Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190306 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Silpa Asti Nura
"Pada sistem transportasi minyak mentah melalui sistem perpipaan, sering dijumpai adanya masalah yang dapat mengganggu pendistribusian minyak mentah. Hal ini umumnya disebabkan oleh terbentuknya wax di sepanjang pipa distribusi. Adanya wax dapat mengganggu proses pendistribusian fluida sehingga flow assurance tidak tercapai. Oleh karena itu, prediksi karakteristik wax yang tepat sangat dibutuhkan untuk melakukan pengendalian terhadap pengendapan wax dalam pipa agar tercapai flow assurance. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi karakteristik pengendapan wax dengan menganalisa pengaruh variasi wax content dan penambahan light component pada komposisi minyak mentah. Kandungan wax content pada komposisi minyak mentah divariasikan pada persentase 5%, 10% dan 15% untuk dievaluasi pengaruhnya terhadap pengendapan wax. Selanjutnya, dilakukan variasi penambahan light component C6 sebagai upaya mitigasi pengendapan wax pada waxy crude oil tersebut dengan variasi penambahan sebesar 20%, 30%, 50% dan 100% dari komposisi awal light component C6 dalam minyak mentah. Simulasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak aliran multifase untuk mendapatkan profil karakteristik pengendapan wax pada pipa. Dari hasil simulasi flow assurance didapatkan hasil bahwa wax content berbanding lurus terhadap ketebalan endapan, wax appearance temperature (WAT), total padatan terlarut, dan laju pengendapan wax. Penambahan light component C6 dengan persentase 100% mampu mengurangi ketebalan endapan wax sebesar 79,27%; 33,42%; dan 4,91% pada variasi wax content 5%; 10%; dan 15%. Penambahan light component memenuhi kelayakan secara teknis karena dapat menjamin aliran di dalam perpipaan dan menekan pertumbuhan ketebalan endapan wax di bawah 5 mm sehingga dapat mengurangi frekuensi penggunaan pigging pada pipa.

In the crude oil transportation system through the pipeline system, problems that can interfere with the distribution of crude oil are often encountered. This is generally caused by wax build-up along the distribution pipe. The presence of wax can interfere the fluid distribution process so that flow assurance is not achieved. Therefore, the correct prediction of wax characteristics is needed to control the wax deposition in the pipe in order to achieve flow assurance. This study aims to predict the characteristics of wax deposition by analyzing the effect of wax content and the addition of light components C6 in the crude oil composition. The wax content in the crude oil composition was varied at a percentage of 5%, 10% and 15% to evaluate its effect on the thickness and rate of wax deposition. Furthermore, variations of light components C6 addition to the waxy crude oil are carried out with additional variations of 20%, 30%, 50% and 100% of the initial value of the light component composition in the crude oil. The simulation was carried out using multiphase flow software to obtain the characteristic profile of wax deposition on the pipe. From the flow assurance simulation results, it was found that wax content was directly proportional to the wax thickness, wax appearance temperature (WAT), total dissolved solids, and wax deposition rate. The addition of light component C6 with a percentage of 100% was able to reduce the thickness of the wax deposition by 79.27%; 33.42%; and 4.91% for the variation of the wax content of 5%; 10%; and 15%. The addition of light component meets technical feasibility because it can ensure flow assurance in the pipeline and reduce the thickness of the wax deposition below 5 mm so as to reduce the frequency of using pigging on the pipe."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riko Putra
"Dalam upaya peningkatan produksi minyak mentah di Indonesia, lapangan minyak marginal dengan karakteristik minyak berat pun menjadi penting untuk dilakukan studi kelayakannya. Pada penelitian ini, dilakukan studi pencampuran minyak berat-berat dari lapangan marginal dan pengaruhnya terhadap harga minyak dan kelancaran transportasi perpipaan dengan pendekatan Flow Assurance. Minyak dari lapangan marginal X diangkut ke Gathering Station (GS) menggunakan truk minyak untuk dicampur dengan minyak Y. Simulasi flow assurance dilakukan pada pipa eksisting dari GS ke kilang. Blending Simulator dengan variasi Blending ratio (BR) digunakan untuk mendapatkan kualitas minyak campuran, berupa oAPI, pengotor, Wax Content, dan Wax Appearance Temperature. Sedangkan simulator OLGA dengan variasi BR dan temperature digunakan untuk memperoleh profil temperatur dan pengendapan wax. Perhitungan Indonesian Crude Price (ICP) menggunakan formula ICP Individu yang diperoleh dari analisis regresi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minyak X memenuhi kelayakan teknis untuk diproduksi mengunakan metode blending dengan sesama minyak berat, tanpa harus membangun infrastruktur mandiri yang signifikan ataupun mengubah kondisi operasi pipa eksisting. Proses pencampuran minyak berat-berat ini dapat meningkatkan kualitas dan harga minyak dengan tetap menjamin tercapainya Flow Assurance. Proyeksi waktu pigging adalah 298 hari dan dengan BR X:Y tertinggi 8:2 didapat margin harga 1,5495 USD/BBL. Sehingga, total penambahan pendapatan adalah 88.977,41 USD/day.

