Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176424 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bernard Prima
"Latar Belakang
Penyakit degeneratif merupakan salah satu masalah kesehatan yang krusial dan memerlukan perhatian serius. Salah satu faktor risiko yang turut berkontribusi terhadap perkembangan penyakit degeneratif adalah obesitas. Pada kondisi obesitas, terjadi perubahan fisiologis yang dapat memengaruhi respons adaptasi seluler, termasuk terhadap asidifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asidifikasi ekstraseluler terhadap ekspresi mRNA HIF-1α sebagai respons adaptasi pada sel mononuklear darah tepi (SMDT) orang dewasa muda dengan IMT>23.
Metode
Sel mononuklear darah tepi (SMDT) diisolasi lalu dikultur pada berbagai pH medium. Pengaturan pH medium dilakukan dengan penambahan larutan asam klorida (HCl) 0,01M. Sel-sel tersebut diinkubasi selama 72 jam, dengan penggantian medium kultur dilakukan setiap 24 jam. Perubahan pH ekstraseluler diukur menggunakan pH meter. Viabilitas sel juga dihitung menggunakan metode trypan blue. Selanjutnya, dilakukan isolasi RNA dari sel yang telah di-harvest. Ekspresi relatif mRNA HIF-1α dianalisis menggunakan metode Livak berdasarkan nilai CT pada qRT-PCR.
Hasil
Tidak ditemukan perbedaan ekspresi mRNA HIF-1α yang signifikan pada SMDT antarkelompok perlakuan pH. Terjadi peningkatan ∆pHe setelah kultur asidifikasi ekstraseluler pada setiap kelompok pH setelah 72 jam inkubasi. Viabilitas sel tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antarkelompok pH.
Kesimpulan
Isolasi SMDT serta kultur dan asidifikasi ekstraseluler pada SMDT subjek dewasa muda dengan IMT>23 berhasil dilakukan. Respons adaptasi seluler pada SMDT orang dewasa muda dengan IMT>23 sudah mulai mengalami gangguan ditandai dengan ekspresi mRNA HIF-1α yang tidak menunjukkan perbedaan nilai yang signfikan antarkelompok pH. Pada SMDT, perbedaan viabilitas sel tidak signifikan antarkelompok pH.

Degenerative diseases are a critical health issue that require serious attention. One of the risk factors contributing to the progression of degenerative diseases is obesity. In obesity, physiological changes occur that can affect cellular adaptation responses, including adaptation to acidification. This study aims to investigate the effect of extracellular acidification on the expression of HIF-1α mRNA as an adaptation response in young adults peripheral blood mononuclear cells (PBMCs) with a BMI >23.
Method
PBMCs were isolated and cultured in medium with varying pH levels. The pH adjustment of the medium was done by adding 0.01 M HCl. The cells were incubated for 72 hours. The culture medium being replaced every 24 hours. Changes in extracellular pH were measured using pH meter. Cell viability was assessed using the trypan blue method. RNA was isolated from the harvested cells. The relative expression of HIF-1α mRNA was analyzed using the Livak method based on CT values in qRT-PCR.
Results
No significant differences were found in HIF-1α mRNA expression in SDMT between pH treatment groups. An increase in ∆pHe was observed after extracellular acidification culture in each pH group after 72 hours of incubation. Cell viability did not show significant differences between pH groups.
Conclusion
Isolation of SMDT as well as culture and extracellular acidification in SMDT of young adult subjects with BMI>23 were successfully performed. The cellular adaptation response in. The cellular adaptation response in PBMCs of young adults with a BMI >23 appears to be impaired, as indicated by the lack of significant differences in HIF-1α mRNA expression between the pH groups. In PBMCs, the difference in cell viability across the pH groups is not significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryam Aunurrahim
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kondisi pengasaman air laut terhadap pola bioakumulasi radionuklida 137Cs pada Keong Macan (Babylonia spirata) menggunakan metode bioakumulasi model kompartemen tunggal melalui jalur air. Variasi yang digunakan adalah konsentrasi 137Cs, salinitas, dan pH yang disesuaikan dengan kondisi pengasaman air laut. Pada penelitian ini digunakan variasi konsentrasi 137Cs dengan kisaran 1, 2, 3, dan 4 Bq/L, salinitas dengan kisaran 23, 25, dan 27 ppt, dan pH dengan kisaran  7,5; 7,9; dan 8,3. Tahapan penelitian dimulai dari proses pengambilan sampel, aklimatisasi, bioakumulasi, dan eliminasi. Setiap hari seluruh hewan uji dianalisis menggunakan spektrometer gamma untuk memperoleh data kadar 137Cs selama proses bioakumulasi dan eliminasi. Kemampuan bioakumulasi 137Cs oleh B. spirata direpresentasikan dalam bentuk faktor konsentrasi (CF) dan konstanta laju pengambilan (Ku). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bioakumulasi 137Cs oleh B. spirata terjadi paling optimal pada kondisi konsentrasi 137Cs sebesar 3 Bq/mL, salinitas air laut 27 ppt dan pH senilai 8,3; sehingga  dapat disimpulkan bahwa fenomena pengasaman air laut tidak memberikan dampak terhadap kenaikan kemampuan bioakumulasi 137Cs oleh B. spirata.

