Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 212252 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitompul, Gandafajar
"Latar belakang: Kanker merupakan masalah kesehatan utama global, dan menjadi penyebab kematian tertinggi kedua. Kemoterapi, sebagai salah satu terapi kanker, efektif meningkatkan kesembuhan dan kualitas hidup pasien, namun memiliki efek samping jangka panjang, termasuk gangguan kognitif. Di Indonesia, belum ada kuesioner khusus untuk menilai gangguan kognitif pada pasien kanker.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa kuesioner FACT-Cog versi 3 bahasa Indonesia merupakan alat ukur yang valid dan reliabel dalam menilai gangguan kognitif serta dampaknya pada kualitas hidup pasien kanker yang menjalani kemoterapi di Indonesia.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada pasien di unit kemoterapi RSCM dari September hingga Oktober 2024. Adaptasi bahasa dan budaya kuesioner FACT-Cog versi 3 dilakukan dengan metodologi translasi bahasa dan trans-budaya berdasarkan kaidah Guillemin dan Beaton. Uji validasi melibatkan 100 subjek, mencakup validasi konstruksi, validasi kriteria, dan uji reliabilitas dengan metode konsistensi internal dan test-retest.
Hasil: FACT-Cog versi 3 bahasa Indonesia menunjukkan konsistensi internal tinggi (Cronbach’s α = 0,915) dan test-retest dengan korelasi baik hingga sangat baik (ICC = 0,721-0,976). Validitas konvergen FACT-Cog versi 3 bahasa Indonesia menunjukkan korelasi sedang (r = 0,415-0,606) dengan EORTC QLQ C30 bahasa Indonesia, sementara validasi konstruksi dapat diterima, dengan korelasi dari lemah hingga kuat (r = 0,352-0,889) antara setiap item dengan domain masing-masing.
Kesimpulan: Kuesioner FACT-Cog versi 3 bahasa Indonesia merupakan alat ukur yang valid dan reliabel untuk menilai gangguan fungsi kognitif dan dampaknya terhadap kualitas hidup pada pasien kanker dalam terapi kemoterapi di Indonesia.

Background: Cancer remain a significant global health concern, ranking as the second leading cause of death worldwide. Chemotherapy, a primary treatment for cancer, has proven effective in enhancing patient recovery and quality of life; however, it is also associated with long-term side effect, including cognitive impairment. In Indonesia, there is currently no specialized tool for assessing cognitive impairment among cancer patients.
Aim: This study aims to validate the Indonesian version of the FACT-Cog version 3 questionnaire as a reliable and valid tool to assess cognitive impairment and its impact on the quality of life in cancer patients undergoing chemotherapy in Indonesia.
Methods: This cross-sectional study was conducted at the chemotherapy units RSCM from September to October 2024. The language and cultural adaptation of the FACT-Cog version 3 questionnaire followed the translation and cross-cultural methodology of Guillemin and Beaton. Validation testing involved 100 subjects, covering construct validation, convergent validation, and reliability testing with internal consistency and test-retest methods.
Results: The Indonesian version of FACT-Cog version 3 demonstrates high internal consistency (Cronbach's α = 0.915) and strong to excellent test-retest reliability (ICC = 0.721-0.976). Convergent validity shows a moderate correlation (r = 0.415-0.606) with the Indonesian version of the EORTC QLQ C30. Construct validity is acceptable, with weak to strong correlations (r = 0.352-0.889) between individual items and their respective domains.
Conclusion: The Indonesian version of FACT-Cog version 3 is a valid and reliable tool to assess cognitive impairment and its impact on the quality of life in cancer patients undergoing chemotherapy in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rini Rinelly
"Kemoterapi merupakan salah satu penanganan untuk penyakit kanker. Namun, tingkat kepatuhan pasien terhadap kemoterapi di negara berkembang tergolong rendah. Rendahnya kepatuhan pasien dapat disebabkan oleh faktor pengetahuan. Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan mengenai pengobatan kemoterapi dengan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan kemoterapi di Rumah Sakit. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 66 pasien kanker yang menjalani pengobatan kemoterapi intravena yang ditentukan berdasarkan purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah Leuven questionnaire on patient knowledge on chemoterapy untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan responden tentang kemoterapi, dan lembar pengukuran kepatuhan. Hasil penelitian dengan menggunakan uji Chi Square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan p=0,422; ?=0,05. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk melihat pengaruh faktor lain selain pengetahuan yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalani kemoterapi.

