Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159706 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vincent Suryakim
"Di era perdagangan elektronik yang berkembang pesat, mengoptimalkan infrastruktur untuk skalabilitas dan efisiensi menjadi hal yang sangat penting. Untuk memenuhi kebutuhan ini, sebuah sistem yang disebut Kubernetes diperkenalkan dan menjadi standar de facto untuk manajemen dan penskalaan aplikasi yang efisien karena dapat memfasilitasi orkestrasi aplikasi terkontainerisasi dengan baik. Termotivasi oleh faktor-faktor ini, serta diciptakannya model arsitektur baru — Virtual Cluster (VC) — penelitian ini mengeksplorasi dan menganalisis efeknya dengan membandingkannya dengan model namespace-based (NS) untuk mengimplementasikan multi-tenancy di Kubernetes. Secara khusus, penelitian ini berfokus pada perbandingan kedua model tersebut untuk menentukan mana yang lebih tepat digunakan dalam konteks aplikasi e-commerce. Penelitian ini menemukan bahwa model NS yang diterapkan pada Google Compute Engine (GCE) melalui K3s memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan model VC, yang juga diterapkan pada GCE, dan model NS yang diterapkan pada Google Kubernetes Engine (GKE). Selain itu, ditemukan juga bahwa pada tenant yang diuji coba dengan load reguler, terdapat tren penurunan throughput seiring meningkatnya jumlah pengguna pada tenant yang memonopoli resources, yang diamati bersamaan dengan penurunan response time. Oleh karena itu, disarankan bagi penyedia layanan e-commerce yang ingin mengimplementasikan aplikasi single cluster multi-tenant untuk menggunakan model NS di GCE. Temuan dan hasil yang dipaparkan dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai panduan dalam mengimplementasikan arsitektur multi-tenant Kubernetes untuk aplikasi e-commerce.

In an era where electronic commerce is rapidly growing, optimizing infrastructure for scalability and efficiency has become paramount. To meet this need, a system called Kubernetes was introduced and has become the de facto standard for efficient management and scaling of applications as it facilitates seamless orchestration of containerized applications. Motivated by these factors, combined with the introduction of a new architectural model — the Virtual Cluster (VC) model — this study intends to explore and analyze its effects by comparing it with another model to implement multi-tenancy in Kubernetes: the namespace-based (NS) model. Specifically, this research focuses on comparing both models to determine which is more appropriate in the context of e-commerce. This study found that the NS architecture deployed on Google Compute Engine (GCE) using K3s performed better than the VC architecture, also deployed on GCE, and the NS architecture deployed on Google Kubernetes Engine (GKE). However, as for the perceivable impacts on its partnering tenant, this study found that there is a decreasing trend in throughput as the peak number of concurrent users in the monopolizing tenant increases, which is observed alongside a decrease in response time. Therefore, it is recommended for e-commerce providers looking to implement a single cluster multi-tenant application to use the NS architecture in GCE. The findings and results presented in this study are expected to be used as guidelines in implementing Kubernetes multi-tenant architectures for e-commerce applications."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrew
"Dengan meningkatnya penerapan teknologi informasi dalam berbagai bidang di kehidupan sehari-hari membuat sistem komputer saat ini menjadi sebuah sistem yang vital. Untuk meningkatkan reliabilitas dari sistem komputer, salah satu metode yang dapat dilakukan adalah melakukan replikasi secara geografis. Namun pendekatan tersebut memiliki isu terkait masalah koneksi dan latensi yang tinggi. Termotivasi dari masalah tersebut, penelitian ini melakukan analisis lebih mendalam pada pengaruh penempatan lokasi server sebuah Kubernetes cluster terhadap aspek performa, reliabilitas dan fleksibilitas. Penelitian ini mendapatkan bahwa konfigurasi lokasi Kubernetes cluster tidak memberikan dampak yang signifikan pada aspek performa. Penerapan geo-distributed cluster terbukti dapat memberikan reliabilitas yang lebih baik ketimbang pendekatan single-zone maupun multi-zone. Sedangkan pemanfaatan Kubernetes dapat meningkatkan aspek fleksibilitas namun dengan adanya konsekuensi pada performa sistem. Pada penelitian ini, ditemukan juga bahwa Google Cloud Load Balancer mengalami kendala dalam melakukan load balancing pada geo-distributed cluster yang menyebabkan beberapa server tidak mendapatkan traffic sama sekali dan Google Cloud Load Balancer tidak memenuhi aspek geo-aware yang menyebabkan requests dari pengguna tidak selalu diarahkan pada server yang terdekat dari lokasi pengguna.

