Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158342 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amirah Nuha Nabilah
"Latar Belakang Nyeri adalah kondisi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien kanker. Pemberian analgesik merupakan pengobatan andalan untuk kasus ini. Penggunaan analgesik sesuai dengan pedoman manajemen nyeri kanker dari the World Health Organization (WHO) adalah yang paling sering dilakukan karena cukup terbukti efektif. Studi ini bertujuan untuk mengobservasi jumlah pasien dewasa dengan nyeri kanker yang ditangani sesuai dengan pedoman yang disebutkan. Metode Desain penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah cross-sectional dan observasional. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini akan diambil melalui kuesioner yang diisi oleh pasien dewasa dengan nyeri kanker di Klinik Rawat-Jalan Hemato-Onkologi Medik, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo di antara tanggal 1 November 2023 dan 10 Februari 2024. Hasil Sebanyak 79 subjek diikutsertakan dalam penelitian ini. Mayoritas dari subjek adalah perempuan (54,4%) dan berusia lebih dari 50 tahun (57%) dengan nyeri kanker yang parah (NRS 8-10) sebelum mengonsumsi analgesik (64,6%). Sebanyak 40,5% subjek sepenuhnya mengikuti pedoman manajemen nyeri kanker WHO, sedangkan 59% lainnya hanya patuh pada sebagian pedoman. Ketidakpatuhan paling umum terlihat pada prinsip "By The Clock”. Di antara semua subjek, 10 orang (12,6%) melaporkan tidak merasakan nyeri yang reda secara signifikan. Faktor seperti nyeri yang reda secara signifikan terlepas dari ketidakpatuhan terhadap panduan, dan edukasi dan komunikasi kepada pasien adalah beberapa alasan yang mendasari ketidaksesuaian manajemen nyeri di penelitian ini. Kesimpulan Ketidakpatuhan terhadap seluruh pedoman manajemen nyeri kanker WHO banyak ditemukan pada pasien di studi ini. Untuk memastikan pasien mendapatkan manajemen nyeri yang terbaik, menangani masalah yang mendasari ketidakpatuhan terhadap pedoman dari WHO dapat dilakukan.

Introduction
Pain is the most common complaint in cancer patients. Analgesics is the mainstay treatment for the condition. The most used guidance for analgesics use is the World Health Organization (WHO) cancer pain management guideline as it is proven to be effective. This study aims to observe the number of cancer patients whose pain complaint is managed according to the said guideline.
Method
The design of this study is cross-sectional and observational. The data used is collected from questionnaire forms filled by interviewing adult cancer patients with pain in Medical Hemato-Oncology Outpatient Clinic, Cipto Mangunkusumo Hospital Between November 1st 2023 and February 10th 2024.
Results
Seventy nine subjects were obtained for this study. The majority were women (54,4%) and older than 50 years old (57%) with severe cancer pain (NRS 8-10) before consuming analgesics (64,6%). This study found that 40,5% of the subjects followed the WHO cancer pain management guideline thoroughly, while the other 59% partially, with the most common noncompliance was seen in “By The Clock” principle. Among all the subjects, 10 of them (12,6%) did not get significant pain relief. Factors such as significant pain relief despite the non-compliance to the principles, and patient education and communication contributed to the inconsistency to the guideline.
