Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68346 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Panjaitan, Fajar Hamonangan
"Latar belakang: Endokarditis infeksi (EI) adalah penyakit jantung yang memiliki angka kematian yang tinggi. Penyakit jantung rematik (PJR) telah ditemukan dapat meningkatkan kejadian EI. Selain itu, PJR dapat mempengaruhi perjalanan penyakit, mortalitas, serta morbiditas pasien EI.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan PJR dengan mortalitas dan morbiditas pasien EI. Penelitian ini juga menganalisis faktor-faktor yang dapat memprediksi luaran klinis pasien EI dengan PJR.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan desain studi kohort retrospektif. Penelitian ini merekrut subjek pasien yang terdiagnosis EI pada periode 1 Januari 2013—31 Desember 2023. Analisis bivariat dan multivariat akan dilakukan untuk menilai hubungan PJR terhadap mortalitas dan morbiditas pasien EI.
Hasil: Penelitian ini merekrut 358 sampel pasien EI. Populasi pasien tanpa PJR ditemukan memiliki tingkat komorbiditas yang lebih tinggi. Namun, tidak ditemukan perbedaan bermakna tingkat mortalitas dan morbiditas pasien EI intraperawatan (p=0.740) dan pascaperawatan (p=0.092) pasien dengan dan tanpa PJR. Mortalitas intraperawatan pasien EI dengan PJR akibat etiologi jantung mencapai 40%. Penggunaan antibiotik inkomplit (OR=9.25; p=0.022), tidak dilakukan operasi (OR=12.32; p<0.001), dan kejadian sepsis (OR=9.25; p=0.022), ditemukan secara bermakna mempengaruhi mortalitas pasien EI dengan PJR.
Kesimpulan: Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara PJR dengan kejadian mortalitas dan morbiditas intraperawatan serta mortalitas pascaperawatan pada pasien EI. Faktor berupa penggunaan antibiotik inkomplit tidak menjalani operasi, dan sepsis mempengaruhi mortalitas pasien EI dengan PJR.

Background: Infectious endocarditis (IE) is a heart disease with high mortality rate. Rheumatic heart disease (RHD) has been found to increase the incidence of IE. In addition, RHD can affect the course of the disease, mortality, and morbidity of IE patients.
Aim: This study aims to analyze the relationship between RHD and mortality and morbidity of IE patients. This study also analyzes factors that can predict clinical outcomes of IE patients with RHD.
Methods: This study is an observational analytical study using a retrospective cohort study design. This study recruited subjects diagnosed with IE in the period of January 1, 2013—December 31, 2023. Bivariate and multivariate analyses will be conducted to assess the relationship of RHD to mortality and morbidity of IE patients.
Results: This study sample recruited 358 IE patients. The patient population without RHD was found to have a higher level of comorbidity. However, there was no significant difference in the intra-hospital mortality and morbidity of IE patients (p=0.740) and post-hospital mortality (p=0.092) of patients with and without RHD. Intra-hospital mortality of IE patients with RHD due to cardiac etiology reached 40%. Incomplete antibiotic use (OR=9.25; p=0.022), no surgery (OR=12.32; p<0.001), and sepsis incidence (OR=9.25; p=0.022), were found to effectively affect the mortality of IE patients with RHD.
