Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172511 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siagian, Josephine Kyla Maharani
"Asimilasi konsonan merupakan salah satu fenomena fonologi bahasa Korea yang mengatur proses perubahan bunyi konsonan karena mendapatkan pengaruh dari bunyi konsonan lain. Penelitian ini dilakukan untuk memaparkan dua klasifikasi asimilasi konsonan bahasa Korea, yaitu nasalisasi dan lateralisasi. Penelitian ini membahas empat pokok bahasan, yaitu artikulasi konsonan bahasa Korea, klasifikasi asimilasi konsonan bahasa Korea, proses perubahan bunyi nasalisasi, dan proses perubahan bunyi lateralisasi. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan dengan sumber yang diambil dari buku ilmiah dan buku pembelajaran. Melalui studi kepustakaan ini, kesimpulan bahwa letak dan cara artikulasi konsonan bahasa Korea mempengaruhi proses terjadinya perubahan bunyi dapat ditarik. Asimilasi konsonan bahasa Korea diklasifikasikan menjadi empat bentuk, dengan fokus penelitian pada nasalisasi dan lateralisasi. Nasalisasi merupakan perubahan bunyi konsonan menjadi bunyi nasal karena pengaruh konsonan nasal. Nasalisasi terjadi pada bunyi konsonan akhir yang diproduksi dalam letak artikulasi yang sama dengan bunyi nasal dan pada konsonan awal yang berupa konsonan lateral. Sementara itu, lateralisasi mengubah artikulasi konsonan nasal menjadi bunyi lateral karena pengaruh konsonan lateral.

Consonants assimilation is one of the phonological phenomena of Korean language that regulates changes in consonant sound due to the influence of neighboring consonants. This study aims to comprehensively explain two types of consonants assimilation in Korean: nasalization and lateralization. This study discussed four main topics, namely the articulation of consonants in Korean, the classification of Korean consonant assimilation, the nasalization process, and the lateralization process. This research employs a literature study method, utilizing sources from books, textbooks, and previous study. The findings of this study conclude that the process sound change in Korean is affected by the consonant’s place and manners of articulation. Korean consonant assimilation is categorized into four types, with this research focusing on nasalization and lateralization. Nasalization transforms the consonant sound into nasal sound produced at the same places of articulation, influenced by nasal consonant. It occurs in final consonant sounds articulated in the same place as nasal consonants and in initial consonants that are lateral. Meanwhile, lateralization transforms the nasal consonants sound into lateral sound under the influence of lateral consonants."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Josephine Kyla Maharani
"Asimilasi konsonan merupakan salah satu fenomena fonologi bahasa Korea yang mengatur proses perubahan bunyi konsonan karena mendapatkan pengaruh dari bunyi konsonan lain. Penelitian ini dilakukan untuk memaparkan dua klasifikasi asimilasi konsonan bahasa Korea, yaitu nasalisasi dan lateralisasi. Penelitian ini membahas empat pokok bahasan, yaitu artikulasi konsonan bahasa Korea, klasifikasi asimilasi konsonan bahasa Korea, proses perubahan bunyi nasalisasi, dan proses perubahan bunyi lateralisasi. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan dengan sumber yang diambil dari buku ilmiah dan buku pembelajaran. Melalui studi kepustakaan ini, kesimpulan bahwa letak dan cara artikulasi konsonan bahasa Korea mempengaruhi proses terjadinya perubahan bunyi dapat ditarik. Asimilasi konsonan bahasa Korea diklasifikasikan menjadi empat bentuk, dengan fokus penelitian pada nasalisasi dan lateralisasi. Nasalisasi merupakan perubahan bunyi konsonan menjadi bunyi nasal karena pengaruh konsonan nasal. Nasalisasi terjadi pada bunyi konsonan akhir yang diproduksi dalam letak artikulasi yang sama dengan bunyi nasal dan pada konsonan awal yang berupa konsonan lateral. Sementara itu, lateralisasi mengubah artikulasi konsonan nasal menjadi bunyi lateral karena pengaruh konsonan lateral.