Chemotherapy is one of the treatment for cancer. However, patient adherence rates for chemotherapy in developing countries are low. Low adherence rate may be due to knowledge factor. This analytical descriptive research was using cross sectional approach. The aim of this study was to know the relationship between chemotherapy knowledge level with patient adherence who rsquo s undergoing chemotherapy treatment. 66 cancer patients were selected using purposive sampling. Leuven questionnaire on patient knowledge on chemotherapy was used to identify the respondents 39 knowledge of chemotherapy, and the adherence measurement form was used to identify the adherence of respondents. The results of this study indicated that there was no significant relationship between knowledge level and adherence p 0,422 0,05. Further research on the effect of other factors beside knowledge on patient adherence in chemotherapy is suggested by the researchers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67511
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Yustisia
"Lingkungan mikro tumor berperan penting dalam meregulasi sifat kepuncaan, proliferasi, ketahanan terhadap apoptosis, dan metabolisme sel punca kanker. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek modulasi lingkungan ekstraseluler melalui kondisi hipoksia dan alkalinisasi pada metabolisme glukosa dan ketahanan hidup sel punca kanker CSC payudara manusia CD24-/CD44 . Pada penelitian in vitro eksperimental ini, CSC payudara manusia dikultur pada kondisi hipoksia dan kondisi alkali. Kultur sel diinkubasi selama 30 menit, 4, 6, 24, dan 48 jam pada suhu 37 C kemudian dilakukan analisis status metabolisme glukosa, regulasi pH, ketahanan hidup, dan penanda kepuncaan serta pluripotensi CSC payudara menggunakan berbagai teknik yaitu qRT-PCR, kolorimetri, fluorometri, dan aktivitas enzimatik. Kondisi hipoksia menyebabkan peningkatan ekspresi mRNA dan konsentrasi HIF1? sehingga mengaktivasi gen-gen yang berada di bawah regulasinya. Hipoksia juga menyebabkan penekanan proliferasi namun meningkatkan ketahanan terhadap apoptosis. Alkalinisasi menyebabkan peningkatan pH ekstraseluler pHe yang menstimulasi peningkatan aktivitas dan ekspresi mRNA gen regulator pH seluler. Status metabolisme menunjukkan peningkatan aktivitas glikolisis anaerobik disertai peningkatan ekspresi transporter GLUT1. Alkalinisasi menyebabkan penekanan proliferasi CSC payudara bahkan kematian sel. Sebagai kesimpulan, modulasi lingkungan ekstraseluler baik melalui hipoksia maupun alkalinisasi dapat meningkatkan aktivitas glikolisis yang selanjutnya mempengaruhi ketahanan hidup dan kepuncaan CSC payudara CD24-/CD44.

This study was aimed to analyze the effect of extracellular pH and O2 level modulation on glucose metabolism and survival of the human CD24 CD44 breast cancer stem cells BCSCs . The primary BCSCs CD24 CD44 cells were cultured under hypoxia 1 O2 or under supplementation of sodium bicarbonate 100 mM for various periods. After each incubation periods, the pH regulation, glucose metabolism, survival, stemness and pluripotency markers were analyzed using various techniques including qRT PCR, colorimetry, fluorometry, dan enzymatic reactions. This study demonstrated that hypoxia caused an increase of HIF1 mRNA expression and protein level, and shifted metabolic states to be more glycolytic. Hypoxia also promoted the suppression of cell proliferation and induced the apoptosis evasion. Alkalinization caused a high pHe then stimulated an increase of mRNA and activity of cellular pH regulator that lead to upregulation of anaerobic glycolysis. Alkalinization inhibited BCSCs proliferation and promoted apoptosis. To conclude, modulation of the extracellular environment of human BCSCs through hypoxic condition and alkalinization could shift the metabolic state toward the anaerobic glycolysis which in turn affected the proliferation and survival.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezky Ananda Rianto
"ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Penurunan Kualitas Hidup terkait Kanker Kepala dan Leher banyak dirasakan oleh pasien yang sedang menjalani pengobatan kanker tersebut. Pengukuran dari perubahan kondisi ini membutuhkan suata alat ukur valid yang dapat diimplementasikan untuk pasien Kanker Kepala dan Leher di Indonesia. EORTC QLQ-H N 35 merupakan suatu kuesioner kualitas hidup khusus Kanker Kepala dan Leher yang telah divalidasi ke berbagai bahasa. