Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147272 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alifian Firdaus Adji Arrazaq
"Cooling tower merupakan komponen utama dalam sistem HVAC (Heating, Ventilation, and Air Conditioning) yang berfungsi mendukung proses pelepasan panas melalui evaporasi. Dalam penerapan prinsip green building, cooling tower harus dirancang untuk meminimalkan dampak lingkungan, termasuk limbah bahan kimia dan air buangan. Penggunaan bahan kimia sebagai metode konvensional memiliki keterbatasan berupa residu berbahaya dan kebutuhan pengelolaan limbah yang kompleks. Sebagai alternatif, ozonisasi menjadi solusi inovatif yang ramah lingkungan karena efektif mengoksidasi bahan organik, mengurangi mikroorganisme, dan menjaga kualitas air tanpa meninggalkan residu. Penelitian ini membandingkan tiga metode perawatan cooling tower, yaitu tanpa perlakuan, ozonisasi, dan bahan kimia, berdasarkan pengukuran Practical Ozone Scaling Index (POSI) dan nilai maksimum cycle of concentration. Hasil menunjukkan bahwa ozonisasi memberikan kinerja terbaik dengan nilai POSI yang stabil dan rendah, dari 0,685 hingga 0,639 dalam 15 hari, menunjukkan risiko scaling yang minimal. Sebaliknya, metode tanpa perlakuan memiliki nilai POSI yang meningkat dari 0,701 menjadi 0,802, mengindikasikan akumulasi kontaminan yang tinggi, sementara metode bahan kimia menunjukkan fluktuasi dengan nilai POSI yang tidak konsisten, dari 0,741 turun ke 0,696, lalu naik kembali ke 0,727. Ozonisasi juga menghasilkan nilai maksimum cycle of concentration tertinggi pada hari ke-15 sebesar 36.71, dibandingkan bahan kimia (28.78) dan tanpa perlakuan (17.63). Dengan hasil ini, ozonisasi terbukti menjadi teknologi yang lebih efektif dan berkelanjutan dalam menjaga kualitas air dan meningkatkan efisiensi cooling tower.

Cooling towers are a critical component of HVAC (Heating, Ventilation, and Air Conditioning) systems, facilitating heat dissipation through evaporation. In the implementation of green building principles, cooling towers must be designed to minimize environmental impact, including chemical waste and water discharge. The use of chemicals as a conventional water treatment method has limitations, including hazardous residues and the need for complex waste management. As an alternative, ozonation has emerged as an innovative and environmentally friendly solution due to its effectiveness in oxidizing organic matter, reducing microorganisms, and maintaining water quality without leaving harmful residues. This study compares three cooling tower treatment methods—no treatment, ozonation, and chemical treatment—based on the evaluation of the Practical Ozone Scaling Index (POSI) and the maximum cycle of concentration. The results demonstrate that ozonation provides the best performance, with a stable and low POSI value ranging from 0.685 to 0.639 over 15 days, indicating minimal scaling risk. In contrast, the untreated method exhibited an increasing POSI value from 0.701 to 0.802, reflecting a significant accumulation of contaminants. The chemical treatment method showed fluctuating POSI values, decreasing from 0.741 to 0.696 before rising again to 0.727. Ozonation also achieved the highest maximum cycle of concentration on day 15, with a value of 36.71, compared to chemical treatment at 28.78 and no treatment at 17.63. These findings establish ozonation as a more effective and sustainable technology for maintaining water quality and enhancing cooling tower efficiency. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tegar Habib
"Cooling Tower merupakan salah satu komponen penting bersama dengan mesin lainnya di suatu industri yang berfungsi untuk menurunkan temperature air. Cooling Tower sistem terbuka menggunakan air sebagai media pertukaran panas. Air yang terus bersirkulasi dapat menyebabkan kerak, korosi, dan lumut karena kualitas air menurun sehingga proses pertukaran panas di cooling tower tidak optimal. Umumnya perawatan cooling tower pada industri menggunakan bahan kimia, namun hal tersebut dianggap belum efektif. Langkah alternatif dalam menjaga kualitas air di cooling tower adalah dengan menggunakan ozon. Flowrate, temperature inlet, dan jumlah