Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118286 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erik Suhendra
"Latar belakang : Sebagai unsur tenaga kesehatan terbesar di RSUD Ilaga, kualitas perawat sangat mempengaruhi kualitas pelayanan di RSUD. Pengetahuan, keterampilan, dan kinerja perawat yang baik akan berbanding lurus dengan kualitas pelayanan di RSUD Ilaga. Pelatihan perawat di RSUD Ilaga bertujuan meningkatkan kualitas perawat, namun pada pelaksanaannya tidak memberikan dampak yang signifikan pada laporan kinerja sebelum dan sesudah pelatihan. Hal ini harus segera diatasi, karena kegagalan pelatihan yang tidak efektif, tidak efisien dan tidak relevan dengan kebutuhan perawat di RSUD Ilaga dapat menghambat upaya peningkatan kualitas pelayanan di RSUD Ilaga.
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan di RSUD Ilaga.
Metodologi Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan menggunakan data survei dari kussioner Hennesy Hicks pada responden (n=29, purposive sampling), yang terdiri dari 25 pertanyaan (lima kategori). Hasil survey kemudian diolah dengan pedoman Hennesey-Hicks, dengan menggunakan software Microsoft Excell dan SPSS 29, kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Metode kualitatif dilakukan dengan menggunakan data hasil wawancara semi terstruktur (n=14) terdiri dari 42 pertanyaan (analisis organisasi, analisis tugas, analisis personal) kemudian diolah dengan analisis tematik.
Hasil Penelitian : Prioritas utama kebutuhan pelatihan responden menurut jenjang pendidikan yaitu administrasi dan keterampilan klinis, tetapi kesenjangan kompetensi lebih kecil pada responden S1 + Profesi. Prioritas kebutuhan pelatihan menurut asal instansi bekerja yaitu administrasi dan keterampilan klinis, dengan kesenjangan paling tinggi di IRNA. Prioritas kebutuhan pelatihan menurut usia tidak berbeda yaitu administrasi dan keterampilan klinis, dengan kesenjangan cenderung menurun dengan pertambahan usia. Prioritas kebutuhan pelatihan menurut lama bekerja yaitu administrasi dan keterampilan klinis, namun terdapat variasi kesenjangan pada tiap kategori lama bekerja. Hasil analisis organisasi menunjukan kebutuhan pelatihan adalah pelatihan RME. Hasil analisis tugas menunjukan terdapat kebutuhan pelatihan keterampilan klinis (operasional alat medis, dan tindakan emergensi) dan pelatihan SOP. Hasil analisis personal menunjukan perlunya pelatihan motivasi.
Kesimpulan : Hasil analisis kebutuhan pelatihan ini dapat menjadi dasar pertimbangan dalam perencanaan dan pelaksanaan pelatihan di RSUD Ilaga. Kata Kunci : Gap Competency Analysis, Hennessy-Hicks Questionairre, Organisational Analysis, Personal Analysis, Training Needs Analysis.

Background: As the largest health workforce in Ilaga Regional Hospital, the quality of nurses greatly affects the quality of service at the hospital. Good knowledge, skills, and performance of nurses will be directly proportional to the quality of service at Ilaga Regional Hospital. Nurse training at Ilaga Regional Hospital aims to improve the quality of nurses, but in its implementation it does not have a significant impact on performance reports before and after training. This must be addressed immediately, because the failure of ineffective, inefficient and irrelevant training to the needs of nurses at Ilaga Regional Hospital can hinder efforts to improve the quality of service at Ilaga Regional Hospital.
Research Objectives: This study aims to identify training needs at Ilaga Regional Hospital. Research Methodology: This study uses qualitative and quantitative methods. The quantitative method was carried out using survey data from the Hennesy-Hicks questionnaire on respondents (n = 29, purposive sampling), consisting of 25 questions (five categories). The survey results were then processed with the Hennesey-Hicks guidelines, using Microsoft Excel and SPSS 29 software, then presented in table form. Qualitative methods were conducted using semi-structured interview data (n=14) consisting of 42 questions (organizational analysis, task analysis, personal analysis) then processed with thematic analysis.
Research Results: The main priority of respondents' training needs according to education level is administration and clinical skills, but the competency gap is smaller for S1 + Profession respondents. The priority of training needs according to the institution of origin is administration and clinical skills, with the highest gap in IRNA. The priority of training needs according to age is no different, namely administration and clinical skills, with the gap tending to decrease with age. The priority of training needs according to length of service is administration and clinical skills, but there are variations in the gap in each category of length of service. The results of the organizational analysis show that the training need is RME training. The results of the task analysis show that there is a need for clinical skills training (operation of medical devices, and emergency actions) and SOP training. The results of the personal analysis show the need for motivational training.