Conclusion: There was no significant association between RHD and the incidence of intra-hospital mortality and morbidity and post-hospital mortality in IE patients. Factors such as incomplete antibiotic use, no surgery, and sepsis affects the mortality of IE patients with RHD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melati Agustina
"Endokarditis Infektif (EI) merupakan masalah kesehatan serius dengan angka insidensi, morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Perburukan fungsi ginjal terkait antibiotik intraperawatan terjadi cukup sering dan dikaitkan dengan luaran klinis yang lebih buruk. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara perburukan fungsi ginjal terkait antibiotik dengan mortalitas intraperawatan pada pasien EI sisi jantung kiri. Dilakukan studi kohort retrospektif terhadap 315 pasien dengan EI aktif sisi jantung kiri pada periode 1 Januari 2013–31 Mei 2023. Dilakukan analisis bivariat dan multivariat untuk mengetahui prediktor mortalitas intraperawatan, mortalitas jangka panjang, lama rawat dan kebutuhan terapi pengganti ginjal. Terdapat 315 pasien dengan EI aktif sisi jantung kiri dimana 169 pasien dengan perburukan fungsi ginjal terkait antibiotik dan 146 pasien tanpa perburukan fungsi ginjal. Angka mortalitas intraperawatan sebesar 20,3% sedangkan pada pasien dengan perburukan fungsi ginjal terkait antibiotik mortalitas intraperawatan sebesar 34,9%. Dari analisis multivariat didapatkan faktor yang berhubungan dengan mortalitas intraperawatan adalah perburukan fungsi ginjal terkait antibiotik (OR 8,6), kejadian sepsis (OR 11,16), penggunaan antibiotik inkomplit (OR 10,49), lama perawatan <21 hari (OR 5,16), ukuran vegetasi >10 mm (OR 5,04) dan penggunaan terapi pengganti ginjal (OR4,74). Dilakukan perhitungan untuk skoring prediktor mortalitas intraperawatan. Hasil analisis kurva ROC untuk perhitungan skor prediktor mortalitas intraperawatan didapatkan AUC 0,927; IK 95% 0,886 – 0,968; p < 0,001; H-L 0,610) dengan sensitivitas 89,1%, spesifisitas 84,5%. Kejadian perburukan fungsi ginjal terkait antibiotik berhubungan dengan mortalitas intraperawatan dengan OR 8,6.

Infective endocarditis (IE) is a serious health problem with high incidence, morbidity, and mortality rates. Intrahospital antibiotic-related worsening of renal function occurs quite frequently and is associated with worse clinical outcomes. The objective of this study was to determine the relationship between antibiotic-related worsening of kidney function and intrahospital mortality in left-sided IE patients. A retrospective cohort study was conducted on 315 patients with active IE on the left side of the heart from January 1, 2013 to May 31, 2023. Bivariate and multivariate analyses were conducted to determine predictors of intrahospital mortality, long-term mortality, length of stay, and the need for renal replacement therapy. There were 315 patients with active IE on the left side of the heart, of whom 169 had antibiotic-related worsening of kidney function, and 146 did not. The intrahospital mortality rate was 20.3%, whereas the intrahospital mortality rate was 34.9% in patients with worsening kidney function due to antibiotics. According to multivariate analysis, factors associated with intra-treatment mortality were antibiotic-related worsening of kidney function (OR 8.6, p=0.001), incidence of sepsis (OR 11.16, p=<0.001), incomplete use of antibiotics (OR 10.49, p=<0.001), length of stay <21 days (OR 5.16, p=0.003), vegetation size >10 mm (OR 5.04, p=0.006), and use of renal replacement therapy (OR 4.74, p=0.008). We obtained the predictor score for intrahospital mortality. The results of the ROC curve analysis for calculating intrahospital mortality predictor scores showed an AUC of 0.927 (95% CI 0.886–0.968; p < 0.001; H-L 0.610) with a sensitivity of 89.1% and a specificity of 84.5%. Worsening kidney function related to antibiotics was associated with intrahospital mortality."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Diadra Annisa Setio Utami
"Latar belakang: Penyakit jantung rematik (PJR) merupakan salah satu penyebab kematian kardiovaskular pada anak yang dapat dicegah. Indonesia merupakan salah satu negara endemis PJR. Data mengenai kesintasan, perbaikan katup, dan faktor-faktor yang memengaruhi pada populasi anak masih terbatas.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesintasan dan perbaikan katup lima tahun setelah terdiagnosis pada anak dengan PJR serta faktor-faktor yang memengaruhi.
Metode: Penelitian ini merupakan studi prognostik dengan rancangan penelitian kohort retrospektif di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menggunakan data rekam medis pasien yang terdiagnosis dengan PJR sebelum Desember 2018 dan diikuti selama lima tahun, paling akhir Desember 2023. Subjek yang diteliti adalah anak berusia kurang dari 18 tahun saat terdiagnosis dengan PJR. Faktor yang diteliti untuk kesintasan dan perbaikan katup adalah status gizi, kepatuhan profilaksis penisilin, kelas gagal jantung New York Heart Association (NYHA), fraksi ejeksi, derajat katup, jumlah katup, dan operasi katup.