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan EORTC QLQ-H N 35 versi Bahasa Indonesia yang memiliki validitas bahasa yang baik dapat diujicobakan lebih lanjut untuk uji kesahihan dan keandalan.METODE: Penelitian ini merupakan suatu studi kualitatif yang melaporkan proses penerjemahan kuesioner EORTC QLQ-H N 35 ke dalam Bahasa Indonesia berdasarkan persyaratan yang ditulis didalam EORTC Quality of Life Group Translation Procedure, 4th edition, 2016 serta respons pasien terhadap hasil terjemahan tersebut. Populasi terjangkau untuk fase uji coba kuesioner adalah laki-laki dan perempuan usia 18-70 tahun dengan diagnosa kanker kepala dan leher yang datang ke poliklinik rawat jalan Rehabilitasi Medik dan poliklinik rawat jalan THT Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, yang memenuhi kriteria penelitian. Pemilihan sampel untuk fase uji coba kuesioner dilakukan secara consecutive sampling. Peserta diminta mengisi kuesioner EORTC QLQ-H N35 versi 1 Bahasa Indonesia dan diwawancarai untuk menilai respons mereka terhadap kuesioner. Wawancara ulang dilakukan untuk mengkonfirmasi pemahaman pasien terhadap pertanyaan yang diduga bermasalah saat penyusunan terjemahan kuesioner.HASIL: Sebanyak 14 subyek mengikuti uji coba kuesioner. Dari wawancara awal dan wawancara konfirmasi didapatkan masih ada 13 dari total 35 pertanyaan yang dirasa pasien sulit dijawab, membingungkan, menggunakan kata yang sulit dipahami, atau membuat tidak nyamanKESIMPULAN: Masih banyak pertanyaan yang yang dipersepikan berbeda dari makna aslinya oleh pasien. Adaptasi EORTC QLQ-H N35 dalam Bahasa Indonesia versi 1 belum dapat dipahami dan digunakan untuk menilai kualitas hidup pasien Kanker Kepala dan Leher di Indonesia. Uji coba dan penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menghasilkan hasil terjemahan yang valid.
ABSTRACT BACKGROUND Head and Neck Cancer related changes in Quality of Life has been reported by patients undergoing cancer treatment. A valid measurement tool that can detect the changes in Quality of Life of Head and Neck Cancer patient can enhance the quality of treatment and management of this type of cancer. The EORTC QLQ H N 35 is a specific quality of life assessment module for Head and Neck Cancer patients that had been validated into many languages. This study aims to translate EORTC QLQ H N 35 into Bahasa Indonesia so that it may be used for validity and reliability study.METHODS This is a descriptive qualitative study that reports the translation process of The EORTC QLQ H N 35 into Bahasa Indonesia as described in the EORTC Quality of Life Group Translation Procedure, 4th edition, 2016 and the patient rsquo s response to the translation result. The sample for the pilot testing phase of the study are men and women age 18 70 years old, diagnosed with Head and Neck Cancer who came to the outpatient Rehabilitation and ENT clinic Cipto Mangunkusumo Hospital that fulfilled the study criteria. Sampling for the pilot testing phase is done via consecutive sampling. The participants were asked to fill the EORTC QLQ H N35 version 1 Bahasa Indonesia and interviewed to record their response of the the questionnaire. A second interview was conducted to confirm the patients understanding of the questions that are noted to be problematic during the translation phase.RESULTS Fourteen subjects participated in the questionnaire pilot testing phase. From the first and second interview, it is found that out of 35 set of questions, there are 13 questions that are deemed by the patients to be difficult to answer, confusing, using difficult words, or upsettingCONCLUSION There are still many questions that had been perceived differently by the patient from what had been intended. Version 1 of the EORTC QLQ H N 35 Bahasa Indonesia cannot be fully understand by the patient and cannot be used to measure the Quality of Life of Head and Neck Cancer patient in Indonesia. Further tests and research is required to produce a valid translation of the questionnaire."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Setia Budi
"Kemoterapi merupakan salah satu penatalaksanaan yang penting pada pasien kanker payudara terutama pada stadium lanjut dan memiliki efek samping sehingga dapat menggangu kegiatan sehari-hari serta mempengaruhi kondisi psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran efek samping kemoterapi pada pasien kanker payudara dan upaya mengatasinya. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan 40 responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 82,5% dari 40 responden mengalami mual dan muntah, sebanyak 72,5% dari 40 responden mengalami kehilangan nafsu makan, sebanyak 72,5% dari 40 responden mengatakan lidahnya terasa pahit, sebanyak 72,5%dari 40 responden mengalami kebas dan kesemutan, dan sebanyak 65% dari 40 responden mengalami kerontokan-kebotakan. Hasil penelitian juga menggambarkan tindakan mandiri yang paling sering dilakukan diantaranya dari 40 responden sebanyak 65% memakan buah-buahan, dari 40 responden sebanyak 60% memakan makanan yang manis, dari 40 responden sebanyak 57,5% makan sedikit tapi sering, dan dari 40 responden sebanyak 57,5% memakai kerudung untuk menutupi kebotakan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk pengembangan pendidikan kesehatan terkait efek samping kemoterapi dan tindakan mandiri untuk meminimalkan efek samping yang dialami.