Conclusion
Partial adherence to the WHO cancer pain management guideline was common and cases of insufficient pain relief were also found. To ensure the patients got the best pain management, addressing patients reason or problem underlying the noncompliance to the WHO cancer pain management guideline could be beneficial.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Trowce Lista Nalle
"ABSTRAK
Nyeri merupakan keluhan utama penderita kanker yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. Langkah awal untuk menanggulangi nyeri akibat kanker adalah penilaian nyeri. Penatalaksanaan nyeri yang adekuat akan tercapai bila nyeri dijadikan tujuan utama dalam pengobatan kanker, hal ini dapat terpenuhi bila ada kesesuaian antara derajat nyeri yang dilaporkan pasien dengan analgesik yang diresepkan. Tujuan penelitian yaitu menilai ketepatan pemilihan analgesik dan keadekuatan terapi analgesik pada pasien nyeri kanker. Metode penelitian ini merupakan penelitian observasional prospektif dengan cara melakukan kajian penggunaan analgesik pada pasien dewasa dengan nyeri kanker yang menjalani rawat inap di RSCM periode Maret-Mei 2016, pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling yaitu semua pasien baru dengan nyeri kanker dan sesuai kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian ini sampai jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi. Keadekuatan terapi dinilai dengan Pain Management Index PMI . Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif. Hasil yang didapat dari 96 pasien yang dirawat, pada awal masuk didapatkan nyeri ringan pada pada 55 pasien 57,29 , setelah 24 jam rawat pada 60 pasien 62,5 dan setelah 48 jam rawat; nyeri ringan didapatkan pada 80 83,33 pasien. Nyeri sedang di awal masuk 41 42,7 pasien, setelah 24 jam 36 37,5 pasien dan 48 jam sebanyak 16 16,66 pasien. Dari 96 pasien yang dirawat terdapat 672 penggunaan analgesik. Jenis analgesik yang paling banyak digunakan adalah Parasetamol tablet 51,63 . Persentase cara pemberian analgesik secara oral 77,23 dan intravena 21,87 . Ketepatan penggunaan analgesik berdasarkan derajat nyeri adalah 290 43,1 penggunaan dari 672 penggunaan. Skor PMI nol dan positif didapatkan 95 98,9 pasien dan skor negatif 1 0,01 pasien. Overtreatment didapatkan pada 79 82,2 pasien. Tingkat kepuasan pasien dengan skor kepuasan > 5 pasien yang merasa puas adalah 77,08 . Kesimpulan dalam penelitian ini didapatkan ketepatan pemilihan jenis analgesik masih relatif rendah, meskipun tingkat kepuasan tinggi 77,08 Kata kunci :Analgesik, nyeri kanker, derajat nyeri

ABSTRACT
Abstract Pain is an important problem for cancer patients that can affect their quality of life. The first step to manage cancer pain is assessing the pain. Adequate pain management will be achieved if pain control is the main goal in cancer treatment. This will be fulfilled if there is compatibility between pain level reported by the patient and prescribed analgesic.To evaluate the accuracy of analgesic selection and the adequacy of analgesic therapy in cancer pain patients.This research is a prospective observational study, by reviewing analgesic administration in adult patients with cancer pain that were hospitalized in Cipto Mangunkusumo Hospital in March to May 2016. Subjects were selected by consecutive sampling admissions, i.e. all new admitted patients with cancer pain that meet inclusion criteria were included in the study until required sample was fulfilled. The adequacy of therapy was measured with Pain Management Index PMI . Collected data was analyzed descriptively. Results from 96 selected subjects, mild pain was found in 55 patients 57,29 at the time of admission, 60 patients 62,5 at 24 hours of hospitalization, and 80 patients 83,33 at 48 hours of hospitalization. Moderate pain was found in 41 patients 42,7 at the time of admission, 36 patients 37,5 at 24 hours of hospitalization, and 16 patients 16.67 at 48 hours of hospitalization. From 96 patients, there were 672 analgesic usage. The most frequently used analgesic is paracetamol tablet 51,63 . Percentage of oral route administration is 77,23 , while intravenous is 21,87 . The accuracy of analgesic usage based on pain level is 290 43,1 out of 672 usage. PMI score of positive and zero was found in 98,9 subjects, while negative was found in 0,01 patients. Overtreatment was found in 79 patients 82,2 . Level of patient rsquo s satisfaction for satisfaction score 5 patient is satisfied is 77,08 .Conclusion from this research we found that the accuracy of analgesic selection for cancer pain is relatively low, but level of satisfaction is high 77,08 .Keywords analgesic, cancer pain, pain level"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulia Hakam
"Spiritual emotional freedom technique (SEFT) merupakan teknik penggabungan dari sistem energi tubuh dan terapi
spiritualitas dengan menggunakan metode tapping pada beberapa titik tertentu pada tubuh. Teknik SEFT ini berfokus
pada kata atau kalimat tertentu yang diucapkan berulang kali dengan ritme yang teratur disertai sikap pasrah kepada
Tuhan sesuai dengan keyakinan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi SEFT dalam
mengurangi nyeri pada pasien kanker. Metode quasi-eksperimental dengan pre test and post test design dengan
kelompok kontrol digunakan pada 20 sampel (2 kelompok) yang dipilih dengan cara consecutive sampling. Kelompok
intervensi diberikan kombinasi intervensi SEFT dan terapi analgesik, sedangkan kelompok kontrol hanya diberikan
terapi analgesik. Intervensi SEFT dilakukan setelah pemberian analgesik dengan durasi 5-10 menit setiap hari selama
lima hari. Pengukuran nyeri dilakukan menggunakan numeric rating scale (NRS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kombinasi intervensi SEFT dan terapi analgesik lebih efektif untuk menurunkan nyeri pada pasien kanker dibandingkan
hanya terapi analgesik saja. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada pasien kanker serta
mendorong kemandirian dalam peran autonomi perawat dan mengurangi kebergantungan pasien pada terapi analgetik.
Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Intervension to Reduce Cancer Patients’ Pain. Spiritual
emotional freedom technique (SEFT) represents an combination technique from body’s energy system and spiritual
therapy by tapping at certain points of the body. SEFT focuses on certain words or sentences pronounced several times
in a rhythm, follows by resignation to God as in patients’ belief. This research was aimed to explore the effect of SEFT
intervention to reduce of cancer pain patients at the Dr Soetomo General Hospital in Surabaya. Quasi experimental were
used in this study using pre test and post test design with control group. Samples, 20 respondents (in 2 groups) were
recruited using consecutive sampling. The intervention group received SEFT intervention combined with analgesic
therapy and the control group given only analgesic therapy. SEFT intervention implemented after administrating
analgesic, for 5-10 minutes every day during five days. Pain was measured using numeric rating scale (NRS). The
combination SEFT intervention and analgesic therapy was more effective than only analgesic therapy. SEFT can be
employed for cancer patients to relieve their pain. Nursing intervention with SEFT encourages nurse’s role autonomy
and steps to reduce patient’s dependency on analgesic therapy."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Sarwono Sandi Agus
"Latar Belakang : Analgesia efektif dapat mengurangi morbiditas, mempercepat pemulihan, meningkatkan kondisi pasien dan mengurangi biaya rumah sakit. Teknik blok epidural sering digunakan untuk tatalaksana nyeri pascatorakotomi,namun beberapa keterbatasan ditimbulkan pada teknik ini. Teknik blok Paravertebral (PVB) dapat digunakan sebagai alternatif tatalaksana nyeri,pemasangan intraoperatif oleh dokter bedah Toraks Kardio Vaskular.
Metode : Penelitian eksperimental, consecutive sampling, 22 subjek, dilakukan torakotomi posterolateral elektif, di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta. Subjek dibagi menjadi kelompok 1 (PVB) dan kelompok 2 (epidural). Diberikan regimen anestesi blok yang sama di kedua kelompok. Skor nyeri VAS diukur saat pasien telah di ekstubasi, pada jam ke-24, 36, dan 48. Dilakukan pengukuran terhadap waktu mobilisasi duduk, komplikasi dan analgetik tambahan.
Hasil : Blok Paravertebral memberikan hasil lebih baik pada penilaian VAS jam ke-24 (p=0,029). Pada penilaian VAS jam ke-36 dan 48, tidak ada perbedaan signifikan dikedua kelompok. Pada pengamatan waktu mobilisasi didapakan kelompok1 lebih cepat mobilisasi (p=0,038). Pada pengamatan terhadap komplikasi dan penambahan analgetik tidak didapatkan perbedaan bermakna.
Kesimpulan : Teknik blok Paravertebral dengan kateter yang dipasang oleh dokter BTKV dapat digunakan dengan beberapa keuntungan untuk manajemen tatalaksana nyeri pada pasien pascatorakotomi.

Background : Analgesia can effectively reduce morbidity, recovery, emprove condition and reduce hospital cost. Epidural block is often used for pain treatment post thoracotomy, however, some limitation posed on this technique. Paravertebral block (PVB) can be used as an alternative to the treatment of pain, instalation intraoperatively by Cardio Vascular Thoracic Surgeon.
