of this research are to Identify and assess the magnitude of health risks through the route of skin exposure and potential irritant effects on the skin related to dermal risk factors, determining the level of hazards on the skin exposure route, and evaluating the effectiveness of risk control to obtain appropriate mitigation in the biocide injection process at PT. X upstream oil and gas production facilities. The method used in this study is observational through a descriptive semi-quantitative approach using the Dermal Risk Assessment (DREAM) and Nordic Occupational Skin Questionnaires (NOSQ 2002/SHORT) modified in six operating sites at PT. X, which has a Glutaraldehyde biocide injection process. The results showed that the level of dermal exposure at the task level site B, overall SkinW-Atask was 118.97 with a high risk level of exposure; site S has a high level of risk of extreme exposure, which is 5809.38; site C has a high level of risk of extreme exposure, which is 11864.48; site CU has a high level of risk of extreme high exposure, which is 11607.97; and site SU with manual injection has a high level of risk (492.45). Total Actual Time Weighted Dermal Exposure at Task Level (SkinW-Atask.w) during the Glutaraldehyde injection procedure in six operating sites was low at site B (18.34), moderate at site S (76.98), and high at site SU during manual processing (49.75); significant exposure risk at site C (175.02) and site CU (141.20); and extremely low exposure risk at open drain (1.75), and closed drain (4.37) SU sites. Total Actual Time Weighted Dermal Exposure at Job Level (Skinw-Ajob) in six operating sites during the Glutaraldehyde injection process has a moderate, low to extremely low risk of exposure. The calculation of the DREAM factors, in conjunction with the evaluation of other supporting factors and the modified NOSQ 2002/SHORT survey, can provide some information and a preliminary description of dermal exposure and the potential for Occupational Dermatoses (OD) that occur in the Gluataraldehyde injection process at PT. X's upstream oil and gas production facility"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan Manuel
"Telah dilakukan penelitian terbadap pekerja industri logam informal di PIK. Jakarta. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui prevalensi dermatitis kontak tangan pada pekerja industri logam infol1llal di PIK. Jakarta, dan mengetahui hubungau umur, tingkat pendidikan, masa kerja, frekuensi penggunaan alat pelindung diri, kebersihan tangan setelah kerja, riwayat atopi diri, dan riwayat atopi keluarga terbadap dermaatitis kontak tangan. Metnde penelilian ini menggnnakan studi cross-sectional dengan uji statistik chi kuadrat (bivariat) dan analisa multivariat daugan logistik regresi. Dari 51 subyek yang menderita dermatitis kontak sebanyak II oraug (21,56%). Faktor-faktor yang mempunyai hubungan be!1llakea dengan teljadinya dermatitis kontak adalah masa kelja (p9),021) dan :frekuensi penggunaan sarung tangan (p9),028), sedangkan umur, tingkat pendidikan, kebersihan Iangan setetah kelja, riwayat atnpi diri, dan riwayat atopi keluarga tidak ditemukan mempunyai hubungan yang bermakna dengan terjadinya d0!1llatitis kontak.

A study was held to informal metal industry workers at P!K, Jakarta. The objective was to identify the prevalence of hand contact dermatitis in informal metal industry workers and the related factors i.e: age, level of education, length of work, frequency of hand gloves usage, personal hygiene, history of personal atopy, and history of handly atopy. The design used in this study was cross sectional methnd. Descriptive and analytic statistics were chi square (bivariate) and multivariate analysis with logistic regression function. From 51 subjects, II person (21,56%) were found with band contact dermatitis. The results showed that length of work (p=0.021) and frequency of hand gloves usage (p=0.028) have a significant relationship with hand contact dermatitis, however related factors i.e: age, level of education, personal hygiene, history of personal atopy,and history of fumily atopy have no significant relationship with band contact dermatitis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T21031
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Kamsah
"Ruang lingkup dan metodologi penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui prevalensi DKIK-T serta hubungan faktor endogen seperti umur, jenis kelamin, atopi dan faktor eksogen yang meliputi masa kerja, lama pajanan, kebersihan tangan setelah kerja, APD ( sarung Langan ) terhadap terjadinya DKIK-T.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik untuk mengetahui hubungan faktor endogen dan faktor eksogen terhadap terjadinya DKIK-T. Desain yang digunakan adalah studi cross-sectional.
Hasil penelitian
Dari 107 responden yang menderita DKIK-T sebanyak 70 orang ( 65A % ). Faktor endogen yaitu umur, riwayat atopi dan faktor eksogen; masa kerja, lama pajanan, pH iritan mempunyai hubungan yang bermakna dengan terjadinya DKIK-T. Penggunaan APD ( sarung tangan ) mempunyai peran sebagai protektan terhadap terjadinya DKIK-T Pendidikan yang rendah meningkatkan risiko terjadinya DKIK-T, sedangkan jenis kelamin, kebersihan tangan pasca kerja tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna dengan terjadinya DKIK-T.
Kesimpulan
Prevalensi DKIK-T pada PKL di RS X Jakarta adalah 65.4 %. Faktor endogen dan eksogen yaitu umur, riwayat atopi, masa kerja, lama kerja, pH iritan merupakan faktor risiko terjadinya DKIK-T, sedangkan jenis kelamin dan kebersihan tangan pasca kerja bukan merupakan faktor risiko untuk terjadinya DKIK-T.

Prevalens And Factor In Related To Cumulative Contact Irritant Dermatitis Hand In Cleaning Service Workers At RS X JakartaScope and methodology
The aim of this study is to find the prevalence of cumulative contact irritant dermatitis hands in cleaning service workers and the relationship with endogen factors as: age, sex, history of atopi and exogen factors as; working time, length of work, washing hand practice post work and hand gloves protection.
The design of study is cross-sectional but analysis was conducted to identify the relationship with above endogen and exogen factor.
Result : 70 respondent out of 107 cleaning service workers ( 65.4 % ) sufferet from cumulative contact irritant dermatitis hand. The result showed that is relationship between age, history of atopi, working time, length of work, pH irritant with cumulative contact irritant dermatitis hand. The usage of personal protection equipment such us gloves indicaties a protective effect. Low- level education in creased the risk of cumulative contact irritant dermatitis hand. No relationship between sex, washing hand post work with as an cumulative contact irritant dermatitis hand was found.
Conclusion : Prevalence rate of cumulative contact irritant dermatitis hand is 65.4 % Age, history of atopi, working time, length of work, pH irritant the risk factor for the development of cumulative contac irritant dermatitis hand."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13669
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>