Conclusion: The results of this training needs analysis can be the basis for consideration in planning and implementing training at Ilaga Hospital. Keywords: Gap Competency Analysis, Hennessy-Hicks Questionnaire, Organizational Analysis, Personal Analysis, Training Needs Analysis.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Huddlestone, John
"Military capability is delivered operationally at a team and collective level, be it a unit as small as a squad or section, or as large as a maritime task group. Modern military forces are required to deal with a potentially wide range of missions frequently involving multiple alliance partners, within a geopolitical environment which can seem to change rapidly. Individual performance, while being important, is not the primary determinant of mission success - force integration, interoperability, adaptability and teamwork are key factors. Team and collective training which fully addresses these factors is fundamental to the development and delivery of military capability. As a consequence, the requirement to determine training requirements and specify effective systems for the delivery of team and collective training is critical to operational success.
Training Needs Analysis (also known as Front End Analysis), is a well-established methodology for analysing training requirements and specifying training solutions used extensively by the UK and its NATO partners. However, the analytical techniques employed are optimised for individual training, with little guidance being offered on its application in the team and collective context. Team and Collective Training Needs Analysis (TCTNA) has been developed to close this methodological gap. It addresses the issues of the relationship of individual and team tasks, teamwork, command and control, task and training environments, scenario definition, instructional strategy, team training approaches, instructional functions, and wide-ranging organisational and procurement considerations.
Part One of the book develops an integrated set of models which underpin the analytical approach presented in Part Two. Worked examples and case studies illustrate the application of the approach. Between 2005 and 2015 the authors worked on numerous training-related research projects at Cranfield University and Coventry University for the Human Factors Integration Defence Technology Centre and the Defence Human Capability Science and Technology Centre on behalf of the Defence Science and Technology Laboratory, UK Ministry of Defence."
Boca Raton: CRC press, 2016
e20497074
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Etik Noor Rochmah
"Dalam menjalnnkan fungsinya Balai Besar Nasional X (BBN X) mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (selanjutnya disingkat SKKNI). SKKNI merupakan standar nasional di bidang ketenagakerjaan yang disusun dan mendapatkan pengakuan dari para pemangku kepentingan (stake holders). Saat ini pengembangan kompetensi instruktur di BBN X belum optimal karena belum ada perencanaan yang sistematis dalam upaya mengembangkan kompetensi instruktur dan masih banyak instruktur yang belum tersertifikasi baik dalam bidang kompetensi teknis maupun metodologis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari bentuk pengembangan kompetensi instruktur yang sesuai dengan kondisi obyektif instruktur BBN X dan untuk menyusun Training Needs Analysis instruktur BBN X. Penelitian ini bersifat kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisan dan tertulis yang diamati dari orang-orang yang diteliti, teknik pengumpulan datanya dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi dan penelusuran dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa instruktur BBN X yang telah mendapatkan sertifikasi kompetensi sebanyak sepuluh orang atau 13% dari jumlah instruktur dan belum mencapai kualifikasi yang ditetapkan oleh Ditjen Bina Intala. Adapun pengembangan yang dapat dilaksanakan dibedakan menjadi tiga yaitu (1) instruktur sudah mengikuti UJK tetapi belum mendapatkan sertifikasi, pengembangannya adalah dengan memberikan pelatihan sehingga instruktur tersebut memperoleh sertifikasi, (2) instruktur belum mengikuti UJK karena belum memiliki penguasaan terhadap SKKNI pengembangannya adalah memberikan pelatihan agar menguasai SKKN! dan memperoleh sertifikasi, dan (3) instruktur sudah memiliki kemampuan tetapi belum mengikuti sertifikasi pengembangannya adalah memfasilitasi instruktur untuk mengikuti sertifikasi.
Untuk menyelenggarakan pelatihan yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan instruktur perlu diadakan Training Needs Analysis sehingga pelatihan yang diselenggarakan akan menghasilkan peningkatan skill knowledge dan attitude yang akan mendorong peningkatan kinerja instruktur. Analisis kebutuhan pelatihan dapat memberikan informasi yang berguna untuk menentukan tujuan-tujuan yang tepat sehingga hasil program pelatihan yang dirancang akan relevan dengan kebutuhan yang nyata. Untuk mendapatkan hasil yang optimal TNA sebaiknya dilaksanakan secara berkala untuk mengantisipasi perkembangan jaman yang terus maju.