ozon terlarut yang diinjeksikan tentu berpengaruh pada cooling tower, terutama kualitas air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh temperature inlet yang divariasikan terhadap kualitas air, efektivitas cooling tower dan penghematan air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen kuantitatif. Penilitian ini menggunakan miniatur cooling tower dengan sistem terbuka berukuran (70 x 42,5 x 53) cm. Kualitas air dari cooling tower sistem terbuka ditentukan dengan melakukan pengukuran menggunakan alat uji dan melakukan pemeriksaan laboratorium. Data yang dicatat dari penelitian ini adalah Electric Conductivity, Total Dissolved Solid (TDS), pH, alkalinitas, Ca dan Mg Hardness, Na, dan Cl, serta Range dan Approach. Data tersebut akan digunakan untuk mencari nilai Losses, Practical Ozone Scaling Index (POSI), memprediksi nilai Maximum Cycle dan Maximum Cycle of Concentration, menghitung nilai Blowdown Rate dan Make up Water yang dibutuhkan dan menghitung persentase Efektivitas Cooling Tower. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan bahwa temperature inlet 30? merupakan temperature inlet yang paling optimal. Ketika temperature inlet 30?, jumlah volume air blowdown dapat menurun 60,94% dan jumlah kebutuhan make up water dapat menurun 36,76%.

Cooling Tower is an important component along with other machines in an industry that functions to reduce water temperature. Open system cooling towers use water as a heat exchange medium. Water that continues to circulate can cause scale, corrosion, and moss because the quality of the water decreases so that the heat exchange process in the cooling tower is not optimal. Generally, cooling tower maintenance in industry uses chemicals, but this is considered ineffective. An alternative step in maintaining water quality in cooling towers is to use ozone. Flowrate, inlet temperature, and the amount of dissolved ozone injected certainly affect the cooling tower, especially water quality. The purpose of this study was to determine the effect of varied inlet temperature on water quality, cooling tower effectiveness and water savings. The method used in this study is a quantitative experiment. This research uses a miniature cooling tower with an open system measuring (70 x 42.5 x 53) cm. Water quality from an open system cooling tower is determined by measuring using a test kit and conducting laboratory tests. Data recorded from this study are Electric Conductivity, Total Dissolved Solid (TDS), pH, alkalinity, Ca and Mg Hardness, Na and Cl, as well as Range and Approach. The data will be used to find Losses values, Practical Ozone Scaling Index (POSI), predict Maximum Cycle and Maximum Cycle of Concentration values, calculate the required Blowdown Rate and Make up Water values and calculate the percentage of Cooling Tower Effectiveness. The results obtained from this study indicate that the inlet temperature of 30? is the most optimal inlet temperature. When the inlet temperature is 30?, the amount of blowdown water volume can decrease by 60.94% and the amount of make-up water needed can decrease by 36.76%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyan Nuryanto
"ABSTRAK
Tujuan utama dari penelitian adalah untuk mengidentifikasi komponen yang paling kritis atau paling lemah berbasis analisis RAMD. Peningkatan kinerja komponen akan dilakukan pada komponen terlemah yang ditemukan. Data time-between-failure (TBF) dan time-to-repair (TTR) dikumpulkan untuk memperkirakan reliability, availability, maintainability, dependability, dan mean-time between hazardous failure (MTBH). Berbagai ukuran kinerja pabrik seperti mean-time-to-repair (MTTR) dan mean-time-between-failure (MTBF) juga dipaparkan dalam penelitian. Permodelan kinerja sistem didasarkan pada asumsi bahwa data perbaikan dan kegagalan adalah bersifat konstan dan independen secara statistik. Untuk merepresentasikan penerapan metode yang diusulkan, Lini Produksi NPK, Water Treatment Plant dan cooling tower digunakan sebagai objek penelitian untuk studi kasus evaluasi dan peningkatan kinerja sistem. Data kegagalan dan data perbaikan dapat menjadi basis data yang berguna bagi manajemen untuk meningkatkan availability dari sistem.