This research aims to investigate the impact of ocean acidification to the 137Cs radionuclide bioaccumulation in tiger snail (Babylonia spirata) using single compartment models through waterway, by varying the 137Cs concentration, water salinity, and pH to mimmick the ocean acidification condition. In this research, the concentration of 137Cs varied from 1, 2, 3 to 4 Bq/L, water salinity varied from 23, 25 and 27 ppt, and the pH ranged of 7.5, 7.9, and 8.3. The stages of research start from the process of sampling, acclimatization, bioaccumulation, and elimination. All snails were analyzed daily using gamma spectrometer to obtain data on levels of 137Cs during the bioaccumulation and elimination process. The ability of bioaccumulation of 137Cs by B. spirata was represented by concentration factor (CF) and retrieval rate constants (Ku). The study showed that the bioaccumulation of 137Cs by B. spirata occurs most optimally at the condition of 137Cs concentration 3 Bq/mL, sea water salinity of 27 ppt, and pH valued at 8.3. It can be concluded that the phenomenon of ocean acidification does not have an impact on the increase in the ability of bioaccumulation of 137Cs by B. spirata."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Indriani Wisnu Susanto
"Latar Belakang: pH ekstraseluler (pHe) perlu dipertahankan dalam sel normal untuk menjalankan fungsi sel dengan baik. Adanya perubahan di lingkungan seluler meliputi asidifikasi akan berdampak pada fisiologi sel dan menginduksi kematian sel. Namun, studi terntang pengaruh asidifikasi pHe terhadap stres oksidatif dan regulasinya masih terbatas. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh asidifikasi pHe PBMCs terhadap stres oksidatif dan viabilitas serta kaitannya dengan ekspresi mRNA CA9 dan HIF-1alfa.
Metode: PBMC dikultur dengan berbagai pH medium selama 24, 48, dan 72 jam. pH medium kultur diatur menjadi pH 7,4, 7,2, 7,0, dan 6,6 menggunakan 0,01 HCl. Viabilitas sel dihitung menggunakan Trypan blue. Kadar ROS diukur menggunakan DHE dan DCFH-DA probes. Ekspresi mRNA HIF-1alfa, CA9, dan MnSOD dianalisis menggunakan qRT-PCR. Aktivitas spesifik MnSOD dianalisis menggunakan RanSOD Kit dan aktivitas CAT juga dianalisis. Konsentrasi MDA diukur menggunaan metode Wills.
Hasil: pHe meningkat secara bertahap pada waktu inkubasi 24, 48, dan 72 jam. Kadar ROS dan ekspresi mRNA HIF-1alfa, CA9, dan MnSOD meningkat, sementara aktivitas MnSOD menurun dan CAT meningkat. Konsentrasi MDA meningkat dan berdampak pada penurunan viabilitas sel.
Kesimpulan: Asidifikasi pHe PBMCs berdampak pada peningkatan stres oksidatif dan penurunan viabilitas sel. Selain itu, respons pada mRNA CA9 dan HIF-1alfa masih cukup baik.

Background: The extracellular pH (pHe) needs to be maintained in normal cells to carry out cell functions properly. Changes in the cellular environment including acidification affect to cell physiology and induce cell death. However, studies about effect of pHe acidification on oxidative stress and its regulation are still limited. This study aimed to analyze the effect of pHe acidification of PBMCs on oxidative stress and cell viability with expressions of CA9 and HIF-1alpha mRNA.