On the way to perfonn the limction, BBN X refers to the National Competency Standard of Indonesia (called SKKNI). SKKNI is the national competency standard in labor sector that was being composed and got the stake holder recognition. At the present time, thc instructors competency development in BBN X is not so optimal, because there is not a systematically planning in the meaning to develop the instructor competency and there are still a lot of instnicters who have not certilied yet neither in the technical nor methodological competency.
Regarding to the above situation, this research aimed to look for the suitable fonn of instructor competency development for the objective condition of BBN X instructors and to organize the BBN X instructors Training Needs Analysis (TNA). This is the qualitative research which is resulting descriptive data in term of both spoken and written languages ol' research subjects. 'l`he data was collected through depth interviews, observation and documentation technique.
The result indicate that there are 10 (ten) instructors or equal to 13% of total instructors in BBN X who was certified, which have not reached the qualification that decided by Directorate of Dina Intala yet. As for the implemcntable developments were divided into 3 (three), which are (1) provide the training for the instructor who had already took the assessment but have not certified yet until they are competent; (2) provide the training to master the SKKNI and being certified for the inslmctor who have not took the assessment because their lack capability of SKKNI; (3) facilitate the instructor to be certified for thc one who has ability but has not take the awcssment yet.
It is important to do TNA to organize the effective and suitable training for instructor needs, so the implemented training produce skill knowledge and attitude development to increase the instructor productivity. TNA can give the information that are importance to determine the right aim so the result of planned training program will be relevant with real needs. To get the optimal result of TNA it is better to be pcrlbrmed periodically to anticipate the technological advance.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T34006
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Noorkasiani
"ABSTRAK
Sekolah Perawat Kesehatan adalah salah satu Pendidikan Kesehatan yang turut berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, yang mendidik tenaga profesional keperawatan. Sebagai tenaga profesional perawat yang baik harus mampu berkomunikasi dan bertindak tepat pada klien yang dirawatnya. Untuk menjadi perawat yang terampil dalam bertindak, maka selama pendidikan calon perawat harus mendapat pengetahuan dan kerampilan yang cukup selama pendidikan. Untuk itu dalam proses belajar mengajar diperlukan metode mengajar yang tepat agar tujuan pendidikan tercapai.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh metode ceramah yang disertai latihan lapangan terhadap kemampuan menyuluh pratindakan keperawatan di Sekolah Perawatan Kesehatan Persabahatan Jakarta Timur.
Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen yang membandingkan metode ceramah yang tidak mendapat perlakuan apapun, sedangkan desain penelitian adalah Pre Test - Post Test Control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Perawat Kesehatan Persahabatan Jakarta Timur yang berjumlah 240 orang. Sampel diambil secara random untuk kelas.
Teknik penggumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket dan observasi pelaksanaan penyuluhan di tempat praktek dengan menggunakan lembar observasi siswa yang dilakukan oleh instruktur Medis di ruangan,
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji Wilcoxon untuk dua kelompok (sebelum dan sesudah intervensi) dan uji Kruskall Wallis untuk uji tiga kelompok.
Hasil analisis Wilcoxon sebelum dan sesudah intervensi menunjukan adanya perbedaan pengetahuan dan praktek Pratindakan Keperawatan (p<0,00005) pada a=0,05, Dan hasil analisis Kruskall Wallis dari ketiga kelompok responden juga menunjukan perbedaan pengetahuan dan praktek (p<0,00005) pada a = 0,05. Box plot menggambarkan kelompok yang mendapat perlakuan ceramah ditambah latihan lapangan memiliki skor jauh lebih tingi dari kelompok yang mendapat ceramah dan kelompok kontrol.
Kesimpulan dari analisis di atas rnembuktikan bahwa metode ceramah ditambah dengan latihan lapangan dapat meningkatkan pengetahuan dan praktek Penyuluhan Pratindakan Keperawatan responden, dibandingkan dengan yang hanya mendapat ceramah dan kelompok kontrol. Dari hasil temuan diatas disarankan bagi institusi kesehatan untuk memasukan pelajaran penyuluhan pratindakan keperawatan didalam kurikulum Sekolah Perawat Kesehatan, yang pengajarannya bukan hanya diberikan dengan ceramah saja, tapi langsung dipraktekkan di lapangan.