Consonants assimilation is one of the phonological phenomena of Korean language that regulates changes in consonant sound due to the influence of neighboring consonants. This study aims to comprehensively explain two types of consonants assimilation in Korean: nasalization and lateralization. This study discussed four main topics, namely the articulation of consonants in Korean, the classification of Korean consonant assimilation, the nasalization process, and the lateralization process. This research employs a literature study method, utilizing sources from books, textbooks, and previous study. The findings of this study conclude that the process sound change in Korean is affected by the consonant’s place and manners of articulation. Korean consonant assimilation is categorized into four types, with this research focusing on nasalization and lateralization. Nasalization transforms the consonant sound into nasal sound produced at the same places of articulation, influenced by nasal consonant. It occurs in final consonant sounds articulated in the same place as nasal consonants and in initial consonants that are lateral. Meanwhile, lateralization transforms the nasal consonants sound into lateral sound under the influence of lateral consonants."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Saiful Mubin
"

Intonasi merupakan salah satu aspek yang perlu dikuasai seorang pemelajar bahasa asing karena jika intonasi tidak dituturkan secara tepat, hal itu akan berakibat pada kesalahpahaman (Penny, 1991). Begitu pula pemelajar Korea yang belajar bahasa Indonesia. Penelitian ini menginvestigasi bagaimana intonasi tuturan deklaratif dan interogatif bahasa Indonesia dituturkan oleh pemelajar Korea. Penelitian ini menggunakan subjek penelitian pemelajar BIPA dari Korea yang berada pada tingkat pemula, madya, dan tinggi. Data penelitian berupa tiga tuturan bahasa Indonesia yang terdiri atas dua kalimat tunggal dan satu kalimat majemuk dalam percakapan yang diperankan sebanyak tiga kali. Penelitian ini mengaplikasikan pendekatan IPO dengan tiga kegiatan utama: eksperimen produksi ujaran, analisis akustik ujaran, dan eksperimen uji persepsi ujaran. Kajian ini menunjukkan bahwa ciri akustik yang menandai ketiga tingkat pemelajar adalah kontur intonasinya. Tinggi nada tidak memiliki keterkaitan dengan tingkat pemelajar. Tinggi nada secara khusus hanya menandai kontras tuturan deklaratif dan interogatif. Ciri akustik tuturan tingkat pemula dan madya masih menunjukkan adanya kesamaan dengan pola intonasi bahasa Korea, sedangkan pola intonasi tuturan tingkat tinggi tidak sama dengan bahasa Korea maupun bahasa Indonesia. Hanya kontras tinggi nada tuturan dekalaratif dan interogatif tingkat tinggi yang cenderung sama dengan bahasa Indonesia. Meskipun demikian, semua tuturan dari semua tingkat diterima dengan baik oleh orang Indonesia.

 

 


Intonation is one of the aspects that need to be mastered by a foreign language learner because if intonation is not spoken correctly, it will result in misunderstanding (Penny, 1991). The idea is applied to Korean who learns Bahasa Indonesia. This study investigates how Korean learners make use of intonation to express declarative and interrogative utterances of Bahasa Indonesia. The subject of this study is native Koreans who study BIPA at the beginner, intermediate, and advance levels. The data of this study are three utterances in Bahasa Indonesia consisting of two single sentences and one compound sentence which then each subject needed to utter for three times. IPO approach is applied with three main activities: speech production experiment, speech acoustic analysis, and speech perception test experiment. This study showed that there is a particular relation between intonation contour and the learners level of comprehension. However, it failed to prove any relationships between pitch and the level of the learners. Regardless, the study found that pitch only marks the contrast of declarative and interrogative speech. The acoustic characteristics of beginner and intermediate speech levels still show similarities with the Korean intonation patterns, while the high-level speech intonation patterns are not the same as Korean and Indonesian. Only the high contrast of high-level declarative and interrogative speech tones tends to be the same as Indonesian. Nevertheless, all speeches from all levels were well received by Indonesians.