In an effort to increase oil production, the feasibility study about heavy crude oil from marginal field becomes important to do. This research discussed about the effect of blending heavy oil and marginal heavy oil in Sumatera towards crude price and pipeline transportation using Flow Assurance (FA) approach. Oil from marginal field X was transported to Gathering Station (GS) using oil trucks to be blended with oil Y. FA analysis was carried out on existing pipeline from GS to Refinery Unit. Blending Simulator with Blending Ratio (BR) variation was used to get the blended oil qualities and OLGA simulators with BR and temperature variations were used to obtain Temperature and Wax Deposition profiles. Indonesian Crude Price (ICP) calculation used Individual ICP formula obtained from a regression analysis. The results showed that oil X is feasible to be produced by blending method, without having to build significant infrastructure or change the operating conditions of existing pipelines. This blending process can improve the quality and crude price while still ensuring the achievement of Flow Assurance. The projected pigging time is 298 days. With BR X:Y at 8:2, a margin of 1.5495 USD/BBL was obtained. Thus, the total additional revenue was 88,977.41 USD/day."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antoinnetee Benefita Kusumoningtyas Nugroho
"Salah satu sumber gas alam Indonesia yang terletak di area Natuna Barat memiliki potensi besar untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi. Flow assurance diperlukan untuk menjamin gas alam dapat terus mengalir pada sistem transportasi perpipaan gas alam dalam berbagai kondisi. Hal yang mampu menghambat mengalirnya pasokan gas alam adalah terbentuknya slugging karena penurunan laju alir gas alam serta beberapa faktor lainnya. Studi ini bertujuan untuk memperoleh profil aliran multifasa yang terbentuk di sepanjang pipa transportasi gas alam jika laju alir gas alam mengalami penurunan, mendapatkan pengaruh profil aliran multifasa terhadap terjadinya slugging di dalam sistem perpipaan gas alam, dan memperoleh metode penanganan cairan yang dilakukan di fasilitas penerima. Studi dianalisis menggunakan simulator aliran multifasa minyak dan gas. Simulasi dilakukan pada 3 skenario kondisi sumur, yaitu initial life, mid life, dan late life yang berturut-turut memiliki laju alir gas sebesar 57, 31, dan 5 MMSCFD. Berdasarkan hasil simulasi diperoleh bahwa semakin rendah laju alir gas alam, maka kemungkinan terjadi slugging akan meningkat. Pada studi ini, slugging terjadi pada kondisi late life. Penanganan cairan yang diajukan oleh penulis untuk memitigasi slugging adalah dengan penambahan control valve yang diletakkan pada aliran masukan separator dan memiliki bukaan 60%
Indonesia's natural gas sources located in the West Natuna area has great potential to meet increasing energy needs. Flow assurance is needed to ensure that natural gas can continue to flow in the natural gas pipeline transportation system under various conditions. One of the things that can hinder the supply of natural gas is the formation of slugging due to a decrease in the flow rate of natural gas and several other factors. This study aims to simulate the multiphase flow that forms along the natural gas transportation pipeline if the flow rate of natural gas decreases, to obtain the effect of the multiphase flow profile on the occurrence of slugging in the natural gas piping system, and to obtain the method of handling liquids carried out at the receiving facility. The study was analyzed using a multiphase oil and gas flow simulator. Simulations were carried out on 3 scenarios of well conditions, namely initial life, mid life, and late life which had gas flow rates of 57, 31, and 5 MMSCFD, respectively. Based on the simulation results, it is found that the lower the natural gas flow rate, the higher the probability of slugging. In this study, slugging occurs in late life conditions. The liquid handling and process improvement proposed by the author to mitigate slugging is by adding a control valve which is placed at the inlet flow of the separator and has an opening of 60%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Yunianto