ABSTRACT
Health Nursing School is one of Health Educations that has a role in developing the intellectual life of the nation, educates a professional nurse. As a good professional nurse, she l he have to have the ability to communicate and to act appropriately to his/her clients who is taken care of Being a skilled nurse a nurse candidate must get appropriate knowledge and skill during the education. Therefore in the nursing education, we need an appropriate method of teaching therefore that the purpose of the education is achieved.
This research objective is to know of the influence of lecturing followed by a field practice toward the ability to counsel nursing pre action in Persahabatan Nursing School East Jakarta.
This is an experiment study that compare lecture method plus field practice with lecture method only and control group without any treatment. The study design is Pre test, Post test Control Group Design. Population of this study is all students of the Persahabatan Nursing School in East Jakarta, that is 240 students. Sample was drow by randomization of the classes. Data was collecting by using questionnaire and direct observation of the counseling practices.
Wilcoxon (before and after intervention) and Kruskall Wallis test were used in the analysis data. Analysis using non parametric method science this Wilcoxon test showed there is a different in knowledge and practice (p < 0.00005) a = 0.05. Before and after intervention Kruskall Wallis showed the same difference -(p < 0.00005) between the groups. a = 0.05.
The conclusion of this study is Base Plot showed that the score of lecture method flus field practice much more higher then lecture method only and control group without any treatment.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benedictus Paskalis Dasit
"Manajemen perubahan pada upaya peningkatan mutu perlu diawali dengan memastikan kesiapan perawat untuk berubah sehingga perubahan yang diharapkan dapat terwujud. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kesiapan perawat untuk berubah dalam upaya peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian adalah perawat pelaksana berjumlah 175 orang yang diambil dengan menggunakan tenik purposive sampling. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis data univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan 50,3% perawat kurang siap untuk berubah dan 50,9% perawat tidak memiliki resistensi terhadap perubahan. Ada hubungan yang signifikan (p<0.05) antara tingkat pendidikan perawat, resistensi terhadap perubahan, dukungan praktik keperawatan profesional dan pemberdayaan struktural dengan kesiapan perawat untuk berubah. Namun, tidak ada hubungan yang signifikan (p>0,05) antara jenis kelamin, umur dan masa kerja perawat dengan kesiapan perawat untuk berubah dalam upaya peningkatan mutu. Hasil analisis multivariat menunjukkan resistensi terhadap perubahan merupakan faktor paling dominan berpengaruh secara negatif terhadap peningkatan kesiapan perawat untuk berubah dalam upaya peningkatan mutu di Rumah Sakit. Hasil penelitian menyarankan bahwa manajemen Rumah Sakit perlu untuk menurunkan tingkat resistensi perawat sehingga dapat meningkatkan kesiapan perawat untuk berubah dalam upaya peningkatan mutu pelayanan

Change management in quality improvement efforts needs to begin with ensuring the readiness of nurses to change so that the expected changes can be realized. The purpose of this study is to determine the factors that influence the readiness of nurses to change in an effort to improve the quality of service in hospitals. This study uses a quantitative research method with a cross-sectional approach. The research sample was 175 nurses who were taken using purposive sampling technique. Data analysis in this study used univariate, bivariate and multivariate data analysis. The results showed that 50.3% of nurses were less ready to change and 50.9% of nurses did not have resistance to change. There was a significant relationship (p<0.05) between nurses' education level, resistance to change, support for professional nursing practice and structural empowerment with nurses' readiness to change. However, there was no significant relationship (p>0.05) between gender, age and years of service of nurses with nurses' readiness to change in an effort to improve quality. The results of the multivariate analysis showed resistance to change was the most dominant factor that negatively affected the increase in nurses' readiness to change in an effort to improve quality at hospitals. The results suggest that hospital management needs to reduce the level of nurse resistance so that it can increase nurses' readiness to change in an effort to improve service quality."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Udhik Pandu Tunggal Rahargo
"Balai Diklat Industri Jakarta memiliki program diklat yang link and match dengan kebutuhan industri. Implementasi Industri 4.0 menuntut agar Balai Diklat Industri Jakarta mengembangkan program diklat sesuai kebutuhan industri 4.0. Kondisi industri saat ini sudah mulai bertransformasi menuju industri 4.0, sementara program diklat yang ada di Balai Diklat Industri Jakarta belum mengalami perubahan. Analisis kebutuhan diklat merupakan langkah awal dalam membuat sebuah program pelatihan. Menurut Noe (2010) analisis kebutuhan pelatihan merupakan proses yang digunakan untuk menentukan apakah pelatihan diperlukan, yang meliputi analisis organisasi, analisis tugas dan analisis individu.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kebutuhan dan rancangan program diklat di Balai Diklat Industri Jakarta dalam menghadapi era industri 4.0.
