Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167086 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bakhrul Ulum
"Karies merupakan penyakit pada rongga mulut yang sering terjadi pada semua usia dan disebabkan oleh faktor agent, host, substrat dan waktu. Pengalaman karies gigi dapat dinilai dengan menggunakan indeks DMF-T. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran indeks DMF-T dan determinannya pada murid Sekolah Dasar Negeri di Kota Cimahi tahun 2024. Penelitian ini menggunakan desain cross serctional. Sampel sebesar 290 murid usia 12 tahun di 6 SDN terpilih di Kota Cimahi, dipilih secara cluster random sampling. Data dianalisis secara univariat, bivariat (Chi-Square), dan multivariat (regresi logistik ganda). Hasil penelitian menunjukan indeks DMF-T pada murid usia 12 tahun di SDN terpilih di Kota Cimahi sebesar 2,27. Faktor yang memiliki hubungan dengan indeks DMF-T adalah sosial ekonomi (nilai p=0,029), pH saliva (nilai p<0,001) dan perilaku (nilai p=0,001), sedangkan pengetahuan merupakan confounding pada hubungan tersebut. Faktor paling dominan adalah sosial ekonomi, murid dengan sosial ekonomi rendah berisiko memiliki indeks DMF-T tinggi 1,785 kali dibandingkan dengan yang memiliki sosial ekonomi tinggi setelah dikontrol oleh pH saliva, perilaku dan pengetahuan (OR=1,785; 95% CI: 1,061 – 3,003). Untuk itu perlu peningkatan pelaksanaan program UKGS dan UKGM, sehingga semua murid dapat terlayani tanpa memandang sosial ekonomi, disamping terus memberikan edukasi sehingga memiliki perilaku yang kondusif bagi kesehatan gigi dan mulut.

Caries is one of the most common oral diseases at all ages and is caused by several factors, namely agent, host, substrate and time. A person's dental caries experience can be assessed using the DMF-T index by adding up the teeth that fall into the criteria D (Decay), M (Missing) and F (Filled). The purpose of this study was to determine the description of the DMF-T index and its determinants in elementary school students in Cimahi City in 2024. This study used a cross-sectional design. A sample of 290 students aged 12 years in 6 selected elementary schools in Cimahi City, selected by cluster random sampling. Data collection was carried out by interviews using valid and reliable questionnaires and examination of oral cavity conditions including DMF-T and salivary pH examinations. Data were analyzed univariate, bivariate (Chi-Square), and multivariate (multiple logistic regression). The results showed that the DMF-T index in 12-year-old students in selected elementary schools in Cimahi City was 2,27. Factors that have a relationship with the DMF-T index are socioeconomic (p-value=0,029), salivary pH (p-value<0,001) and behavior (p-value=0,001), while knowledge is confounding in the relationship. The most dominant factor is socioeconomic, students with low socioeconomic are at risk of having a high DMF-T index 1,785 times compared to those with high socioeconomic after being controlled by salivary pH, behavior and student knowledge (OR=1,785; 95% CI: 1,061-3,003). For this reason, it is necessary to improve the implementation of the UKGS and UKGM programs, so that all students can be served regardless of socioeconomic, in addition to continuing to provide education so that they have behavior that is conducive to dental and oral health."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Maharani
"Latar belakang : Pelaksanaan penjaringan sebagai tindakan pencegahan karies gigi melalui identifikasi faktor risiko dan deteksi dini memiliki kendala seperti keterbatasan waktu dan tenaga kesehatan. Di sisi lain, kamera intraoral dengan resolusi yang baik, integrasi penyimpanan, dan konektivitas nirkabel mulai dimanfaatkan di komunitas dan kegiatan penjaringan. Tujuan: Untuk mendapatkan informasi sikap dan kepuasan siswa serta sikap dan penerimaan operator terhadap penggunaan kamera intraoral dalam penjaringan karies gigi. Mengetahui perbedaan sikap dan kepuasan siswa dengan berbagai karakteristik. Metode: Studi pre-experimental dengan instrumen kuesioner terhadap 191 siswa kelas enam sekolah dasar negeri di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan serta pada 26 Mahasiswa Profesi Kedokteran Gigi Universitas Indonesia sebagai operator. Hasil: Mayoritas siswa memiliki sikap yang positif dan merasa puas setelah pemeriksaan. Operator memiliki sikap dan penerimaan yang positif. Berdasarkan uji Chi-Square, didapatkan perbedaan proporsi yang bermakna (p <0,05) antara wilayah sekolah dasar dengan sikap awal siswa dan jenis kelamin dengan kepuasan siswa. Kesimpulan: Mayoritas siswa belum pernah diperiksa dengan kamera intraoral sebelumnya. Kamera intraoral diterima dengan positif untuk penjaringan karies gigi. Mayoritas operator belum pernah menggunakan kamera intraoral sebelumnya. Penggunaan alat ini dapat diperkenalkan lebih luas kepada mahasiswa kedokteran gigi. Penelitian selanjutnya dapat mencoba ke tenaga kesehatan lain atau non tenaga kesehatan.