"Pengembangan lapangan gas greenfield laut dalam memiliki tantangan teknis dan ekonomis, terkait dengan teknologi dan fasilitas produksi yang baru untuk dapat memproduksikan gas pada kondisi lingkungan yang ekstrem. Dalam penelitian ini dilakukan analisa secara teknis dan ekonomis terhadap pengembangan lapangan gas greenfield laut dalam dengan metode pengembangan sistem produksi bawah laut. Analisa teknis meliputi analisa flow assurance, khususnya strategi manajemen hidrat untuk menjamin keberlangsungan aliran gas dari sumur bawah laut hingga ke titik jual. Dari analisa teknis didapatkan konfigurasi pencegahan dan penghilangan hidrat. Analisa ekonomi mencakup perhitungan biaya investasi pada setiap alternatif konfigurasi yang memenuhi kriteria teknis, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan keekonomian berdasarkan skema PSC yang berlaku di Indonesia. Dengan harga gas ekspor dan domestik sebesar 11/MMBTU dan 7/MMBTU, konfigurasi MEG dengan teknologi MRU adalah yang paling optimum karena memberikan IRR dan NPV yang terbesar yaitu sebesar 14,8 dan 794,5 juta US . Berdasarkan hasil sensitivitas keekonomian, CAPEX, harga gas ekspor dan hasil bagi untuk kontraktor memberikan pengaruh terbesar untuk IRR dan NPV, sedangkan OPEX memberikan pengaruh yang terkecil. Untuk mendapatkan minimum IRR sebesar 18 yang dipersyaratkan oleh regulator, CAPEX perlu ditekan sebesar 10 dan dengan besaran hasil bagi untuk kontraktor minimum sebesar 50.

Deepwater gas greenfield development has technical and economic challenges, related to new technology and production facilities and that can be used for producing gas in the extreme ambient conditions. Technical analysis includes flow assurance analysis, selection of hydrate inhibitors MEG MeOH and determine minimum injection flow rate of hydrate inhibitors and hydrate remediation strategy. Economic analysis includes the calculation of investment cost on each configuration that meets the technical criteria above. Then continue with calculation of economic parameter based on applicable Indonesia PSC scheme. With export gas and domestic gas price 11 MMBTU and 7 MMBTU, MEG with MRU technology is the most optimum because it provides the largest IRR 14.8 and NPV 794.5 million US . Based on IRR and NPV sensitivity analysis CAPEX, export gas price and contractor split have significant effect to IRR and NPV otherwise OPEX has the most un significant effect to IRR and NPV. To obtain the minimum IRR of 18 required by the regulator, CAPEX needs to be reduced by 10 and by changing the contractor split by a minimum of 50 for contractor.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48252
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdio Giffary
"Pengolahan minyak mentah membutuhkan kilang minyak dengan investasi yang sangat besar. Pencampuran atau blending minyak mentah, yang dilakukan pada kilang yang sudah beroperasi, adalah proses yang umum dilakukan di dunia migas untuk penghematan biaya. Salah satu industri minyak dan gas di Indonesia berencana untuk melakukan pencampuran minyak mentah dari sebuah sumur minyak berat dan minyak ringan pada kilang minyak yang berada di Sumatera. Namun, minyak campuran tersebut diprediksi dapat menimbulkan masalah baru pada proses transportasi menggunakan pipa. Minyak campuran dikhawatirkan tidak dapat mengalir dalam pipa akibat pengendapan wax, sehingga flow assurance   tidak tercapai. Penelitian ini mengusulkan studi tentang pengaruh pencampuran dua jenis minyak mentah terhadap fenomena mengendapnya wax pada pipa atau