Penelitian ini menggunakan paradigma post-positivism dengan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan studi dokumen. Hasilnya adalah kebutuhan pelatihan sudah sejalan dengan perencaanaan strategis organisasi dan kebutuhan stakehoder, tugas-tugas dalam pekerjaan mengalami perubahan sehingga perlu adanya peningkatan kompetensi baru, dan individu mengalami peningkatan kinerja dalam pekerjaan. Selain itu, Rancangan program diklat mulai dari tujuan, metode kurikulum, instrumen penilaian, materi/bahan ajar, perencanaan pembelajaran dan seleksi peserta juga perlu dikembangkan sesuai kebutuhan industri 4.0.
Beberapa hal yang perlu ditingkatkan lagi terutama terkait dengan sumber daya internal organisasi, yaitu tenaga pengajar, infrastruktur fisik dan infrastruktur kompetensi. Tenaga pengajar perlu ditingkatkan kompetensinya, infrastruktur fisik disesuaikan dengan kondisi industri 4.0 dan infrastruktur kompetensi berupa skema sertifikasi, kurikulum, silabus, materi uji kompetensi perlu dilakukan pengembangan.

The Jakarta Industrial Training and Education Center has a as a training
program that links and matches with industry needs. Implementation of industry 4.0 requires that the Jakarta Industrial Training and Education Center develop education and training programs according to industry 4.0 needs. The current industry condition has begun to transform into industry 4.0, while the existing training program at the Jakarta Industrial Training and Education Center has not changed. Analysis of training needs is the first step in creating a training program. According to Noe (2010) training needs analysis is a process used to determine whether training is needed, which includes organizational analysis, task analysis and individual analysis. The purpose of this study is to determine the needs and design of training programs at the Jakarta Industrial Training and Education Center in facing the industrial era 4.0.
This study uses a post-positivism paradigm with qualitative methods. Data collection techniques used were in-depth interviews and document studies. The result is that training needs are in line with the strategic planning of the organization and the needs of stakeholders, tasks in work experience changes so there is a need to increase new competencies, and individuals experience increased performance at work. In addition, the training program design starting from the objectives, curriculum methods, assessment instruments, teaching materials / materials, learning planning and selection of participants also need to be developed according to industry needs 4.0.
Some things that need to be improved are mainly related to internal organizational resources, namely teaching staff, physical infrastructure and competency infrastructure. Teachers need to improve their competence, physical infrastructure adapted to industry conditions 4.0 and competency infrastructure in the form of certification schemes, curriculum, syllabus, competency test materials need to be developed.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurdjani
"Masyarakat makin memahami pentingnya arti kesehatan dan jasa pelayanan kesehatan, dan menjadi semakin kritis terutama dalam mendapatkan jasa pelayanan Rumah Sakit yang bermutu Pelayanan Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan rumah sakit yang menjadi ujung tombak dan cermin utama dari keberhasilan pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Gaung profesionalisme keperawatan di Indonesia sudah terdengar sejak tahun 1983, ketika dikumandangkan Pencanangan Pemenuhan Kebutuhan dasar Bio-psiko-sosio-spiritual pasien melalui Pelayanan Asuhan keperawatan (Asleep) dengan metoda pendekatan Proses Keperawatan.
Permasalahan dalam pelaksanaan standar praktek asuhan keperawatan dapat dilihat dari catatan kegiatan askep yang lebih dikenal dengan istilah pendokumentasian yang merupakan standar VI dari Standar asuhan keperawatan. Perawat perlu meningkatkan kesadarannya bahwa proses keperawatan yang bermutu harus terdokumentasi dan adanya suatu landasan resmi pendokumentasian yang teliti.
Rendahnya cakupan rekam medik dan catatan kegiatan askep di RSMH Palembang dikarenakan kompleksitas dari form yang tidak efektif (24 form). Bersamaan dengan upaya panitia rekam medik untuk merevisi form rekam medik dan catatan keperawatan. Bidang Keperawatan mencoba mengembangkan model dokumentasi yang dimodifikasi untuk mengefektifkan formulir catatan asuhan keperawatan dalam meningkatkan mutu pencatatan kegiatan askep di RSMH Palembang.