Background: The implementation of screening as a preventive measure for dental caries through risk factor identification and early detection has constraints such as time constraints and lack of health workers. On the other hand, intraoral cameras with good resolution, storage integration, and wireless connectivity are starting to be used in communities and screening programs. Objective: To describe the attitudes and satisfaction of students, the attitudes and acceptance of operators towards the use of intraoral cameras in dental caries screening. To find out the significant differences ini attitudes and satisfaction of students with various student characteristics. Methods: Preexperimental study using questionnaire for 191 sixth grade students of public elementary schools in Central Jakarta and South Jakarta and 26 dental professions students of Universitas Indonesia as operators. Results: The majority of students had a positive attitude and were satisfied after the examination. Operators had positive attitudes and acceptance. Based on the Chi-Square test, there was a significant difference in proportion (p < 0.05) between elementary school region and students’ initial attitude, gender and students’ satisfaction. Conclusion: The majority of students had never been examined with an intraoral camera before. The intraoral camera was positively accepted for dental caries screening. The majority of operators had never used an intraoral camera before. The use of this tool can be introduced more widely to dental students. Future research can try this method to other health workers or non-health workers"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Netty Suryanti
"

 

Prevalensi karies gigi remaja di Indonesia masih tinggi. Salah satunya karena perilaku kesehatan gigi yang masih buruk. Perilaku remaja yang tidak stabil secara emosional dapat mempengaruhi perawatan kesehatan giginya. Keadaan kesehatan gigi yang buruk akan berdampak pada kepercayaan diri dalam hubungan sosialnya. Oleh karena itu diperlukan evaluasi penilaian determinan kesehatan gigi remaja. Alat ukur yang sesuai dengan karakteristik remaja, sampai saat ini belum tersedia. Tujuan penelitian adalah membuat alat ukur untuk mengukur perilaku kesehatan gigi remaja dan menguji model perilaku kesehatan gigi remaja berdasarkan theory of planned behavior serta menentukan determinannya. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif eksploratif dengan desain cross sectional. Sejumlah 723 siswa SMP berusia 13-15 tahun adalah siswa SMP di Kota Bandung menjadi subjek penelitian. Sampel dipilih dengan metoda probability proportional to size (PPS) menggunakan random group methods. Penelitian terdiri dari: (1) membuat alat ukur dan memvalidasinya; (2) menilai perilaku kesehatan gigi remaja dan plak skor (3) menguji model determinan perilaku kesehatan gigi remaja. Hasil penelitian menunjukkan, alat ukur perilaku kesehatan gigi remaja (oral hygiene, dietary habits, dental attendance) berdasarkan theory of planned behavior serta perilaku aktual (oral hygiene, dietary habits, dental attendance), dan dengan dua faktor terkait yaitu harapan hasil sosial dan pengetahuan dinyatakan valid dan reliabel. Hasil untuk model struktural ketiga perilaku kebersihan gigi, kebiasaan diet, kunjungan ke Dokter Gigi, berdasarkan theory of planned behaviour, harapan hasil sosial dan pengetahuan hasilnya data fit (sesuai dengan model). Hasil analisis hubungan (1) model struktural perilaku kebersihan gigi: kontrol perilaku, harapan hasil sosial dan pengetahuan kesehatan gigi mempengaruhi skor plak melalui intensi dan perilaku aktual kebersihan gigi, (2) model struktural perilaku kebiasaan diet: kontrol perilaku dan pengetahuan kesehatan gigi mempengaruhi skor plak melalui intensi dan perilaku aktual kebiasaan diet, (3) model struktural perilaku kunjungan ke Dokter Gigi: kontrol perilaku dan pengetahuan kesehatan gigi mempengaruhi skor plak melalui intensi dan perilaku aktual kunjungan ke Dokter Gigi (4) model struktural perilaku kesehatan gigi: ketiga kontrol perilaku (kebersihan gigi, kebiasaan diet dan kunjungan ke Dokter Gigi) berkonstribusi kuat terhadap masing-masing intensi (kebersihan gigi, kebiasaan diet dan kunjungan ke Dokter Gigi), dan yang terbesar konstribusinya adalah kontrol perilaku kebiasaan diet. Kesimpulan, kontrol perilaku yang kuat pada komponen intensi akan menentukan ketiga perilaku kesehatan gigi pada remaja, namun yang secara empiris menentukan adanya hubungan dengan skor plak hanya perilaku kebersihan gigi dan kebiasaan diet.