Method : Experimental research, consecutive sampling, 22 subjects, performed elective posterolateral thoracotomy, in General Hospital Persahabatan Jakarta. Subjects were divided into group 1 (PVB) and group 2 (epidural). Given same regimen block anesthesia in both groups. VAS pain scores measured when the patient has extubated, at 24 hr, 36, and 48. Do measures of mobilization time sitting, complication and additional analgetics
Results : PVB provides better result in VAS assessment 24 hr (p=0,029). On VAS assessment 36 hr and 48 h, there was no significant difference in both groups. Group 1 found faster mobilization (p=0,038). In observation of complications and additional analgetic not found significant differences
Conclusion : PVB with catheter, placed by surgeon can be used with multiple advantages for pain management in post thoraotomy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58826
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyo Wibisono
"Kanker adalah proliferasi sel yang abnormal dan berlebihan. Salah satu gejala kanker adalah rasa sakit. Faktor penting dalam mengelola nyeri kanker adalah melakukan nyeri yang akurat penilaian termasuk intensitas, lokasi, durasi, kualitas rasa sakit, dan upaya untuk mengurangi rasa sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi rasa sakit berdasarkan demografi pada kanker pasien di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan pengambilan sampel berurutan dan diaplikasikan pada 395 sampel, yaitu rekam medis PT pasien kanker di atas usia 17 tahun yang telah dirawat di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo sejak 2014 hingga 2019. Data dianalisis menggunakan proporsi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase wanita yang mengalami nyeri parah lebih tinggi daripada pria 51,1%. Kelompok usia 41-65 tahun memiliki rasa sakit yang lebih parah daripada kelompok lain dengan 50,6%. Jenis kanker paling menyakitkan yang ditemukan pada kanker leher dan kepala adalah 57,6%. Selagi kanker dengan kelompok stadium 4 memiliki rasa sakit yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lain dengan 56,9%. Ini Studi merekomendasikan perlunya pedoman untuk penilaian nyeri, terutama di awal penilaian mengenai durasi, lokasi, dan kualitas nyeri sehingga penilaian nyeri bisa lebih akurat.

Cancer is an abnormal and excessive cell proliferation. One symptom of cancer is pain. Important factors in managing cancer pain are conducting accurate pain assessments including intensity, location, duration, quality of pain, and efforts to reduce pain. This study aims to identify pain based on demographics in cancer patients in Dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital. This study used a cross sectional design with sequential sampling and was applied to 395 samples, namely the medical records of PT cancer patients over the age of 17 who had been treated at Dr Cipto Mangunkusumo General Hospital from 2014 to 2019. Data were analyzed using proportions.
The results showed that the percentage of women who experienced severe pain was higher than men 51.1%. The 41-65 year age group had more severe pain than the other group with 50.6%. The most painful type of cancer found in neck and head cancer is 57.6%. While cancers with the stage 4 group had higher pain than other groups with 56.9%. This study recommends the need for guidelines for pain assessment, especially in the initial assessment regarding the duration, location, and quality of pain so that pain assessment can be more accurate.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fandy Erlangga Putra
"ABSTRAK
Latar Belakang: Di Indonesia diperkirakan ada 100 pasien kanker baru per 100.000 penduduk setiap tahun dan nyeri menjadi salah satu masalah utama yang dihadapi pasien dengan kanker. Paint Management Index (PMI) adalah suatu instrumen untuk menilai tingkat kesesuaian terapi nyeri kanker yang dibuat berdasarkan panduan terapi nyeri kanker WHO dan Agency for Health Care Policy and Research (AHCPR). Kesesuaian terapi nyeri dinyatakan baik bila pemberian obat analgesik sesuai dengan kualitas nyeri yang dikeluhkan pasien.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan latar belakang dokter PPDS dengan tingkat kesesuaian terapi nyeri pada pasien kanker berdasarkan PMI.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Populasi penelitian adalah pasien kanker yang berobat rawat jalan maupun rawat inap di RSCM. Sampel diambil dengan metode consecutive. Data penelitian didapatkan melalui wawancara Subjek penelitian. Data dianalisis menggunakan uji chi-square dan nilai p yang dianggap bermakna apabila kurang dari 0,05.