disebut wax deposition. Minyak berat "X" dengan karakteristik 24.1 °API dan 15% wax content dicampur minyak ringan "Y" dengan karakteristik 41.1 °API dan 0.121% wax content. Terdapat 2 variabel utama yang akan divariasikan yaitu rasio blending dan penambahan pemanas sebelum pemompaan. Selanjutnya dilakukan variasi terhadap temperatur pemanas untuk diketahui pengaruhnya terhadap pengendapan wax disepanjang pipeline. Penelitian ini menggunakan perangkat lunak aliran multi-fase dinamis, OLGA v.2017.2.0, untuk mendapatkan profil wax deposition. Rasio blending minyak ringan "Y" dan minyak berat "X" akan divariasikan pada nilai 7:1, 5:1, 3:1; 1:1, 1:3, 1:5, dan 1:7, masing-masing pada kondisi tanpa pemanas dan dengan pemanas. Pemanas di atur pada temperatur 45 oC dan temperatur ambient pada 26 oC.  Variasi berikutnya dilakukan pada temperatur pemanas dengan nilai 35 oC, 40 oC, 50 oC, dan 55 oC dengan rasio blending diatur tetap pada 1:1. Hasil menunjukkan peningkatan rasio blending, penambahan pemanas, dan peningkatan temperatur pemanas menghasilkan penurunan jumlah wax yang mengendap. Semua variasi parameter operasi menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap fenomena pengendapan wax pada pipa.

Crude oil processing requires an oil refinery with massive investment. The Crude oil blending process in an existing refinery is a common process to overcome this problem. One of Indonesia's oil and gas producer is planning to blend crude heavy and light oil in an oil production facility located in Sumatra. It is anticipated that the oil mixture would encounter transportation problems due to the existence of wax deposition, resulting in a flow assurance problem. This research is conducted to examine the wax deposition as the effect of blending 24.1 °API heavy crude and 41.1 °API light crude oil with 15% and 0.121% of wax content. This research also takes two main experiment variables, the blending ratio and initial temperature. The effect of the heater addition's and its operating temperature were also examined. This study used a dynamic multi-phase flow software, OLGA v.2017.2.0, to obtain a wax deposition profile. The blending ratio of light oil and heavy oil varies 7:1, 5:1, 3:1; 1:1, 1:3, 1:5, and 1:7, each samples was examined in both ambient and heated conditions. The heater was set at 45 oC and ambient temperature at 26oC. The heating temperature was variated at 35oC, 40oC, 50oC, and 55oC with a blending ratio fixed to 1:1. Results showed that with higher light crude oil ratios, the addition of a heater, and higher heater temperatures resulted in lowering the number of waxes that appeared. All variations of the operating parameters show a significant effect on the wax deposition on the pipeline.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Raissa Qurata Aiun
"Pada sistem transportasi minyak mentah melalui sistem perpipaan sering dijumpai permasalahan yang dapat mengganggu pendistribusian minyak mentah. Oleh karena itu, prediksi yang tepat dari karakteristik pengendapan lilin diperlukan untuk mengontrol pengendapan lilin di dalam pipa. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi karakteristik pengendapan lilin dengan menganalisis pengaruh variasi tekanan dan temperatur minyak mentah. Tekanan divariasikan pada 1,5 bar, 2,5 bar, 5 bar, 8 bar, dan 12 bar untuk mengevaluasi pengaruhnya terhadap ketebalan dan laju pengendapan lilin. Selanjutnya dilakukan variasi suhu dengan variasi 35°C, 40°C, 45°C, 50°C, 55°C, dan 60°C. Simulasi dilakukan dengan menggunakan software aliran multi fasa OLGA untuk mendapatkan profil ketebalan endapan (mm). Sedangkan analisis ekonomi mengacu pada studi kelayakan. Beberapa skenario dibandingkan untuk menentukan intervensi terbaik yang akan diterapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah wax yang terdeposit menurun seiring dengan meningkatnya tekanan, sedangkan temperatur yang lebih tinggi menghasilkan gradien temperatur yang lebih besar. Analisis kelayakan ekonomi hanya dilakukan pada skenario satu dan dua yang membutuhkan penggunaan pompa. Skenario satu, yang mencakup pompa tambahan, memiliki NPV 199.882 dan IRR 30%. Skenario dua, mengganti pompa eksisting dengan pompa berkapasitas lebih tinggi, memiliki NPV 328.192 dan IRR 40%. Akibatnya, skenario dua disarankan untuk mengurangi jumlah deposit lilin