ABSTRACT
The main objective of this study is to identify the most critical or weakest components based on RAMD analysis. System performance and Improvement will be performed on the most critical component. Time-between-failure (TBF) and time-to-repair (TTR) data are collected to estimate reliability, availability, maintainability, dependability, and mean-time between hazardous failures (MTBH). The dependability parameters are solely applied to those subsystems that have both constant failure rate and repair rate. Various measures of plant performance such as MTTR and MTBF are as well presented. Performance modeling of the system is carried out based on the assumption that both repair and failure data are statistically independent. To show the application of the proposed method, NPK fertilizer production line, Water Treatment Plant and Cooling Tower System as repairable production system has been provided for case studies of performance evaluation. The records of failure and repair data can be a useful database for the management of to improve system availability."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randa Kelvin
"Dalam dunia industri, menara pendingin merupakan salah satu peralatan yang digunakan sebagai sirkulasi air pendingin dalam berbagai industri. Penanggulangan kualitas air pendingin yang kurang memadai dapat menyebabkan mesin seperti unit heat exchanger akan mengalami korosi atau terbentuk kerak yang menyebabkan keefektifitasan menara pendingin berkurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pegaruh penggunaan ozon terhadap efektifitas kinerja dan kualitas air menara pendingin sistem tertutup bertipe forced draft ndash; cross flow ndash; indirect/closed. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menyuntikkan ozon 3gr/hr ke dalam basin menara pendingin sistem tertutup dan melakukan uji laboratorium seperti AAS, Titrimetric, Gravimetrik, dan Spectrophotometric.
Hasil penelitian ini adalah kefektifitasan dari menara pendingin sistem tertutup setelah disuntikkan ozon memiliki nilai terkecil 6.6 dan nilai terbesar 26.7 Nilai Evaporation Loss nilai terkecil 0.03 m /h dan terbesar 0.119 m /h. Ozon terbukti mempengaruhi kualitas air pada basin menara pendingin sistem tertutup tetapi ozon belum dapat dikatakan mempengaruhi performa dari menara pendingin sistem tertutup dalam jangka 10 hari.

In the industrial world, cooling towers are one of the equipments used as cooling water circulation in various industries. Inadequate cooling water may cause the machine such as a heat exchanger unit becomes corrosion or crust formation which causes the cooling tower less effective. This study aims to determine the effect of using ozone based on performance and quality of the cooling tower with type forced draft cross flow indirect closed. 3g hr ozone is injected into closed system cooling tower as a method and conducted laboratory tests such as AAS, Titrimetric, Gravimetric, and Spectrophotometric.
As the result, the effectiveness of closed system cooling tower after ozone injection has the smallest value of 6.6 and the largest value of 26.7 . Evaporation Loss value of smallest value 0.03 m h and largest 0.119 m h. The role of ozone in closed system cooling towers affects water quality in the cooling system cooling basin but ozone does not affect the performance of the closed system cooling tower within 10 days.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Husni Fadillah
"Cooling tower adalah komponen penting dalam sistem pendinginan industri yang mengandalkan perpindahan panas melalui air. Kualitas air sangat memengaruhi kinerja dan efisiensi sistem. Penelitian ini membandingkan kualitas air cooling tower dengan teknologi ozonasi dan senyawa kimia. Teknologi ozonasi diharapkan menjadi solusi ramah lingkungan dan efektif. Metode penelitian melibatkan analisis sampel air dari cooling tower dengan kedua teknologi, mengukur parameter seperti TDS, blowdown rate, electric conductivity (EC), pH, LSI, RSI, dan POSI. Hasil menunjukkan ozonasi lebih unggul dalam beberapa parameter. TDS dengan ozon turun dari 315,1 ppm menjadi 229,6 ppm, dibandingkan 297,6 ppm dengan bahan kimia. Blowdown rate naik dengan ozon (0,00169 m³/hari menjadi 0,00293 m³/hari) dibandingkan bahan kimia (0,00233 m³/hari). EC dengan ozon menurun dari 525,93 μS/cm menjadi 299,93 μS/cm, sementara bahan kimia meningkat menjadi 610,07 μS/cm. pH dengan ozon stabil (7,27 menjadi 7,28), sedangkan bahan kimia menurun menjadi 7,20. Indeks LSI dan RSI menunjukkan ozon lebih baik dalam mengurangi kerak. POSI juga menunjukkan siklus konsentrasi maksimum lebih tinggi dengan ozon (0,802) dibanding bahan kimia (0,727).