The prevalence of adolescent caries in Indonesia is still high. Poor oral health behaviour is one of the causes. Unstable emotional behaviour in adolescent can affect their oral health care. Poor oral health condition can affect their self-confident in social environment. Therefore evaluation for adolescent oral health determinant and assessment is needed. Measuring instruments that suitable for adolescent characteristics are not yet available. The purpose for this research is to make an effective measuring instrument to assess adolescent oral health behaviour and to test adolescent the model of oral health behaviour based on theory of planned behavior alongside by determining the determinants. This research uses explorative description with cross sectional design. A total of 723 junior high school students aged 13-15 years in the city of Bandung became the subject of study.The sample was chosen with probability proportional to size (PPS) method using random group methods. The research consist of (1) make an effective measuring instrument and validate it; (2) assessing adolescent oral health behavior and score plaque (3) assessing the determinant model of adolescent oral health behaviour. Research result shown that measuring instrument of adolescent oral health behaviour based on theory of planned behaviour, the expectation of social outcome, oral health knowledge, and actual behaviour confirmed as valid and reliable. The result of third structural oral hygiene behaviour model, dietary habits, dental based on the theory of planned behaviour, expected social outcome and knowledge which resulted of data fit with model. The result of result of relationship analysis consist of (1) structural models of oral hygiene behaviors: perceived behavior control, expectations social outcomes and oral health knowledge influence plaque scores through the intention and actual behavior of oral hygiene, (2) structural models of dietary habits: perceived behavior control and oral health knowledge influence plaque scores through the intention and actual behavior of dietary habits, (3) structural models of dental attandance: perceived behavior control and oral health knowledge influence plaque scores through the intention and actual behavior of dental attendance (4) structural models of oral health behavior: perceived behaviora control (oral hygiene, dietary habits and dental attandance) have a strong contribution to each intention (oral hygiene, dietary habits and dental attandance), and the biggest contribution is perceived behaver control of dietary habits. Conclusion, strong perceived behavioral control on the intention component will determine the three oral health behaviors in adolescents, but which empirically determines the association with plaque scores only oral hygiene behavior and dietary habits.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pahrur Razi
"Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada murid SD di Kota Jambi Tahun 2014. Penelitian menggunakan desain cross sectional. Hasil penelitian diperoleh 59,3% responden karies gigi. Susunan gigi dan derajat keasaman saliva merupakan faktor yang berhubungan dengan karies gigi, dimana responden dengan derajat keasaman saliva yang tidak normal berisiko terjadi karies gigi 2,6 kali dibanding yang normal setelah dikontrol oleh susunan gigi dan kebersihan gigi dan mulut. Susunan gigi tidak teratur berisiko terjadi karies gigi 2,6 kali dibanding yang teratur, setelah dikontrol oleh derajat keasaman saliva dan kebersihan gigi dan mulut. Disarankan untuk meningkatkan upaya promotif dan preventif pada murid SD di Kota Jambi.

The purpose of this study to determine the factors associated with dental caries in primary school students in the city of Jambi 2014. The study used a cross-sectional design. The results were obtained 59.3 % of respondents dental caries. Arrangement of the teeth and saliva acidity is a factor associated with dental caries, where respondents with the degree of acidity abnormal salivary caries risk occurs 2.6 times compared to normal after controlled by the arrangement of teeth and oral hygiene. The composition of irregular teeth caries risk occurs 2.6 times compared to regular, once controlled by the acidity of saliva and oral hygiene. It is recommended to increase the promotive and preventive primary school students in the city of Jambi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T43389
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Ayu Hanifa
"Latar Belakang: Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018, angka gigi berlubang pada anak di Indonesia mencapai 92,6%. Masalah rongga mulut yang sering terjadi pada anak adalah karies dini/Early Childhood Caries (ECC) yang terjadi pada anak usia 3-6 tahun. ECC yang tidak dirawat akan menyebabkan rasa sakit, abses, pembengkakan, gangguan mastikasi, dan meningkatkan risiko terjadinya karies pada gigi tetap anak. Akibat dari pandemi COVID-19 yang penularannya dapat terjadi melalui aerosol dan droplet menyebabkan adanya limitasi kunjungan ke dokter gigi. Sebagai tindakan pencegahan karies, maka perlu diberikan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak (PKGMA) kepada orang tua. Pengetahuan orang tua berdampak pada kesehatan gigi dan mulut anaknya. Untuk mengurangi penyebaran infeksi maka dilakukan pembatasan sosial, berdasarkan hal tersebut, orang tua perlu diberikan KIE menggunakan media visual secara daring melalui platform video conference mengenai PKGMA.