In the crude oil transportation system through the pipeline system, problems caused by wax are often encountered that can disrupt the distribution of crude oil, thus flow assurance is not achieved. Therefore, the correct prediction of wax deposition characteristics is needed to control the deposition of wax in the pipe. This study aims to predict the characteristics of wax deposition by analysing the effect of pressure and temperature variations of crude oil. Pressure was varied at 1.5 bar, 2.5 bar, 5 bar, 8 bar, and 12 bar to evaluate the effect on the thickness and deposition rate of wax. Furthermore, temperature variations were carried out with variations of 35°C, 40°C, 45°C, 50°C, 55°C, and 60°C. The simulations were carried out using multi-phase flow software OLGA to obtain a deposit thickness profile (mm). Meanwhile, the economical-analysis refers to feasibility study. Several scenarios are compared to determine the best intervention to be applied. The results shows that the amount of wax deposited decreases as the pressure increases, while higher temperature resulting in a greater the temperature gradient. The economic feasibility analysis is only carried out in scenario one and two, which require the usage of pumps. Scenario one, which includes an extra pump, has an NPV of 199,882 and an IRR of 30%. Scenario two, replacing the existing pump with a higher-capacity pump, has an NPV of 328,192 and an IRR of 40%. As a result, scenario two is advised to reduce the amount of wax deposited."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandiangan, Indra Kharisma
"Dalam proses mengalirkan hasil eksplorasi minyak dan gas, pola aliran slug menjadi jenis aliran multifasa yang sering muncul (slugging). Fenomena ini tidak diinginkan karena dapat menyebabkan getaran mekanik yang dapat merusak pipa, pengurangan laju produksi minyak dan gas, kerusakan peralatan proses seperti separator,  kerusakan pada pipeline dan flowline yang disebabkan oleh erosi dan fatigue sebagai hasil dari penumpukan liquid dan variasi kecepatan dari partikel fluida. Berbagai teknologi digunakan dalam mengatasi permasalah tersebut, salah satu teknologi terbaru yang murah dan mudah digunakan adalah pompa multifasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penggunaan pompa multiphase terhadap pengurangan potensi terbentuknya slugging dalam pipa multifasa campuran minyak bumi dan gas alam. Dalam studi ini, simulasi dilakukan menggunakan simulator OLGA Dynamic Multiphase Flow 2017 2.0 dengan bantuan PVTSim 20 sebagai input perangkat lunak untuk karakteristisasi fluida menggunakan data suatu lapangan gas di Kalimantan. Variasi parameter ini dilakukan untuk mendapatkan fenomena yang terjadi pada pipa dan efeknya terhadap pola aliran, laju produksi, liquid hold-up, dan tekanan di pipeline sebagai akibat penggunaan MPP. Hasil penelitian menunjukkan semakin besar laju alir minyak dan gas, semakin stabil dan terjaminnya fluida mengalir di pipeline dengan mengalami sedikit gangguan slugging, baik terrain slugging ataupun riser-based slugging. Selain itu, peletakan posisi pompa multifasa pada jarak 20 m dari wellhead adalah jarak yang menjadi rekomendasi untuk laju alir 5 kg/s, 10 kg/s, dan 15 kg/s. Penggunaan pompa multifasa dapat menurunkan nilai liquid hold-up 0.05 hingga 0.1, meningkatkan production rate (QLT) pada bagian top riser dengan rentang 200 – 600 m3/d, dan menurunkan pressure drop sebesar 1-4 bara.