Cooling tower is an important component in industrial cooling systems that rely on heat transfer through water. Water quality greatly affects the system's performance and efficiency. This study compares the water quality of cooling towers with ozone treatment and chemical compounds. Ozone technology is expected to be an environmentally friendly and effective solution. The research method involves analyzing water samples from cooling towers with both technologies, measuring parameters such as TDS, blowdown rate, electric conductivity (EC), pH, LSI, RSI, and POSI. The results show that ozone treatment is superior in several parameters. TDS with ozone decreased from 315.1 ppm to 229.6 ppm, compared to 297.6 ppm with chemicals. Blowdown rate increased with ozone (0.00169 m³/day to 0.00293 m³/day) compared to chemicals (0.00233 m³/day). EC with ozone decreased from 525.93 µS/cm to 299.93 µS/cm, while chemicals increased to 610.07 µS/cm. pH with ozone remained stable (7.27 to 7.28), while chemicals decreased to 7.20. The LSI and RSI indices show ozone is better at reducing scaling. POSI also shows a higher maximum concentration cycle with ozone (0.802) compared to chemicals (0.727). "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqi Miftah Majduddin
"Menara Pendingin adalah suatu unit yang dapat membantu melakukan perpindahan kalor dimana kalor tersebut sudah tidak dibutuhkan lagi. Dalam operasi menara pendingin, ada beberapa faktor yang dapat dijadikan tinjauan dalam mengukur performa dari menara pendingin. Banyaknya bakteri di dalam menara pendingin menyebabkan presipitasi kerak yang dapat mengganggu efektivitas thermal dari menara pendingin dikarenakan kerak-kerak tersebut akan menghambat laju perpindahan kalor karena mempunyai resistansi thermal yang tinggi. Ada beberapa cara untuk mengurangi laju pertumbuhan dari kerak, salah satunya adalah ozonasi. Ozonasi adalah injeksi ozon pada air pendingin menara pendingin untuk mengurangi potensi dari presipitasi kerak yang akan meningkatkan performa dari menara pendingin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik efek ozonasi terharap performa dari menara pendingin dan kualitas air pendingin pada menara pendingin sistem tertutup. Metode yang digunakan untuk menguji kualitas air adalah pengujian dengan alat ukur yang dicelupkan setiap harinya dan uji laboratorium seperti AAS, Titrimetric, Gravimetrik, dan Spectrophotometric.
Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah karakterisitik laju performa setiap harinya dan laju kualitas air setiap harinya maupun saat sebelum dan sesudah ozonasi. Hasil dari nilai efektivitas yang didapat adalah 0.12 % untuk nilai terkecil dan 8.74 % untuk nilai terbesar. Ozonasi terbukti dapat meningkatkan kualitas air menara pendingin tetapi belum terbukti dapat meningkatkan performa atau efektivitas menara pendingin untuk jangka waktu ozonasi selama 15 hari.

Cooling tower is a unit or system that used for heat transfer process where the heat is not useful anymore. There is several factor in the cooling tower operations that can observed for cooling tower performance. The large amount of bacteria on cooling tower become potential of scale precipitation that can decrease the cooling tower thermal effectivity because of the scale will act as inhibitor for heat transfer rate since the scale has high value of thermal resistance. There are several method for reducing scale precipitation growth rate, one of them is ozonation or ozone injection method. The ozone will injected to the cooling water to reduce the scale precipitation growth rate that can decreases the cooling tower performance.
This research intends to find the characteristic of ozonation effect from cooling tower performance and water quality. The method for water quality checking are AAS method, Titrimetric, Gravimetric, and Spectrophotometric.