Methods: PBMCs were cultured with various pH medium for 24-, 48-, and 72-h. The pH of culture medium was adjusted to pH 7.4, 7.2, 7.0, and 6.6 by using 0.01 M HCl. Cell viability was calculated using trypan blue. ROS levels was measured using DHE and DCFH-DA probes. HIF-1alpha, CA9, dan MnSOD mRNA expressions were analyzed using qRT-PCR. MnSOD spesific activity was analyzed using RanSOD Kit and CAT acitivity was analyzed. MDA concentration was measured by Wilss method.
Results: pHe increased gradually at 24-, 48-, and 72-h incubation. ROS levels and HIF-1alpha, CA9, MnSOD mRNA expressions were increased, while the MnSOD spesific activity decreased and CAT activity increased. MDA concentration incease and had an impact on decreasing cell viability.
Conclusions: pHe acidification increased oxidative stress levels and decreased cell viability. In additon, PBMCs had a response to of CA9 and HIF-1alpha mRNA.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogi Priasetyono
"ABSTRAK
Pengasaman air laut di alam adalah salah satu fenomena akibat adanya perubahan iklim. Kebanyakan eksperimen pengasaman air laut dilakukan di laboratorium dengan sistem yang cukup sederhana. Pada penelitian ini, air laut di dalam akuarium akan di berikan gas CO2 melalui katup jarum yang dikendalikan oleh stepper motor menggunakan kendali sistem Proportional-Integral-Derivative (PID). Akuarium akan dilengkapi pengaduk untuk mempercepat homogenitas sistem serta sensor pH untuk memantau perubahan pH pada sistem akuarium. Arduino sebagai sistem kontrol akan bertugas untuk
menggendalikan stepper motor, menjaga pH pada sistem akuarium sesuai set point serta membaca dan merekam perubahan yang terjadi pada sistem akuarium. Hasil penelitian ini menunjukkan sistem mampu meraih setpoint dan menjaga nilai pH sebesar 6,9 ± 0,2. Dari hasil penelitian ini, sistem sangat cocok dilakukan untuk penelitian yang memiliki waktu yang panjang.

ABSTRACT
Ocean acidification is one of the phenomena caused by climate change in the world. Most Ocean Acidification (OA) experiment is carried out in a laboratory by creating a simple system. In this research, the sea water in tank given CO2 gas which is regulated using a needle vale that driven by stepper motors using Proportional-Integral-Derivative (PID) system. This tank is equipped with stirrer to accelerate the homogeneous system and pH sensor to monitor pH changes. Arduino as a system kontrol is tasked to regulate stepper motors, keeping the pH value as appropriate set point and reading while recording the changes occurring on the tank. The results of this research show that the system can reach a set point and maintain it with a pH range of 6,9 ± 0.2. Of the research results can also be concluded this system is very suitable for long-term research."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asmayuni
"Kejadian kegemukan pada perempuan lebih sering dibandingkan pada laki-laki, sehingga menjadi permasalahan yang panting untuk dipertimbangkan. Dampak ditimbulkan akibat kegemukan terutama pada perempuan adalah risiko penyakit degeneratif seperti diabetes melilus, hypertensi, cardiovasculer, osteoartritis dan lain sebagainya. Status kegemukan dapat dikctahui dengan Indcks Massa Tubuh (IMT) aimzung dad pcfbfmdingan berat badan aengan tinggi baaan dam kg/mz, indikasi ina menggunakan indikator IMT dengan nilai ambarlg batas > 25,0 kg/m2. Prevalensi perempuan yang gcmuk (IMT >25.0) terdapat pada golongan umur 30-49 tahun. Data Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat tahun 2004 melaporkan kegcmukan (IMT >25) pada perempuan di Kota Padang Panjang adalah 53,3 %, angka ini adalah angka tertinggi diantara kabupaten/kota di Swnbar, dengan status kegemukan pada perempuan 33,5%.
Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan kegemukan pada perempuan umur 25 - S0 tahun di Kota Padang Panjang tahun 2007, yang diukur dengan Indcks Massa Tubuh (IMT). Data yang digunakan adalah data primer dengan pendekatan kuantitatif observasional, dengan rancangan potong lintang (cross sectional). Pcnelitian dilaksanakan pada Bulan April-Mei 2007. Rcsponden dalam penelitian ini dipilih dengan acak sederhana dari tiap-tiap kelurahan, dan jumlah responden masing-masing kelurahan ditetapkan secara proporsi dari jumlah populasi per kehuahan. Jumlah sampel minimum ditempkan sebanyak 192 ormg, dan disebar kc 16 kelurahan di Kota Padang Panjang. Variabcl dcpcndcn adalah kegemukan (IMT), dan varibcl indcpcndcn adajah umur, riwayat kegemukan dari orang tua, paritas, konsumsi makanan, alctiiitas iisik, pola makan, status ekonomi, status perkawinan, dan pengetahuan gizi. Analisis data dilakukan sccara bcrtahap dimulai dengan univariat, bivariat (chi square) dan multivariat (multiple logistic regression).
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata IMT pada perempuan umm' 25-50 tahun adalah 26,60 i 6,03 kg/mz, perempuan gemuk IMT >25 adalah 54,2%. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan bennakna antara konsumsi karbohidrat, riwayat kegemukan dari orang tua, dan status ckonomi dengan kegemukan pada perempuan umur 25 - 50 tahun di Kota Padang Paniang (p<0,05). Faktor yang dominan berhubungan dcngan kegemukan adalah status ckonomi (OR 2,2), riwayat kegemukan dari orang tua (OR 2,0) dan konsumsi karbohidrat (OR 0,4).
Kesimpulan dari penelitian ini, antara lain adalah perempuan yang keluarganya pada tingkat status ekonomi tinggi berisiko 2,2 kali menjadi kegemukan tiibandingkan perempuan dengan status ckonomi rendah. Dcmikian pula halnya dengan perempuan yang ada ketunman gemuk dari orang tua 2 kali akan menjadi gemuk dari pada perempuan yang tidak ada riwayat gemuk dad orang tua. Disamping itu pcrempuan dengan konsumsi karbohidrat tinggi berisiko gemuk 0,4 kali dari pada perempuan yang konsumsi karbohidrat rendah. Keadaan ini disebabkan dengan mempertimbangkan indeks glikemik pangan yang dikonsumsi, karena konsumsi rendah karhohidrat tapi indeks glikemik pangannya tinggi, akan berisiko kegemukan dibandingkan dengan konsumsi karbohidrat tinggi dengan indeks glikemik pangannya rendah.
Disarankan agar institusi kesehatan bersama dinas instansi terkait seperti Dinas Sosial, Keluarga Berencana, dan Tenaga Katja, BAPPEDA, Dinas Penanian, dan Pcndidikan tergabung pada kelompok ketja (pokja) Perbaikan Gizi masyarakat, mcrencanakan program pengendalian kegemukan terhadap masyarakat Kota Padang Panjang dengan selalu mclakukan pemantauan status gizi (kegemukan) sebulan sekali bempa kelompok posyandu atau sanggar senam aerobik dan timess, untuk mencegah timbulnya penyakit degeneratif.

i>Obesity is more often experienced by women than men. This is very important to be analyzed. The effects of obesity, especially for women, is degenerative illness such as diabetes, hypertension, cardiovascular, osteoarthritis, etc. Obesity status can be known through Body Mass Index (BMI) by comparing body weight with body height in kg/mz. This indication is using BMI indicator with > 25,0 kg/m2 limits. Prevalence of obesity women (BMI > 25,0) experienced by the women group of 30 - 49 years old. The data of Health Department of West Sumatera Province in 2004 show that obesity (BMI > 25) experienced by the women in Padang Panjang city is 53.3%. This is the highest figure throughout the regions in West Sumatera, where obesity status for the women is 33.5%.
The objective of this research is to fmd description of obesity of 25 - 50 year old women in Padang Panjang City In 2007 through Body Mass hidex (BMI) and other related factors. This research uses primary data with observational quantitative approach and cross sectional method. This research was done in April- May 2007. Respondents for this research is selected based on simple random technique from each village. The numbers of respondents fiom each village is proportional of the population. The minimum sample in this research is 192 women in 16 villages in Padang Panjang City. Independent variable is obesity (BMI) and independent variables are age, descent obesity, parity, food consumption, physical activities, eating habits, economic status, marriage status, and knowledge of nutrition. Data analysis is done in stages begins from partial regression, chi square and then multiple logistic regression.