Hasil: Sampel sebanyak 98 pasien kanker dengan rerata usia 47,2 ± 13,4 tahun dan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan (52%). Lokasi kanker tertinggi pada daerah genital (23,5%) dengan stadium kanker terbanyak pada stadium 3 (38,7%). Median intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi ada pada skala nyeri 4 (1-9) dan 1 (0-6). Latar belakang pendidikan dokter berasal dari 5 departemen dengan tahun pendidikan terbanyak pada tahun ketiga (54,1%). Proporsi kesesuaian terapi Antinyeri (Skor PMI ≥ 0) sebesar 54,1%. Hubungan antara kesesuaian terapi nyeri dengan latar belakang pendidikan dokter PPDS (p<0,001) dan tahun pendidikan (p=0,022).
Simpulan: Proporsi kesesuaian terapi nyeri pada pasien kanker di RSCM sebesar 54,1% dan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan latar belakang pendidikan dokter PPDS dalam kesesuaian terapi nyeri kanker.

ABSTRACT
Background: In Indonesia, there are an estimated 100 new cancer patients per 100.000 populations every year and pain becomes one of the major problems faced by patients with cancer. Paint Management Index (PMI) is an instrument to assess the suitability of cancer pain therapy which is based on the WHO cancer pain treatment guidelines and Agency for Health Care Policy and Research (AHCPR). Suitability of pain therapy is considered good when giving analgesics according to the pain quality which complained by the patient.
Aim: To know the relationship between level of education and background of doctors who participate in specialist medical education program with the suitability of pain therapy in cancer patients based on PMI.
Method: This study used a cross-sectional design. The study population was outpatients or inpatients with cancer at the RSCM. Samples were taken with consecutive sampling. Data were obtained through interview with the subjects. Data were analyzed using chisquare test and p values were considered significant if lower than 0.05.
Result: There were 98 cancer patients with a mean age of 47.2 ± 13.4 years and most were female (52%). Highest location of cancers was in the genital area (23.5%) and cancer stage mostly in stage 3 (38.7%). Median of pain intensity before and after the therapy were 4 (1-9) and 1 (0-6) respectively. Doctors? educational background came from 5 different departments with the highest level of education was in the third year (54.1%). Suitability of anti-pain therapy (PMI Score ≥ 0) was 54.1%. The relationship between the suitability of pain therapy by doctors who participate in specialist medical education program (p <0.001) and level of education (p = 0.022).
Conclusion: Suitability of anti-pain therapy in cancer patients in RSCM was 54,1% and there was association between the suitability of pain therapy by doctors who participate in specialist medical education program and level of education.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okki Kardian
"Nyeri merupakan keluhan yang paling banyak dirasakan oleh pasien kanker. Manajemen nyeri kanker perlu dilakukan secara efektif sehingga dampak dari nyeri yang mungkin timbul dapat diatasi dengan tepat. Penanganan nyeri yang tepat pada akhirnya dapat meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan khususnya manajemen nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri kanker. Data dianalisis dengan menggunkan proporsi. Besar sampel pada penelitian ini sebesar 107 responden. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif Cross Sectional dari pasien rawat inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Cara pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner Pain Treatment Satisfactoin Scale. Hasil analisis data menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa puas dengan manajemen nyeri kanker secara keseluruhan dengan presentase sebesar 79,4%. Hasil ini merekomendasikan untuk mempertahankan dan meningkatkan kembali kualitas pelayanan manajemen nyeri, dan menjadwalkan rutin evaluasi terhadap manajemen nyeri untuk meningkatan kepuasan pasien dan menjaga kualitas pelayanan.