The output of this research are characteristic of cooling tower performance each day and rate of water quality before and after ozonation and each day. The effectiveness value results obtained in this research was 0.12 % for the lowest value and 8.74 % for the highest value. Ozonation has been proven to improve water quality rate of cooling towers but has not been proven to improve the performance or effectiveness of cooling towers for an ozonation period of 15 days.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Josua Argha Prima
"Telah banyak penelitian dilakukan pada peralatan sistem pendinginan dengan tujuan mengurangi konsumsi energi, biaya perawatan dan biaya operasi. Chiller bebas minyak menggunakan kompresor dengan bantalan magnetik sebagai pengganti minyak pelumas dalam mengurangi kerugian dari gesekan. Kompresor dengan bantalan magnetik yang dibantu dengan pengatur kecepatan mampu bekerja lebih efisien dari kompresor pada umumnya. Dalam merancang sistem pendingin udara hemat energi, pemilihan sistem air dingin pada evaporator dan sistem air pada kondensor yang tepat adalah hal yang penting. Kondensor berfungsi untuk menolak panas dari chiller ke lingkungan, jumlah panas yang ditolak ke lingkungan bergantung pada lokasi menara pendingin, jenis pompa, sistem pemipaan, kualitas air dan sebagainya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sistem kondenser dan evaporator chiller di salah satu pusat perbelanjaan di Indonesia dan pengaruhnya pada kinerja chiller bebas minyak. Dari penghitungan diperoleh nilai NPSH available yang terhitung adalah -4.49 m yang lebih kecil nilai NPSH required adalah 5.6 m. Nilai NPSH yang kurang dapat menyebabkan kavitasi dan kerusakan pompa dan pipa. Selain itu, hal ini juga dapat menjadi penyebab menara pendingin di zona B bekerja dibawah spesifikasi 0.077 kW

Researchers have been conducting a lot of researches on cooling equipment in order to reduce their energy consumption, maintenance cost and operation cost. Oil-free chiller uses magnetic bearing compressor instead of lubricant to avoid friction loss from the bearing. In comparison of standard oil compressor, the motor with magnetic bearing with the help of Variable Speed Drive (VSD)  can run more efficiently at partial loads. In designing energy-efficient system air conditioning system it is important to not only choose a proper chilled water system but also condenser water system. The condenser rejects the heat from the chiller to the environment, the amount of heat rejected is depends on the style and location of the cooling tower, pump type, piping system, condenser water quality, etc. This research’s purpose is to analyse the current condenser system in one of shopping mall in Depok and how it effects the performance of the oil-free chiller. According to the calculation, NPSHa value is -4.49 m which is less than NPSHr. The lack in NPSHa value can cause cavitaton and damage to the pumps and pipes.  Moreover, this can be the reason why the cooling tower in Zone B run under the specification of 0.077 kW/Ton cooling tower."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selviya Chandrika Avaurum
"Cooling tower atau menara pendingin sistem terbuka menggunakan air sebagai media untuk penukar kalor. Kerak dan alga akan muncul dan mengendap akibat kualitas air yang kurang baik sehingga proses pertukaran panas di dalam cooling tower kurang maksimal. Penggunaan chemical dinilai belum cukup efektif untuk mengatasi kerak dan lumut. Chemical juga menyebabkan iritasi pada kulit tubuh pekerja. Kutu air juga ditemukan pada air cooling tower yang diberi chemical. Alternatif dalam menjaga kualitas air cooling tower salah satunya adalah menggunakan ozon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ozon terhadap kualitas air dan jumlah penghematan yang dapat dilakukan dengan menggunakan ozonasi. Penelitian ini menggunakan miniatur cooling tower satu sel dengan sistem terbuka yang berukuran 70 x 42,5 x 53 cm. Ozon diinjeksikan ke dalam air menggunakan injektor mazzei. Air yang telah bersirkulasi kemudian diuji kualitasnya menggunakan kalorimeter HACH DR900 dan uji laboratorium. Data yang dicatat dari penelitian ini adalah electric conductivity, total dissolved solid, pH, alkalinitas, Ca and Mg Hardness, Na, dan Cl. Perhitungan POSI didapatkan dengan cara memasukkan data-data yang sudah didapatkan untuk mengetahui kualitas air, memprediksi nilai Cycle of Concentration maksimum yang aman tanpa menyebabkan terjadinya kerak, dan menghitung blowdown rate untuk penghematan air. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas air yang diinjeksi ozon lebih baik daripada air yang tidak diinjeksi ozon karena maximum cycle dari air tersebut naik dari 10 cycle menjadi 10,3 cycle. Air sirkulasi yang diinjeksikan ozon juga terbukti mampu menjaga kualitas air karena dapat menurunkan nilai TDS dan electrical conductivity. Penghematan air yang dapat dilakukan sebesar 12,45% dibandingkan dengan air sirkulasi tanpa ozon.