Hasil: Sebanyak 100 anak yang terdiagnosis PJR dengan rerata usia 11,29 (8,42-14,16) tahun dan proporsi jenis kelamin 1:1 dimasukkan dalam analisis. Rerata pengamatan adalah 47,96 bulan (simpang baku 20 bulan). Keterlibatan katup terbanyak adalah regurgitasi mitral (32%). Sebagian besar pasien terdiagnosis dengan derajat katup berat (58%). Kesintasan 5 tahun didapatkan 90% dengan prediktor independen kematian yaitu fraksi ejeksi <55% saat terdiagnosis dengan HR 6,34 (IK95% 1,72-23,46; p = 0,006) dan kelas NYHA III-IV saat terdiagnosis dengan HR 5,33 (IK95% 1,05-27,11; p = 0,04). Proporsi anak dengan PJR yang mengalami perbaikan katup 5 tahun setelah terdiagnosis adalah 60% dengan faktor yang memengaruhi yaitu operasi katup dengan RR 1,40 (IK95% 1,05-1,88; p=0,02). Analisis subgrup pada subjek yang tidak operasi mendapatkan bahwa kelas NYHA I-II dan fraksi ejeksi >55% saat tediagnosis secara signifikan berpengaruh terhadap perbaikan katup dengan RR 3,05 (IK95% 1,33-7,03; p = 0,01) dan RR 1,62 (IK95% 1,28-2,04; p<0,01) secara berturut-turut. Kesimpulan: Kesintasan lima tahun anak dengan PJR adalah 90% dengan faktor yang memengaruhi yaitu fraksi ejeksi <55% dan kelas gagal jantung NYHA III-IV saat terdiagnosis. Sebanyak 60% subjek mengalami perbaikan katup dengan faktor yang memengaruhi adalah operasi katup.

Background: Rheumatic heart disease (RHD) is a major contributor of preventable cardiovascular disease in children. Indonesia is one of the most endemic countries with RHD. However, data on clinical outcomes and prognostic factors are still lacking.
Objective: This study aimed to evaluate the five year survival rate, proportion of valve improvement, and prognostic factors of both outcomes.
Method: We conducted a retrospective cohort study in Cipto Mangunkusumo Hospital which included patients aged below 18 years at diagnosis before December 2018. Subjects were followed for 5 years up to December 2023. Factors analyzed for both mortality and valve improvement were nutrition status, adherence to penicillin prophylaxis, New York Heart Association (NYHA) class, ejection fraction, valve severity, number of valve involved, and valve surgery.
Results: One hundred patients with RHD were included with mean age of 11.29 (8.42-14.16) years. The proportion of female : male was 1:1. Mean duration of follow up was 47.96 (SD 20) months). The majority of valve abnormality was mitral regurgitation (32%). As many as 58% were diagnosed with severe valve disease. Five year survival rate was 90%. Significant prognostic factors for mortality were ejection fraction <55% at diagnosis with HR 6.34 (95%CI 1.72-23.46; p=0.006) and NYHA class III-IV at diagnosis with HR 5.33 (95%CI 1,05-27.11; p=0.04. The proportion of subjects with valve improvement after 5 years was 60%. Multivariate analysis revealed that valve surgery was the only significant factor for valve improvement with RR 1.40 (95%CI 1.05-1.88; p=0.02). Subgroup analysis in subjects who did not undergo surgery showed that NYHA class I-II and ejection fraction >55% at diagnosis significantly affected valve improvement with RR 3,05 (95% CI 1,33-7,03; p = 0,01) dan RR 1,62 (95% CI 1,28-2,04; p<0,01)
Conclusion: The five year survival rate of children with RHD was 90%. Mortality predictors were ejection fraction <55% and NYHA class III-IV at diagnosis. Sixty percent of patients had valve improvement with valve surgery as a predictor.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Tri Harjaningrum
"ABSTRAK