 

Keywords: Indonesian intonation pattern; Korean intonation pattern; Indonesian language learners level; declarative sentence; interrogative sentence

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, Indah Perwitasari
"Penelitian mengenai tekanan kata dalam bahasa Belanda ini ditulis dengan tujuan mencari sistem tekanan kata dalam bahasa Belanda yang jelas, yang dapat menjelaskan mengapa tekanan jatuh pada suku kata pertama (eanada), kedua (bikini), atau ketiga (ohocola) dari kanan. Fonologi linear banyak digunakan untuk mencari dan membahas sistem tekanan. Hasil yang didapat kurang memuaskan karena masih banyak hal yang tidak terpecahkan, misalnya bagaimana ketiga contoh di atas mendapatkan tekanannya masing-masing. Skripsi ini menggunakan fonologi metris untuk membahas tekanan. Fonologi metris berdasarkan suku kata. Ada dua jenis suku kata yang mempunyai kecenderungan besar mendapat tekanan, yaitu suku kata berat, terdiri dari VC dan suku kata superberat, terdiri dari VCC atau VVC. Untuk memperjelas uraian tentang tekanan digunakan pohon kata. Fonologi metris juga mengenal kaki, sifat peka kuantitas, tanda dan arah pada kaki dan pohon kata, yang kesemuanya merupakan parameter yang digunakan untuk menentukan dan menjelaskan tekanan kata dalam bahasa Belanda. Selain itu masih ada lagi beberapa istilah yang dipakai untuk menjelaskan tekanan kata, yaitu kaki ekasuku dan keluar matraan cepat dan lambat. Dari pembahasan kedua fonologi disimpulkan bahwa untuk membahas tekanan kata lebih baik menggunakan fonologi metris daripada fonologi linear."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S15810
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reno Yulia
"ABSTRAK
Asimilasi bahasa Arab secara fonologis dapat ditinjau dari beberapa sudut, yaitu mengenai macamnya dan atur_an yang menyertainya. Aturan yang dimaksud disini mempunyai ciri tertentu.
Kerangka teori yang dipergunakan adalah teori-teori yang dikemukakan oleh para linguist, baik secara umum maupun secara linguistik Arab. Berdasarkan kerangka teori yang dipakai sebagai dasar pembahasan, analisis dilakukan.
Tujuan analisis adalah untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas tentang asimilasi dalam tataran fonologis dan beberapa permasalahannya dalam bahasa Arab.

"
1989
S13354
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Razi Imaduddin
"Jurnal ini membahas tentang peminjaman kata benda dalam bahasa Rusia yang berasal dari bahasa Inggris dan Perancis dalam bidang kecantikan dan mode. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan sumber data berupa majalah Cosmopolitan edisi berbahasa Rusia terbitan bulan Maret ndash;Mei tahun 2016. Analisis dilakukan dengan menggunakan teori pembentukan kata menurut Valgina, Rozental rsquo;, dan Fomina 2002 dalam Sovremennyj russkij jazyk: U?ebnik, teori ciri fonetis kata pinjaman menurut I.B. Golub dalam Rozental rsquo; 2001 dalam Sovremennyj Russkij Jazyk, dan teori peminjaman kata oleh Haugen 1950 dan 1969 dalam The Analysis of Linguistic Borrowing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan kata pinjaman baik dari bahasa Inggris, maupun Perancis diadaptasi secara fonetis.
This journal discusses about the noun borrowing in Russian language which are adopted from English and French language in the beauty and fashion field. This research uses analitical descriptive method using Cosmopolitan magazines edition in March ndash May 2016. The Valgina, Rozental rsquo , and Fomina rsquo s theory of word forming 2002 in Sovremennyj russkij jazyk U ebnik, I.B. Golub rsquo s theory of phonetic characteristics of borrowing noun in Rozental rsquo 2001 in Sovremennyj Russkij Jazyk, and Haugen rsquo s theory of borrowing 1950 and 1969 in the analysis of linguistic borrowing are used to analyze the data. The result is, most nouns which are adopted from English and French Language are adapted through phonetical way."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Firdausa Indah Nurkhaerani
"Penelitian ini bertujuan untuk meninjau literatur terkait jenis afiks serta proses afiksasi bahasa Korea. Afiks (접사) merupakan unsur terikat yang melekat pada bentuk dasar dan memiliki fungsi untuk mengubah bentuk dasar serta menambahkan makna pada bentuk dasar. Sementara, afiksasi merupakan proses penambahan afiks pada bentuk dasar. Pertanyaan penelitian pada penelitian ini dibagi menjadi dua pertanyaan, bagaimana jenis afiks yang terdapat dalam bahasa Korea? Kedua, bagaimana kata dalam bahasa Korea dibentuk melalui proses afiksasi? Penelitian ini merupakan penelitian studi kepustakaan yang menggunakan koleksi perpustakaan sebagai sumber referensinya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara garis besar afiks bahasa Korea dibedakan berdasarkan letak dan kemampuan membentuk kata baru. Berdasarkan letak, terdapat dua jenis afiks bahasa Korea, yakni prefiks (접두사) dan sufiks (접미사). Prefiks terdiri atas tiga jenis, prefiks yang melekat pada nomina, verba atau adjektiva, dan dua atau lebih kelas kata. Sufiks bahasa Korea terdiri atas empat jenis, yaitu sufiks derivasional pembentuk nomina, verba, adjektiva, dan adverbia. Sementara, berdasarkan kemampuan membentuk kata baru, terdapat dua jenis, yaitu afiks derivasional (파생 접사) yang dapat membentuk kata baru dan afiks infleksional (굴절 접사) yang tidak dapat membentuk kata baru. Lebih lanjut, semua proses pembentukan kata melalui afiksasi dalam bahasa Korea dapat membentuk kata baru dari bentuk dasar yang dilekatinya. Beberapa penambahan sufiks juga dapat mengubah kelas kata pada bentuk dasar yang dilekatinya.