Open system cooling towers use water as a medium for heat exchangers. Scale and algae will appear and settle due to poor water quality so the heat exchange process in the cooling tower is not optimal. The use of chemicals is considered not effective enough to overcome scale and moss. Chemical also irritates the skin of the worker's body. Water fleas are also found in water cooling towers that are treated with chemicals. One alternative to maintaining the quality of cooling tower water is using ozone. This study aims to determine the effect of ozone on water quality and the amount of savings that can be made by using ozone. This study uses a miniature one-cell cooling tower with an open system measuring 70 x 42.5 x 53 cm. Ozone is injected into the water using a Mazzei injector. The circulating water is then tested for quality using the HACH DR900 calorimeter and laboratory tests. The data recorded from this research are electric conductivity, total dissolved solid, pH, alkalinity, Ca and Mg Hardness, Na, and Cl. The POSI calculation is obtained by entering the data that has been obtained to determine water quality, predicting the maximum safe Cycle of Concentration value without causing scale, and calculating the blowdown rate for water savings. The results of this study indicate that the quality of water injected with ozone is better than water that is not injected with ozone because the maximum cycle of the water increase from 10 cycles to 10,3 cycles. Circulating water injected with ozone is also proven to be able to maintain water quality because it can reduce the TDS value and electrical conductivity. Water savings can be made of 12,45% compared to circulating water without ozone."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Arga Rahardja
"Berdasarkan data Kementrian Kelautan dan Perikanan tahun 2016 ketersediaan gudang pendingin di Indonesia masih jauh dari jumlah kebutuhannya yaitu 1,7 juta m3 hanya mampu memenuhi 12% dari total kebutuhan gudang pendingin. Maka dari hal tersebut Indonesia masih perlu memperluas dan memperbanyak perusahaan penyedia jasa gudang pendingin untuk membantu menangani permintaan kebutuhan gudang pendingin yang terus meningkat. Contoh nya ada beberapa perusahaan di Indonesia seperti PT Adib Cold Logistics yang menyediakan beragam layanan kontrol suhu. Akan tetapi setiap perusahaan yang menyediakan jasa pendinginan, terutama yang menggunakan gudang pendingin pasti akan mengeluarkan biaya untuk melakukan kegiatan operasional. Terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi biaya operasional perusahaan seperti, beban pendingin dan sistem refrigerasi seperti kompresor, kondensor dan evaporator. Untuk menghitung nya, diusulkan perhitungan mengenai beban pendingin, kapasitas pendingin dengan diagram psikometri dan perhitungan COP untuk dibandingkan dengan spesifikasi dari sistem pendingin KX-RM26a. Studi mengenai evaluasi kinerja gudang pendingin akan dibahas secara komprehensif. Studi ini membahas mengenai apakah PT.Adib Cold Logistic sudah berjalan sesuai dengan spesifikasi alat KX-RM26a dalam mendinginkan gudang pendinginnya. Dari hasil perhitungan memperoleh hasil perhitungan beban maksimal pendingin sebesar 19.84 kW dan laju aliran massa refrigeran 0.15 kg/s, dengan COP sistem sebesar 3.38 adapun besar kapasitas pendinginan menggunakan diagram psikometrik sebesar 21.6 kW. Dari hasil studi ini didapatkan hasil improvement beban pendingin yang dapat menghemat 130 juta rupiah dalam 10 tahun.