Latar belakang:.Demam reumatik DR dan penyakit jantung reumatik PJR merupakan penyakit kronis yang berdampak terhadap fisik, psikososial, dan akademik. Penting menilai kualitas hidup anak DR dan PJR serta faktor-faktor yang memengaruhinya, untuk mengetahui prioritas masalah. Tujuan: Mengetahui gambaran kualitas hidup anak DR dan PJR serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Metode: Studi potong lintang pada April-Agustus 2017, dengan subyek anak berusia 5-18 tahun. Data didapatkan secara consecutive sampling menggunakan kuesioner PedsQL trade; 3.0 modul jantung dan rekam medis retrospektif. Hasil: Kualitas hidup baik ditemukan pada 53 laporan anak dan 52 laporan orangtua subyek. Skor median laporan anak 79,70 29,7-100 , dan laporan orangtua 77,31 45,03-99,40 . Kepatuhan berobat merupakan kunci penyebab membaiknya kualitas hidup. Tidak ada faktor sosiodemografi yang berhubungan dengan kualitas hidup. Faktor klinis yang berhubungan dengan kualitas hidup adalah rute antibiotik. Anak DR dan PJR yang mendapat antibiotik intramuskuler, 3,2 kali laporan anak memiliki kemungkinan kualitas hidup lebih baik dibandingkan yang mendapatkan antibiotik oral p ABSTRACT
Background Rheumatic fever RF and rheumatic heart disease RHD are chronic diseases that affect physical, psychosocial, and academic. Assessment of quality of life in children with RF and RHD and the factors affecting it, is important to identify problems. Objective To identify quality of life in children with RF and RHD and the factors influencing it. Method A cross sectional study on RF and RHD patients aged 5 18 years old, using PedsQLTM 3.0 Cardiac Module questionnaire and retrospective medical records from April 2017 until August 2017. Result High quality of life was found in 53 child report and 52 parent report of subjects. Median score from children rsquo s reports and parents rsquo reports are, 79,70 29,7 100 , and 77,31 45,03 99,40 respectively. Compliance was the key to cause quality of life to increase. Clinical factors affecting quality of life included the route of antibiotic administration, and there were no sociodemographic factors. By child report, children with RF and RHD who received intramuscular antibiotics were 3.2 times more likely to have higher quality of life than children who received oral antibiotics p "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Akbar Bramantyo
"Latar Belakang: Endokarditis Infektif (EI) dalam 3 dekade terakhir masih memiliki insidensi, beban morbiditas, dan mortalitas yang tinggi, mencapai 30% dalam 1 tahun. Beragam predisposisi insiden EI menunjukkan perubahan seiring dengan perkembangan tatalaksana dan tindakan medis yang seringkali menjadi pemicu baru EI itu sendiri.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor prediktor mortalitas dan luaran klinis pasien EI aktif sisi jantung kiri dalam jangka pendek dan jangka panjang. Penelitian ini juga menjadi penelitian awal untuk mengetahui model prediktor stratifikasi risiko pasien EI aktif sisi jantung kiri di Indonesia.
Metode: Dilakukan studi kohort retrospektif terhadap 376 pasien yang mengalami EI aktif sisi jantung kiri pada periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2022. Analisis bivariat dan multivariat dilakukan untuk mengidentifikasi prediktor luaran klinis jangka pendek dan jangka panjang. Dilakukan juga pembuatan sistem skor prediktor mortalitas awal untuk pasien EI aktif.
Hasil: Terdapat 376 pasien EI aktif sisi jantung kiri yang kemudian mendapatkan tatalaksana antibiotik serta menjalani operasi sebanyak 56,6% pasien. Studi ini menunjukkan angka mortalitas jangka pendek sebesar 18,6% dan mortalitas jangka panjang 13,2%. Selain itu, didapatkan pula profil morbiditas selama perawatan fase aktif dengan kejadian sepsis 27,1%, perawatan ruang intensif >10 hari 18,6%, penggunaan ventilator mekanik >7 hari 11,4%, kejadian stroke sebanyak 28,5%, dan gagal ginjal akut 57,7%. Studi ini juga menunjukkan model awal skor prediktor mortalitas jangka pendek dan jangka panjang pada studi ini didapatkan berturut-turut dengan AUC 0,935 (IK95% 0,902 – 0,969; p <0,001; uji H-L 0,386) dan AUC 0,733 (IK95% 0,614 – 0,852; p <,001; uji H-L 0,530).