The result of this research shows that the average of Body Mass Index (BMI) for 25 - 50 years old women is 26.60 :t 6.03 kg/1112, respondents of obesity BMI > 25 is 54.2%. This analysis shows that there is a significant correlation between carbohydrate consumption, descent obesity and economic status with obesity for 25 - 50 years old women in Padang Panjang City ( p > 0.05). Dominant related factor with obesity is economic status with OR 2.2, for descent obesity with OR 2.0 and OR 0.4 for carbohydrate consumption. The conclusion of this research is the women of high economic status have 2.2 times risk of experiencing obesity compared to the women of low economic status. The women with descent obesity also have 2.2 times risk of experiencing obesity compared to the women with no descent obesity. ln addition, the women with high carbohydrate consumption have 0.4 times of experiencing obesity compared to the women with low carbohydrate consumption. Although the women with low carbohydrate consumption but high glikemik index will have risk of experiencing obesity compared to low glikemik indeks.
The results of this research recommends to health department with other related departments such as social department, family planning, manpower department, Regional Development Board, agricultural department and education department cooperate to deal with public health, obesity restraint planning, in Padang Panjang City by controlling nutrition status once in a month in small social units like aerobic, fitness to prevent degenerative illness. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34441
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Afifa Aghnat
"Akumulasi lemak berlebih merupakan masalah kesehatan global yang disebut obesitas. Peningkatan lemak ini meningkatkan produksi ROS (Reactive Oxygen Species) sehingga terjadinya stress oksidatif. Protein karbonil merupakan produk ROS yang menjadi marker oksidasi seluruh protein. Peningkatan kadar protein karbonil berhubungan dengan berbagai penyakit yang dapat mengganggu kualitas hidup. Salah satu metode menurunkan stress oksidatif adalah dengan melakukan puasa intermiten Uji klinis dengan kelompok kontrol merupakan metode yang digunakan. Sampel penelitian tersimpan dari penelitian sebelumnya dengan subjek yaitu karyawan pria obesitas (IMT ≥ 25 kg/m2 ) berusia 19-59 tahun yang kemudian melalui randomisasi sederhana dibagi menjadi kelompok puasa dan kontrol. Puasa dilakukan selama 8 minggu setiap Senin dan Kamis. Kadar protein karbonil dihitung sebelum dan sesudah puasa dengan spektrofetrometer dan dianalisis dengan SPSS versi 24.0 dengan batas kemaknaan 5% untuk mengetahui pengaruh puasa intermiten 5:2 terhadap kadar protein karbonil plasma. Kadar protein karbonil menurun signifikan (p=0,004) pada kelompok puasa, sedangkan meningkat signifikan pada kelompok tidak puasa (p=0,007). Perbedaan bermakna (p = 0,011) ditemukan pada penurunan kadar protein karbonil antara kelompok puasa dan kontrol. Kelompok puasa memiliki kadar protein karbonil yang lebih rendah secara signifikan (p = 0,000) dibandingkan kelompok kontrol. Puasa intermiten 5:2 yang dilakukan selama 8 minggu menurunkan kadar karbonil plasma pada karyawan pria obesitas secara signifikan

Excessive fat accumulation is a global health problem called obesity. Fat accumulation makes the production of Reactive Oxygen Species (ROS) rise and stimulates oxidative stress. Protein carbonyl is a product of ROS and a marker for whole protein oxidation. Increased levels of protein carbonyl are related to various diseases that influence the quality of life. Intermittent fasting is one method to lower oxidative stress. A randomized controlled clinical trial was used in this study. The sample stored from previous studies with the subject is an obese male employee (IMT ≥ 25 kg/m2) aged 19-59 years old then divided into fasting and control groups through simple randomization. Fasting every Monday and Thursday for 8 weeks. Carbonyl protein levels were measured before and after fasting with spectrophotometry and analyzed by SPSS version 24.0 with a significance limit of 5% to determine how intermittent fasting 5:2 effect protein carbonyl levels in plasma. Protein carbonyl levels in the fasting group decreased significantly (p=0.004), while the control group increased significantly (p=0,007) after fasting. Meaningful difference (p = 0.011) was found in decreased protein carbonyl levels between the fasting and control groups after the intervention. Protein carbonyl levels were significantly lower (p=0.000) in the fasting group compared to the control group after intervention. Intermittent fasting 5:2 significantly reduces plasma protein carbonyl levels in male employees with obesity. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahidatul Zahroh
"Pada penelitian ini dilakukan pemodelan untuk mengetahui pengaruh pengasaman air laut terhadap pola bioakumulasi Zn pada Babylonia spirata. Jalur paparan kontaminan dilakukan melalui jalur air, di bawah pengaruh konsentrasi Zn dengan kisaran 0,1; 0,3; 0,5; 0,7 ppm, salinitas dengan kisaran 23, 25 dan 27 ppt, serta pengaruh pH dengan kisaran 7,1; 7,8; 8,3. Setiap hari seluruh biota uji dianalisis menggunakan spektrometer gamma untuk memperoleh data pengambilan kontaminan dari aktivitas 65Zn. Paparan dihentikan saat aktivitas 65Zn dalam tubuh biota uji tidak mengalami kenaikan (steady state). Selanjutnya, dilakukan proses pelepan kontaminan untuk mengurangi kadar logam pada biota uji menggunakan metode pengaliran air berulang. Selama proses pelepasan, setiap hari seluruh biota uji dianalisis aktivitas 65Zn menggunakan spektrometer gamma untuk memperoleh data pelepasan kontaminan. Pada eksperimen ini didapatkan nilai CF pada pengaruh konsentrasi, salinitas dan pH masing-masing sebesar 44,25-88,49 mL/g; 45,98-76,68 mL/g.; 36,46-52,03 mL/g.