This research aims to examine the literature related to the types of affixes and the process of Korean affixation. Affixes (접사) are bound elements attached to the base form and have the function of changing the base form and adding meaning to the base form. Meanwhile, affixation is the process of adding affixes to the base form. The research questions in this study are divided into two questions, how is the classification of affixes found in Korean? Second, how are Korean words formed through the process of affixation? This research is a literature study research that uses library collections as its reference source. This research concludes that Korean affixes are distinguished based on their location and meaning. Based on their location, there are two types of Korean affixes, namely prefixes (접두사) and suffixes (접미사). Prefixes consist of three types: attached to nouns, verbs or adjectives, and more than two-word classes. As for Korean suffixes, there are four types: derivational suffixes for nouns, verbs, adjectives, and adverbs. Meanwhile, based on their meaning, there are two types, namely derivational affixes (파생접사) that can change the meaning and inflectional affixes (굴절 접사) that cannot change the meaning. Furthermore, all word formation processes through affixation in Korean can change the meaning of the base form and some affixation processes through the addition of suffixes can change the word class of the base form to which they are attached."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abu Bakar bin Abdul Hamid I.
"Pembitjaraan kami dalam tiga bab jang lalu itu adalah merupakan sebagian sadja dari sistim tata-bunji bahasa Sikka. Seperti sudah diterangkan dalam kata pengantar, pembitjaraan ini tidaklah seluas istilah jang digunakan itu. Dalam bab II telah kami njatakan metode jang kami gunakan sebagai pegangan. Kami rasa perlu menjatakan metode ini ialah karena tiap2 bahasa atau dialek mempunjai sifat2nja dan persoalan-persoalannja tersendiri jang memerlukan tjara 'approach' tersendiri pula..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1961
S10823
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Pratama
"Setiap bahasa, dalam perkembangannya, pasti akan memunculkan variasi bahasanya dalam setiap penggunaannya, termasuk juga Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO). Warna merupakan salah satu konsep abstrak dan mendasar yang selalu kita temukan dalam kehidupan keseharian kita, temasuk juga dalam Masyarakat Tuli. Akan tetapi, kurangya penelitian lanjutan mengenai proses produksi isyarat yang merepresentasikan istilah warna dasar menjadi salah satu permasalahan yang ditemukan peneliti. Dalam penelitian ini, kami akan fokus untuk meihat kemunculan variasi bahasa isyarat yang digunakan dalam 5 wilayah di Yogyakarta. Variabel dan Subjek penelitian ini adalah isyarat dari kata warna hitam, putih, merah, hijau, biru, dan kuning dari individu Tuli dalam rentang umur dari 19—48 tahun. Variabel-variabel tersebut akan didokumentasikan melalui penelitian lapangan dan dikonversikan ke dalam korpus data dan akan dianalisis kemunculan varian dan aspek-aspek yang membedakan satu varian dengan yang lainnya menggunakan metode kualitatif. Temuan kami membuktikan bahwa dalam 5 wilayah Yogyakarta, ada beberapa varian isyarat yang muncul dalam satu konsep warna dasar. Aspek yang membedakan satu varian dengan lainnya terletak di seluruh aspek fonologi bahasa isyarat seperti bentuk tangan, orientasi, lokasi, dan gerakan isyarat.