Kesimpulan: Faktor-faktor prediktor luaran mortalitas jangka pendek pasien EI aktif sisi jantung kiri meliputi kapasitas fungsional NYHA kelas III-IV, keterlibatan vegetasi katup aorta, ukuran vegetasi >10mm, penggunaan antibiotik inkomplit, sepsis, dan penggunaan terapi pengganti ginjal. Sementara itu, prediktor luaran mortalitas jangka panjang meliputi tidak dilakukannya prosedur operasi, komplikasi paravalvular, serta infeksi Streptoccocus non-viridans.

Background: Infective endocarditis (IE) in the last 3 decades still has a high incidence, burden of morbidity, and mortality reaching 30% in 1 year. Various predispositions for IE incidents show changes along with developments in medical management and actions which often become new triggers for IE itself.
Objective: This study aims to identify predictors for mortality and clinical outcomes in patients with active left-sided IE in short-term and long term. This study is also initial research to determine the risk stratification predictor model for patients with active IE on the left side of the heart in Indonesia.
Methods: A retrospective cohort study was conducted on 376 patients who experienced active left- sided IE in the period 1 January 2013 – 31 December 2022. Bivariate and multivariate analyzes were performed to identify predictors of short-term and long-term clinical outcomes. Mortality risk predictor score model was also created for active IE patients.
Results: There were 376 active left-sided IE patients who then received antibiotic treatment and 56.6% of the patients underwent surgery. This study showed a short-term mortality rate of 18.6% and a long-term mortality rate of 13.2%. Apart from that, the morbidity profile during the active phase of treatment was also obtained with the incidence of sepsis in 27.1% cases, intensive care > 10 days in 18.6% cases, use of mechanical ventilators > 7 days in 11.4% cases, stroke incidence in 28.5% cases, and acute renal failure in 57.7% cases. This study also shows initial model of short- term and long-term mortality predictor score respectively with AUC 0,935 (95%CI 0,902 – 0,969; p <0,001; H-L test 0,386) and AUC 0,733 (95%CI 0,614 – 0,852; p <,001; H-L test 0,530).
Conclusion: Predictors for short-term mortality outcomes in patients with active left-sided IE include NYHA class III-IV functional capacity, involvement of aortic valve vegetation, vegetation size >10mm, incomplete use of antibiotics, sepsis, and use of renal replacement therapy. Meanwhile, predictors of long-term mortality outcomes include not having a surgical procedure, paravalvular complications, and Streptoccocus non-viridans infection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Sulastri Prasasti
"Penyakit jantung reumatik (PJR) adalah kondisi yang menyebabkan kerusakan permanen pada katup jantung akibat episode berulang demam reumatik akut (DRA), yang disebabkan oleh reaksi autoimun terhadap infeksi bakteri Streptococcus b Hemolitikus Grup A (GAS). Insidens tertinggi pada usia 12 tahun. Faktor sosioekonomi, seperti rendahnya pendidikan dan pendapatan, status gizi, ketidaktahuan, kualitas lingkungan yang buruk, serta akses layanan kesehatan yang sulit meningkatkan risiko PJR serta reaktivasi DRA.
Mengetahui hubungan antara status gizi dengan episode serangan ulang DRA pada pasien anak dengan PJR di RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang di RSCM. Variabel yang dinilai antara lain status gizi dan episode serangan ulang PJR.
Dari 58 subyek dengan PJR, sebanyak 32 subyek (55,2%) berusia 10-15 tahun dengan median 12 tahun. Pasien dengan episode serang ulang DRA 21 subyek (36,2%), dengan gizi buruk 4 subyek (19%), gizi kurang 2 subyek (14,2%), dan gizi baik 14 subyek (66,7%). Tidak terbuki terdapat hubungan antara status gizi dengan episode serangan ulang DRA (p=0,59 (OR -0,13; IK 0,13-1,00). Faktor yang yang terbukti memengaruhi episode serangan ulang DRA adalah jenis kelamin (p=0,016; aOR 0,052; IK 95% 0,05-0,057), dan peningkatan LED (p=0,04; aOR 8,47; IK 95% 1,09-65,5).