With the application of information technology in various fields of daily life, today's computer system has become a vital system. To increase the reliability of the computer system, one method that can be done is to replicate the application in multiple geographical locations. However, this approach has problems with connection and high latency. Motivated by this problem, this study conducts a more in-depth analysis of the effect of server location placement in a Kubernetes cluster on aspects of performance, reliability, and flexibility. This study found that the use of multiple geographical locations for the Kubernetes cluster does not have a significant impact on the performance. The use of geo-distributed clusters is proven to provide better reliability compared to the single-zone and multi-zone approaches. While the use of Kubernetes can increase the flexibility of the system, it also impacts the system performance. In this study, it was also found that Google Cloud Load Balancer experienced problems when load balancing traffic on the geo-distributed cluster which caused some servers not getting any traffic and Google Cloud Load Balancer does not meet the geo-aware aspect which causes requests from users not directed to the server closest to the user's location."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan Nicholas
"Kebutuhan untuk menyediakan layanan kepada pengguna di seluruh dunia menyebabkan layanan aplikasi web untuk beradaptasi menggunakan teknologi baru dan memadai. Untuk mencapai hal tersebut, layanan cloud servis digunakan untuk memperluas jangkauan geografis dari layanan web di seluruh dunia. Peningkatan kualitas pengembangan deployment aplikasi web terlihat pada Kubernetes, alat yang diadopsi secara luas yang didukung di sebagian besar platform cloud, yang memungkinkan penerapan geo-distributed clusters untuk aplikasi yang memiliki pengguna multinasional. Dikarenakan kelangkaan studi mengenai geo-distributed clusters dan kinerjanya, penelitian ini bermaksud untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan tersebut dengan mengimplementasikan solusi menggunakan Istio (Anthos Service Mesh), mesh layanan yang paling banyak digunakan untuk aplikasi Kubernetes, serta solusi cloud native di Google Cloud Platform menggunakan MultiClusterService. Studi ini menemukan bahwa kedua pendekatan tersebut dapat diandalkan, namun, Istio/ASM memiliki latensi yang sedikit lebih rendah untuk sebagian besar request. Kedua pendekatan tersebut merupakan pilihan baik untuk aplikasi global, karena keduanya menggunakan geo-aware load balancing, yang merutekan permintaan pengguna ke klaster terdekat yang tersedia. Basis kode studi dan hasil pengujian ini tersedia secara open-sourced untuk studi lebih lanjut tentang aplikasi berbasis geo-distributed Kubernetes clusters.