Every language, in its development, will certainly appear its language variation in its usage, including the Indonesian Sign Language (BISINDO). Colors are one of the ab-stract and fundamental concepts that we found in our daily lives, including the Deaf Society. But, the lack of further research about the process of sign production that rep-resents the basic color terms is one of the few problems that I found. In this research, we will focus on looking for the appearances of sign language variations that are used in 5 regional areas of Yogyakarta. the variables and subjects of this research are signs from the word colors black, white, red, green, blue, and yellow from Deaf people rang-ing from 19--48 years old. The variables will be documented through field research and converted into corpus data and will be analyzed for the variation that appears and the aspects that differ one variation from another using the qualitative method. Our (author and corresponding author) findings prove that in the 5 regional areas of Yogyakarta, there are several variations in sign language in one concept of the basic colors. The aspects that differ one sign from another are in all aspects of sign language phonology such as handshapes, locations, orientations, and movement of the sign."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha Ardelia Syifa Rabbani
"Program pendidikan dan pelatihan (diklat) memiliki peranan penting dalam meningkatkan kompetensi profesional dan pedagogis pembelajar bahasa. Oleh karena itu, kontribusi program diklat di dalam praktik pembelajaran sepatutnya mendapat perhatian lebih. Penelitian kualitatif berbentuk studi kasus ini mendeskripsikan praktik seorang pembelajar yang mengikuti Diklat Metodologi Pengajaran Bahasa berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan mengidentifikasi tantangan yang dihadapinya ketika mengajar bahasa Jerman yang berorientasi HOTS. Lebih lanjut, ditelaah pula kontribusi diklat di atas serta persepsi pemelajar terhadap praktik pembelajaran tersebut. Data penelitian diperoleh dari observasi kelas dan wawancara, serta didukung dengan kuesioner pradiklat, kuesioner praobservasi, dan kuesioner persepsi pemelajar. Hasil observasi kelas dan wawancara menunjukkan bahwa walaupun keikutsertaan pembelajar dalam diklat berpengaruh terhadap perubahan persepsinya mengenai HOTS, pengaplikasiannya dalam praktik pembelajaran di dalam kelas belum maksimal. Persepsi pemelajar turut menguatkan simpulan tersebut. Empat tantangan yang melatarbelakanginya, yakni minimnya waktu persiapan yang dimiliki pembelajar, kemampuan bahasa pemelajar yang belum mumpuni, materi ajar yang tidak dapat memfasilitasi pembelajaran berorientasi HOTS, dan hambatan teknis dalam menyelenggarakan pembelajaran. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, diberikan saran pedagogis untuk pembelajaran bahasa Jerman berorientasi HOTS, saran bagi pengembangan program diklat, dan bagi penelitian berikutnya.

A professional development programme plays an important role in enhancing the professional and pedagogic competence of language teachers. Thus, the contribution of professional development programme on the teaching practice should be paid more attention. This qualitative case study describes HOTS-oriented German language teaching practice of a teacher who had participated in the Training on HOTS-based Language Teaching Methodology and identifies the challenges faced in the practice. Further, the study elucidates the contribution of the aforementioned professional development programme and the students’ perception of the HOTS-oriented German language teaching practice. The research data was gathered from class observation and interview, supported by pre-training questionnaire, pre-observation questionnaire and students’ perception questionnaire. The result from the observation and interview showed that the professional development programme materials influenced teachers’ perception on HOTS, but yet, the application of the HOTS-oriented teaching practice was not maximal. The students’ perception strengthened the result as well. The four challenges behind it were the lack of preparation time for the teacher, students’ limited language skills, teaching material that could not facilitate HOTS and technical difficulties. Based on the discussion of the research results, pedagogical suggestions as well as suggestions for programme development and further research are provided."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>