Tidak terbukti terdapat hubungan antara status gizi dengan episode serangan ulang DRA pada pasien dengan PJR di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Jenis kelamin dan peningkatan LED merupakan faktor yang terbukti memengaruhi episode serangan ulang DRA pada pasien dengan PJR.

Rheumatic heart disease (RHD) is a condition that causes permanent damage to the heart valves due to recurrent episodes of acute rheumatic fever (ARF), which results from an autoimmune reaction to infection with Group A Hemolytic Streptococcus (GAS) bacteria. The highest incidence occurs at age 12. Socioeconomic factors, such as low education and income, nutrition status, ignorance, poor environmental quality, and difficult access to health services, increase the risk of RHD and recurrent episode of ARF.
This study aims to determine the correlation of nutritional status with recurrent episodes of ARF in pediatric patients with RHD at RSUPN Cipto Mangunkusumo.
This research employed a cross-sectional design at RSCM. The variables assessed included nutritional status and recurrent episodes of ARF.
Among the 58 subjects with RHD, 32 subjects (55.2%) were aged 10-15 years, with a median age of 12 years. Patients with recurrent episodes of ARF comprised 21 subjects (36.2%), with 4 subjects (19%) categorized as poorly nourished, 2 subjects (14.2%) as malnourished, and 14 subjects (66.7%) as well-nourished. There was no significant correlation found between nutritional status with reccuret episode of ARF (p=0.59; OR -0.13; CI 0.13-1.00). The factors that significantly influenced ARF reactivation episodes were gender (p=0.016; aOR 0.052; 95% CI 0.05-0.057) and elevated ESR levels (p=0.04; aOR 8.47; 95% CI 1.09-65.5).
No significant correlation exists between nutritional status with reccurent episodes of ARF. Gender and elevated ESR levels are factors shown to influence episodes of ARF reactivation in patients with RHD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Sugiarno
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T57272
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Fadhilah
"Latar Belakang : Penyakit jantung rematik (PJR) merupakan komplikasi paling serius dari demam rematik (DR). Penelitian terbaru telah menyoroti adanya inflamasi kronis yang ditandai tingginya kadar CRP, keterlibatan limfosit T serta sitokin inflamasi seperti TNF-α, IFN-γ dan IL-4. Obat yang memiliki efek anti inflamasi adalah penyekat HMG KoA reduktase, yang mampu menurunkan kadar TNF-α dan IFN-γ serta meningkatkan kadar IL-4.
Tujuan : Untuk membuktikan efek atorvastatin dalam menurunkan ekspresi gen TNF-α dan IFN-γ, serta meningkatkan ekspresi gen IL-4. Menilai hubungan antara penurunan ekspresi gen TNF-α dan IFN-γ dengan peningkatan ekspresi gen IL-4.
Metode : Penelitian ini merupakan studi eksperimental. Pasien dengan penyakit katup jantung dengan etiologi rematik yang akan menjalani tindakan perbaikan/penggantian katup diberikan perlakuan atorvastatin/plasebo 6 minggu sebelum operasi, dilakukan pemeriksaan ekspresi gen TNF-α, IFN-γ dan IL-4 pada jaringan katup dan Appendiks Atrium Kiri (AAK) yang dieksisi saat operasi, menggunakan alat Real Time PCR.
Hasil : Dari 53 responden, dengan rerata usia 35 tahun, 70% di antaranya adalah perempuan. 25 responden mendapatkan atorvastatin. Kelompok Atorvastatin memiliki ekspresi gen TNF-α di AAK yang lebih rendah dengan p 0,005 (95% CI 0,05-0,58), setelah disesuaikan dengan jenis kelamin dan fraksi ejeksi. Namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik dari ekspresi gen IL-4 dan IFN-γ di AAK antara kedua kelompok responden, begitu pula dengan seluruh sitokin pada jaringan katup.