Pain is one of the symptom that is most felt by cancer patients. Cancer pain needs to be manage effectively so that the cancer pain can be controlled. Adequate cancer pain management can increase the satisfaction of patient in nursing service. This study aimed to describe the patients satisfaction with cancer pain management. This study used a descriptive design, with 107 respondents from inpatients at the Dharmais Cancer Hospital. The questionnaire was used was Pain Treatment Satisfaction Scele. The result showed that most respondents were satisfied with the overall management of cancer pain by percentage 79,4%. This result recommends to maintain and to improve the quality of pain management services, and scheduling routine evaluations of pain management to improve patient satisfaction and maintain service quality.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desti Ermawati Putri
"Nyeri kanker merupakan gejala utama yang paling sering dikeluhkan oleh pasien kanker yang sedang menjalani hospitalisasi, sehingga memerlukan manajemen nyeri yang dilakukan secara tepat oleh tenaga kesehatan terutama perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan penerapan manajemen nyeri pada pasien kanker oleh perawat di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan melibatkan 76 perawat yang ditentukan dengan menggunakan teknik total sampling.
Hasil penelitian menunjukkan 48.68% perawat sudah memiliki tingkat pengetahuan dan sikap yang baik serta 60.5% perawat sudah menerapkan dengan baik manajemen nyeri pada pasien kanker di rumah sakit tersebut. Namun, dari hasil uji Chi Square didapatkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap perawat dengan penerapan manajemen nyeri pada pasien kanker (p= 0.85, α= 0.05).
Penelitian ini memberikan implikasi sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya, terkait faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan sikap perawat terkait manajemen nyeri kanker.

Cancer pain is the most articulated grievances by undergoing hospitalization cancer patients, so they require pain management by health workers properly, especially nurses. This research aims to identify the relationship between knowledge and attitudes with the implementation of cancer pain management among nurses in Dharmais Cancer Hospital. This research used cross sectional design by involving 76 nurses who had been chosen by total technical sampling.
The result showed that 48.68% of nurse had good level of knowledge and attitude, and 60.5% of nurses implemented cancer pain management well. However, the Chi Square test result revealed that there was no relation between level of knowledge and attitude with the implementation of cancer pain management (p= 0.85, a= 0.05).
This research showed implication as starting data for the next research, especially which related to the influencing factors of knowledge and attitude of nurse towards cancer pain management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46501
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Fauziah
"ABSTRAK
Luka kanker merupakan salah satu dampak dari perkembangan sel kanker dimana luka kanker dapat menyebabkan berbagai gangguan kenyamanan, salah satunya nyeri sehingga dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Tujuan penelitian adalah untuk mengatahui hubungan nyeri dengan kualitas tidur pada pasien luka kanker. Desain penelitian menggunakan pendekatan cross-sectional dengan sampel 76 pasien, diambil di RSKD Jakarta. Instrumen yang digunakan adalah Numeric Rating Scale (NRS) dan the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas tidur buruk lebih banyak terjadi pada pasien yang memiliki skala nyeri sedang-berat (93.1%). Sedangkan presentase nyeri sedang-berat pada pasien yang memiliki kualitas tidur baik hanya 6.9%. Namun hasil uji fischer exact menyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara nyeri dengan kualitas tidur (p: 0.301, α: 0.05). Hasil penelitian ini merekomendasikan pentingnya penelitian selanjutnya yang membandingkan nyeri dan kualitas tidur pada pasien rawat inap dengan pasien rawat jalan di RSKD Jakarta.

ABSTRACT
Fungating malignant wound is one of the impacts of cancer cell growth that the wound would cause many discomforts and one of them is pain that effects on poor quality of life. The aim of this research was to identify the relationship between pain and sleep quality in cancer patients with fungating wound. This research design used cross sectional study with 76 samples that recruiting in RSKD Jakarta. The instrument used the Numeric Rating Scale (NRS) and the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). The result showed that poor quality sleep is more common in patients who had moderate to severe pain scale (93.1%) while the percentage of moderate to severe pain in patients who had good quality sleep was only 6.9%. However, fischer exact test results stated that there was no a significant relationship between pain and sleep quality (p: 0.301, α: 0.05). The result of this study recommended the importance of pain and quality of sleep in patients hospitalized with outpatients at RSKD Jakarta.;;"
2016
S65752
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fisch, Michael J.
New York: McGraw-Hill, Medical, 2007
616.994 FIS c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>