In this study, modeling was carried out to determine the effect of ocean acidification on Zn bioaccumulation pattern in Babylona spirata. The contaminant exposure pathway was carried out through water with a variation of Zn concentration at range 0.1; 0.3; 0.5; 0.7 ppm, salinity at range 23; 25; and 27 ppt, and pH at range 7.1; 7.8; and 8.3. The biotas taking of contaminants was examined daily from their 65Zn activities using a gamma spectrophotometer. Contaminant exposure was stopped after constant 65Zn activity was observed (steady state). The contaminant release process was then carried out to reduce the metal content in experimental biota using a recurrent water flow method. During the releasing process, the biotas release of contaminants was examined daily by measuring 65Zn activities using a gamma spectrophotometer. In this study it was found that CF values on the effect of concentration, salinity and pH were 44.25-88.49 mL/g, 45.98-76.68 mL/g, and 36.46-52.03 mL/g respectively.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiona Sarah
"Skripsi ini membahas peran penggunaan gadget, aktivitas fisik dan asupan dengan kejadian overweight dan obesitas pada anak usia sekolah (7-12 tahun). Responden diambil dari SD Marsudirini Matraman, Jakarta Timur dengan data yang berasal dari siswa dengan pengisian food frequency questionnaire, physical activity questionnaire, dan wawancara 24h food recall. Perbedaan antar kelompok diuji dengan menggunakan uji chi-square dan uji ANOVA. Berdasarkan 263 responden, 52.1% merupakan siswa laki-laki. Prevalensi responden dengan berat badan normal, overweight, obesitas masing-masing sebesar 47.9%, 21.7%, dan 30.4%. Terdapat perbedaan bermakna antara kejadian obesitas dan overweight antara jenis kelamin dan umur (p < 0.05). Prevalensi obesitas dan overweight cenderung lebih besar pada anak laki-laki. Sementara tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara status berat badan dengan penggunaan gadget, aktivitas fisik, kebiasaan konsumsi dan asupan makanan, kecuali asupan lemak (p = 0.018). Responden dengan overweight/obesitas memiliki rata-rata persentase asupan lemak lebih tinggi dibandingkan responden dengan berat badan normal. Serta sebagian besar anak menggunakan gadget < 2 jam setiap hari dan tidak cukup aktif dalam melakukan aktivitas fisik. Terdapat peningkatan risiko obesitas 1.57 kali dan risiko overweight 1.43 kali pada anakanak yang bermain gadget > 2 jam setiap hari.