With the need of providing services to ever-growing worldwide users, web application services must adapt new technologies in order to fulfill these needs. As setting up physical servers across the globe is a daunting task, cloud service providers are an essential tool to reach geographical coverage for worldwide web services. Further advancements on the developer experience of deploying web applications can be seen in tools such as Kubernetes, a widely adopted tool that’s supported in most cloud platforms that enables the implementation of geo-distributed clusters for applications with a multi-national user base. However, there is a scarcity of studies regarding geo-distributed clusters methods and its performance. Therefore, this study intends to bridge that knowledge gap by implementing a solution using Istio (Anthos Service Mesh), the most used service mesh for kubernetes applications as well as a cloud native solution on Google Cloud Platform using MultiClusterService. This study found that both approaches are reliable, however, Istio / ASM has a slightly lower latency for the vast majority of requests. In addition, both approaches are a viable choice for worldwide applications, as they both use geo- aware load balancing, which routes user requests to the nearest available cluster. This study’s scripts and test results are open-sourced for further studies about geo-distributed Kubernetes- based applications. "
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veronica Novinna
"Dalam layanan E-commerce menimbulkan dampak negatif yaitu terjadi pencurian dan penjualan Data Pribadi konsumen pengguna layanan oleh pihak tidak bertanggungjawab. E-commerce dan Perlindungan Konsumen saling berkaitan, penting dalam praktik kegiatan e-commerce untuk menjaga kepercayaan konsumen selaku pengguna layanan, maka pelindungan data pribadi mendapat perhatian negara-negara di lingkup Kawasan Asia Tenggara. Penelitian ini membahas terkait pengaturan Pelindungan Hak atas Data Pribadi sebagai bagian dari hak konsumen dalam penyelenggaraan E-commerce di Indonesia, pengaturan hak untuk memperbaiki data, hak atas penghapusan Data Pribadi, hak portabilitas data dalam konsep Pelindungan Data Pribadi di negara Indonesia, Malaysia, dan Singapura, dan implementasi hak konsumen atas Pelindungan Data Pribadi di negara Indonesia, Malaysia, dan Singapura dalam konteks E-commerce. Metode penelitian ini adalah hukum normatif dengan pendekatan Peraturan Perundang-undangan dan komparatif. Adapun kesimpulannya yaitu  pengguna selaku konsumen berhak untuk mengetahui informasi yang jelas akan akuntabilitas, transparansi, proses pencegahan, dan penegakan hukum dalam kasus kebocoran Data Pribadi yang dialami dalam penyelenggara e-commerce. Masalah Pelindungan Data Pribadi menjadi isu di Negara Singapura dan Malaysia, dan pengaturan mengenai Tiga Hak diatas berbeda-beda. Dalam implementasi penegakan Pelindungan Data Pribadi, Singapura dan Malaysia memiliki organisasi khusus yang berwenang dalam penegakan hukumnya, sedangkan Indonesia berupaya membentuk Lembaga khusus untuk memastikan implementasi Pelindungan Data Pribadi

E-commerce services have a negative impact, namely the theft and sale of Personal Data of service users by irresponsible parties. E-commerce and Consumer Protection are interrelated, important in the practice of e-commerce activities to maintain consumer confidence as service users, then the protection of personal data gets the attention of countries in the scope of Southeast Asia Region. This research discusses the regulation of the Protection of the Right to Personal Data as part of consumer rights in the implementation of E-commerce in Indonesia, the regulation of the right to correct data, the right to erasure of Personal Data, the right to data portability in the concept of Personal Data Protection in Indonesia, Malaysia, and Singapore, and the implementation of consumer rights to Personal Data Protection in Indonesia, Malaysia, and Singapore in the context of E-commerce. This research method is normative law with Legislation and comparative approach. The conclusion is that users as consumers have the right to know clear information on accountability, transparency, prevention process, and law enforcement in the case of Personal Data leakage experienced in e-commerce providers. The issue of Personal Data Protection is an issue in Singapore and Malaysia, and the regulation of the Three Rights above is different. In the implementation of Personal Data Protection enforcement, Singapore and Malaysia have special organizations authorized to enforce the law, while Indonesia seeks to establish a special institution to ensure the implementation of Personal Data Protection."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Currently the internet and World Wide Web (www) increase exponentially as the sophistication of the information technology. Moreover the technology is being used in term of business (e-business or e-commerce). This technology have some benefit such as cost reduction no time consuming nd also less office space or factory. But these technology and system need some management commitment in doing value creation to the customer. Firstly the e-business or e-commerce values creation. Teh second is the perspective strategies development which is consist of four strategies; business of financial models, the relationship commerce and responsiveness. Both of them are quite different and all of the process through the way electronically rather than traditional one. This conceptual analysis needs some implication such as the factor infrastructure requirement as a vehicle in the internal and external value creation activities. Besides that collaborative business in their community is necessary an also by flexibility and speed the e-business will be high end value."