Tujuan: Mengetahui perbedaan pengetahuan orang tua mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak, sebelum dan setelah dilakukan KIE menggunakan media visual secara daring.
Metode: Dilakukan penelitian eksperimental secara daring sebanyak 45 orang tua murid dengan anak usia 3-6 tahun yang terdaftar di TK dan RA dipilih secara acak di Kecamatan Setia Budi, Jakarta Selatan yang bersedia mengisi kuesioner sebelum dan setelah pemberian KIE dengan menggunakan media visual secara daring mengenai PKGMA.
Hasil: Berdasarkan uji non-parametrik Wilcoxon, menunjukan bahwa terdapat perbedaan bermakna secara statistik pada skor total pengetahuan orang tua mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak setelah diberikan KIE dengan media visual secara daring.
Kesimpulan: Media visual secara daring dapat meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak pada masa pandemi COVID-19.

Background: According to Indonesia Baseline Health Research (RISKESDAS) 2018, the prevalence of caries experiences in children is 92,6%. Early Childhood Caries (ECC) is a major oral health problem found in the 3 -6 years old age group. Untreated decayed teeth can lead to pain, abscess, swelling, difficulties in eating, and increase the risk of caries development in permanent dentition. However, due to COVID-19 pandemic, which can be transmitted through droplets and aerosols, it causes the limitation of dental visits. Parents’ knowledge has an impact on children’s oral health. Therefore, in order to prevent ECC, communication, information, and education intervention regarding children oral health care should be given to the parents via online. Social distancing measures are used to reduce the spreading of infection, based on this condition, parents are being given online communication, information, and education using visual media via video conferences platform regarding children oral health maintenance.
Objectives: To identify the differences of parental knowledge regarding children oral health care before and after online communication, information, and education using visual media.
Methods: The design of this study is an experimental study a total of 45 parents with children of age 3-6 years from randomly selected preschool at Setia Budi, South Jakarta were asked to fill out the questionnaire before and after online communication, information, and education using visual media via video conferences platform.
Results: Based on non-parametric Wilcoxon test, there is a significant differences of parental knowledge on children oral health care after online communication, information, and education using visual media.
Conclusion: Online visual media could improve the parental knowledge on children oral health care during COVID-19 pandemic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pakpahan, Omry
"Penyakit gigi berlubang (caries) merupakan penyakit gigi yang masih banyak ditemukan di masyarakat. Terjadinya penyakit ini disebabkan banyak faktor dimana waktu sikat gigi yang tidak sesuai merupakan faktar resiko untuk terjadinya karies gigi.
WHO menetapkan indeks DMF-T sebagai indeks yang mengukur tingkat keparahan karies dimana kriteria pengukuran dilakukan pada kelompok anak berumur 12 tahun. Adapun target berdasarkan (Dit.Kes.Gi.'2000) bahwa indeks DMF-T sampai tahun 2010 secara Nasional kurang dari 2 dan WHO kurang dari 1
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode desain potong lintang (crass sectional) di mana tujuannya untuk mengetahui hubungan waktu sikat gigi dengan tingkat keparahan karies. Populasi penelitian adalah seluruh murid sekolah dasar kelas 4 dan 5 di kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat dan sampel yang diambil sebanyak 259 orang dengan menggunakan sampling secara sistematik random.
Berdasarkan hasil statistik diperoleh tidak ada hubungan bermakna ( nilai p > 0,05) dan OR sebesar 270 ( 95% CI = 0,9 - 4,3 ). Dianggap perlu untuk melakukan penelitian dengan menggunakan metode kohort.