Sebelum dioperasionalkannya model dokumentasi yang dimodifikasi perlu didesiminasikan terlebih dahulu sekaligus sebagai uji coba model maka dilaksanakan suatu pelatihan klinik.
Penelitian bertujuan mengetahui efektifitas pelatihan klinik terhadap perawat dalam meningkatkan mutu pencatatan kegiatan asuhan keperawatan dengan menggunakan model dokumentasi yang dimodifikasi dengan mengetahui tingkat pengetahuan tentang pendokumentasian asuhan keperawatan, persepsi tentang model dokumentasi modifikasi serta keterampilan dalam memenuhi kelengkapan, keakuratan dan aspek hukum pengisian model dokumentasi modifikasi.
Penelitian ini merupakan eksperimen kuasi dengan rancangan eksperimental ulang non random. Pada penelitian ini dilakukan perlakuan atau manipulasi pada subjek tanpa melakukan teknik random.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan berhubungan dengan peningkatan tingkat pengetahuan tentang pendokumentasian asuhan keperawatan, serta berhubungan dengan peningkatan mutu pendokumentasian meliputi kelengkapan, keakuratan dan aspek hukum pengisian dengan model dokumentasi modifikasi, namun tidak berhubungan dengan persepsi mengenai model tersebut.
Untuk menjamin kesinambungan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan yang bermutu, diperlukan pelaksanaan pelatihan klinik secara berkelanjutan dengan materi-materi yang selalu diperbaharui sesuai permasalahan yang ada serta evaluasi secara periodik tentang masalah-masalah pencatatan kegiatan asuhan keperawatan untuk mencapai pendokumentasian yang makin bermutu dan merata di RSMH Palembang.
Daftar bacaan 47 ( 1982 - 2000)

Effectiveness of Clinic Training in Recording Activity Nursing Guidance in RSMH Palembang, 2001People understand more about the importance of health and health services, and become more critical especially on gaining health services from qualified hospital. Nursing services constitute an integral part of hospital services, which become the frontiers and the main refection of health success as overall The echo of nursing professionalism in Indonesia has been heard since 1983. In that year it was announced the Proclamation of Fulfilling Patients' Bio-psycho-socio-spiritual Basic Needs through Nursing Guidance Services by applying method of Nursing Process.
The problems in carrying out practice standards of nursing guidance can be seen from the recordings of Nursing Guidance Services which is more generally known as documentation which is itself standard VI of Nursing Guidance Standard. Nurses necessarily enhance their awareness that qualified nursing process must be documented and there must be a formal base for such thorough documentation.
The low extent of medical recording coverage and Nursing Guidance Service recording in MH hospital Palembang is due to the complexity of the ineffective forms (24 forms). Together with the medical-recordings committee' efforts to revise the forms of medical recordings and nursing process, Nursing field attempts to develop documentation model, which is modified to make the recording form of nursing guidance in improving the quality of Nursing Guidance Services recordings in MR Hospital, Palembang.
Before the operation of documentation model, which is to be modified, it is required to be tested first and so a clinic training is required.
The research has the objective to find out the effectiveness of clinic trainings towards nurses in increasing the quality of recording activities of nursing guidance by using documentation model, which is modified by knowing the knowledge levels of nursing guidance documentation. This research is a quasi experiment applying non-random re-experimentation design. In this research, manipulation is carried out on subject without applying random technique.
The outcomes of the research show that training has relationship with the increase of knowledge level concerning documentation of nursing guidance, and also with the increase of documentation quality, which include completeness, accuracy, and legal aspect of filling up with documentation model of modification, but has nothing to do with the perception about the model.
To ensure the continuity of making qualified nursing guidance documentation, continual clinic trainings, which are provided with always-revised materials based on the issues, is required to be held, and so is the evaluation of problems in recording nursing guidance activities in order to have more qualified and impartial documentation in MR Hospital Palembang.