In the process of flowing the results of the oil and gas exploration, the slug flow pattern is a type of multiphase flow that often appears (slugging). This phenomenon is not desirable because it can cause mechanical vibrations that can damage pipes, reduce the rate of oil and gas production, damage process equipment such as separators, damage to pipelines and flowlines caused by erosion and fatigue as a result of liquid build-up and speed variations of fluid particles. Various technologies are used in overcoming these problems, one of the latest cheap and easy to use technologies is multiphase pumps. This study aims to determine the impact of the use of multiphase pumps on reducing the potential for the formation of slugging in multiphase pipes in a mixture of petroleum and natural gas. In this study, simulations were carried out using the OLGA Dynamic Multiphase Flow 2017 2.0 simulator with the help of PVTSim 20 as input software for fluid characterization using data from a gas field in Kalimantan. This parameter variation is done to obtain the phenomena that occur in the pipeline and their effects on flow patterns, production rates, liquid hold-ups, and pressure in the pipeline as a result of using MPP. The results showed that the greater the oil and gas flow rate, the more stable and guaranteed fluid flows in the pipeline with a slight slugging disturbance, either terrain slugging or riser-based slugging. In addition, laying the position of the multiphase pump at a distance of 20 m from the wellhead is the distance that is recommended for the flow rates of 5 kg / s, 10 kg / s, and 15 kg / s of each oil and gas used. The use of multiphase pumps can reduce the liquid hold-up value from 0.05 to 0.1, increase the rate of production (QLT) in the top riser section with a range of 200 - 600 m3 / d, and decrease in pressure drop by 1-4 bar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Fanny Anindyka
"Dalam menurunkan pour point model crude oil yang tinggi akibat adanya agregasi molekul-molekul wax, dilakukan penambahan inhibitor wax . Inhibitor wax yang digunakan merupakan senyawa aktif alami yang terkandung di dalam buah lerak (Sapindus rarak DC), diekstraksi menggunakan pelarut toluena dan etil asetat. Didapatkan dua inhibitor yaitu fraksi toluena (FT) dan fraksi etil asetat (FEA) lalu dilakukan uji kualitatif fitokimia, kromatografi lapis tipis serta karakterisasi FTIR. Senyawa triterpenoid di dalam inhibitor FT mampu menurunkan pour point model crude oil dari 21°C hingga 12°C pada dosis penambahan 1000 ppm, sedangkan saponin di dalam FEA dengan dosis 3000 ppm. Uji viskositas dan WAT model crude oil menunjukkan adanya penurunan viskositas dari 80 mPa.s menjadi 15 mPa.s untuk FT dan menjadi 12.5 mPa.s pada penambahan FEA. WAT model crude oil mengalami penurunan dari 32.9°C menjadi 28°C. Dari hasil studi ini diketahui bahwa senyawa aktif triterpenoid di dalam fraksi toluena (FT) lebih baik menginhibisi wax di dalam model crude oil.

Reducing the high pour point of crude oil models due to aggregation of wax molecules is by adding wax inhibitor. Wax inhibitor that used in this research is natural active compounds that contained in Lerak fruit (Sapindus rarak DC), then extracted using toluene and ethyl acetate. It obtained two inhibitors, toluene fractions (FT) and ethyl acetate fraction (FEA), both fractions tested by phytochemical qualitative test, thin layer chromatography (TLC) and FTIR characterization. Triterpenoid compounds in the FT inhibitor capable to reduce the pour point of crude oil models from 21°C to 12°C at 1000 ppm dose addition, while saponin in the FEA at dose of 3000 ppm. Viscosity and WAT of crude oil models test showed a decrease in viscosity 80 mPa.s to 15 mPa.s for FT and to 12.5 mPa.s for FEA additions. WAT of crude oil model decreased from 32.9°C to 28°C. From this study, it is known that the triterpenoid in toluene fractions (FT) better to inhibit wax in crude oil model."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Tugianto
"Umumnya minyak mentah berfungsi sebagai bahan baku untuk menghasilkan produk kilang. Produk kilang tersebut akan dipergunakan untuk banyak bidang lain dari berbagai segi kehidupan manusia. Karena fungsi minyak mentah yang begitu kompleks maka nilai minyak mentah menjadi relative penting. Nilai minyak mentah seperti nilai produk lainnya diidentikan dengan harga. Pembahasan mengenai harga minyak mentah dan fluktuasinya serta factor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi tersebut secara umum adalah tema dalam tesis ini.