Manajemen Usahawan Indonesia, XXXII (03) Maret 2003: 42-48, 2003
MUIN-XXXII-03-Mar2003-42
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian Firmansyah
"Internet of Things merupakan teknologi perangkat terkoneksi yang memiliki angka pertumbuhan terpesat di dunia. Pada tahun 2020, perangkat IoT yang telah terkoneksi mencapai 31 miliar perangkat dan masih terus meningkat, sehingga teknologi ini akan mengubah cara hidup kita setelah hadirnya internet sebagai pionir. Hal tersebut mengakibatkan semakin kompleksnya diversifikasi topik IoT baru, mekanisme protokol, dan karakteristik perangkat keras yang terhubung pada infrastruktur server IoT. Indonesia akan segera mengimplementasikan 5G sebagai teknologi jaringan nirkabel generasi ke-5, sehingga hal ini mendorong adanya adaptasi yang dilakukan terhadap infrastruktur IoT pada cloud computing. Integrasi ini akan membuka sebuah ekosistem inovasi produk smart devices baru, baik itu produk skala kecil yang dilakukan oleh perorangan dan komunitas, maupun skala besar oleh sektor usaha, industri dan pemerintahan. Maka, dibutuhkan sebuah aplikasi IoT sebagai middleware, penghimpun data, router addressing ID unik, pemvisualisasi data, dan penganalisis ribuan bahkan jutaan perangkat IoT yang terkoneksi. Penyebaran arsitektur monolithic sudah perlahan ditinggalkan, melainkan mengubah pendekatan operasinya dengan menggunakan arsitektur microservice dengan containerization yang menawarkan fleksibilitas, pengembangan yang cepat, performa yang kuat dan loosely-coupled. Supaya pendekatan bersifat kontinyu, maka Continuous Integration dan Continuous Deployment Pipeline atau CI/CD Pipeline digunakan sebagai Software Development Life Cycle. Secara garis besar, penelitian ini membahas usulan arsitektur server IoT dengan Kubernetes dan aplikasinya, proses deployment secara CI/CD, analisis performa utilisasi dan autoscaling pada kubernetes cluster saat load tests sedang dijalankan, analisis berbasis model terhadap hasil metrik yang didapatkan guna meningkatkan performa deployment dari perspektif aplikasi IoT dengan akses request skala besar.

The Internet of Things is a connected device technology that has a rapid growth rate in the world. In 2020, there are 31 billion connected IoT devices and still increasing, thus this technology will change the way we live after the presence of the internet as a pioneer. We are getting more diversification of new IoT topics, protocol mechanisms, and characteristics of the hardware connected to the IoT server infrastructure becoming increasingly complex. Indonesia will soon implement the 5G as the fifth generation of wireless network technology, thus this will encourage adaptations to be made to the Indonesian IoT infrastructure in cloud computing. This integration will open an innovative ecosystem for new smart device products, both small-scale products carried out by individuals and communities, as well as large-scale by the business sector, industries and government as well. Therefore, an IoT application is needed as a middleware, data collector, unique-ID addressing router, data visualizer, and analyzer of thousands or even millions of connected IoT devices. Deployment of monolithic architectures is slowly being abandoned, instead changing its operating approach by using a microservice architecture with containerization that offers flexibility, fast development, robust performance, and loosely-coupled. To maximize the approach to be continuous, the Continuous Integration and Continuous Deployment Pipeline or CI/CD Pipeline are used as the Software Development Life Cycle. Broadly speaking, this research discusses the architectural design of IoT over Kubernetes and its applications, CI/CD deployment processes, performance analysis of the autoscaling during incoming traffic from running load tests, model-based analysis in accordance with metric results to enhance the deployment performance of IoT applications with large-scale request accesses perspective."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fadhil Dzulfikar
"