According to data from the Ministry of Maritime Affairs and Fisheries in 2016, the availability of cold storage warehouses in Indonesia was still far below its needs, which were 1.7 million m3, only able to meet 12% of the total demand for cold storage. Therefore, Indonesia still needs to expand and increase the number of companies providing cold storage services to help address the increasing demand for cold storage needs. An example of such companies in Indonesia is PT Adib Cold Logistics, which provides various temperature control services. However, every company that provides refrigeration services, especially those using cold storage, will incur costs for operational activities. There are several factors that will affect the operational costs of a company, such as the refrigeration load and refrigeration system components like compressors, condensers, and evaporators. To calculate these costs, it is proposed to calculate the refrigeration load, refrigeration capacity using psychrometric diagrams, and calculate the coefficient of performance (COP) to compare with the specifications of the KX-RM26a refrigeration system. A comprehensive study on the performance evaluation of cold storage warehouses will be discussed. This study discusses whether PT Adib Cold Logistic operates according to the specifications of the KX-RM26a equipment in cooling its cold storage. From the calculation results, the maximum refrigeration load is determined to be 19.84 kW, and the mass flow rate of refrigerant is 0.15 kg/s, with a system COP of 3.38. The cooling capacity calculated using the psychrometric diagram is 21.6 kW. This research resulted in an improvement in the refrigeration load, which can save 130 million rupiah over 10 years."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusmaniar
"Legionellosis is a collection of infection that emerged in the second half of the 2Oth century, and that are caused by Legionella pneumophila and related bacteria. Legionellosis consists of two clinical syndromes, Legionnaires?disease is characterisized by pneumonia and pontiac fever is self-limiting, influenza like illness. Outb According this study, the sensitivity of duplex PCR to detect Legionella pneumophila in sterile NaCl 0.9% is 2.8 CFU/ml. The sensitivity of the duplex PCR in seeded water samples are 62 CFU/400ml of tap water sample, 32 CFU/400ml of sterile distiiled water and 32 CFU/400 ml of sterile NaCl 0.9%. The culture method in this study can not recovered Legionella from seeded water samples. The presence of Legionella .spp and Legionella pneumophila in cooling tower water was investigated using the duplex PCR. Of 9 cooling tower water sample and 3 tap water sample, 8 were positive for Legionella spp, 1 were positive for Legionella pneumophila and 3 were negative. According detection Legionella in seeded water samples and cooling tower water, the culture method can not be used to recover Legionella, but the duplex PCR can be used as rapid detection for Legionella spp and Legionella pneumophila.

Legionella pneumophila merupakan penyebab utama lgionellosis yang mulai muncul pada pertengahan abad 20. Legionellosis dapat berkembang menjadi dua keadaan klinik, pertama Legionnares? disease yang merupakan penyakit multi sistem pneumonia, kedua Pontiac fever suatu penyakit mirip dengan flu dan dapat sembuh dengan sendirinya. Umumnya kasus legionellosis terjadi akibat dari kontaminasi pada sistem air panas maupun dingin pada gedung bertingkat seperti cooling tower, kondensor, spa, kolam renang, Oleh karena itu deteksi bakteri Legionellla pada sistem air di gedung bertingkat dan rumah sakit diperlukan untuk mencegah legionellosis nosokomial ataupun komunitas. Deteksi legionella dengan metode konvensional memerlukan media khusus dan waktu inkubasi yang lama. Pada penelitian ini duplex PCR dikembangkan untuk mendeteksi Legionella spp dan Legionella pneumophila pada sampel air cooling lower, dengan primer dari sekuens gen 16S rRNA unluk mendeteksi Legionella spp Serta primer sekuens gen nano untuk mendeteksi Legionella pneumophila. Pada penelitian ini Duplex PCR dapat digunakan untuk mendeteksi Legionella pneumophila dalam suspensi NaCl 0.9% hingga batas deteksi 2,8 CFU/ml. Hasil uji simulasi menggunakan sampel air yang ditambahkan pengenceran berseri Legionella pneumophila menunjukkan batas deteksi hingga 62 CFU/ 400 ml air kran, 32 CFU/400 ml akuadest steril dan 32 CFU/ 400 ml NaCl 0.9% stril. Hasil uji sirnulasi dengan metode kultur tidak menunjukkan pertumbuhan koloni pada agar BCYE plus. Hasil uji coba Duplex PCR terhadap 9 sampel air cooling tower dan 3 sampel air kran adalah satu sampel menunjukkan pita spesiiik L. pneumophia, 8 sampel yang menunjukkan pita spesifik Legionella spp dan 3 sampel negatif. Berdasarkan uji simulasi dan pemeriksaan sampel air cooling lower; metode kultur pada penelitian ini belum dapat mendeteksi keberadaan bakteri Legionella, sedangkan deteksi Legionella spp dan L. pneumophila dapat dilakukan dengan metode duplex PCR."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T32881
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>