Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154287 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hana Fadhila Isnaini
"Penggunaan visual dan lirik dapat memengaruhi kepopularitasan sebuah lagu dan membentuk persepsi masyarakat terhadap pesan yang disampaikan. Jenis lagu pop digunakan sebagai alat yang signifikan untuk mengekspresikan kekuatan dan identitas gender. Namun, representasi budaya populer dapat tidak sesuai dan mengarah ke ambiguitas. Penelitian ini mengkaji perbedaan antara pesan yang ingin disampaikan dan representasi dinamika kekuasaan gender pada hubungan sosial perempuan di lagu “Espresso” milik Sabrina Carpenter. Penelitian ini menggunakan analisis tekstual sebagai kerangka teori dengan menganalisis lirik lagu dan elemen sinematografi pada video klip untuk melihat multilayer representasi pada peran gender di lagu. Penelitian ini menemukan empat temuan utama yang berkontribusi pada kompleksitas gender dalam diskusi akademis: (1) musik populer sebagai alat untuk menyampaikan pesan pemberdayaan perempuan, (2) kompleksitas hubungan intraseksual perempuan, (3) struktur gender tradisional yang tetap melekat, dan (4) kerumitan karakteristik femme fatale. Penelitian ini menggarisbawahi perlunya evaluasi ulang terhadap representasi pemberdayaan perempuan dalam budaya populer dan perannya dalam pembentukan standar di masyarakat. Produk budaya populer harus mengkaji ulang struktur gender tradisional, khususnya dalam representasi perempuan di media agar tercipta representasi pemberdayaan perempuan yang sesuai.

The use of visuals and lyrics contributes to a song’s popularity and shapes society’s perception of its message. Popular songs are a powerful tool for expressing power and gender identity. However, the representation of contemporary songs may not always be fair and could lead to ambiguity. This study explores the conflict between the intended messages and the power dynamics that depict women’s relationships in Sabrina Carpenter’s "Espresso." This study employs textual analysis to examine the song lyrics and audio-visual elements of the music video to uncover the multifaceted representation of gender roles in popular songs. This research identifies four key findings that highlight the complexities of gender roles in academic discourses: (1) popular music as a tool to deliver women’s empowerment messages, (2) complexities of intrasexual female relationships, (3) adherence to traditional gender roles, and (4) intricacies of the femme fatale archetype. This study underscores the necessity for a critical reevaluation of female empowerment representation in popular culture and its role in shaping social standards. Popular culture products could disrupt traditional gender structures, particularly in the representation of women in media, to encourage the creation of equitable and empowering depictions of women. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chichester: John Wiley &​ Sons, 2017
305.4 WOM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Vinne Aninda Putri
"Kekuatan dan relasi jenis kelamin merupakan isu yang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Film “An Education” (2009) merepresentasikan isu tentang partiarki dan konsep “wanita ideal” di lingkungan daerah pinggiran kota London. Tujuan hidup dari wanita di daerah tersebut di tahun 1960-an adalah untuk mencari pria kaya dan menikah dengannya. Film ini menawarkan sebuah ide bagaimana wanita pada saat itu mencoba untuk menjadi seorang “wanita ideal” dan patuh kepada sistem partiarki yang berlaku. Jurnal ini menggunakan teori kekuatan dan sistem partiarki dari Foucault. Namun, konflik yang ada dalam film ini memperlihatkan karakter utama (Jenny) yang mencoba untuk keluar dari lingkungan konservatif dan menemukan kebahagiaan untuk dirinya. Dengan kemampuan dirinya untuk membuat keputusan yang baru untuk hidupnya, dia termotivasi untuk bebas memilih tujuan hidupnya tanpa terpengaruh dari orang lain. Dengan memakai kemampuan untuk mengambil keputusan baru dalam diri karakter utama, konsep wanita yang hanya hidup dalam lingkungan domestik telah patah.

Power and gender relation is a never-ending issue. The movie An Education (2009) appears to represent the issue about patriarchy and the concept of “ideal women” at the suburban areas in London. The aims of women in 1960’s were to find wealthy husband and get married. This kind of movie offers the idea of how women at that time tried to be an “ideal women” and should conform to the patriarchal system. This paper uses the theory of power and patriarchal system from Foucault. However, the conflict in this movie shows that the main character (Jenny) tried to get out from her conservative environment and find her happiness. With her new self-determination (intrinsic motivation to do something), she was motivated to feel free to choose her own decision in her life without the influences of others. Using the main character’s new self-determination, this movie shows that the traditional "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Lusi Anggari
"Perubahan dan paradox sudah menjadi ciri khas bangsa Amerika. Hal ini terjadi di berbagai aspek kehidupan baik dalam level individu, masyarakat, maupun pemerintah. Ketiganya merupakan sebuah kesatuan sistem yang saling terkait, sehingga perubahan di dalam salah satu variabel sistem tersebut akan merembet pada variabel lainnya. Peran dan identitas laki-laki merupakan satu titik dalam aspek sosial kebudayaan Amerika yang masuk dalam arus perubahan tersebut. Hal ini akan membawa pengaruh penting pada masyarakat karena keluarga merupakan lembaga yang berisikan nilai dan norma budaya yang membentuk nilai dan norma budaya kelompok ataupun lapisan sosial masyarakat tertentu secara keseluruhan.
Selama ini berbagai bahasan tentang jender lebih banyak fokus pada perempuan dan umumnya dari perspektif perempuan Dan sungguh merupakan sesuatu yang menarik ketika Mrs. Doubt Fire dan Junior menampilkan hal yang berbeda yakni permasalahan laki-laki dan dari sudut pandang laki-laki.
Tesis ini menunjukkan bahwa di era 1990an terjadi perubahan peran laki-laki dalam keluarga dari breadwinner menjadi caregiver. Perubahan peran ini disokong oleh perubahan identitasnya sebagai sensitive men dan involved father atau sebutan lain yang senada yang pada dasarnya mengangkat dan menekankan pada aspek kepekaan emosi sebagai karakter yang ideal di masa itu menggantikan aspek materiil. Faktor ekonomi dan liberasi perempuan ternyata menjadi penyebab dan pendorong perubahan peran laki-laki ini. Media massa, dalam hal ini film menampilkan stereotip laki-laki baru ini sebagai figur ideal era 1990an, namun perubahan ini terhambat oleh ambivalensi perempuan dan pemerintah yang bisa dilihat sebagai sebuah paradoks demokrasi Amerika.
Rangkaian dari perubahan ini adalah redefinisi "motherhood" yang menekankan pada aspek financial support, dan keluarga yang lebih fokus pada fungsi daripada bentuk.