Urgensi personalisasi e-commerce saat ini didorong oleh beberapa faktor, diantaranya pertumbuhan pasar e-commerce, ekpektasi konsumen, information overload dan keuntungan yang signifikan bagi pengembang. Akan tetapi, menerapkan personalisasi e-commerce yang efektif bukanlah permasalahan yang mudah (non-trivial). Terdapat berbagai macam tantangan dari setiap proses personalisasi, mulai dari  tahap memahami konsumen, menyajikan personalisasi hingga tahap mengevaluasi dampak personalisasi. Saat ini, penelitian pada bidang ilmu komputer banyak memfokuskan studi pada tahap memahami konsumen dan menyajikan personalisasi. Di sisi lain, tahapan terakhir yakni evaluasi belum dieksplor sehingga evaluasi performa personalisasi e-commerce yang ada belum efektif. Beberapa penyebab masalah ini di antaranya adalah tujuan dan metrics yang tidak jelas, evaluasi hanya menggunakan perspektif teknis, dan terbatasnya metode evaluasi performa personalisasi. Untuk itu penelitian ini mencoba untuk mengusulkan metode yang metrics evaluasi dipetakan berdasarkan tujuannya dengan jelas. Selain itu, metode ini juga tidak hanya mengevaluasi dari perspektif teknis, tetapi juga bisnis. Pengembangan metode dilakukan berdasarkan hasil analisis data primer (wawancara) dan data sekunder (literatur). Setelah itu metode diuji engan pendekatan online dan offline menggunakan dataset Amazon dan MovieLens. Kesimpulannya, hasil pengembangan metode ini jika dibandingkan metode Carvalho tidak hanya menggunakan perspektif teknis, tetapi juga bisnis berupa akurasi, cakupan konsumen dan daya tarik produk yang dipersonalisasi.


The urgency of e-commerce personalization is currently driven by several factors, including e-commerce growth, consumer expectations, information overload and significant benefits for enterprise. However, implementing an effective e-commerce personalization is a non-trivial problem. There are several challenges in every personalization process, start from understanding consumers, presenting personalization and evaluating personalization performance. Today, research in computer science focuses on understanding consumers and presenting personalization only. On the other hand, the evaluation process has not been explored. It causes ineffectiveness in the evaluation of e-commerce personalization. The causes of this problem are unclear goals and metrics, technical perspective only, and limited methods of evaluating personalization performance. Therefore, this research proposes a method which evaluation metrics are mapped based on their objectives clearly. In addition, this method also not only evaluates from a technical perspective, but also business perspectives. Method development is based on the analysis results of primary data (interviews) and secondary data (literatures). The proposes method was tested with online and offline approaches using the Amazon dataset and MovieLens. In conclusion, the results of developing this method when compared to the Carvalho’s method have another insight not only technical perspective but also business perspective, including consumer coverage and attractiveness.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2019
T52457
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radityo Pradana
"Penelitian ini mengambil salah satu contoh penggunaan Big Data Analytics di perusahaan dan bagaimana pengimplementasian Big Data Analytics dapat membantu Manajer untuk mengambil keputusan dari data yang diambil. Dalam hal ini, Dataset yang diambil adalah data aktivitas pengguna situs web e-commerce yang memiliki fitur penjualan produk perusahaan melalui situs web. Dalam prosesnya, aktivitas pengguna situs web seperti page visit, penambahan produk ke keranjang belanja, dan pembelian produk produk akan dikumpulkan. Dari data yang dikumpulkan, laporan akan dibuat untuk diberikan kepada Manajer. Penelitian ini  akan mengidentifikasi poin yang dapat dicatat dari laporan yang dihasilkan. Seperti bagaimana performa penjualan dari produk tertentu, indentifikasi hubungan antar produk (apakah satu produk tertentu tergantung pada produk lain), Dan mengidentifikasi perilaku pengguna terhadap pembelian produk. Penelitian ini juga akan mengidentifikasi apakah implementasi Big Data yang ada di perusahaan saat ini dapat ditingkatkan, dan mengidentifikasi apakah peningkatan sistem implementasi Big Data merupakan investasi yang baik dan bermanfaat bagi perusahaan.