Chemotherapy is an important management for patients who were diagnosed breast cancer, especially at an advanced stage. Chemotherapy has the side effects, thus it can interfere the patient's daily activities and worsen the psychological conditions. This study aimed to describe the side effects of chemotherapy and the independent action to overcome it in breast cancer patient. This study used crosssectional design with 40 respondents. The results showed that as many as 82.5% of respondents had experienced nausea and vomiting, 72.5% of 40 respondents had experienced loss of appetite, and 72.5% 40 respondents said their tongue tasted bitter, 72.5% of 40 respondents experiencing numbness and tingling, and as many as 65% of 40 respondents experienced baldness. The results also described the most frequently performed independent action to overcome those side effects in 40 respondents. As many as 65% of respodents eat fruits, 60% ate sweets, 57.5% eat little but often, and 57.5% wear a veil to cover baldness. The results of this study are expected to be used as a source of information for the development of health education about the side effects of chemotherapy and the independent actions to minimize this effects.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S65371
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Kristiani
"Pendahuluan
MicroRNA (miR)-544a telah diidentifikasi sebagai pengatur potensial dalam jalur WNT/β-Catenin, namun perannya yang spesifik pada kanker paru-paru non-sel kecil (KPKBSK) dan hubungannya dengan resistensi kemoterapi berbasis platinum masih belum jelas. Oleh karena itu, kami bertujuan untuk menentukan hubungan antara ekspresi miR-544a dan GSK-3β, β-catenin, dan CD44 dengan resistensi kemoterapi berbasis platinum pada pasien KPKBSK stadium lanjut.
Metode
Penelitian ini dirancang sebagai studi kasus kontrol di mana individu yang didiagnosis dengan KPKBSK stadium lanjut (III-IV) dari Januari 2018 hingga Juli 2023 dari 6 rumah sakit berbeda di Indonesia. Analisis tingkat miR-544a dilakukan menggunakan Kit PCR QuantiTect SYBR Green secara real-time. Ekspresi GSK, β-catenin, dan CD44 menggunakan pewarnaan imunohistokimia (IHK) dilakukan dari formalin-fixed paraffin embedded (FFPE). Evaluasi intensitas IHK dibagi menjadi empat kategori ekspresi: negatif atau tidak berwarna, positif lemah, positif sedang, dan positif kuat. Dari 500 sel, kami menggunakan rumus semi-kuantitatif H-score.
Hasil
Studi ini melibatkan 62 pasien KPKBSK stadium lanjut yang menjalani kemoterapi berbasis platinum dan menemukan miR-544a lebih tinggi pada responden yang buruk, dengan nilai p yang signifikan sebesar 0,009. Model prediktif untuk miR-544a menunjukkan nilai Roctab sebesar 0,6957. Nilai batas miR-544a sebesar 2,08 menghasilkan sensitivitas 64% dan spesifisitas 67,57%. Tingkat miR-544a di atas 2,08 secara signifikan terkait dengan respons pengobatan yang lebih buruk (OR 2,159, 95% CI 1,132 - 4,117, p = 0,016).
Kesimpulan
Studi ini menunjukkan bahwa tingkat miR-544a merupakan biomarker yang signifikan untuk memprediksi respons kemoterapi pada pasien dengan KPKBSK stadium lanjut.

Introduction
MicroRNAs (miR)-544a has been identified as a potential regulator in the Wnt/β-Catenin pathway, but its specific role in non-small cell lung cancer (NSCLC) and its relationship with platinum-based chemotherapy resistance, remains unclear. Thus, we aim to determine the relationship between the expression of miR-544a and GSK-3β, β-catenin, and CD44 with platinum-based chemotherapy resistance in advanced stage NSCLC patients.