Daftar bacaan : 55 (1978 - 2002)"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T10750
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"An oral health behavior and caries occurrence survey had been performed in 663 children of the 12 years old in Palembang and would be compared to the Dutch children. The subjects were selected in a
stratified random sampling for the cross sectional design. The results revealed that the knowledge, attitude and behavior of oral health of the children in Palembang were lower. Dental fear between the two groups showed a significant factor with dental caries occurence. However, among the children in Palembang showed that the group without caries had no dental fear twice higher than the group with dental caries. (p<0.05. OR: 0.56. Cl 0.38:0.79)."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Wardhani Putri
"Tujuan: Diketahuinya kualitas, kegunaan, reliabilitas, visibilitas, dan popularitas video berbahasa Indonesia mengenai karies gigi di YouTube sebagai sumber informasi bagi masyarakat. Metode: Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah systematic review yang mengikuti petunjuk PRISMA. Sebanyak 300 video di-screening, kemudian dicatat durasi total, jumlah views, likes, dislikes, pengunggah, dan tanggal mengunggah video. Kategori pengunggah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengguna individu dan profesional kesehatan. Setelah dieksklusi, sebanyak 100 video dilakukan analisis kualitas, kegunaan, reliabilitas, visibilitas, dan popularitas dengan menggunakan penilaian GQS, nilai kegunaan, Discern, viewing rate, dan interaction index. Hasil: Berdasarkan penelitian, terdapat 78% video yang diunggah oleh pengguna individu. Namun, visibilitas dan popularitas video yang diunggah oleh profesional kesehatan memiliki nilai yang lebih tinggi daripada pengguna individu. Pada analisis mengenai kualitas, kegunaan, dan reliabilitas, video yang diunggah oleh profesional kesehatan juga memiliki nilai lebih tinggi daripada pengguna individu. Video dengan durasi lebih dari 6 menit memiliki kualitas yang lebih baik dan popularitas lebih tinggi, namun visibilitasnya lebih rendah daripada durasi hingga 6 menit. Video dengan kualitas lebih buruk memiliki visibilitas yang tinggi, namun popularitasnya rendah. Sedangkan video dengan kegunaan dan reliabilitas lebih baik memiliki visibilitas yang tinggi, namun popularitasnya lebih rendah. Kesimpulan: Dalam penelitian ini, video YouTube yang diunggah oleh profesional kesehatan memiliki kualitas, kegunaan, reliabilitas, visibilitas, dan popularitas yang lebih baik daripada video yang diunggah oleh pengguna individu. Namun, sebagian besar video YouTube mengenai karies gigi dalam penelitian ini diunggah oleh pengguna individu sehingga menyulitkan pengguna YouTube untuk mencari sumber informasi yang tepat karena sumber pengunggah dari profesional kesehatan masih terbilang sedikit

Objective: This study aims to find out how the quality, usefulness, reliability, visibility, and popularity of Indonesian videos about dental caries on YouTube as a source of information for the community. Methods: The design used in this study is systematic review that follows PRISMAs instructions. A total of 300 videos were screened, then recorded the total duration, number of views, likes, dislikes, uploaders, and upload date of the video. The categories of uploaders used in this study were individual users and health professionals. After exclusion, as many as 100 videos were analysed for quality, usefulness, reliability, visibility, and popularity using GQS, usefulness score, Discern score, viewing rate, and interaction index. Results: Based on the research, there are 78% of videos uploaded by individual users. However, the visibility and popularity of videos uploaded by health professionals has a higher value than individual users. In an analysis of quality, usefulness, and reliability, videos uploaded by health professionals also have higher value than individual users. Videos with a duration of more than 6 minutes have better quality and higher popularity, while visibility is lower than the duration of up to 6 minutes. Videos with poorer quality have high visibility, but their popularity is low. While videos with better usefulness and reliability have high visibility, their popularity is lower. Conclusion: In this study, YouTube videos uploaded by health professionals had better quality, usefulness, reliability, visibility, and popularity than videos uploaded by individual users. However, most of the YouTube videos about dental caries in this study were uploaded by individual users making it difficult for YouTube users to find the right source of information because there are still not many sources of uploaders from health professionals."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olga Raphaela Kawilarang