This paper takes one example of Big Data Analytics usage on a company and how it can help Managers to take decision from the data taken. In this case, the Big Data taken would be the data of user activities of an e-commerce website which holds features to sell the company products through the website. In the process, the user activities of the website such as website visits, user clicking the add to cart button, and proceed on buying the product will be collected. From the data collected, a report will be created to be shown to the Managers. This paper will specifically identify the points to be noted from the generated report. Such as how is the sales for a specific product, identify the relations between products (either one product is dependent to other product), and identify specific behavior of user towards product purchases. This paper would also identify whether the current Big Data implementation on the company can be improved, and identify if it is a good investment for the company to improve the Big Data implementation system."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54658
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Amelia Dina
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan intensi pembelian konsumen produk Islamic fashion pada situs e-commerce dan e-commerce Islam dilihat dari sisi transaction-related services dan pre-purchase services seperti billing and paying mechanism, delivery arrangement, security and privacy, product pricing, support of product search and evaluation, dan web appearance. Data diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada 318 responden wanita muslim konsumen produk Islamic fashion berusia minimal 17 tahun yang pernah melakukan pengalaman online pada situs Zalora dan Hijup. Analisis data dilakukan melalui analisis deskriptif dan partial least squares menggunakan Smart PLS 2.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa situs e-commerce dan e-commerce Islam signifikan berbeda dan konsumen masih cenderung memilih e-commerce dalam pembelian produk Islamic fashion.

This study aims to determine the comparison of consumer purchase intention of Islamic fashion products on conventional e commerce and Islamic e commerce in terms of transaction related services and pre purchase services such as billing and paying mechanism, delivery arrangement, security and privacy, product pricing, support of product search and evaluation, and website appearance. Data obtained from 318 respondents aged at least 17 year old Muslim women who have done online experience on Zalora and Hijup web sites. Data was performed by descriptive analysis and partial least squares using Smart PLS 2.0. The results indicates that conventional e commerce and Islamic e commerce are significantly different and consumer still tend to choose conventional e commerce in purchasing Islamic fashion products."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S67949
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aggy Erlangga Amir
"Gelombang perubahan yang rnenghadirkan internet sebagai media yang dapal menghubungkan segala batasan fisik maupun waktu di seluruh dunia disambut baik oleh berbagai kalangan. Penggunaan internet sebagai alat bantu sehari-hari menjadi hal yang lazim dan juga ikut mempengaruhi gaya operasi perusahaan selarna ini, diantaranya adalah perdagangan atau transaksi secara elektronis atau yang biasa disebut e-commerce.
Dengan hadirnya e-commerce, trend berbelanja konsumen yang tadinya dilakukan secara konvensional, lama-kelamaan iut bergeser mengikuti trend yang ada, yaitu berbelanja secara praktis melalui internet atau belanja secara online. Bagi masyarakat Jakarta, yang sebagian besar tenggelam dalam kesibukannya, cara belanja efisien seperti ini disambut dengan baik.
Sebagai salah satu perusahaan yang berorientasi masa depan, Lippo melakukan transfonnasi bisnisnya menjadi basis teknologi dan internet. Dengan bermodalkan dana yang kuat, Lippo terjun pada industri e-commerce dengan ritel sebagai pasar sasaran mereka melalui LippoShop. LippoShop rnenghadirkan alternatif belanja secara online, dimana konsumen dapat berbelanja secara aman, nyaman dan tldak mengganggu aktivitas mereka.