Methods
The research is designed as a case control study in which individuals diagnosed with advanced stage (III-IV) NSCLC from January 2018 and July 2023 from 6 different hospitals in Indonesia.
The analysis of miR-544a levels was done using the real-time QuantiTect SYBR Green PCR Master Kit. The expression of GSK, β-catenin, and CD44 expression using immunohistochemistry (IHC) staining was performed from the formalin-fixed paraffin embedded (FFPE). The evaluation of IHC intensity was divided into four expression categories: negative or unstained, weakly positive, moderately positive, and strongly positive. From 500 cells, we used the semi-quantitative H-score formula.
Results
This study of 62 advance NSCLC patients undergoing platinum-based chemotherapy and found miR-544a were higher in poor responders, with a significant p-value of 0.009. The predictive model for MiR-544a demonstrated a Roctab value of 0.6957. A miR-544a cutoff value of 2.08 yielded sensitivity of 64% and specificity of 67.57%. MiR-544a levels above 2.08 were significantly associated with poorer treatment response (OR 2.159, 95% CI 1.132 - 4.117, p = 0.016).
Conclusions
The study demonstrates that miR-544a levels are a significant biomarker for predicting chemotherapy response in patients with advance NSCLC.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Primahastuti
"Latar belakang: Kanker kepala dan leher merupakan salah satu kanker yang berisiko tinggi malnutrisi. Pada kanker kepala dan leher stadium lanjut lokal, radioterapi dengan atau tanpa kemoterapi merupakan terapi pilihan dan berkaitan dengan berbagai efek samping yang berperan dalam penurunan asupan makan dan berefek negatif pada status nutrisi. Tata laksana nutrisi bertujuan untuk mengurangi risiko malnutrisi, mendukung keberhasilan terapi kanker, meningkatkan kualitas hidup, serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Pemberian terapi nutrisi berupa konsultasi individu yang meliputi perhitungan kebutuhan energi, makronutrien, mikronutrien, dan nutrien spesifik, serta pemberian medikamentosa bila diperlukan.
Metode: Pasien pada serial kasus ini berjumlah empat orang dengan rentang usia 3055 tahun. Dua dari empat pasien mendapat kombinasi kemoterapi. Hasil skrining keempat pasien dengan malnutrition screening tools (MST) didapatkan skor ≥2. Kebutuhan energi total dihitung menggunakan persamaan Harris-Benedict yang dikalikan dengan faktor stres sebesar 1,4. Pemantauan yang dilakukan berupa anamnesis keluhan subyektif dan analisis asupan, pemeriksaan fisik, antropometri, massa otot skelet, massa lemak, kekuatan genggam tangan, dan hasil laboratorium. Pemantauan dilakukan secara rutin dengan frekuensi satu kali per minggu untuk menilai pencapaian target nutrisi.
Hasil: Terapi nutrisi dapat meningkatkan asupan protein dan nutrien spesifik, namun tidak dapat mencegah penurunan BB, massa otot skelet, dan kekuatan genggam tangan pada pasien kanker kepala dan leher stadium lanjut lokal yang menjalani terapi radiasi dengan atau tanpa kemoterapi.
Kesimpulan: Tata laksana nutrisi pada pasien kanker kepala dan leher stadium lanjut lokal yang menjalani terapi kanker dapat memberikan efek positif pada asupan nutrien pasien.

Introduction: Head and neck cancer is one of malignancy with higher risk of malnutrition. Treatment of choice for locally advanced head and neck cancer is radiotherapy with or without chemotherapy and is associated with various side effects that may decrease food intake and negatively affect nutritional status. The aim of nutrition management is to reduce the risk of malnutrition, to support the success of cancer therapy, to enhance the quality of life, and to reduce morbidity and mortality. Nutrition therapy in the form of consultation includes calculation of energy needs, macronutrient, micronutrient, and specific nutrients, as well as drug therapy when needed.
Methods: This case series consist of four patients between 3055 years old. Half of the patients received combination with chemotherapy. All patients had screening score with malnutrition screening tools (MST) ≥2. The total energy requirement was calculated using Harris-Benedict equation then multiplied with stress factor 1.4. Monitoring was done by anamnesis of subjective complaints and food intake, physical examination, anthropometric, muscle mass, fat mass, hand grip strength, and laboratory results. Monitoring was performed frequently once a week to assess the accomplishment of nutritional target.