The aim of this study was to describe gadget using, physical activity and dietary intake in normal weight, overweight and obese school-aged children (7-12 years old). Children were recruited from Marsudirini Matraman Elementary School, East Jakarta. All data were obtained by child report using food frequency questionnaire, physical activity questionnaire for older-children (PAQ-C) and 24h food recall interview. Principal component analysis used chi-square and one-way ANOVA to identify difference in each group. Among 263 participants, 52.1% were boys; the percentages of normal, overweight, obese were 47.9%, 21.7%, and 30.4%, respectively. These prevalence rates were greater in boys than girls and vary according to age (p < 0.05). There are no difference between gadget using duration and physical activity for normal, overweight, and obese. Moreover the difference between dietary intake and dietary habits were not significant, except for fat intake (p = 0.018). Obese and overweight children have higher average percentage in fat intake than normal weight children. Most of the children use their gadget not more than 2 hours each day and not active in physical activity. Children who spent more than 2 hours in playing gadget 1.57 times were more likely to be obese and 1.43 times become overweight."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46650
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudikno
"Latar belakang: Peningkatan status sosial ekonomi masyarakat dan perubahan gaya hidup, termasuk dalam perubahan pola makan serta kurangnya aktivitas fisik meningkatkan prevalensi kegemukan dan obesitas.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan obesitas pada orang dewasa di Indonesia.
Metode: Penelitian ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar 2007 dengan disain cross-sectional. Populasi penelitian adalah semua anggota rumah tangga yang berumur ≥ 18 tahun. Sedangkan sampel adalah semua anggota rumah tangga yang berumur ≥ 18 tahun dengan kriteria inklusi tidak cacat fisik dan mental, tidak dalam keadaan hamil, dan mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) minimal 18,5 kg/m2. Responden dikatakan obesitas jika IMT lebih dari 27 kg/m2. Aktivitas fisik diukur dengan menanyakan jenis aktivitas fisik (berat dan sedang) dan durasinya per minggu. Regresi logistik digunakan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan obesitas.
Hasil dan simpulan: Prevalensi obesitas (IMT>27 kg/m2) pada orang dewasa ditemukan sebesar 12,47 persen (CI 95%: 12,28 ? 12,66). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada orang dewasa setelah dikontrol oleh variabel penganggu (wilayah, umur, jenis kelamin, status kawin, pendidikan, pekerjaan, kebiasaan merokok). Aktivitas fisik yang kurang memiliki risiko lebih besar untuk obesitas dibandingkan aktivitas fisik yang cukup.
Rekomendasi: Untuk mengurangi kejadian obesitas disarankan agar melakukan aktivitas fisik yang cukup seperti: jalan kaki, joging, lari pagi, dan bersepeda. Selanjutnya Departemen Kesehatan perlu mengembangkan pedoman baku terkait dengan kecukupan aktivitas fisik.

Background: The enhancement of social economy status and the life style changes, including changes in eating habits and reduction of physical activities increased overweight and obesity prevalence.
Objective: The research objective is to know the relationship of physical activity and adult obesity in Indonesia.
Method: This research used Basic Health Research (Riset Kesehatan Dasar) 2007 data with cross-sectional design. The populations were all household members aged ≥ 18 years. The samples were all household members aged ≥ 18, physically and mentally healthy, non-pregnant, and their BMI at least 18.5 kg/m2. The respondent was obese if his BMI was at least 18.5 kg/m2. Physical activity was assessed with questions about its type (vigorous and moderate) and its duration per week. Logistic regression was used to study the relationship of physical activity and adult obesity.
Result and Conclusion: Obesity prevalence (BMI>27kg/m2) in adult was 12.47% (CI 95%: 12.28 ? 12.66). The result showed that there was a relationship between physical activity and adult obesity, controlled by confounder variable (area, age, sex, marital status, education, occupation, and smoking habits). People who had insufficient physical activity had more risk to become obese than those who had sufficient physical activity.
Recommendation: To reduce the risk of becoming obese, it is advisable to have sufficient physical activity such as, walking, jogging, running, and biking. It is also necessary for Health Department to develop guidance of sufficient physical activity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31362
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Darmawati
"ABSTRAK
Sebagian besar kematian di dunia berhubungan dengan penyakit akibat kelebihan berat badan dan kegemukan. Latihan fisik interval training menjadi alternatif untuk mengatasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan fisik interval training terhadap Indeks Massa Tubuh dengan menggunakan metode eksperimental semu dengan kelompok kontrol yang melibatkan 44 sampel perempuan dewasa dengan masalah kelebihan berat badan dan kegemukan. Hasil penelitian menunjukan bahwa latihan fisik interval training dapat memberikan manfaat penurunan Indeks Massa Tubuh setelah 12 kali latihan (p= 0,000). Perawat komunitas diharapkan dapat mengimplementasikan latihan fisik interval training sebagai bagian dari program pencegahan penyakit tidak menular di masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
610 UI-JKI 18:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>