Bibliography ; 47 readings (1982 -- 2000)"
2001
T5140
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nuzul Furqon
"Universitas merupakan organisasi yang memiliki potensi bahaya dan risiko yang signifikan. Dengan berbagai kegiatan, bahan dan instrumentasi kerja yang kompleks, maka berpotensi terjadinya cidera dan sakit akibat kerja. Sangat penting adanya pelatihan terkait keselamatan dan kesehatan kerja khususnya untuk pegawai di lingkungan universitas. Para pegawai yang bekerja di dalam lingkungan akademis harus memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku kerja yang sesuai dengan nilai-nilai keselamatan dan kesehatan kerja sehingga tercipta lingkungan kerja yang selamat dan sehat. Pusat Administrasi Universitas Indonesia merupakan organisasi yang diharapkan memiliki pegawai yang berpengetahuan, bersikap dan berperilaku K3 yang baik sehingga tercipta lingkungan kerja yang aman dan nyaman. Oleh karena itu penyelenggaraan training K3 menjadi penting untuk meningkatkan pengetahuan keterampilan dan perilaku K3 tersebut. Namun, analisis kebutuhan pelatihan K3 di PAU penting dilakukan agar pelatihan yang diberikan efektif dan efisien. Training Needs Analysis (TNA) merupakan upaya untuk merencanakan kegiatan pelatihan agar tepat sasaran. Penelitian ini melakukan TNA pelatihan K3 di PAU dengan melakukan analisis terhadap organisasi, tugas dan personal. Jenis pelatihan yang sangat dibutuhkan bagi pegawai PAU adalah pelatihan orientasi antara lain hazard communication,K3 dasar, ergonomi, occupational and health promotion, bahaya psikososial serta hygiene dan sanitasi. Study ini menghasilkan matriks pelatihan K3 untuk staf PAU-UI.

University is one of organization that has the potential of occupational health and safety risks. Due to its variety of activities, materials and complex equipments the occurrence of occupational injuries and illnessis are likely. The provision of OHS training, thus is very important in order to have a healthy and safe working knowledge, skills and attitudes among the worker. The administration centre of Universitas Indonesia (Pusat Administrasi Universitas Indonesia, PAU-UI) is one of organization whithin Universitas Indonesia that is expected to have a good OHS performance and expressed as satisfactory OHS knowledge, skill and behavior among the staffs. Those lead to safe and comfortable working environment. Training Needs Analysis (TNA) of OHS in PAU is important so have effective and efficient trainings. This study performed a TNA of OHS Training in PAU-UI. The assessment was done by analyzing the organization, task and personal competency. The type of training that is necessary for PAU employee are hazard communication, OHS Basic, ergonomics, occupational and health promotion, psychosocial hazards as well as hygiene and sanitation. This study generated OHS training matrix for the PAU-UI staffs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56264
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Anisah
"Prastudi di lapangan menunjukan bahwa masih terjadi inefektifitas dan inefisiensi implementasi analisis kebutuhan diklat di Balai Besar Pelatihan Kesehatan Ciloto, seperti prosedur yang panjang, waktu proses yang lama, biaya besar, kurangnya keterwakilan data serta lemahnya dukungan teknologi informasi dan komunikasi. Selain itu secara substansi, permasalahan belum tergalinya softskills sebagai salah satu kemampuan penting pemberi layanan kesehatan (terutama perawat) membuat rekomendasi analisis kebutuhan diklat sebagai pertimbangan pengambilan keputusan perencanaan program diklat belum komprehensif.
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun rancangan Sistem Informasi AKD Berbasis Web dengan kajian softskills perawat rumah sakit, yang efektif dan efisien dilengkapi dengan prototype program yang dapat menghasilkan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan program diklat di BBPK Ciloto.
Metodologi penelitian yaitu operational research dengan metode pengembangan sistem prototype. pengumpulan data primer dengan cara wawancara pada informan serta data sekunder melalui telaah dokumen dan observasi lapangan dengan metode pengujian sistem user acceptance test. Keluaran informasi yang dapat dihasilkan adalah informasi yang dapat digunakan untuk perencanaan program diklat softskills.
Dari hasil pengujian dan analisis, sistem lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan sistem berjalan. Dalam pengembangannya perlu ada strategi untuk meningkatkan tingkat partisipasi dan perlunya dukungan dan masukan baik dari unit utama kementerian kesehatan, unit pembina teknis maupun organisasi profesi.

Preliminary research results indicate that there had been ineffectiveness and inefficiency implementation in Training Needs Analysis (TNA) at Training Health Center (BBPK) Ciloto, such as lengthy procedures, long processing time, huge cost, inadequacy of the data and less support for information and communication technology. Additionally in substance, inchoate identified soft skills as one of the important ability of health care providers (especially nurses) make recommendations for consideration TNA planning decisions in BBPK Ciloto training program has not been comprehensively.