Results: Nutrition therapy could improve intake of protein and specific nutrients, but couldn't prevent weight loss, a decrease in muscle mass and hand grip strength in locally advanced head and neck cancer patients receiving radiation therapy with or without chemotherapy.
Conclusion: Nutrition management in locally advanced head and neck cancer patients receiving anticancer therapy positively affect patient's nutrient intake.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Findy Prasetyawaty
"Latar Belakang. Pasien kanker usia lanjut sering mendapatkan terapi substandar sehingga memiliki luaran lebih buruk dibandingkan usia yang lebih muda namun di lain pihak kemungkinan untuk terjadinya komplikasi dan toksisitas terkait pengobatan juga meningkat. Comprehensive Geriatric Assessment (CGA) merupakan metode yang paling tepat untuk mendapatkan gambaran status kesehatan umum pada usia lanjut namun tidak selalu mampu laksana untuk diterapkan pada praktik klinik rutin sehingga diperlukan pemeriksaan penapis yang lebih singkat dan mudah digunakan. Skor G8 adalah instrumen penapis yang direkomendasikan untuk populasi kanker usia lanjut namun belum pernah diteliti di Indonesia.
Tujuan. Mengetahui bagaimana performa skor G8 sebagai pemeriksaan penapis dalam menilai frailty pada pasien kanker usia lanjut
Metode. Studi ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan selama bulan Maret-Juni 2020. Subyek penelitian adalah pasien kanker berusia > 60 tahun yang berobat ke Poliklinik Hematologi Medik RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta. CGA dinilai pada 7 domain yaitu domain status fungsional, nutrisi, kognitif, gangguan mood, mobilitas, polifarmasi dan komorbiditas. CGA dianggap terganggu apabila terdapat gangguan pada 2 domain atau lebih.
Hasil. Sejumlah 168 pasien kanker usia lanjut mengikuti studi ini dengan median usia 64 tahun. Didapatkan AUC (Area Under Curve) sebesar 0,76 (p < 0,001 dengan 95% CI 0,685-0,835). Pada nilai titik potong 11,25 didapatkan sensitivitas 78,5%, spesifisitas 56%, nilai duga positif 56,3% dan nilai duga negatif 78,4%. Akurasi diagnostik skor G8 adalah sebesar 67,75%.
Simpulan. Skor G8 memiliki performa yang cukup baik sebagai alat penapis frailty pada pasien kanker usia lanjut sehingga dapat diterapkan pada praktik klinik sehari-hari. Masih diperlukan studi lebih lanjut untuk mencari pemeriksaan tambahan untuk meningkatkan sensitivitas G8 pada pasien kanker usia lanjut.

Background. Elderly cancer patients are at increased risk of undertreatment or overtreatment, therefore they may have worse outcome compared to their younger counterparts. Currently Comprehensive Geriatric Assessment (CGA) remains the most appropriate method to assess frailty in elderly patients but not always feasible in routine clinical practice. A screening tool is needed to make a quick assessment to recognize the patients who need a CGA. G8 score is the screening tool recommended for elderly cancer patients, but it’s performance has never been assessed in Indonesia.
Objectives. To assess the performance of G8 Score as frailty screening tool assessment in Elderly Cancer Patients
Methods. A cross-sectional study on elderly cancer patients (> 60 years old) was conducted in Hematology and Medical Oncology outpatient clinic, Cipto Mangunkusumo Hospital from March to June 2020. The CGA domain assessed was functional status, nutrition, cognitive, mood disturbance, mobility, polypharmacy and comorbidity. CGA considered abnormal if there was abnormality in 2 or more domains.
Results. In 168 subjects aged 60-82 (median 64) years old, the AUC was 0.76 (p < 0.001; 95% CI 0.685-0.835). At cutoff point 11.25 the G8 score has sensitivity 78.5%, specificity 56%, positive predictive value 56.3% and negative predictive value 78.4% with diagnostic accuracy 67.75%.
Conclusion. The G8 score has a moderate performance as a screening tool for frailty assessment in elderly cancer patients and may be used in daily clinical practice. Studies to find additional instruments to increase the performance of G8 is needed.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siewert, J.R
New York: Springer-Verlag Berlin Heidelberg , 2000
616SIEG001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>