Changes and paradox always go hand in hand. They are present in all three levels in society i.e. individual, community, and state. The relation of those three aspects then marks the American core values. Changes themselves do not stand-alone and are believed to generate further changes in related areas.
The prevalent phenomenon in the life of the American white, middle class men in 1990s was the degrading trend of the breadwinning role due to both economic as well as social factors. As a result, fathers entering the private sphere increase from time to time. Men's new role in domestic area is well supported by their newly defined identity as new men, sensitive men, involved father and the lie which put a greater emphasis on emotional rather than material aspect as the determining factor of happiness and success in life. Media, especially films, play the role as the "major socializing influence" which is also the case with Mrs. Doubt fire and Junior.
Despite the fact that more and more men have trudge into the domestic area, the problems remain. Ambivalence in the part of women and institution are the major cause. The push and pull over women's striving for equality and preserving their "motherhood" on one side, and the shift in the ruling power from conservatives to liberal represented by the Democratic party on the other one impede men's equality with women in the private sphere. Then, it can be said that ambivalence is a paradox to.
Finally, men's changing role requires a change in women's in the form of redefined motherhood. This time, women's new role will consider putting emphasis on financial support for the dependants. As for family, focus will be directed towards function than forms.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 11100
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bornstein, Robert F
APA: Washington D.C, 2002
150.195 PSY
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwiek Wijanarti
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1990
S2639
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York and London: Routledge, 1996
305.4 GEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Farhah Thaliah
"ABSTRAK
Relasi gender yang digambarkan oleh berbagai media daring bersifat stereotip. Media masih menitikberatkan peran perempuan di sektor domestik, sementara laki-laki di sektor publik. Stereotip tersebut dihasilkan oleh konstruksi realita dari serangkaian pekerja, kebijakan, dan ideologi media. Media daring Vice Indonesia memiliki ideologi anti-seksisme, namun pada kenyataannya tidak menerapkan penilaian sensitif gender dari UNESCO. Dalam kebijakannya, Vice Indonesia menggunakan teknik reportase immersion reporting dalam artikel profil pernikahan. Namun, immersion reporting dapat berpotensi untuk bias gender karena ada pengalaman dan opini pribadi yang dicantumkan di artikel. Penelitan ini bertujuan untuk menggambarkan peran gender di artikel profil pernikahan dan melihat bagaimana klaim Vice Indonesia sebagai media anti-seksisme diterapkan dalam proses produksinya. Analisis data dilakukan dengan analisis framing Pan Kosicki dan wawancara mendalam. Temuan menggambarkan adanya stereotip gender dalam artikel profil pernikahan, dengan masih menitikberatkan perempuan sebagai warga kelas dua, sementara laki-laki yang mendominasi pernikahan. Selain itu, ditemukan bahwa media Vice Indonesia belum menerapkan prinsip-prinsip sensitif gender dalam kebijakan medianya.

ABSTRACT
The gender relations depicted by various online media are stereotyped. The media still emphasizes the role of women in the domestic sector, while men in the public sector. The stereotype is generated by the construction of reality from a series of media workers, routines, and ideology. Online media Vice Indonesia has an anti sexism ideology, but in reality does not apply gender sensitive assessments from UNESCO. In its routine and policy, Vice Indonesia uses immersion reporting technique in marriage profile articles. However, immersion reporting can potentially be gender biased because of the personal experience and opinions expressed in the article. This research aims to illustrate the gender roles portrayed in marriage profile articles and describe how Vice Indonesia rsquo s claim as an anti sexism media is applied in its production process. Data analysis was performed with Pan Kosicki framing analysis and in depth interviews. The findings illustrate the existence of gender stereotypes in marriage profile articles, while still emphasizing women as second class citizens and men dominate marriage. In addition, it was found that the Vice Indonesia has not applied gender sensitive principles in its media policy and routines. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chung, Kumala Sari Dewi
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margareth Edith
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>