This study aims to design a Web-Based Information System Training Needs Analysis with studies softskills hospital nurse, effective and efficient equipped with a prototype program that can produce information to support decision making in the context of planning training programs in BBPK Ciloto.
The research methodology is operational research with method development system by prototype. Data collection consist of primary data by interviewing the informant and secondary data by document analysis and field observations. Output information that can be generated from the prototype is information that can be used for softskills training program planning.
From the results of tests and analysis, the system more effective and efficient than the system before. In its development there needs to be a strategy to increase the level of participation and the need for support and input from both the main unit of the ministry of health, technical or organizational unit builder profession.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43463
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inri Yulisia
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh kesesuaian tujuan dan sasaran pelatihan X1 kualitas pelatih instruktur pelatihan X2 materi pelatiPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh
kesesuaian tujuan dan sasaran pelatihan (X1), kualitas pelatih/instruktur pelatihan
(X2), materi pelatihan (X3), metode pelatihan (X4), usia (X5), pendidikan (X6) dan
status perkawinan (X7) terhadap sikap perawat (Y) dalam pemasangan infus.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain crossectional. Sampel
dalam penelitian ini adalah perawat ruang rawat inap yang telah mengikuti In
House Training tentang Patient Safety, dengan jumlah sampel yaitu 60 perawat
yang diambil dari total populasi.
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi linear
berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa analisis deskriptif dari
tanggapan responden mengenai kesesuaian tujuan dan sasaran pelatihan, kualitas
pelatih/instruktur pelatihan, materi pelatihan dan metode pelatihan menghasilkan
mean yang mempunyai kategori sangat tinggi dan tinggi. Dan juga hasil analisis
regresi linear berganda mengahasilkan persamaan regresi yaitu Y = 119.150 +
0.185X1 + -0.170X2 + -0.049X3 + 1.320X4 + -0.495X5 + -0.906X6 + 0.520X7
artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tujuan dan sasaran
pelatihan, pelatih/instruktur pelatihan, materi pelatihan, metode pelatihan, usia,
pendidikan dan status perkawinan terhadap sikap perawat dalam pemasangan
infus. Angka R Square sebesar 0,038.han X3 metode pelatihan X4 usia X5 pendidikan X6 dan status perkawinan X7 terhadap sikap perawat Y dalam pemasangan infus Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain crossectional Sampel dalam penelitian ini adalah perawat ruang rawat inap yang telah mengikuti In House Training tentang Patient Safety dengan jumlah sampel yaitu 60 perawat yang diambil dari total populasi Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa analisis deskriptif dari tanggapan responden mengenai kesesuaian tujuan dan sasaran pelatihan kualitas pelatih instruktur pelatihan materi pelatihan dan metode pelatihan menghasilkan mean yang mempunyai kategori sangat tinggi dan tinggi Dan juga hasil analisis regresi linear berganda mengahasilkan persamaan regresi yaitu Y 119 150 0 185X1 0 170X2 0 049X3 1 320X4 0 495X5 0 906X6 0 520X7 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tujuan dan sasaran pelatihan pelatih instruktur pelatihan materi pelatihan metode pelatihan usia pendidikan dan status perkawinan terhadap sikap perawat dalam pemasangan infus Angka R Square sebesar 0 038
ABSTRACT
This study aims to analyze how influence of conformity the goals and
objectives training (X1), the quality of trainer/instructor training (X2), training
materials (X3), a method of training (X4), age (X5), education (X6) and marital
status (X7) of the attitude of nurses. This study is a quantitative study with crosssectional
design. The samples in this study are nurse who have taken the In House
Training about Patient Safety, with 60 sample of nurses have taken from the total
population.
The study used a descriptive analysis and multiple linear regression
analysis. The result of this study indicate that the descriptive analysis of the
respondents about the conformity of the goals and objectives training, the quality
trainer/instructor training, training materials, and a method of training that have
resulted in mean very high and high categories. And also the results of multiple
linear regression in the regression equation is Y = 119.150 + 0.185X1 + -0.170X2
+ -0.049X3 + 1.320X4 + -0.495X5 + -0.906X6 + 0.520X7 means there is no
significant effect between the conformity of the goals and objectives training, the
quality of trainer/instructor training, training materials (X3), a method of training,
age, education and marital status of the attitude of nurses in the infusion theraphy.
Figures R Square of 0.038."
2015
S58570
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>