"Latar Belakang: Kebersihan rongga mulut yang buruk dapat menyebabkan perkembangan karies gigi dan periodontitis. Lingkungan rongga mulut yang meliputi saliva mengandung berbagai faktor host defense dengan pH yang dapat digunakan untuk memeriksa hubungan biomarker saliva dengan penyakit rongga mulut dimana pH saliva dapat meningkat atau menurun akibat aktivitas mikroba. Dalam mencegah pertumbuhan bakteri yang berlebihan, nitrat dan nitrit dalam saliva berperan dalam pembentukan nitrogen monoksida (NO) dengan potensi efek protektif, terutama dalam proses fisiologis tubuh manusia. Tujuan: Menganalisis hubungan kadar nitrogen monoksida (NO) dengan kebersihan rongga mulut (OHI-S) dan pH saliva. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian laboratorik dan observasional menggunakan 20 sampel saliva kelompok dewasa muda usia 18-30 tahun di provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta. Sampel saliva subjek diuji dengan Griess Reaction untuk mengukur kadar nitrogen monoksida (NO) dan dibaca menggunakan plate reader pada panjang gelombang 600 nm. Selanjutnya, data diolah menggunakan SPSS. Hasil: Nilai korelasi antara kadar nitrogen monoksida dengan kebersihan rongga mulut (r) sebesar 0,390 dengan p>0,05 dan nilai korelasi antara kadar nitrogen monoksida dengan pH saliva (r) sebesar -0,53 dengan p>0,05. Kesimpulan: Kadar nitrogen monoksida (NO) pada sampel saliva kelompok dewasa muda tidak memiliki hubungan dengan kebersihan rongga mulut (OHI-S) dan pH saliva, serta tidak terdapat perbedaan rata-rata kadar nitrogen monoksida (NO) sampel saliva kelompok dewasa muda baik berdasarkan kategori OHI-S maupun jika dibandingkan dengan sampel saliva kelompok anak.

Background: Poor oral hygiene can cause the development of dental caries and periodontitis. The oral cavity environment which includes saliva contains various host defense factors with salivary pH which can be used to examine the relationship between salivary biomarkers and oral disease where salivary pH can increase or decrease due to microbial activity. In preventing excessive bacterial growth, nitrates and nitrites in saliva play a role in the formation of nitric oxide (NO) with potential protective effects, especially in the physiological processes of the human body. Aim: To analyze the relationship between nitric oxide (NO) levels on dental and oral hygiene (OHI-S) and salivary pH. Methods: This research is a laboratory and observational study using 20 saliva samples from a group of young adults aged 18-30 years in the provinces of West Java and DKI Jakarta. The subject’s saliva samples were tested with Griess Reaction and read using a plate reader at a wavelength of 600 nm. Furthermore, the data was processed using SPSS. Results: The correlation value of r was 0,390 with p>0,05 between nitric oxide levels and oral hygiene and the correlation value of r was -0,53 with p>0,05 between nitric oxide levels and salivary pH. Conclusion: Nitric oxide (NO) levels in saliva samples from the young adult group are not related to oral hygiene (OHI-S) and salivary pH, and there are no mean differences either based on the OHI-S category or when compared with saliva samples from the children’s group.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faridah Marzuqah Zhafirah
"ABSTRAK
Tujuan: Mengetahui perbedaan penggunaan video animasi dan video nonanimasi sebagai media pendidikan dalam meningkatkan pengetahuan anak tunagrahita ringan mengenai kesehatan gigi dan mulutnya.
Metode: Subjek penelitian adalah 20 siswa SDLB Ar-Rahman diberikan edukasi menggunakan video animasi dan 14 siswa SDLB Mahardika menggunakan video non-animasi. Penelitian ini menggunakan pre and post test design.
Hasil: Ada perbedaan bermakna antara peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi (p=0.000). Namun, tidak ada perbedaan yang bermakna antara peningkatan pengetahuan menggunakan video animasi dengan menggunakan video nonanimasi (p=0.457).
Kesimpulan: Video animasi dan non-animasi tidak memiliki perbedaan dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak
tunagrahita ringan.

ABSTRACT
Objective: To determine the differences between animated and non-animated video as a medium of education in improving the knowledge of mild mental retardation children about their oral health.
Methods: The subjects were 20 students of SLB Ar-Rahman, who were given education using animated video and 14 students of SLB Mahardika who were given education using non-animated video. This study used a pre and post test design.
Results: There are significant differences in improvement of knowledge between before and after education (p=0.000). However, there are no significant difference between the increase in knowledge using animated viedo and using non-animated videos (p=0457).
Conclusion: animated and non-animated video does not have a difference in improving the oral health knowledge on mild mental retardation children."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>