Langkah awal LippoShop dengan mengakuisisi Dial Mart sebagai belanja yang diantar sampai tujuan merupakan langkah stratcgis untuk merengkuh pelanggan yang dimilikinya. LippoShop juga rnernbangun infrastruktur teknologinya dengan dukungan perusahaan-perusahaan teknologi terdepan. Sebagai perusahaan yang memiliki visi unluk * menjadi perusahaan e-commerce terbesar di Indonesia, LippoShop harus memiliki model bisnis yang tepat, konsep nilai yang relevan dan strategi e-commerce yang solid untuk mcmadukan bisnis online dan bisnis konvensionalnya.
Dengan model digunakan, suatu perusahaan dapat menentukan dan mengukur bagaimana jalannya bisnis perusahaan dan darimana perusahaan memperoleh sumber pendapatan. Model tersebut dapat dikatakan tepat apabila mampu membawa perusahaan iintiik tetap bertahan pada persaingan yang lebih keras.
Melalui konsep nilai yang ditawarkan, LippoShop berusaha mengedepankan kepuasan konsuraen mereka sehingga tercipta suatu komunitas belanja online yang setia. Untuk niencapai hal itu LippoShop menawarkan produk-produk dengan jumlah dan variasi yang b era gam yang didukung oleh jaringanmitra yang luas.
Stralegi e-commerce yang diterapkan LippoShop pada dasarnya terdiri dan faktor-t'aktor; kepemimpinan, infrastruktur, pembelajaran organisasi, teknologi, merek, pelayanan dan pasar. Semakin dominan faktor-faktor yang dimiliki, semakin besar kemungkinan berhasilnya strategi ini. Masing-masing faktor memiliki kontribusi dan karakteristik yang unik bagi strategi secara keselumhan, sehingga faktor-faktor tersebut perlu diintegrasikan menjadi strategi e-commerce yang solid.
Industri e-commerce di Indonesia memiliki intensitas persaingan yang tinggi. Hal ini ditandai dengan hadirnya pesaing-pesaing konvensional dan pesamg-pesaing online. Pesaing konvensional nierupakan perusahaan-perusahaan ritel yang telah lama bergerak pada pasar ritcl dan uinumnya terdiri dari pemain-pemain besar. Sedangkan pesaing online nierupakan perusahaan-perusahaan e-commerce kecil yang menawarkan produk-produk yang spesifik. Dengan besarnya biaya investasi yang ditanam untuk infrastruktur teknologi dan membangun jaringan supply chain, maka industri ini hanya dapat menampung beberapa pemain besar dan banyak perusahaan e-commerce kecil agar dapat meraih keuntungan.
Dengan mengoptimalkan teknologi dan infrastruktur yang fleksibel memungkinkan LippoShop untuk memenuhi kebutuhan pasar dan merespon perubahan konsumen secara tepat. Selain itu dengan sisteni keamanan transaksi yang dimiliki, jaminan untuk melakukan Iransaksi tinggi.
Perusahaan e-commerce harus memiliki identitas merek yang kuat mengingat banyak nya pesaing online. LippoShop membangun mereknya melalui kegiatan periklanan, dan dalam pengembangan mereknya melalui kegitan kehumasan. Pada akhirnya, LippoShop diharapkan menjadi merek dotcom lokal yang identik dengan belanja online.
LippoShop mengutamakan pelayanan atas konsumennya sehingga tercipta sualu kcpuasan pelanggan, dengan memperlakukan konsumen sebagai sualu individu yang berbeda. Melalui Customer Relationship Mangemement (CRM) diharapkan tercipta suatu komunitas belanja online. CRM ini dikembangkan dengan dukungan teknologi yang dimiliki perusahaan.
Unluk menghadapi persaingan dengan intensitas yang tinggi, LippoShop melakukan penetrasi pasar melalui kegialan direct marketing, sehingga LippoShop dapat berinteraksi langsung dengan konsumen dan memperoleh umpan balik yang cepat. Pendekatan individu ini dilakukan untuk membangun networking dengan konsumen, dengan sendirinya konsumen akan melakukan seleksi terhadap manfaat belanja secara online.
"
2001
T779
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>