Seperti halnya produk lain, factor fundamental yang berpengaruh pada harga adalah penawaran dan permintaan. Bila diaplikasi pada minyak mentah, kedua factor ini dipengaruhi oleh banyak hal, yaitu permintaan dipengaruhi oleh margin konsumsi, tingkat inflasi, musim, pertumbuhan ekonomi, tingkat pengembangan energy alternative, politik dan lain-lain, sedangkan penawaran dipengaruhi oleh margin produksi, tingkat penemuan cadangan minyak mentah, teknologi dan lain-lain. Dari banyaknya factor yang berpengaruh terhadap harga minyak mentah, dalam penulisan ini dibatasi pada tiga factor penting yaitu margin konsumsi, margin produksi dan factor politik. Factor terpenting dari ketiga factor tersebut adalah politik. Walaupun kedua factor lain relative stabil, tetapi terjadi gejolak politik suatu kawasan seperti perang, maka harga akan bergerak naik. Realisasi harga minyak mentah dari berbagai kawasan dunia memperlihatkan kesamaan dalam hal fluktuasinya.
Analisis mengenai harga minyak Indonesia dan factor-faktor yang mempengaruhinya tidak berbeda dengan minyak mentah dunia lainnya. Dari perbandingan fluktuasi harga, formulasi harga ICP yang menjadi dasar harga minyak mentah Indonesia ternyata kurang sensitive terhadap fluktuasi harga pasar, sehingga diperlukan modifikasi. Hal terakhir adalah realisasi harga ekspor minyak mentah oleh Pertamina serta alternative kemungkinan perubahan, dianalisis dari segi jenis transaksi serta perbandingan premium anatara realisasi dan pasar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Anggraeni
"Minyak mentah dapat diolah menjadi banah bakar yang berguna bagi manusia, seperti minyak tanan, bensin, solar dan Iain-Iain. Minyak mentan Duri yang akan dikirim ke Dumai harus memiliki kaciar persen Basic Sedimen & Water (%BS&W) yang <1%. Permasalanah yang sering timbul acialan banvva minyak mentan Duri masih mengandung air yang dapat membentuk emulsi dengan adanya emulsifier alami. Adanya air dalam emulsi minyak mentan dapat menyebabkan berkurangnya efisiensi pemurnian minyak bumi, biaya produksi yang tinggi, dan korosi pada pipa.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kinerja demulsifier pada berbagai kondisi operasi yang digunakan dalam proses pemisanan air dari minyak mentan Duri, yaitu dengan memvariasikan dosis demulsifier, jenis dan konsentrasi surfaktan, temperatur, pH, salinitas dan hardness. Penentuan kondisi optimal berdasarkan pengukuran volume air yang terpisan dan %BS&W ciengan metode bottle test. Karakterisasi minyak mentan Duri dilakukan dengan analisis SARA, HPLC dan Kromatografi Gas.
Hasil karakterisasi menunjukkan, banvva minyak mentan Duri mengandung emulsifier alami aspnaltene 23% dan resin 33%. Kondisi optimum yang diperolen yaitu dosis demulsifier 50 ppm, konsentrasi surfaktan SDS 50 ppm, temperatur 82,2°C, pH 7, kadar salinitas 2000 ppm, kadar hardness 1250 ppm. Hampir semua faktor tersebut mengnasilkan volume pemisanan air 50-60 mL per 100 mL sampel dan %BS&W di bavilan 1%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30385
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>