Kesimpulan : Pemberian atorvastatin dapat mengurangi inflamasi pada jaringan appendiks atrium kiri penderita penyakit jantung rematik yang ditandai dengan rendahnya ekspresi gen TNF-α namun tidak terbukti mengurangi inflamasi pada jaringan katup. Terdapat hubungan antara penurunan ekspresi gen TNF-α dan IFN-γ dengan peningkatan ekspresi gen IL-4.

Background : Rheumatic Heart Disease is the most troublesome complication of rheumatic fever. Recent trials emphasized ongoing chronic inflammation represented by CRP, TNF-α, IFN-γ and IL-4,. HMG CoA reductase inhibitor was agent with antiinflamatory effect, suppressing TNF-α and IFN-γ and increasing IL-4.
Objectives : This study was to prove the effect of atorvastatin in suppressing gene expression of TNF-α and IFN-γ, and also effect of atorvastatin in increasing gene expression of IL-4. Knowing correlation between suppressed TNF-α and IFN-γ gene expression and increased IL-4 gene expression.
Method : This study was designed as an experimental study. Patients with valvular dysfunction due to rheumatic process planned to underwent cardiac valves repair/replacement operation were given atorvastatin/placebo 6 weeks before. Gene expression method was used to check mRNA TNF-α, mRNA IFN-γ and mRNA IL-4 level from excised valves and Left Atrial Appendage (LAA).
Result : 53 patients were enrolled. Proportion of women was 70% and age average was 35 years old. Atorvastatin group had lower gene expression TNF-α level in LAA with p 0,005 (95% CI 0,05-0,58), after adjusted with gender and ejection fraction. But there were no differences of IL-4 and IFN-γ gene expression in LAA, either all inflammation cytokines in valves.
Conclusions : Atorvastatin reduced inflammation in LAA patients with Rheumatic Heart Disease by suppressing TNF-α gene expression but didn’t proved reducing inflammation in cardiac valves. There was correlation between supressed gene expression of TNF-α and IFN-γ with increased gene expression of IL-4 level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58546
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Wafy
"Latar Belakang
Penyakit katup jantung merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas kardiovaskular di seluruh dunia. Bentuk paling umum adalah penyakit katup jantung rematik, yang terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pada tahun 2015, Indonesia melaporkan 1,18 juta kasus per tahun, menempatkannya di peringkat keempat dunia. Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan akibat demam rematik, yang mengganggu fungsi katup jantung, memaksa jantung bekerja lebih keras, dan seiring waktu dapat menyebabkan disfungsi ventrikel kanan (RVD).
Metode
Penelitian cross-sectional ini menggunakan data sekunder dari Rumah Sakit Harapan Kita, yang terdiri dari total 752 pasien dengan diagnosis penyakit katup jantung. Dari jumlah tersebut, 343 pasien dipilih karena memenuhi kriteria inklusi. Variabel seperti usia, jenis kelamin, irama EKG, luas permukaan tubuh (BSA), fraksi ejeksi, hipertensi pulmonal (PH), serta katup mitral (MV), katup aorta (AV), keterlibatan katup multipel, penyakit AV campuran, dan penyakit MV campuran dianalisis menggunakan uji Chi-square dan uji t-test untuk menilai hubungannya dengan disfungsi ventrikel kanan.
Hasil
Sebanyak 343 pasien dengan penyakit katup jantung rematik memenuhi kriteria inklusi. Hasil menunjukkan bahwa mayoritas pasien adalah perempuan (58,0%) dan mengalami fibrilasi atrium (57,1%), dengan rata-rata usia 43,16 tahun. Disfungsi ventrikel kanan ditemukan pada (35,9%) pasien. Di antara semua kategori dengan tingkat keparahan sedang, stenosis mitral memiliki proporsi kondisi berat tertinggi (66,2%), sementara regurgitasi mitral memiliki prevalensi tertinggi di antara penyakit katup sedang (33,6%). Analisis data mengungkapkan hubungan signifikan antara irama ECG (p=0.043) dengan disfungsi jantung ventrikel kanan yang diukur menggunakan TAPSE.
Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa disfungsi ventrikel kanan umum terjadi pada pasien dengan penyakit katup jantung reumatik, dan faktor yang secara signifikan berhubungan dengan disfungsi ventrikel kanan adalah irama EKG.

Introduction
Heart valve disease is a prominent source of cardiovascular ilness and death in the world. Rheumatic heart valve disease, the most common form, primarily affects in developing and middle-income countries. In 2015, Indonesia reported 1.18 million cases annually, ranking fourth globally. This condition arises from damage caused by rheumatic fever, leading to valve dysfunction, which forces the heart to work harder and may result in right ventricular dysfunction (RVD) over time.
Method
This cross-sectional study utilized secondary data fromHarapan Kita Hospital, comprising a group of 752 patients diagnosed with heart valve disease. Out of these, 343 patients were chosen because they met the inclusion criteria. Variables such as age, gender, ECG rhythm, body surface area (BSA), ejection fraction, pulmonary hypertension (PH), as well as mitral valve (MV), aortic valve (AV), multiple valvular involvement, mixed AV disease, and mixed MV disease were analyzed using Chi-square tests and t- tests to assess their associations with right ventricle dysfunction.
Results
A total of 343 patients with rheumatic heart valve disease met the inclusion criteria. The results indicated that the majority were female (58.0%) and had an atrial fibrilation (57.1%), with a mean age of 43.16 years. Right ventricular dysfunction was found prevalent in (35.9%) of the patients. Among all categories with moderate severity, mitral stenosis had the highest proportion of severe conditions (66.2%), while mitral regurgitation had the highest prevalence among moderate valve diseases (33.6%). Data analysis revealed significant associations between ECG Rhytm (p=0.043) with the occurrence of right ventricular dysfunction measured by TAPSE
Conclusion
The findings of this study indicate that right ventricular dysfunction is prevalent in patients with rheumatic heart valve disease, and a factor significantly associated with right ventricular dysfunction is ECG rhythm.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikriya Rusyda
"Penyakit jantung merupakan penyakit penyerta ketiga setelah diabetes melitus dan hipertensi dengan persentase terbesar pada kasus kematian COVID-19 di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penyakit jantung dengan kasus kematian pasien COVID-19 usia >45 tahun di Depok. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus control dan menggunakan data dari Dinas Kesehatan Kota Depok selama periode Agustus 2020 hingga Juni 2021. Sampel penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah pasien yang memiliki data variabel yang lengkap. Kriteria eksklusi adalah wanita hamil. Kelompok kasus terdiri dari 582 sampel dan kelompok kontrol dipilih secara simple random sampling. Data dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan penyakit jantung dengan kasus kematian pasien COVID-19 dengan nilai asosiasi OR crude sebesar 3,55 (95% CI = 2,20-6,90 P value = <0,0001) dan OR adjusted sebesar 3,04 (95% CI = 1,67-5,52 P value <0,0001) setelah dikontrol oleh variabel penyakit penyerta lainnya. Keterbatasan penelitian ini data didapatkan dari hasil wawancara petugas kesehatan dengan pasien sehingga penelitian ini dipengaruhi oleh bias informasi.

Heart disease is the third highest comorbidity, after diabetes mellitus and hypertension in COVID-19 deaths in Indonesia. This study aims to determine the association between heart disease and mortality of COVID-19 patients aged >45 years in Depok. The study design is a case control study. This study using secondary data from Depok Health Office for the period of August 2020 – June 2021. The samples in this study who were met the inclusion and exclusion criteria. The inclusion citeria was COVID-19 patients who had complete data of the variables. The exclusion criteria was pregnant woman. The case group consists of 582 samples and the control group were selected with simple random sampling method. Data were analyzed using chi square and logistic regression. The study result indicates that the crude association between heart disease and mortality of COVID-19 patients is 3,55 (95% CI = 2,20-6,90 P value = <0,0001) and adjusted OR 3,04 (95% CI = 1,67-5,52 P value <0,0001) after being controlled by other comorbid. The limitation in this study that the data was obtained based on interviews between health workers and patients, so this study was influenced by information bias"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>